• Tidak ada hasil yang ditemukan

FEASIBILITY STUDY PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN GENERAL SERVICE SYSTEM PADA KAPAL MENGGUNAKAN PIPA DENGAN MATERIAL HDPE (HIGH DENSITY POLYETHYLENE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FEASIBILITY STUDY PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN GENERAL SERVICE SYSTEM PADA KAPAL MENGGUNAKAN PIPA DENGAN MATERIAL HDPE (HIGH DENSITY POLYETHYLENE)"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI – ME141501

FEASIBILITY STUDY PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN GENERAL

SERVICE SYSTEM PADA KAPAL MENGGUNAKAN PIPA DENGAN

MATERIAL HDPE (HIGH DENSITY POLYETHYLENE)

Paundra Yahya Al Hariz

NRP 04211645000010

Dosen Pembimbing

Sutopo Purwono Fitri, S.T., M.Eng., Ph.D.

Ir. Agoes Santoso, M.Sc

DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

(2)
(3)

i

SKRIPSI – ME 141501

FEASIBILITY STUDY PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN GENERAL

SERVICE SYSTEM PADA KAPAL MENGGUNAKAN PIPA DENGAN

MATERIAL HDPE (HIGH DENSITY POLYETHYLENE)

Paundra Yahya Al Hariz NRP 04211645000010 Dosen Pembimbing

Sutopo Purwono Fitri, S.T., M.Eng., Ph.D. Ir. Agoes Santoso, M.Sc

DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2018

(4)

ii

(5)

iii

SKRIPSI – ME 141501

FEASIBILITY STUDY OF THE DESIGN OF GENERAL SERVICE SYSTEM

IN SHIP USING HDPE MATERIAL (HIGH DENSITY POLYETHYLENE) PIPE

Paundra Yahya Al Hariz NRP 04211645000010

Supervisors

Sutopo Purwono Fitri, S.T., M.Eng., Ph.D. Ir. Agoes Santoso, M.Sc

DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2018

(6)

iv

(7)

v

LEMBAR PENGESAHAN

FEASIBILITY STUDY PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN

GENERAL SERVICE SYSTEM PADA KAPAL MENGGUNAKAN PIPA

DENGAN MATERIAL HDPE (HIGH DENSITY POLYETHYLENE)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

pada

Bidang Studi Marine Fluid Machinery and System (MMS) Program Studi S-1 Departemen Teknik Sistem Perkapalan

Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh:

PAUNDRA YAHYA AL HARIZ NRP 0421 16 4500 0010

Disetujui oleh Pembimbing Tugas Akhir:

1. Sutopo Purwono Fitri, S.T., M.Eng., Ph.D. ( )

NIP 1975 1006 2002 12 1003

2. Ir. Agoes Santoso, M.Sc ( )

(8)

vi

(9)

vii

LEMBAR PENGESAHAN

FEASIBILITY STUDY PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN

GENERAL SERVICE SYSTEM PADA KAPAL MENGGUNAKAN PIPA

DENGAN MATERIAL HDPE (HIGH DENSITY POLYETHYLENE)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

pada

Bidang Studi Marine Fluid Machinery and System (MMS) Program Studi S-1 Departemen Teknik Sistem Perkapalan

Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh:

PAUNDRA YAHYA AL HARIZ NRP 0421 16 4500 0010

Disetujui oleh Kepala Departemen Teknik Sistem Perkapalan:

Dr. Eng. M. Badrus Zaman, S.T., M.T. NIP. 197708022008011007

(10)

viii

(11)

ix

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Paundra Yahya Al Hariz

NRP : 04211645000010

Jurusan : Departemen Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan, ITS. Dengan ini menyatakan bahwa Judul Tugas Akhir :

Feasibility Study Perancangan Sistem Perpipaan General Service System

Pada Kapal Menggunakan Pipa Dengan Material HDPE (High Density

Polyethylene)

benar bebas dari plagiat, dan apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Surabaya, 13 Juli 2018

(12)

x

(13)

xi

FEASIBILITY STUDY PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN

GENERAL SERVICE SYSTEM PADA KAPAL MENGGUNAKAN PIPA

DENGAN MATERIAL HDPE (HIGH DENSITY POLYETHYLENE)

Nama Mahasiswa : Paundra Yahya Al Hariz

NRP : 04211645000010

Departemen : Teknik Sistem Perkapalan Dosen Pembimbing I : Sutopo Purwono Fitri, ST., M.Eng., Ph.D Dosen Pembimbing II : Ir. Agoes Santoso., M.Sc.

ABSTRAK

Sistem perpipaan merupakan sebuah desain dimana seorang insinyur akan merancang bagaimana posisi dan tata letak pipa beserta komponennya untuk menunjang kinerja dari suatu sistem. Material yang digunakan dalam sistem perpipaan cukup bervariasi, salah satunya adalah HDPE. HDPE (high density polyethylene) merupakan polimer berdensitas tinggi dan termasuk dalam jajaran senyawa termoplastik dengan density sebesar 0.95 ton/m3. Dalam tugas akhir ini peneliti akan menggunakan studi kelayakan apakah pipa dengan material HDPE dapat diaplikasikan sebagai alternatif material sistem perpipaan pada kapal terutama pada sistem bilga dan sistem ballast. Kapal objek penelitian dengan Lpp : 83.13 m, B : 12.80 m, H : 5.54 m, T : 4.32 m, dan Cb : 0.78. Analisa ini dibagi dalam dua aspek utama yaitu aspek teknis dan aspek ekonomis. Analisa teknis terdiri atas perhitungan pipa utama sistem bilga dan ballast, headloss sistem bilga dan ballast, jenis aliran sistem bilga dan ballast, sambungan yang digunakan sistem bilga dan ballast, serta perhitungan tegangan pipa sistem bilga dan ballast. Sedangkan analisa ekonomis terdiri atas capex, opex, NPV, IRR, dan payback periods. Perhitungan pipa utama bilga didapatkan diameter 110 mm dan diameter pipa ballast 160 mm. Perhitungan headloss sistem bilga adalah 28.793 m dan sistem ballast 27.961 m. Jenis aliran keduanya adalah turbulent flow. Sambungan yang digunakan dalam sistem keduanya adalah dengan menggunakan metode sambungan butt joint. Tegangan pipa yang dihasilkan pada pipa bilga dengan jarak support 2.4 m adalah 992.270 psi serta pada pipa ballast dengan jarak support 2.4 m adalah 803.055 psi dan keduanya berada pada posisi kurang dari allowable stress material HDPE. Sedangkan untuk analisa ekonomis, nilai capex yang ditimbulkan sebesar Rp. 314.064.200,00- dan opex Rp. 10.000.000,00- sehingga nilai total sebesar Rp. 324.064.200,00-. Untuk biaya building cost kapal baru tanker diperlukan biaya sebesar Rp. 46.575.000.000,00- (sebelum ppn, pph, dan royalty) sehingga pembuatan projek ini diakumulasikan 6.958% dari nilai bobot untuk outfitting. Nilai untuk 3 kondisi muatan yaitu: kondisi 90% NPV sebesar Rp. 112.194.391.476 dengan IRR sebesar 30%, kondisi 80% NPV sebesar Rp. 73.904.218.970 dengan IRR sebesar 22%, dan kondisi 70% NPV sebesar Rp. 35.614.046.465 dengan IRR sebesar 16% terhadap bunga bank. Serta didapatkan nilai payback periods sebesar 3.0 Tahun. Setelah dilakukan semua perhitungan, dapat disimpulkan bahwa pipa dengan material HDPE dapat diterapkan pada kapal khususnya pada general service system.

(14)

xii

(15)

xiii

FEASIBILITY STUDY OF THE DESIGN OF GENERAL SERVICE

SYSTEM IN SHIP USING HDPE MATERIAL (HIGH DENSITY

POLYETHYLENE) PIPE

Name : Paundra Yahya Al Hariz

NRP : 04211645000010

Departement : Marine Engineering Supervisor I : Sutopo Purwono Fitri, ST., M.Eng., Ph.D Supervisor II : Ir. Agoes Santoso., M.Sc.

ABSTRACT

Piping system is a design which an engineer will do how its position and layout of the pipe and its components to support the performance of a system. The material used in the piping system is a quite varied, one of them is HDPE. HDPE (high density polyethylene) is a high density polymer and classified in the thermoplastic compound about with density of 0.95 ton / m3. In this final project, use feasibility study whether the pipe with HDPE material can be applied as an alternative material of piping system on the ship especially on bilge and ballast system. The case studyis carried out by using ship with Lpp: 83.13 m, B: 12.80 m, H: 5.54 m, T: 4.32 m, and Cb: 0.78. This analysis is divided into two main aspects consist of technical aspects and economical aspects. Technical analysis consists of calculation of main pipe of bilge and ballast system, headloss of bilge and ballast system, flow type of bilge and ballast system, connection of bilge and ballast system, and calculation of pipe stress system of bilge and ballast pipe. While the economical analysis consists of capex, opex, NPV, IRR, and payback periods. Calculation of the main pipe bilge obtained 110 mm diameter and 160 mm ballast pipe diameter. Calculation of headloss system bilge is 28.793 m and ballast system 27.961 m. Both of them have a turbulent flow. The connection used in both systems using butt joint method. The pipe stress generated on the bilge pipe with a support distance of 2.4 m is 992,270 psi and the ballast pipe with a support distance of 2.4 m is 803,055 psi and both are in a position less than the allowable stress material of HDPE. As for economic analysis, the value of capex caused by Rp. 314.064.200,00- and opex Rp. 10.000.000,00 - so the total value of Rp. 324.064.200,00-. For the cost of building cost of new tanker ship required cost of Rp. 46.575.000.000,00 (before ppn, pph, and royalty) so that the project is accumulated 6.958% of the weight value for outfitting. Value for 3 conditions of cargoes ie: 90% NPV condition of Rp. 112.194.391.476 with IRR of 30%, condition of 80% NPV of Rp. 73,904,218,970 with IRR of 22%, and condition of 70% NPV of Rp. 35.614.046.465 with IRR of 16% against bank interest. And get the value of payback periods 3.0 years. After all calculation above are done, it can be conclude that HDPE pipe can be applied (visible) as material in ship especially on general service system. Keyword: Piping System, General Service System, HDPE, HDPE Pipe.

(16)

xiv

(17)

xv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan tepat waktu yang berjudul :

“FEASIBILITY STUDY PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN

GENERAL SERVICE SYSTEM PADA KAPAL MENGGUNAKAN PIPA

DENGAN MATERIAL HDPE (HIGH DENSITY POLYETHYLENE)”

Tugas Akhir ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Bidang Studi Marine Fluid Machinery and System (MMS) Program Studi S-1 Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, yaitu :

1. Kedua orang tua penulis (Drs. Purnama dan Puji Astuti) juga Kakak Aditia Yusuf Bayu F atas doa, perhatian, dukungan moral, dan materi yang diberikan kepada penulis tanpa henti sehingga dapat terselesaikannya Tugas Akhir ini.

2. Bapak Sutopo Purwono Fitri., ST., M.Eng., Ph.D, selaku dosen pembimbing pertama atas semua pelajaran baik berupa kritik, saran, moral, solusi, dan inspirasi yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menggali hal-hal baru untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

3. Bapak Ir. Agoes Santoso., M.Sc, selaku dosen pembimbing kedua sekaligus ketua laboratorium MMS atas pemberian masukan, solusi, waktu dan tempat pengerjaan kepada penulis ketika penulis mengalami kesulitan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

5. Teman seperjuangan Tugas Akhir 2018 terutama teman-teman LJ Gasal Periode 2016 (Adrian, Yafi, Maful, Fauzi, Yandi, Bayu, Riri, Anton, Ekky, Ridho, dan Satryo) serta seluruh teman-teman seperjuangan Siskal Reguler dan Double Degree Angkatan 2013 dan 2014.

6. Teman seperjuangan angkatan 2015 yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Sahabat penulis di luar Kota Surabaya yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini (Putri, Laila, Stephanie, Aufi, dan Dimas).

8. Kawan-kawan penghuni Kos Perumahan BMA No 39, Surabaya.

9. Dan seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penulisan Tugas Akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(18)

xvi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan untuk lebih baik dan sempurnanya Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi serta wacana-wacana bagi semua pihak yang membutuhkan sehingga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi semua pihak yang berkepentingan dalam topik Tugas Akhir ini.

Wassalamualaikum wr, wb

Surabaya, 13 Juli 2018

(19)

xvii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... ix

ABSTRAK ... xi

KATA PENGANTAR ... xv

DAFTAR ISI ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR TABEL ... xx

DAFTAR GRAFIK ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Rumusan Masalah Tugas Akhir ... 2

1.3 Batasan Masalah Tugas Akhir ... 2

1.4 Tujuan Tugas Akhir ... 2

1.5 Manfaat Tugas Akhir ... 3

1.6 Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Sejarah Pipa HDPE (High Density Polyethylene) ... 5

2.2 Pengertian Pipa HDPE (High Density Polyethylene) ... 6

2.3 Komposisi dan Karakteristik Pipa HDPE (High Density Polyethylene) . 6 2.4 Keuntungan Pemakaian Pipa HDPE (High Density Polyethylene) ... 8

2.5 Penggunaan dan Aplikasi Pipa HDPE (High Density Polyethylene) ... 9

2.6 Sistem Perpipaan Pada Kapal ... 9

2.7 Sistem Bilga ... 17

2.8 Sistem Ballast ... 19

2.9 Reynold Number ... 21

2.10 Moddy Diagram ... 21

2.11 Tegangan Pipa ... 23

2.12 Kajian Finansial/ Ekonomi ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Metodologi Penulisan Tugas Akhir ... 27

3.2 Metode Pengumpulan Tugas Akhir ... 27

3.3 Tahapan Penelitian ... 28

BAB IV ANALISA DAN PEBAHASAN ... 31

4.1 Data Ukuran Utama Kapal ... 31

4.2 Regulasi ... 31

4.3 Jenis Material Pipa ... 31

4.4 Perencanaan Sistem Perpipaan ... 32

4.5 Jenis Sambungan ... 40

4.6 Tegangan Pipa ... 41

4.7 Analisa Ekonomi ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 113

5.1 Kesimpulan ... 113

5.2 Saran ... 114

(20)

xviii

LAMPIRAN ASPEK TEKNIS ... 117 LAMPIRAN ASPEK EKONOMIS ... 121 BIOGRAFI ... 145

(21)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Senyawa Polyetilena ... 6

Gambar 2.2 Simbol Daur Ulang ... 6

Gambar 2.3 Properties HDPE ... 7

Gambar 2.4 Properties HDPE Menurut DNV-GL ... 7

Gambar 2.5 Properties HDPE Menurut Wavin ... 7

Gambar 2.6 Pipa HDPE ... 8

Gambar 2.7 Aplikasi Pipa HDPE ... 9

Gambar 2.8 Short Radius and Long Radius Elbow ... 10

Gambar 2.9 Elbow 45o ... 11

Gambar 2.10 Weld Tee/ Tea Connection ... 11

Gambar 2.11 Pipe Header and Pipe Branch ... 11

Gambar 2.12 Concentric Reducer and Excentric Reducer ... 12

Gambar 2.13 Gate Valve ... 13

Gambar 2.14 Globe Valve ... 14

Gambar 2.15 Butterfly Valve ... 15

Gambar 2.16 Type of Butterfly Valve ... 15

Gambar 2.17 Ball Valve ... 16

Gambar 2.18 Swing Check Valve ... 17

Gambar 2.19 Lift Check Valve ... 17

Gambar 2.20 Moody Diagram ... 22

(22)

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Properties Material Pipa ... 31 Tabel 4.2 Headloss Sisi Hisap Sistem Bilga ... 34 Tabel 4.3 Headloss Sisi Buang Sistem Bilga ... 35 Tabel 4.4 Volume Tanki Ballast Kapal ... 36 Tabel 4.5 Headloss Sisi Hisap Sistem Ballast ... 38 Tabel 4.6 Headloss Sisi Buang Sistem Ballast ... 40 Tabel 4.7 Properties Pipa HDPE Support 1 m ... 42 Tabel 4.8 Properties Fluida Support 1 m ... 42 Tabel 4.9 Properties Pipa HDPE Support 2 m ... 46 Tabel 4.10 Properties Fluida Support 2 m ... 46 Tabel 4.11 Properties Pipa HDPE Support 3 m ... 50 Tabel 4.12 Properties Fluida Support 3 m ... 50 Tabel 4.13 Properties Pipa HDPE Support 4 m ... 54 Tabel 4.14 Properties Fluida Support 4 m ... 54 Tabel 4.15 Properties Pipa HDPE Support 5 m ... 58 Tabel 4.16 Properties Fluida Support 5 m ... 58 Tabel 4.17 Properties Pipa HDPE Support 6 m ... 62 Tabel 4.18 Properties Fluida Support 6 m ... 62 Tabel 4.19 Properties Pipa HDPE Support 2.4 m ... 66 Tabel 4.20 Properties Fluida Support 2.4 m ... 66 Tabel 4.21 Nilai Tegangan Pada Variasi Support Pipa Bilga ... 70 Tabel 4.22 Properties Pipa HDPE Support 1 m ... 71 Tabel 4.23 Properties Fluida Support 1 m ... 71 Tabel 4.24 Properties Pipa HDPE Support 2 m ... 75 Tabel 4.25 Properties Fluida Support 2 m ... 75 Tabel 4.26 Properties Pipa HDPE Support 3 m ... 79 Tabel 4.27 Properties Fluida Support 3 m ... 79 Tabel 4.28 Properties Pipa HDPE Support 4 m ... 83 Tabel 4.29 Properties Fluida Support 4 m ... 83 Tabel 4.30 Properties Pipa HDPE Support 5 m ... 87 Tabel 4.31 Properties Fluida Support 5 m ... 87 Tabel 4.32 Properties Pipa HDPE Support 6 m ... 91 Tabel 4.33 Properties Fluida Support 6 m ... 91 Tabel 4.34 Properties Pipa HDPE Support 2.4 m ... 95 Tabel 4.35 Properties Fluida Support 2.4 m ... 95 Tabel 4.36 Nilai Tegangan Variasi Support Pipa Ballast ... 99 Tabel 4.37 Capex ... 100 Tabel 4.38 Capex Outfitting ... 101 Tabel 4.39 Opex ... 102 Tabel 4.40 Tabel Building Cost ... 102 Tabel 4.41 Tabel Income 100% ... 104 Tabel 4.42 Tabel Kondisi Muatan 90% ... 105 Tabel 4.42 Tabel Kondisi Muatan 80% ... 107 Tabel 4.42 Tabel Kondisi Muatan 70% ... 109

(23)

xxi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbandingan Stress Terhadap Panjang Support Pipa Bilga ... 70 Grafik 4.2 Perbandingan Stress Terhadap Panjang Support Pipa Ballast ... 99 Grafik 4.3 Present Value Kondisi Muatan 90% ... 106 Grafik 4.4 Cash Flow Kondisi Muatan 90% ... 106 Grafik 4.5 Present Value Kondisi Muatan 80% ... 108 Grafik 4.6 Cash Flow Kondisi Muatan 80% ... 108 Grafik 4.7 Present Value Kondisi Muatan 70% ... 110 Grafik 4.8 Cash Flow Kondisi Muatan 70% ... 110

(24)

xxii

(25)

1 1.1 Latar Belakang

Seiring dengan bertambahnya waktu serta berkembangnya zaman, sistem perpipaan yang diciptakan oleh manusia semakin lama semakin meningkat perkembangannya. Dimulai dengan memindahkan air kedalam bejana, kemudian bejana diangkat ke suatu tempat penyimpanan tertentu hingga pada ahirnya manusia dapat mencapai titik dimana manusia dapat menciptakan sebuah benda (material) yang akan membantu memindahkan fluida dari satu tempat ke tempat yang lain dengan cara yang lebih efisien.

Banyak perusahaan di dunia mulai berlomba-lomba dalam hal pemenuhan kebutuhan instalasi sistem perpipaan. Sistem perpipaan ini dianggap penting dalam hal pemenuhan kebutuhan manusia baik dalam sektor kecil skala rumah tangga maupun sektor industri. Salah satunya adalah perusahaan asal Indonesia, PT Langgeng yang berada di Sidoarjo.

Dalam konteks dunia industri, sistem perpipaan banyak digunakan dalam industri lepas pantai (offshore), industri gas di darat (onshore), pembangkit (powerplant), heavy industries, dan juga industri perkapalan (marine industries). Sistem perpipaan dalam industri perkapalan sangatlah erat kaitannya. Sebuah kapal dikatakan baik apabila memenuhi seluruh kriteria atau standart yang berlaku, salah satunya dengan menggunakan sistem perpipaan yang aman, nyaman, memiliki nilai estetika, dan ekonomis.

Jika dilihat dari material utama penyusun pipa, banyak mulai bermunculan alternatif-alternatif lain selain besi dan baja (steel or cast steel, iron or cast iron). Salah satunya adalah dengan material HDPE (High Density Polyethylene). Material ini sudah mulai digunakan di negara maju seperti Amerika, Australia, dan Negara Eropa. Mereka mulai menyukai produk jenis ini karena kelebihan yang diciptakan karena penggunaan material pipa HDPE (High Density Polyethylene). Beberapa keunggulan pipa HDPE (High Density Polyethylene) dalam manual book Wavin (2014:2) adalah fleksibel, tahan terhadap retak, tahan terhadap bahan kimia. Ringan, tahan karat, tahan terhadap suhu rendah, variatif dalam metode penyambungan, tahan terhadap segala cuaca, tahan abrasi dan sedimentasi, serta pemakaian jangka panjang.

Industri perkapalan pada umumnya akan selalu berkaitan dengan sistem perpipaan, terlebih mengenai sistem perpipaan yang ada di dalam kapal yang berfungsi untuk menunjang aktivitas daripada kapal itu sendiri. Sistem di dalam kapal banyak diantaranya menggunakan pipa dengan material yang terbuat dari besi (iron or cast iron) atau baja (steel or cast steel). Penggunaan material yang lain masih belum dilakukan karena sistem peraturan dikapal sangatlah ketat, tak terkecuali dengan pemanfaatan pipa HDPE (High Density Polyethylene) yang dapat digunakan didalam sistem perpipaan di kapal. Padahal, jika dilihat dari segi fungsinya karakteristik daripada pipa HDPE (High Density Polyethylene) sangat berpotensi untuk dijadikan salah satu opsi material sistem perpipaan dikapal dengan beberapa pertimbangan seperti tahan korosi akan air laut, tahan terhadap retak dan fleksibel karena olah gerak kapal, tahan terhadap suhu rendah ketika kapal berada di iklim yang berbeda, dan masih banyak lagi keuntungan-keuntungan pemasangan pipa HDPE (High Density Polyethylene) di kapal. Sistem yang dimaksud adalah sistem-sistem yang berpotensi untuk mengakibatkan tingginya tingkat korosi dan tingkat keretakan seperti sistem bilga (bilge system) yang digunakan untuk menguras kompartemen ketika terdapat

(26)

air laut yang masuk ke dalam ruangan kapal, serta sistem ballast (ballast system) yang digunakan untuk proses pengisian dan pengeluaran air laut kedalam atau keluar kapal.

Maka dari itu, peneliti mencoba menganalisa penggunaan pipa dengan material HDPE (High Density Polyethylene) yang akan diaplikasikan dalam sistem perpipaan general service system pada kapal.

1.2 Rumusan Masalah Tugas Akhir

Dari uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh parameter teknis terhadap pemasangan instalasi sistem perpipaan dengan menggunakan material pipa HDPE (High Density Polyethylene) itu?

2. Bagaimana pengaruh biaya akhir instalasi sistem perpipaan dengan menggunakan material pipa HDPE (High Density Polyethylene) itu?

1.3 Batasan Masalah Tugas Akhir

Untuk memfokuskan permasasalahan dan mengantisipasi melebarnya topik permasalahan, penulis memiliki batasan masalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan tugas akhir ini hanya membahas pada 2 (dua) komponen sistem instalasi perpipaan general service kapal, yaitu: sistem bilga (pengurasan), dan sistem ballast (pengisian)

2. Pembahasan tugas akhir hanya fokus pada keyplan, Q dan D, jenis aliran, headloss, sambungan pipa, tegangan pipa dalam sistem secara umum, dan nilai biaya yang ditimbulkan.

3. Ukuran utama kapal dan sistem perpipaan yang digunakan dalam tugas akhir ini sesuai dengan kapal desain 4 peneliti, yaitu kapal MT. Leo Island II.

4. Tidak membahas komposisi kimia secara detail dari HDPE (High Density Polyethylene).

5. Tidak membahas jenis support pipa untuk tegangan pipa HDPE (High Density Polyethylene).

6. Hanya membahas penyambungan pipa secara umum dari HDPE (High Density Polyethylene).

1.4 Tujuan Tugas Akhir

Adapun tujuan tugas akhir yang akan dicapai oleh peneliti ini sebagai berikut :

1. Mengetahui parameter-parameter teknis dengan melakukan kajian teknis instalasi sistem perpipaan dengan material pipa HDPE (High Density Polyethylene), seperti : desain sistem/ keyplan, kapasitas, diameter pipa, jenis aliran, headloss, sambungan pipa, dan tegangan pipa.

2. Menganalisa total cost/ biaya akhir dari pemasangan instalasi sistem perpipaan pada material pipa HDPE (High Density Polyethylene).

(27)

1.5 Manfaat Tugas Akhir

Manfaat yang diperoleh dari penelitian dalam tugas akhir ini sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu media pembelajaran kedepannya dalam konteks pergantian instalasi perpipaan dengan menggunakan material pipa HDPE (High Density Polyethylene) pada kapal.

2. Sebagai kajian untuk pengambangan ilmu pendidikan dan penelitian dimasa yang akan datang dengan adanya penambahan inovasi yang baru khusus mengenai topik pergantian instalasi sistem perpipaan terutama dengan menggunakan material pipa HDPE (High Density Polyethylene) pada kapal.

1.6 Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir

Tempat yang digunakan untuk mendapatkan data dan pengerjaan tugas akhir ini adalah: 1. Laboratorium MMS (Marine Machinery and Systems), Departemen Teknik Sistem

Perkapalan FTK – ITS. 2. Perpustakaan ITS.

(28)
(29)

5

2.1 Sejarah Pipa HDPE (High Density Polyethylene)

Pada mulanya, pipa HDPE (High Density Polyethylene) merupakan sebuah temuan pada abad ke 19. Dikutip dari harian online BBC (British Broadcasting Corporation) didalam web nya (http://news.bbc.co.uk:2010) bahwa Reginald Gibson dan Eric Fawcett Pada tahun 1933, sebuah tim kimiawan di pabrik ICI Wallerscote dekat Nortwich melakukan penelitian terhadap polymer yang kemudian terjadi sebuah kesalahan yang aneh dalam eksperimennya. Sebuah residu putih berlilin muncul dengan tidak sengaja, yang ternyata menjadi polyethylene, dan dikenal sebagai polythene. George Feachem, kimiawan muda, yang pada saat malam itu sedang bertugas menyaksikan penemuan ini, dia tidak dapat membayangkan bagaiman dampaknya terhadap dunia, baik untuk dampak positif ataupun negatifnya.

Penemuan ini berawal dari bukti dimana ketika George meninggal pada akhir tahun 1970, dan pada ahirnya dari keluarga George menemukan adanya medali plastik kecil berbentuk segitiga di dalam dompet tua yang mereka temukan di laci barang miliknya dan ditulis dengan tanggal 'Dec 1938', melekat pada gesper kuningan kecil yang diukir dengan inisial namanya, G. F. Kemudian hal ini dikaitkan dengan penemuan ilmuan sebelumnya yaitu Eric Fawcett dan Reginald Gibson - yang pertama kali memproduksi senyawa tersebut pada tahun 1933.

Penemuan ini dibenarkan oleh ICI dengan menyatakan bahwa item pertama yang pernah dibuat dari polythene adalah tongkat warna berwarna krem. Pada tahun 1938, ICI akhirnya menyempurnakan teknik ini untuk memungkinkan produksi plastik serbaguna ini dalam skala industri. Pada awal Perang Dunia II, pabrik-pabrik besar sibuk memproduksi sejumlah besar zat baru ini yang terbukti sangat berharga bagi usaha perang. Polythene digunakan sebagai bahan isolasi untuk kabel radar selama Perang Dunia II, dan substansinya merupakan rahasia yang dijaga ketat.

Namun, dalam bukunya Daniel (2015:153) mengatakan bahwa Reginald Gibson dan Eric Fawcett yang mencoba untuk mereaksikan etilena bereaksi dengan benzaldehide dibawah tekanan yang tinggi. Mereka membiarkan senyawa etilena bereaksi dengan oksigen dan membiarkannya bereaksi. Ini bukan pertama kali senyawa polyetilena (Carl Marvel sudah melakukan hal yang sama sebelumnya). Saat ini, senyawa polyethelene ini digunakan secara luas dalam pembuatan kemasan makanan, tas, pipa plastik, insulasi kabel listrik dan bahkan ikat pinggang. Namun, karena dibutuhkan beberapa abad untuk melakukan biodegrade, poliethylena dibenci oleh para pencinta lingkungan dan tas plastik telah menjadi simbol pencemaran manusia terhadap bumi.

2.2 Pengertian Pipa HDPE (High Density Polyethylene)

Pipa HDPE (High Density Polyethylene) merupakan sebuah senyawa kimia dan merupakan salah satu bahan dasar pembuatan plastik yang aman untuk digunakan karena memili kemampuan untuk mencegah reaksi kimia. Menurut Riskha dalam tugas akhirnya Riskha (2016:5) bahwa Polietilena berdensitas tinggi (High Density Polyethylene) adalah polietilena termoplastik yang terbuat dari minyak bumi dengan densitas sebesar kurang lebih 0.950 ton/m3. Untuk 1 kg HDPE membutuhkan 1.75 kg minyak bumi (Sebagai energi dan bahan baku).

(30)

Dalam penelitian tugas akhir Siswandi (2016:9) mengatakan bahwa HDPE (High Density Polyethylene) memiliki sifat yang lebih kuat, keras, buram, dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. HDPE (High Density Polyethylene) dapat didaur ulang dan ramah lingkungan, dan memiliki nomor 2 pada simbol daur ulang. Bahan dasar HDPE berbentuk seperti silica yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1: Senyawa Polietilena (HDPE) Sumber : Dhave, kompasiana.com

Gambar 2.2: Simbol Daur Ulang Sumber : https://steemit.com

2.3 Komposisi dan Karakteristik Pipa HDPE (High Density Polyethylene)

Adapaun kriteria properties daripada pipa HDPE (High Density Polyethylene) adalah sebagai berikut :

(31)

Gambar 2.3 : Properties HDPE Menurut Turk Loydu Sumber : Rules Turk Loydu

Gambar 2.4 : Properties HDPE Menurut DNV-GL Sumber : Rules DNV-GL

Gambar 2.5 : Properties HDPE Menurut Wavin Sumber : Panduan Teknik dan Produk HDPE Wavin Black

(32)

2.4 Keuntungan/ Kelebihan Pemakaian Pipa HDPE (High Density Polyethylene) Adapun keuntungan/ kelebihan pemakaian pipa HDPE (High Density Polyethylene) adalah sebagai berikut (2014:2) :

1. Fleksibel, merupakan pipa dengan daya lentur yang tinggi, sehingga dapat digunakan didaerah berbukit, rawan gempa, rawa-rawa, dan industri perkapalan

2. Tahan terhadap retak, dibuat dari bahan Polyethylene yang memiliki sifat crack resistance yang tinggi

3. Tahan terhadap bahan kimia, memiliki daya tahan yang istimewa terhadap berbagai bahan kimia, baik dalam kondisi asam maupun basa

4. Ringan, mudah dalam transportasi dan pemasangan

5. Tahan karat, dibuat dari bahan Polyetilene yang bersifat non-corrosive

6. Terhadap suhu rendah, memiliki brittleness point (titik rapuh) jauh dibawah 0oC, sehingga tidak ada masalah dalam pemasangan maupun pengunaannya dalam suhu rendah.

7. Variatif dalam metode penyambungan, tersedia berbagai pilihan dalam metode penyambungan

8. Tahan terhadap segala cuaca, dibuat dari bahan Polyetilena yang tahan terhadap segala kondisi cuaca yang ekstrem

9. Tahan abrasi dan sedimentasi, karena permukaan dalam pipa yang licin sehingga dapat meminimalisir terjadinya abrasi dan sedimentasi

10. Pemakaian jangka panjang, pipa bahan Polyetilene didesain dengan lifetime lebih dari 50 tahun.

Sedangkan keunggulan pipa HDPE (High Density Polyethylene) seperti yang ditunjukkan pada media harian online (Rudi Permadi Kompasiana: 2015) adalah sebagai berikut :

1. Anti karat, tidak berkarat, membusuk atau korosi

2. Anti rembes. Penyambungan pipa HDPE menggunakan pemanasan bertekanan sehingga hasil sambungan lebih kuat dibandingkan dengan pipanya sendiri

3. Permukaan yang halus memungkinkan aliran air semakin optimal. Tidak terjadi turbulensi karena ketahanannya serta memiliki ketahanan terhadap perkembangan organisme dalam pipa

4. Pipa HDPE memiliki karakteristik yang bagus dalam menghadapi air balik (water hammer)

5. Pipa HDPE mengurangi kemungkinan pecah karena terjadinya pembekuan air didalamnya

6. Perawatan yang sangat rendah, dengan demikian terjadi penghematan dalam hal perbaikan

Gambar 2.6 : Pipa HDPE Sumber : https://andrewcpetersen.com

(33)

2.5 Penggunaan dan aplikasi pipa HDPE

Penggunaan dan aplikasi pipa HDPE (High Density Polyethylene) adalah sebagai berikut: 1. Dapat digunakan sebagai pipa supplai air bersih untuk keperluan sehari-hari

2. Dimanfaatkan pada sektor oil and gas untuk pipa transfer 3. Dapat digunakan untuk keperluan pipa bawah tanah

4. Digunakan sebagai sarana supplai air kedalam media aquaculture

5. Dapat digunakan hampir pada seluruh industri baik industri besar, maritim, pertambangan, tempat pembuangan sampah, irigasi, dan pertanian

Gambar 2.7 : Aplikasi Penggunaan Pipa HDPE Sumber: Google.com

2.6 Sistem Perpipaan Pada Kapal 2.6.1 Overview Sistem Perpipaan

Dalam bukunya Roy (2002:1) dalam perancangan fasilitas suatu industri, para insinyur mengembangkan diagram alur aliran, menyiapkan spesifikasi dan desain proyek, atau memilih peralatan. Perancang mendapatkan informasi oleh suatu kelompok tertentu sehingga insinyur dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh di dalam kantor dan lapangan untuk merancang tata letak suatu fasilitas.

Dalam rules DNV GL (DNV-GL:2015) menyatakan bahwa sistem perpipaan adalah mencakup pipa untuk pengangkutan cairan dan lengkungan pipa, penyambungan pipa, katup, dan chokes yang terkait. Istilah umum yang termasuk dalam sistem perpipaan adalah tube, diagram alur atau keyplan, dan proses transportasi.

(34)

Banyak pengusaha pipa dan perancang pipa yang tersedia dalam era belakangan ini, diantaranya adalah perusahaan rekayasa dan konstruksi (Engineering and Construction Company), perusahaan yang bertugas untuk mengoperasikan pipa (operating company), perusahaan yang bertugas mendesain teknik arsitektur (architectural engineering design), perusahaan konstruksi saja (construction company), dan perusahaan fabrikasi (fabrication company). Aplikasi sistem perpipaan menurut Roy dalam bukunya Roy (2002:1) menyatakan bahwa sistem perpipaan dapat dmanfaatkan oleh berbagai sektor, seperti :

1. Tanaman pupuk

2. Sistem perpipaan dan gedung perkantoran bertingkat tinggi 3. Pabrik farmasi

4. Pabrik makanan dan minuman 5. Pabrik bahan bakar sintetis 6. Platform lepas pantai 7. Instalasi sistem perpipaan 8. Fasilitas pengolahan air

9. Pembuangan limbah lingkungan

2.6.2 Fitting dan Aksesoris Sistem Perpipaan A. Fitting Elbow 90o

Menurut Roy dalam bukunya Roy (2002:13) elbow digunakan ketika sebuah pipa berganti arah. Elbow dapat menyesuaikan posisi ke atas, kebawah, ke kanan, ke kiri, atau arah yang lainnya.

Gambar 2.8 : Short Radius and Long Radius Elbow Sumber : Roy, Pipe Drafting and Design B. Fitting Elbow 45o

Menurut Roy dalam bukunya Roy (2002:18) Elbow ini juga digunakan untuk membuat perubahan arah dalam sistem perpipaan. Perbedaan yang jelas antara elbow 90o dengan elbow 45o adalah sudut yang dibentuk oleh belokan. Karena siku elbow 45o adalah setengah dari elbow 90o maka belokan yang dibentuk juga hanya setengah dari elbow 90o.

(35)

Gambar 2.9 : Elbow 45o Sumber : Roy, Pipe Drafting and Design C. Weld Tee/ Tee Connection

Menurut Roy dalam bukunya Roy (2002:22) Weld Tee berasal dari kemiripan bentuknya terhadap huruf T. Ini adalah salah satu cara bagaimana membuat koneksi tegak lurus ke pipa. Garis yang terhubung ke pipa utama dikenal dengan nama branches. Bagian utama pada pipa sering disebut dengan header.

Gambar 2.10 : Weld Tee/ Tee Connection Sumber : Roy, Pipe Drafting and Design

Gambar 2.11 : Pipe Header and Pipe Branches Sumber : Roy, Pipe Drafting and Design

(36)

D. Reducer

Menurut Roy dalam bukunya Roy (2002:28) menyatakan bahwa reducer digunakan ketika seorang designer ingin mengurangi diameter dari sebuah pipa lurus. Sesuai dengan namanya, reducer dibagi menjadi 2 buah yaitu :

- Concentric Reducer, mempertahankan garis tengah atau centerline yang sama pada ujung pipa berdiameter besar dengan pipa berdimaeter kecil.

- Excentric Reducer, memiliki garis tengah yang berbeda antara pipa besar dan kecil, dengan mempertahankan tepat pada sisi datar bagian atas atau bawah, tergantung bagaimana reducer dipasang sebelum pengelasan.

-

- Gambar 2.12 : Concentric Reducer dan Excentric Reducer

- Sumber : Roy, Pipe Drafting and Design E. Gate Valve

Menurut Roy dalam bukunya Roy (2002:70) menyatakan bahwa gate valve adalah sebuah katup yang sering digunakan terutama untuk aplikasi buka tutup aliran. Saat dibuka sepenuhnya, gate valve akan meminimalisir penyumbatan pada aliran. Gate valve mengendalikan aliran yang mengalir melalui pipa dengan sebuah pelat datar, atau gerbang (gate) dimana bagian tersebut bergerak keatas atau kebawah saat roda pada katup diputar.

Menurut Hari Prastowo dalam Bahan Ajar Sistem Perpipaan Departemen Teknik Sistem Perkapalan 2012 (Hari P:2012) Keuntungan pemakaian gate valve antara lain:

1. Memiliki kemampuan yang baik dalam mematikan aliran. 2. Dapat digunakan dua arah (bidirectional).

3. Memiliki tingkat pressure loss yang minimum.

Sedangkan untuk kekurangan pemakaian gate valve antara lain : 1. Memerlukan waktu dalam proses buka tutup katup.

2. Memerlukan space yang lebih besar untuk tempat peletakan, operasional, dan perawatan.

(37)

Gambar 2.13 : Gate Valve

Sumber : Jenkins Bros in Roy, Pipe Drafting and Design F. Globe Valve

Menurut Roy dalam bukunya Roy (2002:72) menyatakan bahwa globe valve adalah sebuah katup dimana katup ini digunakan terutama dalam situasi dimana aliran akan ditutup sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan hanya memutar handwheel, tingkat dimana komoditas aliran yang mengalir melalui katup dapat disesuaikan dengan tingkat apa yang diinginkan.

Menurut Hari Prastowo dalam Bahan Ajar Sistem Perpipaan Departemen Teknik Sistem Perkapalan 2012 (Hari P:2012) Keuntungan pemakaian globe valve antara lain :

1. Memiliki kemampuan yang baik dalam mematikan aliran.

2. Memiliki kemampuan yang cukup baik didalam mencengkeram aliran. 3. Memiliki proses buka tutup yang lebih cepat dibandingkan dengan gate valve.

(38)

4. Ketika tidak ada disk didalam valve, maka valve dapat berfungsi sebagai stop valve.

Sedangkan untuk kekurangan pemakaian globe valve antara lain :

1. Memiliki pressure drop yang lebih besar dibandingkan dengan gate valve. 2. Membutuhkan kekuatan yang lebih besar atau aktuator yang lebih besar untuk

dudukan valve (dengan tekanan dibawah katup). 3. Throttling aliran dibawah seat dan shutoff di atas seat

Gambar 2.14 : Globe Valve

Sumber : VELAN in Roy, Pipe Drafting and Design

G. Butterfly Valve

Menurut Roy dalam bukunya Roy (2002:75) menyatakan bahwa butterfly valve adalah sebuah katup dimana katup ini menggunakan sebuah pelat melingkar yang dioperasikan oleh sebuah tuas untuk mengendalikan aliran. 90o putaran putaran tuas akan menggerakkan aliran dari posisi terbuka ke posisi tertutup sepenuhnya. Pelat melingkar ini tetap berada dalam arus aliran dan berputar mengelilingi poros yang terhubung ke tuas. Saat katup ditutup, plat melingkar ini berputar menjadi prependicular terhadap arah arus dan bertindak sebagai penghalang untuk menghentikan aliran.

Menurut Hari Prastowo dalam Bahan Ajar Sistem Perpipaan Departemen Teknik Sistem Perkapalan 2012 (Hari P:2012) Keuntungan pemakaian butterfly valve antara lain :

1. Memiliki pressure drop yang paling rendah diantara jenis katup-katup yang lain 2. Memiliki berat yang relatif ringan

3. Memiliki tinggi yang relatif pendek

4. Memiliki nilai yang paling ekonomis diantara jenis katup-katup yang lain Sedangkan untuk kekurangan pemakaian butterfly valve antara lain :

1. Hanya digunakan untuk buka dan tutup aliran 2. Tidak dapat mengatur tekanan

(39)

3. Tidak dapat mengatur flow atau kapasitas aliran 4. Hanya bekerja pada tekanan yang relatif rendah

Gambar 2.15 : Butterfly Valve

Sumber : Stockham Valves in Roy, Pipe Drafting and Design

Gambar 2.16 : Type of Butterfly Valve Sumber : Crane Co in Roy, Pipe Drafting and Design H. Ball Valve

Menurut Roy dalam bukunya Roy (2002:75) menyatakan bahwa ball valve adalah sebuah katup dimana katup ini merupakan salah satu alternatif yang murah untuk katup lainnya. Ball valve menggunakan bola logam dengan lubang yang menembus bagian tengah, terjepit diantara dudukannya untuk mengendalikan aliran. Katup jenis ini banyak digunakan dalam aplikasi proses hidrokarbon, karena pada ball valve mampu menghalang gas dan uap sehingga sangat berguna seperti pada saat seperti ini. Ball valve memiliki nilai tambah karena cepat dalam proses buka aliran dan proses tutup aliran yang ketat pada cairan yang sulit ditahan.

Menurut Hari Prastowo dalam Bahan Ajar Sistem Perpipaan Departemen Teknik Sistem Perkapalan 2012 (Hari P:2012) Keuntungan pemakaian ball valve antara lain :

1. Memiliki kemampuan operasi yang baik hanya dengan menggerakkan tuas 90o 2. Memiliki nilai pressure drop yang rendah

3. Memiliki berat dan dimensi yang relatif kecil 4. Memiliki nilai ekonomis yang relatif murah

(40)

Sedangkan untuk kekurangan pemakaian ball valve antara lain : 1. Tidak dapat digunakan untuk mengatur tekanan pada aliran 2. Tidak dapat digunakan untuk mengatur kapasitas pada aliran 3. Bekerja pada tekanan yang relatif rendah

4. Seat dapat rusak karena adanya gesekan antara ball dengan seat

5. Pembukaan tuas yang terlalu cepat dapat menimbulkan water hammer pada sistem.

Gambar 2.17 : Ball Valve

Sumber : Bahan Ajar Sistem Perpipaan Departemen Teknik Sistem Perkapalan, ITS I. Non Return Valve

Merupakan bagian daripada check valve yang berfungsi untuk mengalirkan fluida dalam satu arah dengan tujuan untuk menghindari terjadinya aliran balik (back flow). Penggunaan valves jenis ini banyak ditemui pada sisi discharge pada pompa sentrifugal. Saat aliran fluida sesuai dengan arahnya, laju dari aliran tersebut akan membuat disk atau plug terbuka, sementara apabila terdapat aliran yang berlawanan, maka plug tersebut akan tertutup sehingga tidak akan terjadi aliran balik yang berkelanjutan didalam pipa.

Terdapat 2 (dua) jenis check valve dalam sistem perpipaan, yaitu : 1. Lift Check Valves

Memiliki bentuk hampir sama dengan globe valves, namun yang membedakannya adalah putarannya. Pada globe valves atau disk dapat dimanipulasi, sedangkan pada lift check valve hal tersebut tidak dapat dilakukan.

2. Swing Check Valves

Valve jenis ini memiliki disk yang ukurannya sama dengan diameter pipa, disk atau penampang tersebut dirancang menggantung pada bagian atas, berbeda dengan lift check valve. Prinsip kerjanya sama saja dengan lift check valve, yaitu saat terjadi aliran maju, maka disk tersebut akan terbuka dan begitupun sebaliknya saat terjadi aliran balik. Keunggulan dari valve jenis ini ialah memiliki biaya perawatan yang murah dan kehilangan tekanan sangat rendah. Sedangkan kekurangannya yaitu

(41)

kemungkinan kebocoran aliran fluida sangat mungkin terjadi dan kurang efektif digunakan pada aliran rendah karena hambatan oleh penampang.

Gambar 2.18 : Swing Check Valve

Sumber : Bahan Ajar Sistem Perpipaan Departemen Teknik Sistem Perkapalan, ITS

Gambar 2.19 : Lift Check Valve Sumber : flooster.com 2.7 Sistem Bilga

2.7.1 Pengertian Sistem Bilga

Dalam Diktat Mata Kuliah Sistem Perpipaan Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS (Hari P:2012), menyatakan bahwa sistem bilga adalah sebuah sistem dikapal yang berfungsi sebagai sistem penguras yang meliputi :

1. Kebocoran daripada ruangan di kapal karena kandas atau tabrakan 2. Kebocoran karena cipratan air diatas tutup palka (hujan, cuaca buruk, dll) 3. Kebocoran pada sambungan pipa

4. Pengembunan pada sisi kulit lambung

5. Kebocoran pada sistem perpipaan (biasanya di dalam engine room) 6. Dan lain lain

(42)

Dalam Diktat Mata Kuliah Sistem Perpipaan Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS (Hari P:2012), menyatakan bahwa pembagian sistem bilga di kapal, antara lain :

1. Bilge System in Compartment (Clean Bilge System)

Merupakan sistem bilga yang berada didalam compartment ruangan dikapal. Merupakan sebuah general service system dan diatur regulasinya oleh peraturan klasifikasi. Selalu dibuang melalui overboard dan termasuk juga yang berada didalam engine room dan pump room.

2. Bilge System in Cargo Tanks of a Tanker

Merupakan sebuah sistem bilga yang berada didalam sebuah kapal tanker. Biasanya menggunakan pompa untuk muatan didalam tanker untuk operasinya. Memerlukan dan meyediakan sistem pemisah OWS (oil water separator) ketika hendak dibuang melalu Overboard. Bisa juga menggunakan independent pump untuk mengatasi sistem bilganya

3. Bilge System in Engine Room and of a Tanker’s Cargo Pump Room (Oily Bilge System) Merupakan sebuah sistem bilga yang berada pada kamar mesin dan di dalam ruangan pompa pada kapal tanker. Digunakan untuk menguras ketika didalam engine room terdapat kebocoran dan biasanya bercampur dengan oli. Harus disediakan sebuah sistem pemisah OWS (oil water separator) ketika hendak dibuang melalu Overboard. Pada sistem ini harus terpisah dengan sistem bilga utama (Clean bilge) dan dimensi daripada pipa dan pompa berdasarkan desain bukan berdasarkan dari aturan regulasi badan kalsifikasi.

2.7.2 Komponen Sistem Bilga

Dalam Diktat Mata Kuliah Sistem Perpipaan Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS (Hari P:2012), menyatakan bahwa komponen dalam sistem bilga antara lain :

1. Ruangan hisap (suction well) 2. Pipa cabang (branch pipe) 3. Pipa utama (main pipe)

4. Katup dan aksesoris (valve and fitting) Sistem Bilga Utama 5. Pompa bilga (bilge pump)

6. overboard

1. Ruangan hisap (suction well) 2. Pipa hisap (Suction pipe)

3. Pompa bilga kotor (oily bilge pump)

4. Tanki bilga kotor (oily bilge tank) Sistem Bilga Kotor

5. OWS dan pompa OWS E/R Bilge System

6. OCM (oil content monitor/ oil discharge monitor) 7. Tanki lumpur (sludge tank)

(43)

2.7.3 Regulasi Sistem Bilga A. Pompa Bilga Utama

Kapasitas pompa bilga utama yaitu :

Q = 5,75 x 10 (Dm)2 (m3/h) (1) *Dimana Dm adalah diameter utama pipa bilga

Jenis pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal (self priming and electrically driven).

Dipasang sebanyak 2 unit dan perbedaan kapasitas pada masing-masing unit adalah minimal 85% dari kapasitas yang paling sedikit. Qlebih kecil > Q min

Lokasi pompa berada di dalam kamar mesin berdekatan dengan kotak air laut (Sea chest)

Head yang terdapat dalam sistem harus mampu diatasi oleh head yang tersedia oleh pompa

B. Pipa Utama

Ukuran daripada diameter dalam pipa utama adalah :

Untuk kapal kargo : 1.68√((B+H)Lpp) + 25 mm (2) Untuk kapal minyak : 3.0√((B+H)Lc) + 35 mm (3) *Dimana B adalah lebar kapal, H adalah tinggi kapal, Lpp adalah panjang kapal dari AP sampai FP, dan Lc adalah panjang ruangan dari sekat pump room sampai sekat sterntube.

C. Pipa Cabang

Ukuran daripada diameter dalam pipa cabang adalah :

2.15√((B+H)Lcomp) + 25 mm (4)

D. Dimana minimum diameter adalah 50 mm (untuk pipa utama dan pipa cabang) Dan diameter maksimal adalah 200 mm

2.8 Sistem Ballast

2.8.1. Pengertian Sistem Ballast

Dalam Diktat Mata Kuliah Sistem Perpipaan Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS (Hari P:2012), menyatakan bahwa sistem ballast merupakan sebuah sistem yang berfungsi sebagai penyeimbang kapal (ship stability). Sistem ini juga berfungsi untuk menjaga posisi sarat kapal untuk kapal elakukan gerak manuver secara aman (dengan mempertahankan pusat gravitasi dengan aman dengan cara mengisi air laut kedalam tanki ballast didalam kapal). Digunakan pula saat kapal mengalami bongkar muat muatan. Ketika bongkar muatan maka akan dilakukan ballasting (pengisian air laut kedalam kapal). Ketika muatan masuk kedalam kapal maka akan dilakukan de-ballasting (pembuangan air laut dari dalam kapal keluar kapal). Perhitungan sistem ballast bergantung daripada fungsi waktu pada saat bongkar muat kapal.

(44)

Terdapat 2 (dua) sistem yang sering digunakan : 1. Independent system

2. Ring system

2.8.2. Komponen Sistem Ballast

Dalam Diktat Mata Kuliah Sistem Perpipaan Departemen Teknik Sistem Perkapalan ITS (Hari P:2012), menyatakan bahwa komponen sistem ballast antara lain :

1. Kotak air laut (Sea chest) 2. Pipa utama (main pipe)

3. Pipa cabang (jika branch pipe dioperasikan manual) 4. Katup dan aksesoris (valve and fitting)

5. Pompa ballast (ballast pump) 6. Tanki ballast (ballast tank) 7. Overboard

2.8.3. Regulasi Sistem Ballast A. Pompa Ballast Utama

Kapasitas pompa ballast utama yaitu :

Q = total volume dari tanki ballast (m3/h) (5) total waktu untuk mengosongkan ballast

Total waktu yang digunakan untuk mengosongkan ballast biasanya bergantung daripada waktu bongkar muat kapal, yaitu 6 – 12 jam

Pompa yang digunakan adalah jenis sentrifugal (self priming and electrically driven) sebanyak 2 (dua) unit.

Lokasi pompa berada didalam kamar mesin dan terletak dekat dengan kotak laut (Sea chest)

Head yang terdapat dalam sistem harus mampu diatasi oleh head yang tersedia oleh pompa

B. Tanki Ballast

Isi daripada tanki ballast biasanya berkisar antara 10% hingga 20% dari volume displacement kapal

Lokasi daripada tanki ballast biasanya berada pada dasar ganda (double bottom), fore peak tank, after peak tank, wing tank

Cofferdam perlu dipasang jika digunakan untuk membatasi antara ballast tank dengan minyak bahan bakar, minyak pelumas, atau air minum.

C. Diameter Pipa Ballast

Din = fungsi daripada kapasitas ballast, dan kecepatan aliran Dimana kecepatan aliran pada pipa ballast 2-4 m/s

Dapat menggunakan formula daripada hubungan antara kapasitas dengan kecepatan dan luas lingkaran yaitu :

(45)

2.9 Reynold Number

Dalam buku Fluid Mechanics oleh Atil BULU (2012:94) menyatakan bahwa efek viskositas menyebabkan aliran nyata yang terjadi dibawah dua perbedaan kondisi atau rezim, yaitu aliran dalam bentuk laminar dan aliran dalam bentuk turbulen. Karakteristik ini pertama kali ditunjukkan oleh Reynold.

Reynolds kemudian mampu menggeneralisasikan kesimpulannya dari eksperimennya dan dikenal dengan istilah tanpa dimensi yaitu Re, kemudian disebut Reynolds Number yang mana didefinisikan dalam bentuk :

Re = 𝑉𝑑ρ μ =

𝑉𝑑 v

Sumber : Lecture Notes 5, College of Civil Engineering, Istanbul Technical University Dimana :

V = kecepatan aliran fluida (m/s)

D = diameter pipa (m)

ρ = massa jenis fluida (kg/m3) μ = viskositas dinamis (m2/s) v = viskositas kinematis (kg/s)

Dalam buku Fluid Mechanics oleh Atil BULU (2012:94) menyatakan bahwa aliran laminar berkisar antara Re < 2000, 2000 < Re < 4000 adalah aliran kritis dan Re > 12000 adalah aliran turbulen penuh.

2.10 Moody Diagram

Moody diagram merupakan sebuah tabel yang digunakan untuk mencari friction factor dari suatu material. Nilai friction factor antara satu material dengan material yang lain memiliki nilai yang berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan untuk menentukan kekasaran suatu material.

Dengan adanya nilai friction factor, maka dapat dihitung headloss yang terjadi pada sistem tersebut (headloss major). Dengan memanfaatkan nilai ini, dapat disimpulkan bahwa pengaruh besar nilai friction factor akan memperbesar nilai headloss yang terjadi sesuai dengan rumus : Hl : f x L/D x V2/2g Dimana : Hl : Headloss (m) F : Friction Factor L : Panjang Pipa (m) D : Diameter Pipa (m)

V : Kecepatan aliran dalam pipa (m/s) g : gravitasi bumi (m/s2)

(7)

(46)

Gambar 2.20 : Moody Diagram Sumber : vectortechengineering.co.uk

(47)

2.11 Tegangan Pipa

Tegangan pada pipa umumnya berasal dari 2 kategori umum, yaitu beban sustain dan beban expansion.

2.11.1 Beban sustain dimana dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : A. Beban Longitudinal Akibat Gaya Aksial

Dalam Diktat Mata Kuliah Stress Analys Jurusan Teknik Perpipaan PPNS (Pekik:2018) bahwa dalam Tegangan aksial (σL ax) adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya Fax yang bekerja sejajar dengan sumbu longitudinal. Nilai dari tegangan aksial dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

𝜎𝐿𝛼𝑥 =𝑃𝑥𝐴𝑖 𝐴𝑚 = 𝐹𝑎𝑥 𝐴𝑚 𝐴𝑖 = 𝜋(𝑑𝑖 2) 4 𝐴𝑚 = 𝜋(𝑑𝑜 2− 𝑑𝑖2) 4 Dimana : P = Pressure (psi)

Fax = Gaya aksial (lb)

Ai = Internal area of pipe (in2) Am = Cross section area of pipe (in2) di2 = Inside diameter of pipe (in) do2 = Outside diameter of pipe (in) B. Tegangan Longitudinal Akibat Momen Tekuk

Tegangan tekuk (σMb) adalah tegangan yang ditimbulkan oleh momen (M) yang bekerja diujung-ujung pipa. Tegangan tekuk maksimum terjadi di permukaan pipa, sedangkan tegangan minimum terjadi pada sumbu pipa (Chamsudi, 2005). Nilai dari tegangan tekuk dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

𝜎𝐿𝑚𝑏 =𝑀𝑏𝑥𝐶 𝐼 𝑀𝑏 =𝑤𝑥𝐿 2 8 = 𝐹𝑎𝑥 𝐴𝑚 𝐼 = 𝜋(𝑟𝑜 2− 𝑟𝑖2) 64 (9) (12) (10) (11)

(48)

Dimana :

I = Momen inersia penampang (in4)

Mb = Momen bending (lb.in)

w = Berat pipa (lb/in)

L = Panjang pipa (in)

c = Jarak dari sumbu pipa (in) C. Tegangan Longitudinal Akibat Gaya Tekan

Tegangan longitudinal tekan (σL P) adalah tegangan yang ditimbulkan oleh gaya tekan internal (P) yang bekerja pada dinding pipa dan searah sumbu pipa (Chamsudi, 2005). Nilai tegangan longitudinal dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : 𝜎𝐿𝑝 =𝑃𝑥𝐴𝑖 𝐴𝑚 = 𝑃𝑑𝑖2 𝑑𝑜2− 𝑑𝑖2= 𝑃𝑑𝑖2 4𝑡𝑑𝑚= 𝑃𝑑𝑜 4𝑡 Dimana :

P = Gaya tekan internal (psi) do = Outside diameter (in)

t = Ketebalan pipa (in)

Jadi tegangan longitudinal yang bekerja pada suatu sistem perpipaan yang searah pada sumbu pipa (Chamsudi, 2005) ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

𝜎𝐿 =𝐹𝑎𝑥 𝐴𝑚 + 𝑀𝑏. 𝑐 𝐼 + 𝑃𝑑𝑜 4𝑡 Dimana :

Fax = Gaya aksial karena beban tetap (lb) Am = Cross section area of pipe (in2)

Mb = Momen bending (lb.in)

c = Jarak dari netral axis (in) P = Design pressure (psig) do = Outside diameter (in)

t = Ketebalan pipa (in)

2.11.2 Beban Ekspansi

Thermal expansion load akibat dari temperatur fluida yang mengalir dan sifat material pipa, dapat menyebabkan terjadinya perpanjangan pipa (ekspansi). Dimana dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

∆= 5 𝑊 𝐿 4 384 𝐸 𝐼 𝑀 = 6 𝐸 𝐼 ∆ 𝐿2 (13) (14) (15) (16)

(49)

𝑆𝑒 =𝑀 𝑍 Dimana :

W : Berat pipa (lb/in)

L : Panjang pipa (in)

E : Modulus Elastisitas (psi)

I : Momen inersia (inc4)

M : Momen bending (lb.in)

Z : Modulus sectional of pipe (inc2) 2.12 Kajian Finansial/ Ekonomi

Kajian finansial suatu pekerjaan dapat ditentukan dengan menentukan parameter apa saja yang dapat mempengaruhi variabel penelitian dan sebagai standarisasi apakah suatu proyek dapat dijalankan atau tidak. Langkah dalam penyusunan kajian ekonomis dapat dimulai dengan menentukan CAPEX dan OPEX dari sebuah pekerjaan. Setelah dilakukan perhitungan dan analisa ekonominya melalui CAPEX dan OPEX, dapat dilanjutkan dengan memperkirakan payback periods yang akan yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi.

2.12.1 CAPEX

Menurut Stopford, 2009 dalam penelitian Hayy Abdillah (2017) Capex atau aliran kas awal yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk investasi, bunga pinjaman (interest) dan biaya proyek. Salah satu pertimbangannya adalah darimana modal investasi kapal tersebut dapat diperoleh.

2.12.2 OPEX

Aliran kas operasional dalam penelitian Hayy Abdillah (2017) akan diperhitungkan aliran kas masuk dari pendapatan dan aliran kas keluar dari operating expenditure (OPEX) serta pajak. Sedangkan operating expenditure (OPEX) yang ditanggung oleh ship owner akan berhubungan dengan pergantian instalasi perpipaan dengan material HDPE.

2.12.3 NPV

Menurut Ben-Horin, 2016 dalam penelitian Abdillah (2017) Net Present Value (NPV) NPV adalah sebuah metode penilaian atas sebuah investasi yang akan dilakukan dengan menitik beratkan pada nilai masa sekarang (Present Value) yaitu pengeluaran akan dibandingkan dengan nilai masa sekarang (Present Value) pendapatan/penerimaan.

𝑁𝑃𝑉(𝑖) = ∑ 𝑁 𝑡 = 0

𝐴𝑡 (1 + 𝑖)𝑡

NPV(i) = nilai sekarang dari keseluruhan aliran kas pada tingkat bunga i% At = aliran kas pada akhir periode t

i = tingkat suku bunga N = umur proyek

(17)

(50)

2.12.4 Internal Rate of Return

Internal Rate of Return menurut Soeharto dalam penelitian Hayy Abdillah (2017:18) adalah IRR digunakan untuk menghitung tingkat suku bunga pada nilai NPV sama dengan 0. IRR berguna untuk mengetahui tingkat bunga beberapa investasi tetap memberikan keuntungan. IRR dapat ditentukan dengan rumus pada persamaan :

𝑁𝑃𝑉(𝑖) = ∑ 𝑁

𝑡 = 0𝐹𝑡(1 + 𝑖) −𝑡 = 0

Dimana :

Ft = aliran kas pada periode t I = nilai ROR investasi N = umur proyek 2.12.5 Payback Periods

Payback Periods dalam penelitian Hayy Abdillah (2017:18) Payback Periods adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek. Payback periods dapat ditentukan dengan persamaan : 0 = −𝑃 + ∑ 𝑁′ 𝑡 = 1𝐴𝑡( 𝑃 𝐹, 𝑖%, 𝑡) Dimana :

At = aliran kas pada akhir periode t

N’ = periode pengembalian yang akan dihitung

(19)

(51)

27 3.1 Metodologi Penulisan Tugas Akhir

Metode yang diambil dalam penulisan tugas akhir ini adalah dengan menggunakan metode Deskriptif.

Penelitian dengan metode deskriptif

menurut Sugiyono (2014: 59) adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel

atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.

Sedangkan studi kelayakan menurut Ibrahim (1998:1) adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya suatu proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Dalam hal ini studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan. Apakah akan menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang telah direncanakan.

3.2 Metode Pengumpulan Tugas Akhir

Dalam pengumpulan data tugas akhir ini, terdapat 2 jenis sumber data yang akan dijadikan metode. Menurut Hartono (2009:8) dalam bukunya mengatakan bahwa sumber data statistik juga dapat diperoleh dari manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda, dan gejala atau peristiwa yang terjadi dalam di sekitar kita. Namun, menurut Sugiyono (2013:62) sumber data dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer yang digunakan oleh peneliti tugas akhir ini kali ini adalah data ukuran utama kapal yang akan dijadikan objek penelitian beserta instalasi sistem perpipaan yang dibutuhkan.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak secara langsung memberikan data kepada pengumpul data, dapat melalui orang lain atau melalui dokumen. Sumber data sekunder dalam rencana tugas akhir ini berupa dokumen-dokumen yang dapat berbentuk buku, bahan ajar kuliah, diktat mata kuliah, dan jurnal ilmiah. Data sekunder dalam tugas akhir ini berupa :

a. Spesifikasi sistem perpipaan yang tersedia di pasar b. Harga masing-masing item yang tersedia di pasar

c. Dan segala bentuk informasi yang berkaitan dengan implementasi sistem perpipaan dengan material HDPE.

(52)

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini secara berurutan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

(53)

Langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan Tugas Akhir mengenai studi kelayakan pemasangan pipa HDPE antara lain :

3.3.1 Membuat Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam tugas akhir ini adalah langkah awal yang akan ditempuh oleh peneliti sesuai dengan tahapan penelitian (gambar 3.1 Rencana Tahapan Penelitian). Pada saat proses perumusan masalah, akan muncul satu atau beberapa kemungkinan dugaan (hypotesys) yang telah dilakukan oleh peneliti tugas akhir ini. Dalam proses pembuatan rumusan masalah ini, peneliti juga harus mampu menganalisa apakah dalam proses penyusunan tugas akhir ini memungkinkan atau tidak, memerlukan waktu yang lama atau tidak, dan lain sebagainya.

Dalam penyusunan rumusan masalah, peneliti juga dapat menggunakan data-data observasi yang telah dilakukan sebelumnya sebagai salah satu cara untuk mendapatkan rumusan masalah yang diinginkan. Setelah proses penyusunan rumusan masalah telah selesai dilakukan oleh penulis, perlu diketahui juga tujuan daripada penelitian pada tugas akhir ini.

Beberapa dugaan sementara yang disusun oleh penulis sebagaimana telah disebutkan pada BAB I poin 1.2 mengenai rumusan masalah. Tetapi, pada intinya adalah akan dibahas pada penelitian tugas akhir ini mengenai studi kelayakan pemasangan pipa dengan material HDPE (High Density Polyethylene).

3.3.2 Studi Literatur

Langkah selanjutnya setelah penyusunan rumusan masalah tugas akhir adalah studi literatur sesuai dengan tahapan penelitian (gambar 3.1 Rencana Tahapan Penelitian). Studi literatur yang dimaksud adalah proses pencarian data pendukung yang diperlukan oleh penelitian tugas akhir ini melalui media-media seperti buku ilmiah, jurnal ilmiah, bahan ajar kuliah, paper, dan segala bentuk media yang akan membantu peneliti dalam penyusunan tugas akhir kali ini.

3.3.3 Pengumpulan Data

Hasil sementara dari proses studi literatur dengan memanfaatkan media seperti yang disebutkan dalam BAB III Poin 3.3.2 mengenai studi literatur, adalah peneliti akan mendapatkan bagaimana cara atau langkah dalam proses pemecahan masalah yang di paparkan pada penelitian tugas akhir ini. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan oleh peneliti adalah proses pengumpulan data yang akan menunjang isi daripada penelitian tugas akhir ini. Isi daripada pengumpulan data ini adalah data-data yang mendukung mengenai permasalahan yang terdapat pada tugas akhir sesuai dengan jenis metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti.

Data yang terdapat pada proses penyusunan penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Data ukuran utama objek kapal penelitian.

2. Keyplan sistem perpipaan objek penelitian pada sistem bilga dan ballast 3. Data penunjang material pipa HDPE (High Density Polyethylene) 4. Data ukuran pipa HDPE (High Density Polyethylene) yang tersedia.

(54)

3.3.4 Studi Empiris

Studi empiris yang dimaksud adalah peneliti akan melakukan kajian empiris mengenai topik yang menjadi objek penelitian. Beberapa hal yang dilakukan dalam studi empiris penelitian ini adalah pembelajaran rules empiris, pembelajaran proses penyusunan sistem perpipaan, dan hal yang terkait dengan kajian penelitian kali ini.

3.3.5 Analisa Data

Dalam proses analisa data setelah dilakukan beberapa pengumpulan data penunjang dan studi empiris adalah mengkonversi data penunjang dan studi empiris dengan cara menggabungkannya dengan data baru yang didapatkan setelah terjadinya penelitian. Beberapa analisa data pada tugas akhir kali ini adalah material sistem perpipaan mampu digantikan dengan material yang baru sesuai dengan studi kelayakan yang peneliti lakukan. Analisa data ini kemudian akan dilakukan studi kelayakan material sistem perpipaan dengan menggunakan polimer HDPE (High Density Polyethylene) dengan mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomis dari objek kajian penelitian.

3.3.6 Kesimpulan

Pada proses akhir pengerjaan tugas akhir ini akan ditarik suatu kesimpulan dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan. Kesimpulan yang dihasilkan merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini. Kesimpulan diperoleh dari hasil rangkuman semua proses kegiatan dan data yang dilakukan selama mengerjakan tugas akhir ini. Kesimpulan dari studi kelayakan pada penelitian kali ini meliputi aspek teknis dan ekonomis pemasangan sistem perpipaan dengan material HDPE (High Density Polyethylene) dapat diterapkan pada sistem general service kapal atau tidak.

Gambar

Gambar 2.1: Senyawa Polietilena (HDPE)  Sumber : Dhave, kompasiana.com
Gambar 2.3 : Properties HDPE Menurut Turk Loydu   Sumber : Rules Turk Loydu
Gambar 2.8 : Short Radius and Long Radius Elbow  Sumber : Roy, Pipe Drafting and Design   B
Gambar 2.9 : Elbow 45o  Sumber : Roy, Pipe Drafting and Design  C.  Weld Tee/ Tee Connection
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penugasan pegawai YPPSU dengan menggunakan metode Hungarian, dengan sistem kerja yang sama dengan selama ini maka kinerja pegawai lebih tinggi dibandingkan

Prediksi status kesehatan dan tingkat kinerja Puskesmas dengan target pencapaian untuk tahun kedepan, baik prediksi untuk pencapaian target kinerja dan status

Berdasarkan berbagai pertimbangan yang telah disebutkan diatas, maka tapak yang dipilih untuk proyek ini berlokasi di kawasan Surabaya Timur, Unit Distrik Pamurbaya, dalam

Penelitian ini dirancang untuk menentukan hubungan kepercayaan matematika dan hasil belajar statistika dasar mahasiswa program studi pendidikan matematika yang belajar dengan

PENGUMUMAN

Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan ekokardigrafi dua dimensi,dengan M-Mode terlihat pelebaran ventrikel kiri atau atrium,

Oleh karena itu bila teknologi oksidasi maju digunakan untuk memperlama umur simpan kacang yang dalam hal ini mencegah timbulnya beta kerotine, maka perlu dilakukan perlakuan

Pengamatan terhadap pertumbuhan rumput laut, pertumbuhan bandeng, kualitas air, dan tanah, serta kandungan agar rumput laut dilakukan setiap 15 hari, sedangkan produksi