• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Muhammadiyah Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Muhammadiyah Riau"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Paradigma pengelolaan pemerintah daerah memulai babak baru seiring dengan diimplentasikannya otonomi daerah sejak awal tahun 2001. Salah satu azas terkait dengan otonomi adalah desentralisasi. Secara singkat desentralisasi merupakan pemberian wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Pemerintah daerah dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mengoptimalkan potensi lokal guna meningkatkan kinerja daerahnya, baik kinerja non keuangan maupun kinerja keuangannya (Bott, 2014). Peningkatan kinerja keuangan akan terus diupayakan dikarenakan hal ini menjadi stimulus untuk pencapaian tujuan utama kinerja non-keuangan yaitu terciptanya kesejahteraan masyarakat.

Untuk mendukung terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik, pengelolaan keuangan harus dilakukan secara baik, transparan, dan akuntabel. Pengelolaan keuangan daerah merupakan unsur penting dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) suatu entitas pemda. Pengukuran kinerja merupakan komponen yang penting sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan suatu organisasi. Menurut Mardiasmo (2009) sektor publik tidak bisa lepas dari kepentingan umum sehingga pengukuran kinerja mutlak diperlukan untuk mengetahui seberapa berhasil misi sektor publik tersebut dapat dicapai oleh penyedia jasa dan barang-barang publik.

Salah satu faktor yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah adalah karakteristik pemerintah daerah. Berdasarkan penelitian dari Tama and Adi (2018) terdapat beberapa faktor-faktor di dalam karakteristik pemerintah daerah, yaitu: ukuran pemerintah (size) dan ketergantungan pada pemerintah pusat. Namun, kenyataannya tidak semua daerah yang memiliki uku-ran pemerintah yang relatif besar mendapatkan penilaian yang baik terkait dengan

(2)

kinerjanya. Fakta ini juga sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh (Harumiati et al., 2014) menunjukkan temuan yang berlawanan; ukuran (asset) pemerintah tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kinerja keuangan-nya. Terjadinya inkonsistensi berbagai hasil penelitian terdahulu mendorong di-lakukannya pengkajian kembali pengaruh ukuran daerah ini terhadap kinerja keuangan daerah.

Permasalahan terkait ukuran pemerintah daerah ini dapat ditunjukkan dengan status pemeringkatan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah yang dikeluarkan oleh Kemendagri bahwa Provinsi Kepulauan Riau yang ukurannyarelatifkecilbisa mendapatkan status sangat tinggi dan Provinsi Sumatera Utara yang ukuran pemerintahnya termasuk besar justru berada pada peringkatke 25 pada status pemeringkatan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut.

Selain itu, beberapa penelitian juga menjelaskan terkait dengan ketergan-tungan pemerintah daerah dengan pemerintah pusat terhadap perolehan skor kinerja pemerintah daerah. Sekretaris Daerah Provinsi Riau menuturkan pada tahun 2017 ketergantungan kabupaten dan kota di provinsi Riau terhadap pusat terbilang masih tinggi (www.riaupos.com). Hal ini dibuktikan dengan data yang dipublikasikan oleh Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan bahwa pada tahun 2017 anggaran Dana Alokasi Umum untuk kota Pekanbaru sebesar Rp. 791,327, 481,000 dan yang tertinggi di Provinsi Riau adalah kabupaten Indragiri Hilir sebesar Rp.903,929,296,000. Sementara daerah di Sumatera Barat seperti Kota Padang Panjang ditahun yang sama hanya memperoleh Rp.382,149,494,000 (www.djpk.kemenkeu.go.id). Padahal dalam status pemeringkatan kinerja pe-nyelenggaraan pemerintah daerah, Provinsi Sumatera Barat mendapatkanperingkat status sangat tinggi dan berada pada urutan 10 besar, sedangkan Provinsi Riau hanya berada pada urutan 24 dengan status tinggi saja.

Tahun ini dinyatakan bahwa ketersediaan dana relatif kecil. Maka otomatis dana yang didapat hanya berupa dana dasar saja. Sayangnya hal ini menyebabkan banyaknya proyek pembangunan yang terutang harus segera dibayarkan oleh pemerintah daerah. Selain itu, pemerintah pusat juga menetapkan kebijakan untuk tidak membuat APBN Perubahan. Hal ini tentu memberikan dampak yang besar

(3)

terhadap pemerintah daerah. Apalagi dengan banyaknya proyek pembangunan yang terutang dan menyebabkan melambannya pembangunan di daerah tersebut. (www.riaupos.com)

Penelitian ini akan diperluas dengan menambahkan variabel lain yaitu opini audit BPK. Menurut Choi-Lima et al., (2017) Kinerja Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) harus diaudit oleh BPK untuk menguji kelayakan dan kewajaran dari laporan keuangan entitas tersebut. Hal itu berguna untuk mencegah LKPD dari berbagai jenis tindak kecurangan pada saat pelaksaan kegiatan pemerintahan. Hasil pemeriksaan keuangan oleh BPK dapat berupa temuan audit, opini audit maupun kesimpulan audit.

Dalamkurunwaktu 2014 – 2017 ini, masihbanyakditemukanpemerintahdaerah yang mendapatkan opini wajar dengan pengecualian untuk daerah kabupaten dan kota yang ada di Sumatera. Bahkan dalam ikhtisar hasil pemeriksaan yang dikeluarkan oleh BPK, masih terdapat pemerintah daerah yang mendapatkan opini tidak wajar dan tidak memberikan pendapat.

Pada awal tahun 2018, Pemerintah Pusat mengumumkan hasil penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Dari hasil penilaian yang dipublikasikan oleh Kementerian Dalam Negeri melalui Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 800 – 35 Tahun 2018 bahwa pada tahun 2016 sebagian besar daerah di sumatera dinilai belum cukup baik. Seperti pada website resmi Pemerintah Aceh (https://acehprov.go.id) dinyatakan bahwa DPRD menilai bahwa kinerja penyelenggaraan pemerintah Aceh belum maksimal. Hal ini ditandai dengan hanya beberapa daerah yang memperoleh nilai B dan selebihnya cenderung pada nilai C dan CCatas kinerja yang dilakukan oleh pemerintah Aceh pada tahun 2017(Rizwan, 2018). Selain itu, Peringkat dan Status Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) pada tahun 2017 juga berada pada posisi 25 dari 33 daerah provinsi secara nasional. Berdasarkan catatan yang disampaikan BPK setidaknya ada 5 point yang disampaikan BPK terhadap LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara terdiri dari temuan pemeriksaan atas sistem pengendalian interen dan temuan pemeriksaan atas kepatuhan terhadap perundang undangan. (Syahputra, 2017)

(4)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Ukuran Pemerintah Daerah, Ketergantungan Dengan Pemerintah Pusat Dan Opini Audit BPK Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang mana penelitian ini dilakukan pada kabupaten dan kota di Sumatera untuk tahun 2014-2016. Hal ini berdasarkan hasil pemeringkatan yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri Nomor 100 - 53 Tahun 2018 Tentang Peringkat Dan Status Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Secara Nasional bahwa urutan teratas masih dikuasi oleh Provinsi yang ada di Pulau Jawa, sedangkan provinsi yang terletak di Sumatera masih berada di urutan menengah ke bawah meskipun Provinsi Sumatera Barat dan Kepulauan Riau mendapat status tinggi pada urutan 6 dan 8.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan persoalan penelitian sebagai berikut:

a. Apakah ukuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah?

b. Apakah Ketergantungan Dengan Pemerintah Pusat berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah?

c. Apakah opini audit BPK berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah?

d. Apakah ukuran pemerintah daerah, ketergantungan dengan pemerintah pusat dan opini audit BPK berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh ukuran pemerintah daerah terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

b. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh ketergantungan dengan pemerintah pusat terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

(5)

c. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh opini audit BPK terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

d. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh ukuran pemerintah daerah, ketergantungan dengan pemerintah pusat dan opini audit BPK terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah?

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain :

a. Secara teoritis untuk menjelaskan suatu fenomena yang ada di setiap lingkungan Pemerintah Daerah serta menganalisi pengaruh ukuran Pemerintah Daerah, ketergantungan dengan Pemerintah Pusat dan Opini audit BPK terhadap kinerja Pemerintah Daerah di Sumatera.

b. Manfaat praktis untuk memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk sumbangan pemikiran tentang pentingnya kesadaran akan pencapaian suatu kinerja baik secara finansial maupun non financial sebagai dampak ukuran Pemerintah Daerah, ketergantungan dengan Pemerintah Pusat dan Opini audit BPK terhadap kinerja Pemerintah Daerah di Sumatera.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari penjelasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika yang terdaftar dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini terdiri dari berbagai penjelasan mengenai teori yang digunakan dalam penelitian ini beserta penjelasan mengenai hubungan variabel-variabel yang dipilih dalam penelitian.

(6)

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, jenis dan sumber data, serta analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang data-data penelitian, analisis dan hasil dari penelitian. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Bab ini memuat kesimpulan penelitian serta memberikan saran perbaikan untuk penelitian dimasa yang akan datang.

Referensi

Dokumen terkait

Aents iruntrar matsamin ainia, tíi yanchusha túke kampuntniujai metek tsaniaku aíniáwai, tuma asa shuarka nii utsumamurincha kampuntniunmayan wainkiaiti:

Outbound adalah aktivitas yang dilakukan dialam terbuka. Outbound merupakan sarana dalam menambah wawasan pengetahuan.

d) Total cost adalah jumlah dari seluruh komponen biaya yang dikeluarkan sekolah dalam oprasionalnya.berdasarkan biaya total dapat dicari biaya persiswa dalam

terdapat hubungan antara kemampuan membaca sastra dan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas X SMAN 1 Lubuk Basung, dengan demikian hipotesis penelitian ini

Bab keempat, bab ini merupakan inti dari penulisan tesis yang berisi tentang analisis hasil penelitian, pada bab ini akan diuraikan tentang revitalisasi berbagai

Seiring dengan perkembangan teknologi, membuat organisasi atau instansi milik pemerintah maupun swasta telah bersaing untuk menerapkan sistem informasi berbasis

Peran dan fungsi Komite Medik di rumah sakit adalah menegakkan etik dan mutu profesi medik.Yang dimaksud dengan etik profesi medik disini adalah mencakup Kode

dianutnya.Sebagai negara yang bermayoritas penduduk agama Islam, Pancasila sendiri yang sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam