• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH ASKEB IBU I MAHASISWA SEMESTER II DI AKBID MITRA HUSADA KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN KESIAPAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH ASKEB IBU I MAHASISWA SEMESTER II DI AKBID MITRA HUSADA KARANGANYAR"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN KESIAPAN BELAJAR

DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH

ASKEB IBU I MAHASISWA SEMESTER II DI AKBID

MITRA HUSADA KARANGANYAR

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh :

N. Kadek Sri Eka Putri

S540809017

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN KESIAPAN BELAJAR

DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH

ASKEB IBU I MAHASISWA SEMESTER II DI AKBID

MITRA HUSADA KARANGANYAR

Disusun Oleh :

N. Kadek Sri Eka Putri

S540809017

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sri Anitah, M.Pd

NIP. 130345741 ………. 14 Oktober 2010

Pembimbing II Jarot Subandono, dr, M.Kes

NIP. 19680704 199903 1 002 ………. 19 Oktober 2010

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

(3)

commit to user

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN KESIAPAN BELAJAR

DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA KULIAH

ASKEB IBU I MAHASISWA SEMESTER II DI AKBID

MITRA HUSADA KARANGANYAR

Disusun Oleh :

N. Kadek Sri Eka Putri S540809017

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal:

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes NIP. 19480313 197610 1 001

Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M.pd NIP. 19661108 199003 2 001

Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. Sri Anitah, M.pd NIP. 130345741

2. Jarot Subandono, dr, M.Kes NIP. 19680704 199903 1 002

Surakarta, Mengetahui

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Magister

Kedokteran Keluarga

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan

judul “Hubungan Kecerdasan Emosi dan Kesiapan Belajar dengan Prestasi Belajar

pada Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I Mahasiswa Semester II Akbid Mitra

Husada Karanganyar”.

Pada kesempatan ini dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan bimbingan selama proses pendidikan maupun dalam menyelesaikan tesis ini.

1. Prof. Dr. HM. Syamsulhadi, dr, SpKJ (K), selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Prof. Suranto, Drs, M.Sc.PhD, selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk

melaksanakan penelitian ini.

3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, PAK, MM, M. Kes, selaku Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

4. P. Murdani, dr, M.HPEd, selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan,

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Prof. Dr. Sri Anitah, M. Pd, selaku Pembimbing I Terimakasih ibu atas

(5)

6. Jarot Subandono, dr, M. Kes selaku Pembimbing II Terimakasih bapak atas

segala waktu yang telah diberikan serta kesabarannya untuk membimbing

penulis dalam penelitian ini.

7. Cucuk Herukusumo, dr, M. Kes dan Suwarnisih, SST, M. Kes selaku Ketua

Yayasan dan Direktur AKBID Mitra Husada Karanganyar, seluruh

teman-teman sejawat, sahabat seperjuangan di Akbid Mitra Husada Karanganyar.

8. Seluruh dosen Pascasarjana yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya

untuk kemajuan penulis.

9. Mas Gedhe Aris, terima kasih telah memberi motivasi dan semangat untuk

menyelesaikan kuliahku.

10.Adik Khaila permata kecilku penghapus laraku, membuat hidup lebih

berharga dan ceria, terima kasih atas doanya.

11.Keluargaku tercinta yang berada di Bali, Sragen dan Karanganyar terimakasih

atas semua doa dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan tesis ini.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Surakarta, Nopember 2010

(6)

ABSTRAK

N. Kadek Sri Eka Putri, S 540809017. 2010. Hubungan Kecerdasan Emosi dan Kesiapan Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada Karanganyar. Program Studi: Magister Kedokteran Keluarga. Minat: Pendidikan Profesi Kesehatan, Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan : Menganalisa hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mata kuliah Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada Karanganyar, menganalisa hubungan kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada Karanganyar, menganalisa hubungan kecerdasan emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada Karanganyar.

Metode : Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling purposive, menentukan ukuran sampel dengan rumus Isaac dan Michael diperoleh jumlah sampel 89 responden dari 119 mahasiswa semester II tahun akademik 2009/2010 di Akademi Kebidanan Mitra Husada Karanganyar. Teknik analisis data adalah teknik korelasi sederhana, korelasi ganda dan regresi ganda dengan taraf signifikansi 0,05.

Hasil Penelitian : Terdapat hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar sebesar 0.457, terdapat hubungan kesiapan belajar dengan prestasi belajar sebesar 0.360, sedangkan hasil analisis dengan korelasi ganda didapatkan bahwa kecerdasan emosi dan kesiapan belajar secara bersama-sama mempengaruhi prestasi belajar sebesar 0.533.

Simpulan : 1) Terdapat hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar, 2) Terdapat hubungan positif dan signifikan kesiapan belajar dengan prestasi belajar, 3) Terdapat hubungan positif dan signifikan kecerdasan emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar.

(7)

ABSTRACT

N. Kadek Sri Eka Putri, S 540809017. 2010. The Relationship between Emotional Intelligent and Learning Readiness through Learning Achievement in the Subject of Midwifery Rearing I of the Second Semester Students of Mitra Husada Midwifery academy Karanganyar. Study Program: Master’s Degree of Family Medication. Interest: Health Profession Education, Graduate Program. Sebelas Maret University Surakarta.

Objective: Analyzing the relationship between emotional intelligent and learning achievement in the subject of Midwifery Rearing I of the second semester students in Midwifery Academy of Mitra Husada Karanganyar, analyzing the relationship between learning readiness and learning achievement in the subject of Midwifery Rearing I of the second semester students in Midwifery Academy of Mitra Husada Karanganyar, analyzing the relationship between emotional intelligent and learning readiness through learning achievement in the subject of Midwifery Rearing I of the second semester students in Midwifery Academy of Mitra Husada Karanganyar.

Research Type: This research applies analytical observation technique and cross sectional approach. The sampling used is purposive sampling, determine sample size using Isaac and Michael formula which is 89 respondents of 119 second semester students academic year 2009/2010 in Midwifery Academy of Mitra Husada Karanganyar. The techniques of analysis data are single correlation, multiple correlation and multiple regressions with the level of significance α = 0.05.

Result of the Study: There is relationship between emotional intelligent and learning achievement which is 0.457, there is relationship between learning readiness and learning achievement which is 0.360, while the multiplication correlation analysis shows that emotional intelligent and learning readiness simultaneously influence learning achievement which is 0.533.

Conclusion: 1) There is positive significance relationship between emotional intelligent and learning achievement, 2) There is positive significance relationship between learning readiness and learning achievement, 3) There is positive significance relationship between emotional intelligent and learning readiness through learning achievement.

Key Words: Relationship, Learning Achievement, Emotional Intelligent,

(8)

DAFTAR ISI 

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

(9)

A. LANDASAN TEORI ... 8

1. Kecerdasan Emosi ... 8

2. Kesiapan Belajar ... 18

3. Prestasi Belajar ... 23

4. Hubungan Kecerdasan Emosi dan Kesiapan Belajar dengan Prestasi Belajar ... 25

B. PENELITIAN YANG RELEVAN... 26

C. KERANGKA PEMIKIRAN ... 28

D. HIPOTESIS ... 29

BAB III METODOLOGI ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Teknik analisis data ... 39

(10)

1. Deskripsi Data ... 46

2. Pengujian Prasyaratan Analisis ... 50

3. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 53

4. Sumbangan Efektif dan Relatif ... 57

B. Pembahasan ... 58

1. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar .. 58

2. Hubungan Kesiapan Belajar dengan Prestasi Belajar .... 59

3. Hubungan Kecerdasan Emosi dan Kesiapan Belajar dengan Prestasi Belajar ... 61

BAB V PENUTUP ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Implikasi ... 63

C. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rentang Nilai Konversi ... 33

Tabel 2. Kisi-kisi Kuesioner kecerdasan emosi ... 34

Tabel 3. Penskoran kuesioner kecerdasan emosi ... 35

Tabel 4. Kisi-kisi kuesioner kesiapan belajar ... 36

Tabel 5. Distribusi Kecerdasan Emosi ... 46

Tabel 6. Distribusi Kesiapan Belajar ... 47

Tabel 7. Distribusi Prestasi Belajar ... 47

Tabel 8. Distribusi Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar ... 48

Tabel 9. Distribusi Kesiapan Belajar dengan Prestasi Belajar ... 49

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ... 50

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas ... 51

Tabel 7. Hasil uji keberartian regresi ... 52

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadual Pelaksanaan Penelitian ... 67

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 68

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian ... 69

Lampiran 4. Surat Pengantar Kuesioner Penelitian ... 70

Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 71

Lampiran 6. Kuesioner Kecerdasan Emosi... 72

Lampiran 7. Kuesioner Kesiapan Belajar ... 75

Lampiran 8. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kecerdasan Emosi ... 79

Lampiran 9. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kesiapan Belajar ... 98

Lampiran 10. Data Penelitian ... 108

Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas ... 122

Lampiran 12. Hasil Uji Liniaritas ... 125

(13)

Lampiran 14. Tabel Nilai r Product Moment ... 130

Lampiran 15. Tabel Distribusi Chi-kuadrat ... 131

Lampiran 16. Tabel Distribusi F ... 132

Lampiran 17. Tabel Distribusi t ... 134

Lampiran 18. Kartu Konsultasi ... 135

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan dan kemajuan suatu bangsa terletak pada sumber daya

manusia yang berkualitas. Upaya penciptaan sumber daya manusia yang

berkualitas yaitu dengan pendidikan yang berkualitas juga. Hal ini sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia yang tercantum dalam Tap.

MPR No IV/MPR/1999 yang menyatakan pendidikan nasional merupakan

upaya pemerintah Indonesia untuk mencerdaskan bangsa dan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia guna mewujudkan masyarakat yang maju, adil

dan makmur, serta memungkinkan semua warga negaranya untuk

mengembangkan diri sebagai manusia yang kreatif, inovatif, memiliki

kecerdasan dan bertanggung jawab. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan

mengembangkan pendidikan yang tidak hanya memperhatikan aspek

intelektualnya saja tapi juga kemampuan emosinya. Pendidikan harus dapat

menyeimbangkan antara kecerdasan kognitif dengan kecerdasan emosi.

Seseorang pasti ingin memperoleh keberhasilan didalam hidupnya, baik

itu disekolah, karier pekerjaan, kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan

sosialnya. Untuk dapat mencapai keberhasilan seperti yang diinginkannya,

seseorang harus dapat mengenali faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

(15)

Selama ini banyak yang beranggapan bahwa jika seseorang memiliki

tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang itu memiliki

peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar, dibanding orang yang

memiliki kecerdasan intelektual rata-rata. Pada kenyataannya ada banyak

kasus dimana seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi

tersisih oleh orang yang mempunyai IQ lebih rendah. Ternyata IQ tidak

menjamin seseorang untuk memperoleh kesuksesan baik itu dalam lingkup

sekolah terlebih lagi dalam karier pekerjaan (Goleman, 1999).

Keberhasilan seseorang selain ditentukan oleh kecerdasan rasional (IQ),

juga sangat ditentukan oleh kecerdasan emosional karena IQ tidak akan dapat

berfungsi maksimal apabila EQ tidak dapat berfungsi maksimal. Pendapat

seperti ini diungkapkan oleh Goleman (1999), bahwa keberhasilan kita dalam

kehidupan ditentukan oleh keduanya, tidak hanya oleh IQ tetapi kecerdasan

emosional-lah yang memegang peranan. Sungguh, intelektualitas tak dapat

bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional merupakan faktor penting yang mempengaruhi

hasil belajar, jika kecerdasan emosi berkembang baik akan sangat

meningkatkan prestasi belajar akademik. Kemampuan akademis yang tinggi

ditunjang dengan kecerdasan emosi dapat membuka banyak pintu kesuksesan

bagi seseorang baik dalam dunia kerja, pribadi maupun proses belajar

mengajar (Mu’tadin, 2002 ; Goleman, 2000).

Pembelajaran yang memperhatikan emosi dapat membantu mempercepat

(16)

membuat pelajaran lebih berarti dan permanen, karena siswa akan hadir baik

secara fisik maupun secara psikis. Kecerdasan emosi juga mampu

memaksimalkan fungsi kecerdasan intelektualnya sehingga mampu

menunjukkan kinerja yang lebih baik.

Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosi yang baik memiliki

kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan untuk

menghadapi rintangan, tidak cepat merasa puas, mampu mengatur suasana hati

dan mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan

berfikir serta mampu berempati dan berharap (Goleman, 2005).

Faktor lain yang menentukan prestasi belajar seseorang adalah kesiapan

belajar. Sebagai mahasiswa tidak dapat dilepaskan dari aktivitas belajar, dan

untuk menunjang hal tersebut diperlukan kesiapan belajar yaitu kondisi awal

suatu kegiatan belajar yang membuatnya siap untuk memberi respon atau

jawaban yang ada pada diri mahasiswa dalam mencapai tujuan pengajaran

tertentu (Djamarah dan Aswan, 2006).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar siswa

diantaranya adalah kondisi fisik (mental dan emosional);

kebutuhan-kebutuhan (motif dan tujuan), keterampilan, pengetahuan yang telah

dipelajari, sehingga jelaslah bahwa jika seseorang ingin mempunyai prestasi

belajar atau kemampuan akademis yang baik maka ia harus mempersiapkan

kondisi dirinya yaitu baik fisik maupun psikologis sebelum melaksanakan

(17)

Prestasi belajar merupakan penampakan dari hasil belajar. Prestasi belajar

dapat diukur dengan evaluasi belajar antara lain tes sumatif yang dapat

menentukan indeks prestasi (IP) (Winkel, 1999).

Setiap orang melakukan suatu aktifitas untuk mencapai tujuan tertentu,

pada akhirnya mereka ingin mengetahui hasil yang dicapai dalam hal ini

kegiatan belajar, yang salah satu bentuknya yaitu prestasi belajar. Bagi siswa

disekolah prestasi merupakan faktor penting bagi siswa untuk mengetahui

sejauh mana ia telah berhasil menguasai materi yang dipelajarinya. Prestasi

juga berfungsi sebagai alat untuk mengungkapkan kebanggaan dan

kepuasannya terhadap prestasi yang diraihnya. Sejauh manakah ia telah

berhasil mencapai kesuksesan dari hasil usahanya (Winkel, 1999).

Penelitian pendahuluan yang penulis lakukan di Akademi Kebidanan

Mitra Husada Karanganyar pada mahasiswa semester II tahun akademik

2008/2009 ada 120 mahasiswa, dari hasil evaluasi mahasiswa semester II

didapatkan mahasiswa yang mempunyai Indeks Prestasi (IP) untuk mata

kuliah Asuhan Kebidanan I (kehamilan) antara 3,51 – 4,00 ada 20 mahasiswa

(16,67 %), Indeks Prestasi antara 2,75 – 3,50 ada 61 Mahasiswa (50,83%),

Indeks Prestasi antara 2,00 – 2,75 ada 39 mahasiswa (32,50 %).

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan prestasi yang dicapai

mahasiswa sebagian besar sudah baik, namun demikian masih ada sebagian

mahasiswa yang menunjukkan prestasi yang masih kurang maksimal.

Prestasi belajar pada sebagian mahasiswa yang kurang memuaskan pada

(18)

oleh kemampuan mengatur emosi dan kesiapan belajar mereka yang kurang,

karena aspek kesiapan antara lain kondisi fisik, mental, kebutuhan, motif dan

tujuan, keterampilan dan aspek emosional walaupun pada penelitian ini

emosional ditinjau dari kecerdasan emosi (Slameto, 2003). Hasil wawancara

yang dilakukan oleh penulis terhadap beberapa dosen menyatakan bahwa pada

mata kuliah asuhan kebidanan I masih ada mahasiswa yang menampakkan

perhatian yang kurang terhadap perkuliahan karena tidak ada kesiapan belajar

sebelumnya, kurangnya semangat, motivasi, keuletan untuk belajar, hal ini

mencerminkan kurangnya kecerdasan emosi mahasiswa. Ini didukung oleh

pernyataan beberapa mahasiswa bahwa kurangnya kesiapan mereka dalam

belajar sehingga banyak diantara mereka yang dalam mengikuti perkuliahan

belum maksimal.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan

Kecerdasan Emosi dan Kesiapan Belajar dengan Prestasi Belajar pada Mata

Kuliah Asuhan Kebidanan I Mahasiswa Semester II Akbid Mitra Husada

Karanganyar”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari uraian dalam latar belakang diatas maka dapat

dirumuskan permasalahan yaitu:

1. Adakah hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mata

kuliah Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada

(19)

2. Adakah hubungan kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mata

kuliah Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada

Karanganyar?

3. Adakah hubungan kecerdasan emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi

belajar pada mata kuliah Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra

Husada Karanganyar?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kecerdasan

emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah

Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada Karanganyar.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisa hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada

mata kuliah Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada

Karanganyar.

b. Menganalisa hubungan kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada

mata kuliah Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada

(20)

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Menambah pengetahuan tentang hubungan kecerdasan emosi dan

kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah Askeb I

mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada Karanganyar.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pada bidang pendidikan

akan pentingnya kecerdasan emosi terhadap prestasi belajar khususnya

pada mata kuliah Askeb I.

b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pada bidang pendidikan

akan pentingnya kesiapan belajar dengan prestasi belajar khususnya

pada mata kuliah Askeb I.

c. Memberi masukan kepada pebelajar mengenai hubungan kecerdasan

emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Kecerdasan emosi

Kecerdasan menurut Anderson (1990) merupakan hasil interaksi

antara himpunan pengetahuan dengan kemampuan khusus dalam

mengolah sejumlah informasi tertentu. Kecerdasan seseorang tidak hanya

ditentukan oleh potensi dasar atau pembawaannya saja tetapi juga oleh

seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki sebagai hasil pengalaman

belajar (Muhibbin, 2004). Kecerdasan erat kaitannya dengan masalah

penyesuaian diri terhadap masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh

seorang individu dalam kehidupannya. Hal tersebut juga dikemukan oleh

Gardner dalam Adi (2004) bahwa kecerdasan sebagai suatu kemampuan

untuk memecahkan masalah, kemampuan untuk menciptakan masalah

baru untuk dipecahkan dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau

menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan

masyarakat.

Gardner membagi kecerdasan pada diri manusia menjadi:

a. Kecerdasan linguistik yaitu kecerdasan yang tidak hanya meliputi

kemampuan menulis atau membaca tetapi juga mencakup kemampuan

berkomunikasi. Komunikasi yang baik tidak hanya berbicara tetapi

(22)

indra dipergunakan sesuai porsinya, yaitu lebih banyak mendengar

daripada berbicara.

b. Kecerdasan logika-matematika meliputi kemampuan melakukan

perhitungan matematis, kemampuan berpikir logis, kemampuan

memecahkan masalah, pola pikir deduksi dan induksi, dan kemampuan

mengenali pola dan hubungan.

c. Kecerdasan intrapersonal meliputi pikiran dan perasaan, semakin

sering seseorang mampu membawa pikiran dan perasaan kita ke level

sadar maka akan semakin mampu kita menghubungkan dunia di luar

kita dengan dunia dalam diri kita.

d. Kecerdasan interpersonal memungkinkan seseorang untuk

berkomunikasi dan memahami orang lain, mengerti kondisi pikiran

atau suasana hati yang berbeda, sikap atau temperamen, motivasi dan

kepribadian. Kecerdasan ini meliputi kemampuan untuk membentuk

dan mempertahankan suatu hubungan. Murid dengan kecerdasan

interpersonal yang baik suka sekali berinteraksi dengan murid lain

seusianya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kawannya dan

biasanya sangat menonjol dalam melakukan kerja kelompok.

e. Kecerdasan musical adalah jenis kecerdasan yang paling awal

berkembang. Konfusius mengatakan bahwa pengaruh musik terhadap

manusia mempunyai efek personal dan politik.

f. Kecerdasan visual-spasial meliputi kumpulan dari berbagai keahlian

(23)

secara visual, mengenali bentuk dan warna, gambaran mental, daya

piker ruang, manipulasi gambar, dan duplikasi gambar baik yang

berasal dari dalam diri (secara mental) maupun yang berasal dari luar.

g. Kecerdasan kinestetik merupakan dasar dari pengetahuan manusia

karena pengalaman hidup yang kita rasakan dan dialami melalui

pengalaman yang berhubungan dengan gerakan dan sensasi pada tubuh

fisik.

h. Kecerdasan naturalis yaitu kecerdasan untuk mengamati, mengenali,

berinteraksi atau peduli dengan objek, tanaman, atau hewan.

Kecerdasan ini berkembang untuk mempertahankan hidup dialam

bebas.

i. Kecerdasan eksistensial adalah kecerdasan yang berhubungan dengan

kapasitas atau kemampuan untuk berfikir kosmis atau hal-hal yang

berhubungan dengan keberadaan; mulai dari keberadaan dan tujuan

manusia di alam semesta hingga pada sifat kehidupan itu sendiri

seperti kebahagiaan, tragedi, penderitaan, hidup dan mati.

Kesembilan pembagian kecerdasan menurut Gardner diatas

terdapat kecerdasan yang berhubungan erat dengan aspek-aspek dari

kecerdasan emosi yaitu kecerdasan intrapersonal yang meliputi pikiran dan

perasaan dalam diri kita dan kecerdasan interpersonal yang

memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dan memahami orang lain.

Kehidupan seseorang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh emosi,

(24)

maupun emosi yang bernilai negatif seperti marah, benci, cemas, gelisah

dan sebagainya.

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana

seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara

berangsur-angsur oleh evolusi. Akar kata emosi adalah movera kata kerja

bahasa latin yang artinya “bergerak menjauh” yang menyiratkan bahwa

kecenderungan untuk bertindak merupakan hal yang mutlak dalam emosi,

lebih lanjut dijelaskan emosi adalah perasaan yang intensitasnya lebih kuat

atau merupakan perasaan yang bergejolak karena begitu kuatnya intensitas

perasaan tersebut sehingga akan mewarnai perilaku individu dan juga

menghambat fungsi kendali rasio (Goleman, 2000).

Emosi sangat berperan penting dalam keberhasilan seseorang baik

ditempat kerja, tempat belajar, rumah dan hubungan antar sesama maupun

diri sendiri. Emosi adalah kekuatan tanpa batas yang dapat dimanfaatkan

untuk meraih sukses dalam hidup (Goleman, 2000).

Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengenali emosi

diri sendiri dan emosi orang lain, serta menggunakan perasaan itu untuk

memandu pikiran dan tindakan yang dilakukan. Seperti yang diungkapkan

oleh Goleman (1999) bahwa kecerdasan emosi atau emotional intelligence

merujuk pada kemampuan memotivasi diri, dan kemampuan mengelola

emosi dengan baik pada diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.

Cooper dan Sawaf (2002), menyatakan kecerdasan emosi adalah

(25)

kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh

yang manusiawi.

Solvey dan Mayer dalam Goleman (2000) menggunakan istilah

kecerdasan emosi untuk menggambarkan sejumlah keterampilan yang

berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri dan orang

lain serta kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi,

merencanakan dan meraih tujuan kehidupan.

Goleman (2005), mendefenisikan kecerdasan emosi adalah

kecakapan emosi yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri

sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu

mengendalikan impuls dan merasa tidak cepat puas, mampu mengatur

suasana hati dan mampu mengelola kecemasan agar tidak menggangu

kemampuan berfikir serta mampu berempati serta berharap.

Kecerdasan emosi juga mengandung aspek kemampuan mengatur

emosi, kemampuan menenangkan diri, memusatkan perhatian dan untuk

berhubungan lebih baik dengan orang lain sehingga dapat memberikan

reaksi yang tepat ketika berhadapan dengan situasi-situasi yang sulit dan

yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dapat diselesaikannya

dengan baik (Gottman, 1999). Berbagai pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa kecerdasan emosi mengandung aspek pengenalan diri,

pengelolaan emosi diri dan emosi orang lain, kemampuan memotivasi diri,

(26)

Keberhasilan seseorang selain ditentukan oleh kecerdasan rasional

(IQ), juga sangat ditentukan oleh kecerdasan emosional karena IQ tidak

akan bekerja sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional (Goleman,

2007).

Gardner dalam Goleman (2000), membedakan kecerdasan emosi

dalam dua bentuk:

a. Kecerdasan interpribadi, yaitu suatu kemampuan untuk mengerti

keadaan dirinya. Misalnya bila seorang sedang sedih maka ia tidak

terlarut dalam kesedihannya apalagi jika kesedihannya itu dapat

menghambat aktifitasnya untuk menuju kearah yang lebih baik.

b. Kecerdasan antarpribadi, yaitu berisi mengenai kemampuan untuk

memahami orang lain membedakan, menanggapi dengan cepat suasana

hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain di luar dirinya. Untuk

dapat memanifestasikan kecerdasan antarpribadi seseorang harus

terlebih dahulu mencapai tingkat pengendalian diri tertentu yaitu

dimulainya kemampuan untuk menyimpan kemarahan, beban stress,

dorongan hati serta kegairahannya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang

menurut Goleman ( 2000), antara lain sebagai berikut:

a. Lingkungan keluarga. Keluarga merupakan sekolah yang pertama kali

dalam mempelajari emosi. Dalam hal ini peran orang tua sangatlah

dibutuhkan. Orang tua adalah subjek pertama yang perilakunya

(27)

akhirnya akan menjadi bagian kepribadian anak. Orang tua mampu

memberikan contoh-contoh yang baik mengenai bagaimana mereka

mereaksi perasaan orang lain, cara terbaik menanggapi perasaan orang

lain, cara terbaik menanggapi perasaan dengan tepat adalah bagaimana

perilakunya dalam menghadapi masalah.

b. Lingkungan non keluarga. Dalam hal ini lingkungan non keluarga

adalah masyarakat, dan lingkungan pendidikan. Kecerdasan emosi

berjalan sesuai dengan perkembangan fisik dan mental anak.

Pembelajar emosi dapat dilakukan dengan memberi peran anak sebagai

seseorang diluar dirinya sehingga anak dapat belajar mengenai

bagaimana perasaan orang lain ketika menghadapi suatu masalah.

Kecerdasan emosional anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan

sosial. Dimana seorang anak hidup ditengah-tengah lingkungan yang

banyak memberikan warna bagi kehidupan emosional. Lingkungan

keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan emosional anak,

orang tua yang mempunyai keterampilan emosi baik akan mempunyai

anak-anak yang memiliki kemampuan emosi yang baik pula (Gottman,

1999).

Solvey dan Meyer dalam Goleman (2005) menyatakan aspek-aspek

kecerdasan emosi sebagai berikut :

a. Mengenali emosi diri (Knowing one’s emotions). Inti dari mengenali

(28)

perasaan itu timbul. Ahli-ahli psikologi mengunakan istilah

metakognisi untuk menyebut kesadaran seseorang akan emosinya

sendiri. Goleman menggunakan istilah kesadaran diri ini

membutuhkan neokorteks yang aktif, terutama diwilayah bahasa yang

terpasang untuk mengidentifikasi dan menamai emosi-emosi yang

sedang timbul.

b. Mengelola emosi (Managing emotion). Usaha mengenali emosi diri

sendiri sebenarnya sudah dijalankan sejak awal kehidupanya agar

manusia mampu mengontrol emosi, menjaga agar

tindakan-tindakannya tidak dikendalikan oleh emosi semata. Harus memahami

apa-apa yang diharapkan dirinya dan juga harus membawa

konsekuensi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain.

c. Memotivasi diri sendiri (Motivating one self). Mengatur emosi sebagai

alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang mendasar untuk dapat

memberikan perhatian, memotivasi diri dan menguasai diri serta

mengembangkan kreatifitas. Kendali diri emosi yang berarti menahan

dorongan terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah

landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang-orang yang

memiliki ketrampilan ini cenderung lebih produktif dan efektif dalam

melakukan berbagai aktivitas. Emosi yang terlibat dalam kemampuan

memotivasi diri adalah rasa antusias, gairah dan keyakinan diri serta

menciptakan iklim yang positif dalam mencapai prestasi. Kemampuan

(29)

ketekunan bergantung pada sifat emosi yaitu antusiasme serta

keinginan untuk menghadapi tantangan. Bagian emosi seseorang

menentukan batas kemampuan untuk memanfaatkan kemampuan

mental bawaan dan menentukan keberhasilan dalam kehidupan, serta

bagaimana individu termotivasi oleh perasaan antusiasme dan

kepuasan pada apa yang dikerjakan sehingga mendorong untuk

berprestasi, maka disinilah arti kecerdasan emosi, suatu kemampuan

untuk mempengaruhi atau menghambat kemampuan-kemampuan

lainnya.

d. Mengenali emosi orang lain (Recognizing emotions in others).

Seseorang yang mampu berempati adalah seseorang yang mampu

membaca perasaan dan isyarat non verbal mereka lebih mampu

menyesuaikan diri secara emosi, lebih popular, lebih mudah bergaul

dan lebih mudah peka. Kemajuan teknologi membuat hubungan antar

manusia menjadi lebih rumit dan kerumitan ini menyebabkan stress

dan aneh. Globalisasi dan kemajuan teknologi yang hebat ini harus

dibayar mahal dengan ketumpulan atau kedunguan perasaan personal,

orang menjadi cepat marah, individualistis, serta tergesa-gesa semakin

tidak peka, tidak mampu mendengarkan dan berempati terhadap

perasaan sendiri apalagi orang lain. Semua itu disebabkan karena

kurangnya kemampuan mengendalikan emosi, setelah, oleh karena itu

tidak heran bila kecerdasan emosi dianggap menyumbang banyak

(30)

e. Membina hubungan (Handling relation ship). Seni membina hubungan

dengan orang lain erat hubungannya dengan ketrampilan emosi yang

lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah saat-saat kritis perkembangan

kemampuan anak. Intinya adalah mampu menangani emosi orang lain

yang membutuhkan kematangan-kematangan ketrampilan emosi lain

yaitu manajemen diri dan empati, yang perlu dicermati adalah

ketrampilan membina hubungan yang lebih aplikatif dan melibatkan

kehadiran orang lain.

Enam unsur utama kemampuan yang sangat penting yang berkaitan

dengan kecerdasan emosi menurut Goleman (2000) adalah:

a. Keyakinan. Perasan kendali dan penguasaan seseorang terhadap tubuh,

perilaku dan dunia, perasaan anak bahwa dirinya akan cenderung lebih

berhasil daripada tidak dalam apa yang dikerjakannya, dan bahwa

orang-orang dewasa akan bersedia menolong

b. Rasa ingin tahu. Perasaan bahwa menyelidiki segala sesuatu ini

bersifat positif dan menimbulkan kesenangan.

c. Niat. Hasrat dan kemampuan untuk berhasil dan untuk bertindak

dengan tekun berdasarkan niat tersebut. Hal ini berkaitan dengan

perasaan terampil dan perasaan efektif.

d. Kendali diri. Kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang lain

berdasarkan pada perasaan saling memahami.

e. Kecakapan berkomunikasi. Keyakinan dan kemampuan verbal untuk

(31)

berkaitan dengan rasa percaya pada orang lain dan kenikmatan terlibat

dengan orang lain termasuk orang dewasa.

f. Kooperatif. Kemampuan untuk menyeimbangkan kebutuhannya

sendiri dengan kebutuhan orang lain dalam kegiatan kelompok.

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan diatas dapat

disimpulkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan

membedakan, memahami dan menanggapi dengan tepat suasana hati,

temperamen, motivasi dan hasrat diri sendiri dan orang lain dalam

merencanakan dan meraih tujuan kehidupan dengan kata lain kecerdasan

emosi adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan kemampuan

untuk memahami orang lain.

2. Kesiapan Belajar

Menjalani kuliah merupakan bagian yang amat penting dalam

kegiatan belajar di perguruan tinggi. Semua materi pokok kuliah harus

dikuasai oleh mahasiswa, kegiatan lain yang diselenggarakan dalam kuliah

antara lain melatih berbagai macam keterampilan, mengerjakan berbagai

tugas sehingga memungkinkan mahasiswa memahami dan menguasai

materi pokok pada mata kuliah yang telah diberikan. Agar kegiatan

tersebut berjalan lancar maka dibutuhkan kesiapan belajar yang baik.

Sebelum melakukan aktivitas belajar anda harus benar-benar dalam

kondisi fresh (segar) untuk belajar. Untuk siap melakukan aktivitas belajar

(32)

Kondisi fisik harus bebas dari gangguan penyakit, kurang gizi dan rasa

lapar. Kondisi psikis harus steril dari gangguan konflik kejiwaan, tekanan

masalah atau ketegangan emosional, seperti gelisah, takut, cemas, kecewa,

marah, benci, patah hati, iri dan dendam. Masalah konflik kejiwaan atau

perasaan negative ini harus diselesaikan terlebih dahulu. Pikiran harus

benar-benar jernih, jika hendak melakukan kegiatan belajar. Pikiran yang

terus menerus dikuasai oleh letupan-letupan emosional akan menimbulkan

perasaan tidak enak. Perasaan tak enak yang bersemayam dihati

menyebabkan anda tak mampu berbuat apa-apa secara maksimal, apalagi

belajar (Hendra, 2009).

Apabila kesiapan belajar mahasiswa baik maka kemungkinan akan

diperoleh pencapaian hasil belajar yang diinginkan. Faktor kesiapan, baik

fisik maupun psikologis adalah merupakan kondisi awal suatu kegiatan

belajar.

Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya

siap untuk memberi respons atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap

suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau

kecenderungan untuk memberi respons (Slameto, 2003).

Djamarah dan Aswan (2006), menyatakan kesiapan untuk belajar

merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar.

Berdasarkan teori-teori yang telah diutarakan diatas dapat

disimpulkan bahwa kesiapan belajar adalah kondisi awal dari suatu

(33)

atau jawaban yang ada pada diri siswa dalam mencapai tujuan pengajaran

tertentu.

Prinsip kesiapan yang dikemukakan oleh Thorndike adalah sebagai

berikut:

a. Kalau suatu unit tindakan sudah siap untuk dilakukan, maka tindakan

dengan unit tersebut akan menimbulkan kepuasan, dan tidak akan ada

tindakan-tindakan yang lainnya lagi untuk mengubah tindakan tadi.

b. Kalau suatu unit tindakan sudah siap untuk dilakukan akan tetapi tidak

dilakukan maka akan mengakibatkan ketidakpuasan dan akan

menimbulkan respons-respons apapun yang bersifat alamiah untuk

mengurangi atau meniadakan ketidakpuasan tertentu.

c. Kalau suatu unit tindakan tidak siap dilakukan kemudian dipaksa

untuk melakukannya, maka tindakan tersebut akan mengakibatkan

ketidakpuasan.

(L. Crow dan A. Crow, 2005)

Kondisi kesiapan menurut Slameto (2003), mencakup 3 aspek,

yaitu:

a. Kondisi fisik, mental dan emosional

b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan

c. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah

(34)

Menurut Djamarah dan Aswan (2006), faktor-faktor kesiapan

meliputi:

a. Kesiapan fisik

Orang yang belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya. Menurut

penyelidikan yang telah dilakukan oleh salah seorang mahasiswa dari

Universitas Gajah Mada Yogyakarta ternyata bahwa kondisi fisik

mempengaruhi prestasi belajar anak. Maka adanya anak yang sering

sakit prestasinya menurun.

Misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan seperti mengantuk,

lesu, atau gangguan fisik lainnya).

b. Kesiapan psikis

Selain kondisi fisik kondisi psikis harus pula diperhatikan.

Misalnya ada hasrat untuk belajar, bisa berkonsentrasi dengan baik,

ada motivasi instrinsik.

c. Kesiapan materiil

Misalnya ada bahan yang harus dipelajari atau dikerjakan, dapat

berupa buku bacaan, catatan, dan sebagainya.

Selain hal diatas ada faktor lain yang mempengaruhi kesiapan belajar,

antara lain:

a. Kesiapan fasilitas; termasuk didalamnya fasilitas untuk menunjang

belajar seperti alat tulis.

b. Kesiapan lingkungan; lingkungan tempat belajar yang kondusif.

(35)

Prinsip-prinsip kesiapan belajar menurut Slameto (2003), diantaranya

meliputi:

a. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling berpengaruh

mempengaruhi.

b. Kematangan

Kematangan adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah

laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. Kematangan

jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari

pengalaman.

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap

kesiapan belajar.

d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode

tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

atau indikator dari kesiapan belajar adalah kesiapan fisik, mental, fasilitas,

lingkungan dan perilaku.

3. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah

mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu

(Winkel, 1999). Sedangkan menurut Hilgard dan Bower (1975) belajar

berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu

(36)

dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan

atau dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan atau

keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan

sebagainya).

Belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu kearah

sudah mampu yang berhubungan dengan perubahan tingkah laku

seseorang karena pengalaman yang berulang-ulang dengan jangka waktu

tertentu.

4. Prestasi Belajar

Kamus besar Bahasa Indonesia (2001) menjelaskan prestasi adalah

hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya). Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan

atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai terhadap bahan

pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu, yang

biasa dilaksanakan setiap akhir semester atau juga disebut tes sumatif.

Nilai hasil tes sumatif digunakan untuk menentukan nilai raport atau

Ijazah atau Kartu Hasil Studi mahasiswa (Ngalim, 2002).

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan mencapai

standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran, dengan

(37)

peserta didik dalam berbagai mata pelajaran secara keseluruhan, baik yang

menyangkut aspek intelektual, sosial, emosional, spiritual, kreatifitas dan

moral.

5. Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I (kehamilan)

Mata kuliah dasar kebidanan yang diberikan pada semester II

dengan beban studi 4 sks ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa

untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan bantuan,

didasari konsep-konsep sikap dan keterampilan serta hasil evidence based

dalam praktik antenatal yang menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan dengan pokok-pokok bahasan konsep terjadinya kehamilan,

adaptasi fisiologi dan psikologi ibu hamil pada kunjungan awal dan ulang,

deteksi terhadap komplikasi ibu dan janin serta pendokumentasiannya

(Depkes, 2002).

6. Hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar

Kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh faktor

psikologis siswa. Setiap kegiatan selalu disertai dengan emosi yang positif

maupun yang negatif, perasaan senang maupun tidak senang. Untuk itu

harus dimiliki kecerdasan emosi agar dapat mengelola emosi tersebut

dengan baik ketika emosi itu timbul. Kecerdasan emosi mencakup

pengendalian diri, semangat dan ketekunan, kemampuan memotivasi diri,

(38)

Kecerdasan emosi merupakan faktor penting untuk mencapai

puncak prestasi. Kemampuan mengelola emosi berarti siswa telah siap

secara fisik dan psikis untuk menerima pelajaran. Semangat dan ketekunan

serta motivasi untuk belajar merupakan faktor penting yang mendorong

seseorang untuk mencapai puncak prestasi.

Kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk

mencapai kesuksesan di sekolah, maupun dalam berkomunikasi di

lingkungan masyarakat. Kecerdasan emosi mencakup kemampuan yang

berbeda-beda, tetapi saling melengkapi dengan kecerdasan akademik

(academic intelligence) yaitu kemampuan kognitif murni yang diukur

dengan IQ (Goleman, 2000).

7. Hubungan kesiapan belajar dengan prestasi belajar

Aktifitas belajar yaitu proses yang melibatkan baik fisik maupun

psikis yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku subyek yang

melakukan aktifitas belajar. Berhasil atau tidaknya kegiatan belajar

termasuk hasil belajar sangat tergantung oleh berbagai faktor yang

mempengaruhinya, diantaranya kesiapan belajar (Winkel, 1999).

8. Hubungan kecerdasan emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi belajar

Kecerdasan emosi merupakan faktor penting yang menentukan

(39)

akan lebih mempunyai kesiapan dan motivasi untuk belajar (Gottman,

1999).

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Purnomo Sidi (2002) yang berjudul “ Hubungan antara Kecerdasan

Emosi dan Minat Baca dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan pada

Siswa Kelas II Semester IV Program Keahlian Akuntansi SMK N 6

Surakarta”. Berdasarkan hasil penelitian hasil analisa korelasi dan regresi

ganda diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,6499, dan penghitungan uji F

sebesar 78,882. Hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar akuntansi

keuangan yang diperoleh siswa sangat dipengaruhi oleh kecerdasan emosi dan

minat baca siswa. Sumbangan efektif kedua variabel secara bersama-sama

sebesar 64,98 % ini berarti pencapaian prestasi belajar akuntansi keuangan

siswa ditentukan oleh kecerdasan emosi (EQ) dan minat baca sebesar 64,98 %,

sedangkan yang 38,02 % ditentukan oleh faktor lain.

Dwi Wahyuni (2004) yang berjudul “Pengaruh Kesiapan Belajar,

Motivasi Belajar dan Pengulangan Materi Pembelajaran Terhadap Hasil

Belajar Mata Pelajaran Ekonomi pada Siswa Kelas II MA Al-Asror

Universitas Negeri Semarang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel kesiapan belajar, motivasi

belajar dan pengulangan materi pelajaran terhadap hasil belajar secara

simultan adalah 66,1 % dan secara parsial untuk kesiapan belajar sebesar

(40)

motivasi belajar memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pencapaian hasil

belajar siswa diikuti oleh kesiapan belajar.

Luluk Nur Fakhidah (2007) yang berjudul “ Hubungan antara

Kecerdasan Emosi dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester III Akademi

Kebidanan Mitra Husada Karanganyar”. Perbedaan penelitian yang pernah

dilakukan adalah terletak pada waktu pelaksanaan, variabel, subyek, populasi,

sampel yang diteliti dan cara analisis data. Hasil penelitian didapatkan ada

hubungan yang positif antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar,

berdasarkan penghitungan analisa data dengan uji korelasi product moment

sebesar 7.680.

Riza Arisandi dan Melly Latifah (2008) yang berjudul “ Analisis

Persepsi Anak terhadap Gaya Pengasuhan Orang Tua, Kecerdasan Emosional,

Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI di SMA Negeri 3 Sukabumi”.

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 60 % kecerdasan emosi pelajar

dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orang tua. Orang tua yang menerapkan

gaya pengasuhan melatih emosi mempengaruhi penggelolaan emosi anak

remaja dalam membina hubungan, berdasarkan prestasi belajar anak

ditemukan adanya hubungan yang nyata dan positif antara kecerdasan emosi

dengan aktivitas ekstrakulikuler dan prestasi belajar dengan menggunakan

(41)

C. KERANGKA PEMIKIRAN

Kecerdasan emosi yang disertai dengan kesiapan belajar siswa

dimungkinkan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran dalam

kegiatan belajar mengajar baik disekolah maupun diluar sekolah sehingga

akan menghasilkan prestasi belajar yang baik pada mata kuliah asuhan

kebidanan. Secara skematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada bagan

[image:41.612.151.501.215.591.2]

sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Kecerdasan Emosi

1. Memotivasi diri

2. Mengenali emosi diri

3. Mengelola emosi

4. Mengenali emosi orang lain 

5. Membina hubungan dengan orang lain

6. Keyakinan

7. Niat

Kesiapan Belajar

1. Kesiapan fisik

2. Kesiapan mental

3. Kesiapan fasilitas

4. Kesiapan lingkungan

5. Kesiapan perilaku

(42)

D. HIPOTESIS

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang dikemukakan

diatas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar pada mata kuliah

Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada Karanganyar.

2. Ada hubungan kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mata kuliah

Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada Karanganyar.

3. Ada hubungan kecerdasan emosi dan kesiapan belajar dengan prestasi

belajar pada mata kuliah Askeb I mahasiswa semester II di AKBID Mitra

(43)

BAB III

METODOLOGI

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Variabel yang diteliti hanya diukur satu kali

pengukuran saja dalam waktu tertentu (Soekidjo, 2002).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Akademi Kebidanan Mitra Husada

Karanganyar yang terletak di Papahan, Tasikmadu, Karanganyar pada bulan

Juni sampai Nopember 2010.

C. Populasi dan Sampel

Penelitian ini penulis menggunakan semua subjek yang terdapat di dalam

populasi pada mahasiswa semester II tahun akademik 2009/2010 yang

berjumlah 119 orang, yang terbagi dalam kelas A dan kelas B di Akademi

Kebidanan Mitra Husada Karanganyar.

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah sampling purposive. Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan

menggunakan perhitungan rumus besar sampel dari Isaac dan Michael sebagai

(44)

s= Q P N d Q P N . . ) 1 ( . . . 2 2 2 λ λ + −         Keterangan: 2

λ : dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%

P = Q = 0,5

d : 0,05

s : jumlah sampel

Hasil penghitungan dengan rumus diatas didapatkan besar sampel yang

akan digunakan dalam penelitian ini untuk taraf kesalahan 5% adalah 89

responden.

D. Kriteria Retriksi

1. Kriteria Inklusi

Semua mahasiswa semester II di AKBID Mitra Husada Karanganyar

dan yang mengikuti Mata Kuliah Asuhan Kebidanan I.

2. Kriteria Eksklusi

Semua mahasiswa yang dijadikan responden untuk uji validitas dan

reliabilitas.

E. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

1. Variabel Bebas

Pada penelitian ini variabel bebas adalah kecerdasan emosi dan

(45)

a. Kecerdasan emosi adalah kecakapan emosi yang meliputi kemampuan

untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika

menghadapi rintangan, mampu mengendalikan impuls dan merasa

tidak cepat puas, mampu mengatur suasana hati dan mampu

mengelola kecemasan agar tidak menggangu kemampuan berfikir

serta mampu berempati serta berharap. Kecerdasan emosi

mengandung aspek yaitu; memotivasi diri, mengenali emosi diri,

mengelola emosi, mengenali emosi orang lain, membina hubungan

dengan orang lain, keyakinan, dan niat (Goleman, 2005; Cooper dan

Sawaf, 2002). Hasil evaluasi ini dapat berupa skor nilai, skala

pengukurannya adalah skala interval dengan rentang: Sangat baik:

76% - 100%, Baik: 56% - 75%, Kurang baik: 40% - 55%, Buruk: <

40%.

b. Kesiapan belajar adalah kesiapan mahasiswa untuk belajar merupakan

kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kesiapan belajar dalam penelitian

ini adalah mengandung aspek sikap mahasiswa terhadap kesiapan

fisik, kesiapan mental, kesiapan fasilitas, kesiapan lingkungan,

kesiapan perilaku (Djamarah, 2002). Hasil evaluasi ini dapat berupa

skor nilai, skala pengukurannya adalah skala interval dengan rentang:

Sangat baik: 76% - 100%, Baik: 56% - 75%, Kurang baik: 40% -

(46)

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar. Prestasi

belajar menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2001) prestasi adalah

hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya). Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan

atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Penelitian ini prestasi belajar dilihat dengan nilai absolut. Hasil

pengukurannya berskala interval yang dikategorikan dengan skala

[image:46.612.167.509.228.512.2]

ordinal, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, kurang sekali.

Tabel 1. Rentang Nilai Konversi

No Skala Nilai absolut

1

2

3

4

5

Baik sekali

Baik

Cukup

Kurang

Kurang sekali

79-100

68-78

56-67

41-55

0-40

Sumber : Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah (2005).

F. Instrumen Penelitian

1. Kecerdasan Emosi

Data diambil melalui kuesioner, skala yang dipakai skala likert yang

berisi sejumlah pernyataan yang menyatakan objek yang hendak

(47)

Penelitian kecerdasan emosi diukur dengan menggunakan kuesioner

kecerdasan emosi yang dikutip dari Cooper dan Sawaf (2002) dan Davis

(2006) yang didesain berdasarkan skala rating scale yang berisi sejumlah

[image:47.612.173.528.207.631.2]

pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap.

Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner kecerdasan emosi

Variabel

penelitian

Indikator Banyaknya

butir

Nomor butir

Kecerdasan

emosi

1. Memotivasi diri

2. Mengenali emosi

diri

3. Mengelola emosi

a. Kendali diri

b. Rasa ingin

tahu

4. Mengenali emosi

(48)

Penskoran skala model rating scale yang digunakan dalam

penelitian ini merujuk pada empat alternatif jawaban, sebagaimana

[image:48.612.168.507.208.465.2]

terlihat dibawah ini:

Tabel 3. Penskoran kuesioner kecerdasan emosi

Alternatif jawaban Nilai

pernyataan

positif

Nilai

pernyataan

negatif

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak setuju

d. Sangat tidak setuju

4

3

2

1

1

2

3

4

Variabel kecerdasan emosi diukur dengan pernyataan tertutup

sebanyak 47 item. Penilaian diberikan dengan skor 4, 3, 2, 1, pada

pernyataan favorable diberikan nilai 4 untuk jawaban sangat setuju, nilai

3 untuk jawaban setuju, nilai 2 untuk jawaban tidak setuju, nilai 1 untuk

jawaban sangat tidak setuju. Pada pernyataan unfavorable diberikan nilai

1 untuk jawaban sangat setuju, nilai 2 untuk jawaban setuju, nilai 3 untuk

jawaban tidak setuju, nilai 4 untuk jawaban sangat tidak setuju.

2. Kesiapan Belajar

Penilaian kesiapan belajar diambil melalui kuesioner dengan

alternative jawaban yang diberikan adalah selalu, sering, kadang-kadang,

dan tidak pernah sesuai dengan kondisi anda. Dalam penelitian

(49)

emosi yang didesain berdasarkan skala rating scale yang berisi sejumlah

[image:49.612.173.511.182.461.2]

pernyataan yang menyatakan obyek yang hendak diungkap.

Tabel 4. Kisi-kisi kuesioner kesiapan belajar

Variabel

penelitian

Indikator Banyaknya

butir

Nomor butir

Kesiapan

belajar

1. Kesiapan fisik

2. Kesiapan mental

3. Kesiapan

fasilitas

4. Kesiapan

lingkungan

5. Kesiapan

perilaku

5

5

5

5

5

1,2,3,4,5

6,7,8,9,10

11,12,13,14,15

16,17,18,19,20

21,22,23,24,25

Variabel kesiapan belajar diukur dengan pernyataan tertutup

sebanyak 25 item. Penilaian diberikan dengan skor 4, 3, 2, 1, pada

pernyataan diberikan nilai 4 untuk jawaban selalu, nilai 3 untuk jawaban

sering, nilai 2 untuk jawaban kadang-kadang, nilai 1 untuk jawaban tidak

pernah.

Instrumen penelitian sebelum digunakan untuk memperoleh

data-data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh

instrumen yang valid dan reliabel. Uji validitas ini akan dilakukan pada

mahasiswa semester II Akademi Kebidanan Mitra Husada Karanganyar

tahun akademik 2009/2010 sebanyak 30 orang.

(50)

ukurnya melalui uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan

dengan skor kuesioner tersebut. Untuk menguji validitas kuesioner

kecerdasan emosi dan kesiapan belajar penulis melakukan validitas isi

(content validity). Pengukuran ini melalui penyusunan kisi-kisi kuesioner

yang dibandingkan pada teori, setelah itu penulis melakukan analisis item

menggunakan rumus statistika koefisien korelasi product moment dari

pearson dengan rumus sebagai berikut:

xy

r =

(

)( )

(

)

[

]

[

( )

]

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

       (Arikunto, 2002)

Keterangan :

N : Jumlah subjek

X : Skor setiap item

Y : Skor total

(

)

2

X : Kuadrat jumlah skor item

X2 : Jumlah kuadrat skor item

( )

2

Y : Kuadrat jumlah skor total

Hasil penggunaan rumus tersebut kemudian dianalisis, bila

hasil penghitungan (r hitung) lebih besar dari r tabel maka instrumen

(51)

kesiapan belajar yang dilakukan terhadap 30 responden diluar sampel

penelitian, dikonsultasikan dengan r tabel untuk taraf signifikansi 5%

adalah 0,361. Berdasarkan hasil uji coba instrumen, didapatkan hasil

untuk instrumen kecerdasan emosi sebanyak 35 butir dinyatakan valid,

sedangkan untuk instrumen kesiapan belajar sebanyak 25 butir terdapat 3

butir soal yang tidak valid, sehingga yang digunakan untuk penelitian

sebanyak 22 butir.

Sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk meihat sejauh mana

hasil suatu pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa

kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama

diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri

subjek memang belum berubah. Formula statistika yang dapat digunakan

untuk menguji reliabilitas instrumen yang berupa kuesioner dengan rating

scale adalah Cronbach Alpha, dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    r11=

(

k−1

)

k

       

⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫

⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧

2 1

2 1

σ σb

      (Arikunto, 2002)

Hasil hitungan rumus ini kemudian dianalisis. Bila hasil

penghitungan semakin mendekati angka 1 maka instrumen dikatakan

reliabel. Hasil penghitungan untuk instrumen kecerdasan emosi

didapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,957 dan untuk instrumen kesiapan

belajar sebesar 0,907. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen

(52)

3. Prestasi Belajar

Penelitian ini prestasi belajar dapat dilihat dari dokumentasi yang

berupa nilai mata kuliah Askeb I pada mahasiswa semester II Akbid Mitra

Husada Karanganyar tahun akademik 2009/2010.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data untuk kecerdasan emosi dan kesiapan belajar mahasiswa diperoleh

dengan cara menyebar kuesioner yang telah disusun dengan, kemudian untuk

prestasi belajar diperoleh dengan cara melihat nilai Ujian Akhir Semester

(UAS) pada mata kuliah Asuhan Kebidanan I.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat analisis

a. Uji Normalitas

Untuk menguji hipotesis dengan statistik parametris (t-test

untuk satu sampel, korelasi dan regresi, analisis varian dan t-tes untuk

dua sampel) mensyaratkan data yang akan dianalisis harus

berdistribusi normal. Sebaran data yang normal adalah sebaran data

variabel yang dianalisis adalah simetris sehingga luas di bawah

lengkungan kurve normal rata-rata ke kanan dan ke kiri masing-masing

50%. Pada penelitian ini uji normalitasnya menggunakan uji Chi

(53)

h h h

f

f

f

X

2 0

2

=

(

)

Sebaran data memenuhi persyaratan normalitas jika harga Chi

kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi kuadrat tabel (

2 2

t h X

X ≤ ) dan apabila lebih besar (Xh2 > Xt2) dinyatakan tidak

normal.

b. Uji Linearitas dan Keberartian

Uji linearitas dan keberartian diperlukan sebelum analisis regresi.

1) Uji Linearitas

Hubungan yang bersifat linear antara variabel bebas dan

variabel terikat merupakan persyaratan mutlak untuk analisis

regresi. Adapun rumus uji linearitas adalah sebagai berikut:

=

2

)

(

T

Y

JK

n Y A

JK =

2 ) ( ) ( ⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − =

∑ ∑

n Y X XY b bIa

JK( ) ( )( )

[

]

[

]

2 2 2 ) ( ) )( (

− − = X X n n Y X XY n

)

(

)

(

)

(

)

(

S

JK

T

JK

A

JK

bIa

JK

=

(

)

∑ ∑

⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − = i

x ni

Y Y TC JK 2 2 ) ( ) ( ) ( )

(G JK S JK TC

(54)

2 2 G TC

S

S

F

=

Keterangan : ) (T

JK = Jumlah kuadrat total

) (A

JK = Jumlah kuadrat koefisien a

) (bIa

JK = Jumlah kuadrat regresi (bIa)

) (S

JK = Jumlah kuadrat sisa

) (TC

JK = Jumlah kuadrat tuna cocok

) (G

JK = Jumlah kuadrat galat

Jika nilai Fhitung < Ftabel dengan dk pembilang (k-2) dan dk penyebut

(n-k), untuk taraf kesalahan 5%, atau taraf kesalahan 1%, maka

hubungan variabel bebas dengan terikat berbentuk linier. Jika nilai

Fhitung > Ftabel maka hubungan variabel bebas dengan terikat tidak

berbentuk linier (Sugiyono, 2008).

2) Uji Keberartian

2 2 sis reg

S

S

F

=

Jika F hitung > Ftabel pada dk pembilang =1 dan dk penyebut =

n-2, baik untuk taraf kesalahan 5% maupun 1%, kesimpulannya

(55)

2. Pengujian Hipotesis

a. Pengujian Hipotesis pertama

Penghitungan korelasi dapat menggunakan rumus:

( )( )

=

2 2

y

x

xy

R

xy

Bila rhitung < rtabel maka Ho diterima dan Ha ditolak tetapi jika

rhitung lebih besar dari rtabel maka Ha diterima.

Untuk uji signifikansinya dapat juga digunakan dengan rumus t

sebagai berikut:

2

1

2

r

n

r

t

=

Harga t hitung selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel

dengan taraf kesalahan 5%, uji dua fihak dan dk = n-2. Jika thitung >

ttabel maka Ha diterima.

Analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung persamaan

regresinya, hal ini digunakan untuk melakukan prediksi seberapa

tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen

dimanipulasi (diubah-ubah). Adapun persamaan regresi sederhananya

adalah sebagai berikut:

bX a Y = +

Keterangan:

Y = Nilai yang diprediksikan

(56)

b = koefisien regresi

X = Nilai variabel independen

Untuk dapat menemukan persamaan regresi, maka harus

dihitung terlebih dahulu harga a dan b.

Harga x y s s r b =

Harga a = ybx

Keterangan:

r = Koefisien korelasi product moment antara variabel X dengan

varibel Y

Sy = Simpangan baku variabel Y

Sx = Simpangan baku variabel X

b. Pengujian hipotesis kedua

Untuk pengujian hipotesis kedua sama dengan pengujian

hipotesis pertama.

c. Pengujian hipotesis ketiga

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan korelasi ganda (

2 1x

yx

R

) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(57)

Keterangan:

2 1x

yx

R

= Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama

dengan variabel Y

1

yx

R

= Korelasi product moment antara X1 dengan Y

2

yx

R

= Korelasi product moment antara X2 dengan Y

2 1x

x

R

= Korelasi product moment antara X1 dengan X2

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi dapat

digeneralisasikan atau tidak, maka harus diuji signifikansinya dengan

rumus:

)

1

)(

1

(

/

2 2

=

k

n

R

k

R

F

hitung Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sampel

Harga F hitung selanjutnya dikorelasikan dengan F tabel dengan dk

pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan 5%, bila

F hitung > F tabel maka koefisien korelasi ganda yang diuji adalah

signifikan, yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi.

Pada korelasi ganda dapat dilanjutkan dengan regresi ganda.

Analisis regresi ganda digunakan bila peneliti bermaksud meramalkan

(58)

bila dua variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi

(dinaik turunkan nilainya). Serta digunakan untuk mengetahui besar

hubungan antara variabel X1, dan X2, terhadap variabel Y.

Rumus : Y = a + bX1 + bX2

Keterangan:

X1 = Kecerdasan Emosi

X2 = Kesiapan Belajar

Y = Prestasi Belajar

a = konstanta

b = koefisien regresi

3. Mencari sumbangan relatif (SR) dan sumbangan efektif (SE)

a) Sumbangan relatif

%

100

R

%

(X)

SE

%

(X)

SR

=

2

x

b) Sumbangan efektif

100%

n x

...

r

n

...

X

%

(X)

SE

=

β

1

yx1

Keterangan:

n ... X1

β   = standar koefisien beta

n ...

ryx1   = koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor

2

R     = nilai R square

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

a. Variabel Kecerdasan Emosi (X1)

Data ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi kecerdasan

emosi mahasiswa semester II pada mata kuliah asuhan kebidanan I.

[image:59.612.150.510.214.464.2]

berikut hasil penghitungannya:

Tabel 5. Distribusi Kecerdasan Emosi

Kecerdasan Emosi Frekuensi Persentase

Sangat Baik

Baik

Jumlah

12

77

89

13.48

86.52

100.00

Sumber: Data Primer, 2010

Hasil distribusi data responden tentang kecerdasan emosi diketahui

bahwa 13.48% atau 12 responden mempunyai kecerdasan emos

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Rentang Nilai Konversi
Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner kecerdasan emosi
Tabel 3. Penskoran kuesioner kecerdasan emosi
+7

Referensi

Dokumen terkait

bikarbonat yang optimum dalam menghasilkan tablet effervescent ekstrak herba pegagan dan ekstrak daun singkong dengan sifat fisik yang dikehendaki. yaitu pada level rendah

Harapan perancangan menuju pada kemajuan Arsitek ditahun-tahun yang akan datang yang mampu menjadikan Indonesia tetap dijaga warisan-warisan budaya pada bangunan

Dengan selesainya tugas akhir yang berjudul “Perancangan Struktur Hotel.. Grand Seturan” ini, dapat diambil kesimpulan

Program semesteran merupakan bagian dari progam yang memuat alokasi waktu setiap satu kompetensi pada setiap semester. Fungsi dari program semester adalah sebagai

tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pqjak Daerah Provinsi Bengkulu (Berita Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2012

PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN GANTI RUGI TANAM TUMBUH PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM.. BAB

In this search range, the curved surface of correlation coefficients of logarithmically transformed image shown in figure 5(b) is more approximate to real ground based on

Kolaka Timur yang termuat dalam Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor : 13.8/FK/PP-DPUP/VII/2016 tanggal 19 Juli 2016, yang ditetapkan sebagai penyedia pengadaan