METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN IPA DI MADRASAH IBTIDAIYAH
DR. LILIS SURYANI, M.Si Latar Belakang
Tujuan utama pengajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam semesta (Hadiat, 1996 : ). Pengajaran IPA adalah pengajaran yang tidak menuntut hafalan, tetapi pengajaran yang banyak memberikan latihan untuk mengembangkan cara berfikir yang sehat dan masuk akal berdasarkan kaidah-kaidah IPA. Guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang mengacu kearah pemecahan masalah aktual yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Agar proses belajar mengajar dapat menciptakan suasana yang dapat menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang berkembang secara dinamis kearah positif. Maka diperlukan pemilihan metode yang tepat, berbagai metode yang dapat digunakan dalam pengajaran IPA salah satu metode yang sesuai dan dapat menunjang keterampilan proses adalah metode eksperimen.
Dalam rangka pencapaian tujuan dalam pembelajaran IPA seperti yang sudah disebut di atas, metode eksperimen sangat penting untuk lebih banyak dilakukan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah yang yang ada di seluruh Indonesia karena selama ini relative tertinggal dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Oleh sebab itu penulis menyusun makalah ini dengan judul. “Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Ipa Di Madrasah Ibtidaiyah”.
A. Hakikat Metode Eksperimen dalam Pendidikan IPA 1. Pengertian Pendidikan IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.
Ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD/MI meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.
Tujuan pembelajaran IPA di SD/MI menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan“berbuat” sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Metode belajar dapat diartikan sebagai “a way in achieving something” atau cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu penggunaan metode pada pembelajaran IPA harus sesuai dengan karakteristik materi IPA yang akan dipelajari, misalnya apakah materi tersebut berupa konsep yang dapat disajikan faktanya atau berupa abstrak. Penggunaan metode pembelajaran juga bergantung pada model dan pendekatan pembelajaran.
Ada beberapa metode yang sudah umum digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran IPA. Metode yang dipilih guru haruslah yang paling memudahkan siswa dalam menyerap materi dan menghayatinya.
2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pengajaran IPA menurut Depdikbud (1993:98-99) bertujuan agar siswa:
a. Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-sehari. b. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan,dan ide
tentang alam di sekitarnya.
c. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-bendaserta peristiwa di lingkungan sekitar.
d. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri.
e. Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
f. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupansehari-hari.
g. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Maksud dan tujuan tersebut adalah agar peserta didik memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan berbagai jenis dan peran lingkungan alam dari lingkungan buatan dengan melalui pengamatan agar peserta didik tidak buta dengan pengetahuan dasar mengenai IPA .
3. Ruang Lingkup Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi dua aspek: (1) Kerja Ilmiah dan (2) Pemahman konsep dan penerapannya.
Aspek Kerja ilmiah meliputi: a. penyelidikan/penelitian, b. berkomunikasi ilmiah,
c. pengembangan kreativitas dan
d. pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah. Aspek Pemahaman konsep dan penerapannya mencakup:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya.
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat,gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tatasurya danbenda-benda langit lainnya.
e. IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakanpenerapan konsep IPA dan saling keterkaitannya denganlingkungan, teknologi, dan masyarakat melalui pembuatan suatukarya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.
Pembelajaran IPA tidak lepas dari metode inquiry. Dengan metode inquiry siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Metode eksperimen merupakan salah satu jenis
Metode inkuiri yang didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri (M. Gellu dalam Sofan dan Lif, 2010: 103). Ada beberapa metoda inkuiri yang dikenal salah satunya metode inkuiri terpimpin yang diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran praktik laboratorium yang dalam hal ini dinamakan Metode Eksperimen. 4. Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Didalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara aktif, efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar (Roestiyah N.K, 1993:1).
Teknik penyajian pelajaran (metode mengajar) adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik didalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh peserta didik dengan baik. Salah satu teknik penyajian pelajaran yang dibahas dalam tulisan ini adalah teknik penyajian pelajaran dengan eksperimen/praktik atau disebut juga dengan metode eksperimen/metode praktik. Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan maka segala sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam
cara mengajar guru di kelas digunakan teknik eksperimen, yaitu salah satu cara mengajar dimana peserta didik melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan di evaluasi oleh guru.
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode eksperimen merupakan suatu metode mengajar yang menggunakan alat dan tempat tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Dengan cara ini peserta didik dapat terlatih dalam cara berfikir ilmiah.
Metode eksperimen dipilih sebagai metode pembelajaran IPA jika konsep pembelajaran IPA yang harus dipelajari melalui fakta-fakta dapat ditemukan oleh siswa, dan ini merupakan prasyarat utama yang harus diperhatikan. Melalui metode ekperimen pengembangan inkuri menjadi lebih banyak, siswa lebih banyak menggunakan keterampilan proses, terlatih kemampuan psikomotoriknya melalui tehnik-tehnik penggunaan alat dan merangkai alat pada percobaan.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Melatih peserta didik untuk berpikir yang ilmiah (scientific thinking). Dengan eksperimen peserta didik menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar pelaksanaan eksperimen dapat berjalan lancar maka: (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik (2) Guru bersama peserta didik mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan peserta didik (5) Guru membicarakan masalah yang akan yang akan dijadikan eksperimen (6) Membagi kertas kerja kepada murid (7) peserta didik
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
b. Tujuan Penggunaan Metode Eksperimen
Teknik eksperimen digunakan karena guru memiliki tujuan agar peserta didik nya :
1) peserta didik terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah. Sehingga tidak mudah percaya kepada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.
2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat, karena hal itulah yang sangat diharapkan dalam dunia pendidikan modern. Dimana peserta didik lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.
3) Siswa dalam melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alat percobaan.
c. Langkah-langkah Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA
Bila guru hendak menggunakan pembelajran dengan menggunakan metode eksperimen perlu memperhatikanprosedur eksperimen sebagai berikut :
1) Perlu dijelaskan kepada peserta didik tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah-masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.
2) Kepada peserta didik perlu dijelaskan pula tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan, agar tidak mengalami kegagalan peserta didik perlu mengetahui variabel yang harus dikontrol ketat, peserta didik juga perlu memperhatikan urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung.
3) Selama proses eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan peserta didik. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian peserta didik, mendiskusikannya dikelas dan mengevalusi dengan tes atau sekedar tanya jawab.
Dalam menggunakan metode eksperimen, agar memperoleh hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu :
d. Persiapan Eksperimen
Dalam metode eksperimen persiapan yang matang mutlak diperlukan, agar memperoleh hasil yang diharapkan. Terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu :
1) Menentapkan tujuan eksperimen
2) Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan 3) Mempersiapkan tempat eksperimen
4) Mempertimbangkan jumlah peserta didik dengan alat atau bahan yang ada serta daya tampung eksperimen
5) Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus (serentak seluruh peserta didik atau secara bergiliran)
6) Perhatikan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang merugikan dan berbahagia.
7) Berikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapa-tahapan yang harus dilakukan peserta didik, yang termasuk dilarang atau membahayakan.
e. Pelaksanaan Eksperimen
1) Setelah semua persiapan kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut: 2) Peserta didik memulai percobaan, pada saat siswa melakukan percobaan,
dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga eksperimen tersebut dapat diselesaikan dan berhasil.
3) Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan sehingga apabila terjadi hal-hal yang menghambat dapat segera terselesaikan.
f. Tindak lanjut Eksperimen
Setelah eksperimen dilakukan, kegiatan-kegiatan selanjutnya adalah sebagai berikut:
1) Peserta didik mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru. 2) Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen,
memeriksa dan menyimpan kembali segala bahan dan peralatan yang digunakan.
g. Kekuatan dan Kelemahan Metode Eksperimen. Kelebihan dari metode eksperimen adalah :
1) Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
2) Memotivasi peserta didik untuk mengeksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
3) Dapat membina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan.
Sedangkan kekurangan dari metode eksperimen adalah :
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
2) Memerlukan jangka waktu yang lama.
3) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu sains dan teknologi.
Faktor terpenting dalam kegiatan belajar adalah minat, karena dari minat inilah akan memudahkan anak dalam mengikuti proses belajar mengajar terutama ketika terjadi hubungan aktif antara guru dan murid pada sebuah pelajaran dikelas, dalam proses inilah yang merupakkan salah satu faktor penentu keberhasilan anak dalam proses belajar mengajar. Mengapa demikian, sebab apabila dalam proses pembelajaran guru sedang menerangkan sebuah materi kepada siswanya, sebetulnya itu sedang terjadi hubungan aktif dua arah. Seharusnya dalam proses ini hubungan antara guru dan murid dapat berjalan dengan baik sehingga akan menghasilkan proses belajar mengajar yang maksimal bagi dua belah pihak tersebut. Minat belajar terdiri dari dua kata yakni minat dan belajar, dua kata ini beda arti, untuk itu penulis akan mendefinisikan satu persatu, sebagai berikut : Minat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan. Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.
Siswa yang berminat terhadap IPA akan mempelajari IPA dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran IPA, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan percobaan/eksperimen/praktikum. Siswa akan mudah memahami pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti. Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru (Slameto, 1995).
Minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emesi (perasaan), dan konasi (kehendak) (Arbor AR, 1993). Unsur kognisi maksudnya adalah minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi.
Minat sering disalah artikan dengan motivasi. Motivasi berati menimbulkan motif, yang merupakan alasan untuk bertindak dalam mencapai tujuan/target tertentu saja. Seseorang yang tidak berminat akan melakukan sesuatu tanpa dorongan (motif) yang kuat. Motif umumnya bersifat lebih dinamis dalam diri individu tertentu dan merupakan faktor penting dalam pendidikan dan pengajaran. Minat dan motivasi tidak dapat dipisahkan namun dapat dibedakan. Orang yang menaruh minat terhadap sesuatu maka akan mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk melakukan sesuatu. Ini berarti siswa yang kurang/tidak berminat terhadap pelajaran IPA dapat ditingkatkan motivasinya dengan memberikan motivasi tertentu secara kontinyu, yaitu dengan metode ekperimen atau metode percobaan.
Jadi minat sangat erat hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa menjemukan, dalam kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, orang tuanya. Dalam hal ini, metode ekpserimen (metoda percobaan) digunakan sebagai salah satu upaya untuk membangkitkan minat belajar IPA siswa karena metode ini memenuhi unsur unsur yang diperlukan bagi menyediakan situasi dan kondisi yang bisa merangsang minat siswa terhadap belajar.
BAB III KESIMPULAN
Mata pelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah tidak diajarkan sebagai suatu materi pengetahuan semata yang disampaikan dengan metode ceramah, melainkan melalui pembelajaran siswa aktif. Metode eksperimen merupakan pembelajaran siswa aktif, dimana peserta didik belajar dan berlatih untuk memiliki dan menguasai konsep-konsep dasar sains/ IPA secara tuntas karena mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emesi (perasaan), dan konasi (kehendak) yang pada hakikatnya meningkatkan kehendak atau minat belajar IPA siswa. Tujuan pendidikan IPA di Madrasah Ibtidaiyah hendaknya lebih menekankan kepada pemilikan kecakapan proses (kecakapan generik) disamping penguasaan konsep, karena kecakapan generik merupakan prasyarat yang harus dimiliki peserta didik Madrasah Ibtidaiyah akan berfungsi menjadi alat bagi mereka untuk menggali konsep-konsep keilmuan yang diminatinya, pada jenjang pendidikan berikutnya
Metode eksperimen/metode praktik/metode percobaan adalah suatu cara menyajikan atau mempertunjukan secara langsung objeknya, atau caranya melakukan sesuatu atau mempertunjukan prosesnya. Tidak semua topik dalam pembelajaran IPA dapat diajarkan dengan baik dengan metode eksperimen ini, melainkan hanya untuk topik-topik yang sesuai dengan tahapan perkembangan nalar siswa. Dalam pelaksanaannya pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, guru terlebih dahulu menerangkan materi kemudian melakukan atau menunjukan sesuatu proses yang dieksperimenkan. Pembelajran IPA dapat ditingkatkan melalui metode eksperimen dengan langkah langkah diantaranya mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, peserta didik diberi penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya, dilakukan pengelompokan kemudian tiap kelompok melakukan percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi untuk membuktikan kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
1) Anonim. Hakekat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. 2011.
http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sekolah. 13/09/2012
2) Slameto, 1995, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta 3) http://juprimalino.blogspot.com/2012/01/pengertian-minat-menurut-para-ahli.html 4) Sudjana, N. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. SinarBaru
Algensindo
5) Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2002. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. http://www.puskur.or.id/data/ringkasan_kbm.pdf. html 10/01/2011
6) Djazuli, Ahmad, et all. 1994. Penyelenggaraan Pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah/ Sekolah Dasar Dep P dan K, Dirjen pendidikan dasar dan menengah, Jakarta: dinas P dan K.
7) Sumaji. et all.. 1998. Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta: Kanisius.
8) Sunaryo, PVM. 2001. Penerapan Prinsip-prinsip Cara Belajar Siswa Aktif(CBSA) dalam Meningkatkan Keefektifan Proses Pembelajaran IPA di SD di Kodya Tegal dalam Jurnal Pendidikan Volume 2.1.http://202.159.18.43/jp/21 Sunaryo.html.10/01/2011
9) Jurnal Pijar MIPA, Vol.2, September 2007, Meningkatkan Minat Belajar Biologi Siswa Sekolah Menengah Pertama
10) Arbor A.R, 1993, Psikologi Pendidikan, Tiara Wacana, Yogyakarta.
11) http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/17231978/Pendidikan.IPA.di.SD.Perlu.T ersendiri (11 feb 2013)
12) http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/10/pelaksanaan-metode-inkuiri.html (11 feb 2013)
13) Wasih Djojosoediro ,” Pengembangan pembelajaran IPA SD” Yogyakarta 1999. 14) http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07140010-nur-rohman.ps 15) http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/10/pengertian-metode-inkuiri.html