Badan Litbang Pertanian
2012
[ X.20]
Pemanfaatan Pestisida Nabati dan Agensia Hayati untuk
Pengendalian Hama Kakao
Elna Karmawati, Siswanto, Deciyanto Soetopo, dan Widi Rumini
logoLATAR BELAKANG
• Jarak pagar merupakan salah satu
tanaman BBN
• Produktivitas biji/ha/tahun sangat
rendah tidak menguntungkan
• Pengembangan di tingkat petani
menjadi masalah perlu diversifikasi untuk peningkatan nilai tambah
• Biji mengandung phorbol esterdan
PERMASALAHAN
• Pernah digunakan di luar
negeri:
• Hama kapas (Solsoy dan Morallo
Rejesus, 1993)
• Hama Jati (Javaregowda dan Niak,
2007)
• Hama Gudang (Ohozurike
et al
.,
2003)
• Hama Jagung (Arrubio
et al
., 2006)
• Ulat Sutera (Jing
et al
., 2005)
•
Helopeltis
sp. merupakan hama
utama kakao
METODOLOGI
• Ruang Lingkup Kegiatan
Pengumpuan bahan untuk pembuatan pestisida. Pengumpulan bahan
telah dilakukan ke Jawa timur (KP. Asembagus dan KP. Karang Ploso).
Penyiapan bahan baku biopestisida dari 6 aksesi terpilih, kemudian
diproses untuk diperoleh formula. Telah diperoleh 6 aksesi untuk
penelitian selanjutnya berdasarkan kandungan phorbol ester dan curcin,
serta ketersediaan benih.
Perbanyakan Beauveria bassiana dan Helopeltis sp di laboratorium pada
media dan inang alternatif.
Pengamatan pendahuluan tingkat kematian Helopeltis sp oleh Beauveria
bassiana.
Uji viabilitas konidia.
Cara infestasi strain B. bassiana dan bioagensia secara kombinasi
Penelitian utama pada pertanaman kakao di Kebun Panglejar, afdeling
Rajamandala, Kabupaten Cianjur.
METODOLOGI
• Fokus Kegiatan
Fokus kegiatannya adalah pengujian formulasi
enam aksesi jarak pagar dikombinasikan dengan
B. bassiana untuk mengendalikan hama kakao di
pertanaman.
METODOLOGI
• Desain Penelitian
Kegiatan penelitian ini disusun dalam 2 faktor perlakuan yaitu aksesi dan strain B. bassiana. Aksesi terdiri dari 6 level akan dipilih dari berbagai jenis yang proporsinya berbeda antara curcin dan phorbol ester. Faktor kedua B. bassiana terdiri atas 3 level yaitu strain kumbang Scolytidae dan Tingidae serta kontrol. Kalau dikombinasikan seluruhnya menjadi 18 perlakuan. Rancangan yang digunakan faktorial dalam kelompok dan diulang tiga kali. Banyaknya buah per perlakuan tergantung keadaan di lapangan (antara satu sampai tiga buah). Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas serangga, banyaknya bercak per buah dan pengaruhnya terhadap biji, serta perkembangan B. bassiana.
Formula dari masing-masing aksesi jarak pagar terdiri atas 20% bahan aktif (minyak dan bungkil jarak pagar), 60% pelarut, 10% emulsifier, 5% sinergist, dan 5% stabilizer. B. bassiana telah dipilih tiga strain pada penelitian pendahuluan, yaitu asal kumbang Scolytidae, Tingidae, dan PBL dari Lampung. Dari tiga strain dipilih dua yang paling prospektif. Helopeltis spp diperbanyak di laboratorium, sebelum diinfestasikan ke buah kakao yang ukurannya relatif sama dan telah dikerodong. Nimfa instar 1 dan 2 diinfestasikan 10 ekor per kerodong. Banyaknya kerodong sesuai perlakuan. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas serangga, banyaknya bercak perbuah, serta perkembangan B. bassiana pada buah dan serangga. Dalam proses pengendaliannya, larutan diencerkan dalam air (10 cc/l) sebelum disemprotkan ke dalam kerodong.
METODOLOGI
• Tahapan – Metode Pelaksanaan Kegiatan
Tahap kegiatan riset yang dilakukan mencakup:
1. penyiapan bahan baku biopestisida dengan mengepres bijinya untuk
menghasilkan minyak dan bungkil jarak pagar dari beberapa aksesi/varietas,
2. analisis curcin,
3. pembuatan biopestisida dari minyak dan bungkil dengan menggunakan
pelarut, sinergist stabilizer dan emulsifier, serta penyiapan B. bassiana,
4. penelitian pendahuluan di laboratorium,
5. penyiapan pertanaman yang berbuah di lapangan, lokasi kebun Panglejar,
afdeling Rajamandala
6. aplikasi perlakuan biopestisida berdasarkan perlakuan kombinasi antar
aksesi/varietas dan strain B. bassiana yang digunakan. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Kelompok,
7. pengamatan di lapangan,
8. pengolahan data, dan
9. penyusunan laporan
HASIL KEGIATAN
• Perkembangan dan Hasil Kegiatan
Keterangan: JSA = Jam Setelah Aplikasi
No. Perlakuan aksesi
1 JSA 24 JSA 72 JSA
Mortalitas (%) Jumlah tusukan per buah Mortalitas (%) Jumlah tusukan
per buah Mortalitas (%) Jumlah tusukan per buah 1 A30 15 85 37 173 54 354 2 A35 20 72 38 195 51 388 3 B80 28 69 53 171 63 344 4 C81 25 75 51 166 62 302 5 C100 21 70 46 168 58 304 6 Jarak wangi 23 93 40 217 59 361 7 B80 (bungkil) 15 73 30 198 59 393 8 C100 (bungkil) 15 85 37 173 54 354 9 JW (bungkil) 20 72 38 195 51 388
HASIL KEGIATAN
Keterangan: JSA = Jam Setelah Aplikasi
Pengaruh strain B. bassiana terhadap kerusakan buah dan mortalitas Helopeltis
No. Perlakuan
aksesi
1 JSA
24 JSA
72 JSA
168 JSA
Mortalitas
(%)
Jumlah
tusukan
per
buah
Mortalitas
(%)
Jumlah
tusukan
per
buah
Mortalitas
(%)
Jumlah
tusukan
per
buah
Mortalit
as
(%)
Jumlah
tusukan
per buah
1
BBL
16
85
43
181
59
311
77
Penuh
2
ED7
24
73
43
182
61
343
93
Penuh
HASIL KEGIATAN
Keterangan: JSA = Jam Setelah Aplikasi
Hasil identifikasi serangga yang terinfeksi jamur
B. bassiana
setelah aplikasi
No
Perlakuan
Munculnya hypa hari ke
1
C85+Ed7
6
2
MJW+Ed7
6
3
B80+Ed7
6
4
BJW+Ed7
6
5
B35+BBL
7
6
BJW+BBL
7
7
C100+Ed7
7
8
A30+Ed7
7
9
(M)B+Ed7
8
10
C100+Ed7
8
HASIL KEGIATAN
Tingkat kerusakan pada buah besar (> 10 cm) setelah aplikasi aksesi jarak pagar
dan B. bassiana (jumlah tusukan/buah)
No Aksesi Jarak Pagar 3 JSA 24 JSA
+ BBL + Ed7 - Bb + BBL + Ed7 - Bb 1 A30 32 26 18 87 62 97 2 A35 24 32 14 76 180 109 3 B80 40 32 19 217 178 103 4 C81 98 51 10 226 177 53 5 C100 32 35 13 87 113 39 6 Jarak wangi 29 60 17 88 168 107 7 B80 (bungkil) 33 37 14 106 144 71 8 C100 (bungkil) 35 72 14 76 130 78 9 JW (bungkil) 29 36 11 72 70 104
HASIL KEGIATAN
Keterangan: JSA = Jam Setelah Aplikasi
Mortalitas hama Helopeltis setelah aplikasi aksesi jarak pagar dan strain
B. bassiana (%)
No Aksesi Jarak Pagar 168 JSA Kandungan µg/ml + BBL + Ed7 - Bb Phorbol ester Curcin 1 A30 90 ab 97 a 90 ab 6,24 18,60 2 A35 93 ab 90 a 87 ab 6,87 21,60 3 B80 97 a 67 b 100 a 5,18 24,60 4 C81 60 c 93 a 97 a 9,12 17,64 5 C100 97 a 100 a 83 bc 7,33 19,60 6 Jarak wangi 80 b 97 a 73 c 3,36 25,00 Rata-rata 73 83 79SINERGI KOORDINASI
• Lingkup dan bentuk koordinasi yang dilakukan
Sinergi koordinasi dilakukan melalui pertemuan.
Pertemuan pertama
dengan seluruh anggota peneliti untuk penjelasan penelitian dan
pembagian tugas.
Pertemuan kedua telah dilakukan di Malang untuk
menyampaikan pengumpulan bahan biopestisida, koordinasi dengan
Kepala Kebun dan pelaksana.
Pertemuan selanjutnya dengan peneliti,
teknisi, dan penguasa kebun Panglejar afdelin Rajamandala sebelum
penelitian dilakukan
• Nama lembaga yang diajak koordinasi
1. Kelompok Peneliti Analisis Kebijakan Perkebunan
2. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Malang
3. PTP VIII
SINERGI KOORDINASI
• Strategi pelaksanaan koordinasi
1. Pengajuan jadwal pertemuan
2. Pengusulan anggaran sesuai tolok ukur dalam proposal
3. Pelaksanaan pertemuan
4. Pengajuan permohonan kerjasama penelitian di Perkebunan Kakao
5. Pelaksanaan aplikasi perlakuan dan pengamatan bersama
• Signifikansi capaian koordinasi yang dilakukan
Signifikansi dari sinergi ini adalah tersedianya bahan-bahan yang akan
diperlakukan, lancarnya pelaksanaan penelitian dan lancarnya penyusunan
laporan.
PEMANFAATAN HASIL KEGIATAN
• Kerangka dan strategi pemanfaatan hasil kegiatan
Pemanfaatan hasil litbangyasa diharapkan dapat mendukung industri hulu, mendukung strategi pembangunan daerah dan mendukung pengembangan ilmu.
Strategi yang digunakan adalah mendekatkan pelaksanaan penelitian dengan pengguna, dalam hal ini telah dilakukan di pertanaman kakao kebun PTP VIII Rajamandala dan melakukan koordinasi dengan instansi dan litbang daerah.
• Wujud - bentuk pemanfaatan hasil kegiatan
Pengendalian hama kakao di lapangan unutk mengurangi tingkat kerusakan
• Data (jumlah dan demografi) pihak yang memanfaatkan hasil
kegiatan
Perkiraan pihak yang memanfaatkan hasil kegiatan ini adalah pengusaha swasta dan Kelompok Tani