• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOLOKIUM PROGRAM STUDI ENTOMOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOLOKIUM PROGRAM STUDI ENTOMOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

KOLOKIUM

PROGRAM STUDI ENTOMOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

_________________________________________________

NAMA MAHASISWA : LIDIA SARI

NIM : A351190121

PROGRAM STUDI : ENTOMOLOGI

(MAYOR)

JUDUL TUGAS AKHIR : BIOLOGI Trichogramma sp., PARASITOID TELUR PADA Spodoptera frugiperda J. E. Smith (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE)

KOMISI PEMBIMBING : Dr Ir NINA MARYANA, MSi Dr Ir PURNAMA HIDAYAT, MSc PEMBAHAS LUAR : Dr Ir I WAYAN WINASA, MSi KOMISI

HARI/TANGGAL : SELASA, 27 OKTOBER 2020

WAKTU : 13.30-14.30

TEMPAT : DARING

(2)
(3)

1

BIOLOGI PARASITOID

Trichogramma

sp., PARASITOID

TELUR PADA

Spodoptera frugiperda

J. E. Smith

(LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE)

1

Biology of Trichogramma sp., Eggs Parasitoid on Spodoptera frugiperda J. E. Smith (Lepidoptera: Noctuidae)

Lidia Sari2, Nina Maryana3, Purnama Hidayat4

ABSTRACT

The armyworm is one of the pests that often disturb cultivation in Indonesia,

including corn. Currently, new species of armyworm or Spodoptera frugiperda (fall

armyworm) was reported harm to corn cultivations in several provinces in Indonesia. This

research aim to observe biological aspects of Trichogramma sp., as egg parasitoid of S.

frugiperda. This study aims to study several aspects of the biology of Trichogramma

sp. Biological aspects that were observed included the development phase, longevity, fecundity. In addition, this study aims to determine the potential of

Trichogramma sp. in parasitizing S. frugiperda host eggs. The research method used was host plant propagation, host insect propagation, parasitoid identification,

Trichogramma sp. Parasitoid propagation, parasitoid insect biology observations which included observations of the pre-adult phase of parasitoids and observations of the adult phase of parasitoids in host eggs. In addition, observations of the life teble of Trichogramma sp. Were also carried out, as well as an insect demographic analysis. The expected results of the research are that the natural enemies used can reduce the population of S. frugiperda pests and can provide ideas for technological developments in controlling S. frugiperda. This research can be used as a source of information on biological-based control using parasitoid biological agents in Bogor, West Java.

Keywords: corn, parasitoid, S. frugiperda, Trichogramma sp.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ulat grayak, Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan hama invasif yang baru masuk ke Indonesia pada tahun 2019 dan bersifat polifag yang menyerang lebih dari 80 jenis tanaman, termasuk tanaman jagung (IUCN 2000). Populasi hama ini berlangsung secara cepat, hal ini dapat disebabkan oleh ________________________

1 Usulan penelitian disampaikan pada kolokium Sekolah Pascasarjana, IPB 2 Mahasiswa S2 Program Studi Entomologi, Fakultas Pertanian, IPB

3 Ketua Komisi Pembimbing. Staf Pengajar Departemen Proteksi Tanaman, IPB 4 Anggota Komisi Pembimbing. Staf Pengajar Departemen Proteksi Tanaman, IPB

(4)

adanya pengaruh spesies S. frugiperda yang berkompetisi dengan spesies lokal lainnya dalam pemanfaatan sumberdaya yang sama (Genovesi 2009; Reitz dan Trumble 2002).

S. frugiperda berasal dari daerah tropis belahan bumi barat dari Amerika Serikat hingga Argentina dan hingga tahun 2015, hama ini belum dilaporkan menyerang tanaman di wilayah lain kecuali di Amerika. Pada tahun 2016, hama ini ditemukan di Afrika yang menyebabkan kerusakan serius pada tanaman jagung (Goergen et al. 2016). Pada tahun 2018, S. frugiperda pertama kali dilaporkan ditemukan pada wilayah India (Ganiger et al. 2018), dan sejak saat itu hama ini dilaporkan terus menginvasi wilayah asia lainnya seperti Bangladesh, Thailand, Myanmar, Cina dan Sri Lanka. S. frugiperda di Indonesia pertama kali ditemukan pada per tanaman jagung di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat pada tahun 2019, dengan tingkat serangan berat, dan populasi larva sebanyak 2-10 ekor per tanaman (Nonci et al. 2019). Selain di Pasaman Barat, serangan S. frugiperda pada pertanaman jagung juga ditemukan di Bandung, Garut dan Sumedang (Maharani et al. 2019). Larva S. frugiperda dapat menyerang tanaman jagung mulai dari fase vegetatif hingga pada fase generatif. Menurut Eigueiredo et al. (2006), S. frugiperda di Brazil dapat menyebabkan kerugian lebih dari 50 %.

Serangan hama S. frugiperda belum dapat diatasi dengan efektif. Saat ini petani di Indonesia masih mengandalkan penggunaan insektisida sintentik dalam mengendalikan hama ini. Aplikasi insektisida sintetik berbahan aktif klorpirifos dari golongan organofosfat secara terjadwal pada lahan jagung merupakan kebiasaan oleh para petani di Bali (Rondo et al. 2016). Penggunaan insektisida sintetik yang berlebihan dalam budidaya jagung berpotensi mengakibatkan hama S. frugiperda menjadi resisten. S. frugiperda di Benua Amerika di laporkan telah mengalami resistensi terhadap beberapa golongan insektisida sintetik seperti organofosfat, piretroid dan karbamat (Kuate et al. 2019). Kemampuan resistensi S. frugiperda di luar negeri tersebut merupakan tolok ukur untuk mencegah terjadinya hama ini menjadi resisten pada usaha budidaya jagung di dalam negeri

Pengendalian alternatif merupakan solusi untuk meminimalisir ancaman buruk dari aplikasi insektisida sintetik yang berlebihan. Trichogramma sp. merupakan salah satu parasitoid telur yang terbukti berpotensi untuk digunakan sebagai faktor pengendali populasi hama di lapangan, dan telah digunakan dalam pengendalian hama pada tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, perkebunan di berbagai negara di Asia, Eropa, dan Amerika. Parasitoid telur dari genus

Trichogramma yang digunakan sebagai pengendalian hama secara biologis telah menunjukkan hasil yang efisien dalam mengendalikan wabah hama dari ordo Lepidoptera (Parra et al. 1987).

Pengendalian S. frugiperda menggunakan spesies Trichogramma pretiosum

pernah di lakukan di Brazil, tetapi hasilnya tidak begitu efektif. Ketidakcocokan telur S. frugiperda sebagai inang untuk spesies T. pretiosum sebelumnya juga telah dilaporkan (Sparks 1979, Pinto et al. 1986). Hal ini disebabkan telur diletakkan di lapisan yang tumpang tindih dan ditutupi dengan sisik dalam jumlah besar. Rendahnya tingkat parasitasi oleh parasitoid dilapangan dapat juga disebabkan predasi oleh semut dan curah hujan. Adapun penelitian menggunakan jenis musuh alami parasitoid di Indonesia untuk S. frugiperda belum ada yang melaporkan. Hal itu dikarenakan S. frugiperda merupakan hama baru yang perekembangannya

(5)

3

sangat cepat. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan penelitian S. frugiperda dan musuh alaminya pada tanaman jagung di Bogor, Jawa Barat.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari beberapa aspek biologi

Trichogramma sp. Aspek biologi yang diamati meliputi fase perkembangan, lama hidup imago (longevity), keperidian (fecundity). Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari Trichogramma sp. dalam memarasit telur inang S. frugiperda.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perkembangan parasitoid telur S. frugiperda dari genus Trichogramma agar dapat digunakan sebagai strategi pengendalian hayati, mengetahui potensi dan peran

Trichogramma sebagai musuh alami S. frugiperda.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan sampel dilakukan di lahan pertanaman jagung yang berada di wilayah Bogor. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2020 hingga Maret 2021.

Persiapan Penelitian Perbanyakan Spodoptera frugiperda

Telur dan larva S. frugiperda diambil dari pertanaman jagung yang ada di sekitar kecamatan Bogor. Sampel telur yang ditemukan dari lapangan di bawa ke labolatorium, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian telur di tunggu sampai menetas. Sampel larva yang ditemukan dari lapang kemudian di bawa ke labolatorium, di masukkan ke dalam wadah pemeliharaan. Larva di pelihara sampai berubah menjadi pupa hingga imago. Selanjutnya imago jantan dan betina dipindahkan ke kurungan yang sebelumnya sudah di isi larutan madu untuk kopulasi dan bertelur. Kemudian telur dipindahkan ke dalam kotak perbanyakan. Untuk menghindari kanibalisme dari larva S. Frugiperda, telur yang telah menetas langsung diberikan pakan berupa daun jagung yang telah dibersihkan, kemudian setiap satu individu larva dipisahkan ke dalam wadah khusus yang berbeda serta diberikan pakan jagung setiap hari.

(6)

Perbanyakan Parasitoid Trichogramma sp.

Proses perbanyakan parasitoid Trichogramma sp. meliputi penyiapan telur inang, pemaparan telur inang pada parasitoid, dan pengumpulan imago parasitoid. Parasitoid dipelihara dalam tabung reaksi dengan diberi pakan berupa campuran madu dan aquades steril dengan komposisi 3:7. Perbanyakan parasitoid dilakukan dengan cara menyiapkan kertas karton dengan ukuran 5 x 2 cm (Pias) yang telah ditempelkan telur inang. Pias yang telah ditempelkan telur inang dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi imago Trichogramma sp.. Tabung reaksi ditutup dengan kain hitam dan diikat dengan karet. Tabung reaksi disimpan dengan posisi mulut tabung menjauhi arah datangnya cahaya. Pias akan diparasiti selama 24 jam.

Identifikasi Parasitoid

Imago parasitoid yang muncul dari telur S. frugiperda di identifikasi dan diamati berdasarkan karakter morfologinya. Pengamatan karakter morfologi dilakukan dengan mangamati bagian antena, tungkai dan sayap dengan menggunakan mikroskop stereo. Adapun foto spesimen dibuat dengan menggunakan mikroskop digital Leica M205C beserta kamera digital Leica DFC450 dan aplikasi LAS.V.4.4.0 (Build: 454) yang dihubungkan dengan sebuah komputer. Identifikasi parasitoid menggunakan kunci identifikasi serangga

Hymenoptera of the world: An identification guide to families (Goulet dan Huber 1993), Classification of Chalcid Flies (Ashmead 1904) dan beberapa deskripsi spesies lainnya dari publikasi jurnal ilmiah yang mendukung.

Pengamatan Biologi Parasitoid Pengamatan Fase Pradewasa

Individu betina dan jantan parasitoid secara individu dimasukkan ke dalam tabung pemeliharan yang sebelumnya telah diisi pas telur S. frugiperda. Pemaparan parasitoid pada telur dilakukan selama 24 jam. Imago parasitoid selanjutnya dipindahkan dengan menggunakan aspirator ke tabung lain yang sudah berisi pias telur yang baru. Pengamatan fase pradewasa dilakukan dengan cara membedah telur yang telah dipaparkan berdasarkan waktu pemaparan yang berbeda. Telur yang terparasit ditandai dengan perubahan warna pada telur yang pada awalnya berwarna putih menjadi berwarna kehitaman. Pengamatan meliputi ciri-ciri morfologi pada setiap fase pradewasa serta ukuran mandibel pada fase larva. Pengukuran tubuh dan mandibel dilakukan menggunakan mikroskop stereo dan mikroskop compound yang terhubung dengan kamera Dino lite 2.0. Pendugaan stadium pradewasa dilakukan dengan menghitung rata-rata waktu mencapai fase selanjutnya dikurang dengan rata-rata lama mencapai fase sebelumnya.

Pengamatan Fase Dewasa

Pengamatan pada fase imago parasitoid terdiri atas pengamatan perilaku imago, ciri-ciri morfologi, keperidian imago betina dan nisbah kelamin keturunan yang berhasil menjadi imago. Pengamatan keperidian dilaksanakan dengan dua jenis pengamatan yang berbeda, yaitu pengamatan keperidian berdasarkan pada pembedahan telur inang dan pengamatan keperidian berdasarkan pada jumlah keturunan yang berhasil menjadi imago. Metode pada kedua jenis pengamatan ini

(7)

5

hampir sama. Pengamatan dilaksanakan dengan cara memasukkan imago betina parasitoid yang sudah kopulasi secara individu ke dalam tabung pemeliharan yang sebelumnya sudah berisi pias telur S. frugiperda. Telur yang digunakan merupakan telur yang berumur satu hari atau kurang. Pakan imago parasitoid adalah larutan madu 30% yang dioleskan menggunakan kuas pada dinding bagian dalam tabung. Pemaparan telur dilakukan selama 24 jam. Telur pada kertas pias yang sudah dipaparkan dipindahkan ke tabung pemeliharaan telur yang baru. Penggantian telur inang dilakukan setiap hari hingga imago betina parasitoid mati. Pengamatan keperidian berdasarkan pembedahan telur inang dilaksanakan dengan cara membedah telur inang yang sudah dipaparkan dan dicatat jumlah fase pradewasa yang ada di dalam telur inang. Pada pengamatan keperidian berdasarkan pada jumlah keturunan yang berhasil menjadi imago, telur yang sudah dipaparkan dipelihara dan ditunggu hingga imago keturunannya muncul. Jumlah imago keturunan yang muncul kemudian dihitung. Apabila ada telur inang yang tidak menetas, telur dibedah untuk memastikan telur tersebut terparasit atau tidak. Pengamatan nisbah kelamin menggunakan hasil dari pengamatan keperidian berdasarkan pada keturunan yang berhasil menjadi imago.

Neraca Kehidupan Trichogramma sp.

Sebanyak 50-100 telur S. frugiperda ditempelkan pada kertas pias, dimasukkan kedalam tabung reaksi dan di tutup menggunakan kain hitam. Telur inang yang digunakan berumur kurang dari 48 jam. Tabung reaksi kemudian di beri larutan madu sebagai pakan parasitoid Trichogramma sp. Tabung reaksi disimpan pada suhu ruang hingga imago parasitoid keluar. Pengamatan life tabel pada parasitoid Trichogramma sp. Dilakukan untuk mengetahui umur fase perkembangan parasitoid. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan 20 imago betina parasitoid yang telah kopulasi (umurnya 12-24 jam), setelah kopulasi setiap betina parasitoid di masukkan pada tabung reaksi dan diberikan pakan larutan madu dengan konsentrasi 30%, telur dipaparkan selama 24 jam dan di tunggu sampai imago parasitoid keluar. Telur di ganti setiap hari sampai imago betina mati. Telur inang yg terparasit di pindahkan ke suhu ruang setiap hari hingga muncul keturunan baru.

Analisis Data Neraca Kehidupan dan Analisis Demografi Serangga

Analisis data dilakukan menggunakan metode age-stage, two sex life table yang dikembangkan oleh Chi & Liu (1985) dengan menggunakan pendekatan matriks. Dalam percobaannya, Huang & Chi (2011) mengemukakan beberapa alasan bahwa metode ini lebih akurat dibandingkan dengan metode pembuatan neraca kehidupan yang tradisional (yang disebut dengan female age-specific life table). Disamping mengetahui survival rate yang hanya spesifik umur (lx), metodeini dapat menghasilkan grafik pertumbuhan populasi dengan secara spesifik terhadap fase hidup di setiap unit waktu (sx) yang berguna untuk memperdalam pengkajian suatu fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi. Selanjutnya dikalkulasikan pula fekunditas spesifik (mx), yaitu jumlah telur yang dihasilkan per betina dalam harian tertentu. Fekunditas didefinisikan sebagai kapasitas potensial reproduktif suatu organisme (Lincoln et al. 1982). Parameter populasi yang diukur dengan metode ini diantaranya adalah laju reproduktif

(8)

bersih (R0), rata-rata waktu generasi (T), laju pertumbuhan intrinsik (r), dan laju pertumbuhan terbatas (λ).

Survival rate spesifik fase-umur (sx) dikalkulasikan dengan cara membagijumlah individu pada fase tertentu dengan jumlah individu pada awal , sedangkan survival rate keseluruhan atau spesifik umur (lx) didapatkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

dengan x sebagai waktu atau hari pengamatan dan j sebagai fase hidup serangga.

Laju reproduktif bersih (R0) merupakan jumlah total keturunan yang dapat dihasilkan secara individual dalam masa hidupnya atau magnifikasi dari pertambahan populasi setelah satu generasi. Parameter ini dihitung menggunakan formula (Chi & Liu 1985;Tuan et al. 2014):

Laju pertumbuhan intrinsik (r) merupakan laju pertumbuhan populasi ketika unit waktu mencapai tak hingga dan populasi mencapai distribusi umur-fase yang stabil. Parameter ini dihitung secara iteratif menggunakan persamaan Lotka-Euler

dengan umur serangga dimulai dari nol. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut

Dan rata-rata waktu generasi merepresentasikan waktu yang dibutuhkan oleh sebuah populasi untuk bertambah menjadi R0 kali lipat. Parameter tersebut dikalkulasikan dengan persamaan sebagai berikut

Analisis Data

Data pengamatan biologi parasitoid berupa data deskriptif. Uji preferensi imago Trichogramma terhadap umur telur inang yang berbeda menggunakan analisis ragam (ANOVA), yang dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5 % dengan menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel 2010 dan Statistical Analysis System (SAS).

(9)

7

DAFTAR PUSTAKA

Ashmead WH, Smith HH. 1904. Classification of the Chalcid Flies: or the superfamily Chalcidoidea, with descriptions of new species in the Carnegie Museum, collected in South America by Herbert H. Smith: authority of the Board of Trustees of the Carnegie Institute.

Ganiger PC, Yeshwanth HM, Vinay N.2018. Occurrence of the new invasive pest, fall armyworm, Spodoptera frugiperda (J.E. Smith) (Lepidoptera: Noctuidae), in the maize fields of Karnataka, India. Current Science, 2018. 115. (4): p. 621-623

Genovesi P. 2009. Invasive alien species in a changing world. Biodiversity. 10(2):3-4.Goergen G, Kumar PL, Sankung SB, Togola A, Tamò M. 2016. First Report of Outbreaks of the Fall Armyworm Spodoptera frugiperda (J E Smith) (Lepidoptera, Noctuidae), a New Alien Invasive Pest in West and Central Africa. J Plos one. 11(10): e0165632.

Goergen, G, Kumar PL, Sangkung SB, Togola A, Tamo M. 2016. First Report of Outbreaks of the Fall Armyworm Spodoptera frugiperda (J E Smith) (Lepidoptera, Noctuidae), a New Alien Invasive Pest in West and Central Africa. PLOS ONE. 11(10): p. e0165632

Goulet H, Huber JT, editor. 1993. Hymenoptera of the World: An Identification Guide to Families. Kanada (US): Agriculture canada publication.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 2000. Guidelines for the prevention of biodiversity loss caused by alien invasive species. [diunduh 2020 Sep 8]; Gland (CH): The 51st Meeting of the

IUCN Council. Tersedia pada:

https://portals.iucn.org/library/efiles/documents/Rep-2000-052.pdf.

Kuate AF, Hanna R, Fotio ARPD, Abang AF, Nanga SN, Ngatat S, Tindo M, Masso C, Ndemah R, Suh C, Fiaboe KKM. 2019. Spodoptera frugiperda Smith (Lepidoptera: Noctuidae) in Cameroon: Case study on its distribution, damage, pesticide use, genetic differentiation and host plants. Plos One 14(4):1-18.

Nonci N, Kalqutny SH, Mirsam H, Muis A, Azrai M, Aqil M. 2019. Pengenalan fall armyworm (Spodoptera Frugiperda J.E. Smith) Hama Baru Pada Tanaman Jagung Di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros (ID) Sulawesi Selatan.

Pinto JD, Oatman ER, Platner GR. 1986. Trichogramma pretiosum and a new cryptic species occurring sympatrically in southwestern North America (Hymenoptera: Trichogrammatidae). Ann. Entomol. Soc. America 79:1019-1028.

Prasanna BM, Huesing J, Eddy R, Peschke VM. 2018. Fall Armyworm in Africa: A Guide for Integrated Pest Management, CIMMYT: Edo Mex, Mexico. Reitz SR, Trumble JT. 2002. Competitive displacement among insects and

arachnids. Annu Rev Entomol. 47: 435–465

Rondo SF, Sudarma IM, Wijana G. 2016. Dinamika populasi hama dan penyakit utama tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) pada lahan basah dengan sistem budidaya konvensional serta pengaruhnya terhadap hasil di Denpasar-Bali. Agrotrop 6(2):128-136.

(10)

Rwomushana I et al. 2018. Fall Armyworm: Impacts and Implications for Africa; Evidence Note Update; CABI: Oxfordshire [UK].

Sparks AN. 1979. A review of the biology of the fall armyworm. Florida Entomology. 62: 82-87.

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria yang digunakan ICRAF untuk membedakan agroforestry kopi multistrata dan agroforestri sederhana adalah didasarkan pada jumlah spesies dari pohon pendamping

Jenis Heat Exchanger (HE ) yang akan digunakan dalam desain ini adalah Double pipe Heat Exchanger atau Shell and Tube Heat Exchanger bergantung pada flow area

Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam

Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta selain sebagai penemu varietas kedelai hitam malika, juga berperan sebagai lembaga pengembangan teknologi budidaya kedelai

Seorang Guru Bahasa Indonesia di MA Al-Falah mengungkapkan bahwa dengan menerapakan media audio visual sangat terbantu karena penggunaan tersebut dapat

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh pasien dalam meningkatkan. keberhasilan terapi DM

bilangan yang terdiri dari 3 angka berbeda. Dalam kompetisi bola basket yang terdiri dari 10 regu. peserta akan dipilih juara 1, 2, 3. Banyak cara memasang 5 bendera dari

Pada sampul luar ditulis nama paket pekerjaan, nama dan alamat peserta, serta ditujukan kepada Tim Pengadaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Direksi, Komisaris,