• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROGRAM 86 DI NET TV TERHADAP PERSEPSI CITRA POLISI WANITA (Studi Pada Followers

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PROGRAM 86 DI NET TV TERHADAP PERSEPSI CITRA POLISI WANITA (Studi Pada Followers"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM “86” DI NET TV

TERHADAP PERSEPSI CITRA POLISI

WANITA

(Studi Pada Followers Twitter @86netmedia)

Bramanthy Cecariya SAS

Marketing Communication, School of Economic and Communication, Binus University. Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat, 11480.

Telp. (62-21) 534 5830, [email protected] Bramanthy Cecariya SAS, Dr. Dra. Retno Intani ZA.,M.Sc.

ABSTRACT

The main reason of the research is to identify the influence of “86” program on Net TV to how

the society see the image of policewomen especially the one who has atrractive physical

appearance related to their work as a police. the society here refers to the Twitter followers

@86netmedia. The method that used for this research is an explanatory quantitative research

methods as a research method used to place impressions show "86" as the independent variable

(independent) and the perception of the image of women police officers as the dependent

variable (dependent). The primary data obtained through an online survey with the

@86netmedia Twitters followers as respondents using a questionnaire for data collection

instrument. The results obtained from this study showed that “86” has given 73,9% effects

against the perception of policewomen on @86netmedia Twitter followers, and the remaining

26,1% is influenced by other factors. This things, indicate that indeed there is a strong influence

of the program "86" on how perceptions of followers Twitter @86netmedia be perceived image

of women police.

Keywords: Influence, 86 show, perception, audience, Images, Women Cops

ABSTRAK

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh program “86” di Net

TV terhadap persepsi atau cara pandang followers twitter @86netmedia mengenai citra polisi

wanita, khususnya polisi wanita dengan penampilan fisik menarik yang secara umum bertolak

belakang terkait profesi yang dimiliki sebagai polisi. Metode penelitian yang digunakan untuk

penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif eksplanatif, dengan menempatkan program

“86” sebagai variabel bebas (independent) dan persepsi mengenai citra polisi wanita sebagai

variabel terikat (dependent). Data primer didapatkan melalui metode survey secara online

kepada followers twitter @86netmedia sebagai responden menggunakan kuesioner untuk

instrumen pengumpulan data. Ada pun hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan

bahwa program "86" memberikan pengaruh (R2)sebesar 73,9% terhadap persepsi citra polisi

wanita pada followers twitter @86netmedia, dan sisanya 26,1% dipengaruhi oleh faktor lain.

Secara garis besar hal ini menggambarkan bahwa adanya pengaruh yang relatif sangat kuat

dari program “86” terhadap perubahan persepsi followers Twitter @86netmedia akan persepsi

citra polisi wanita.

(2)

PENDAHULUAN

Sekarang ini manusia tengah dihadapi dengan adanya era globalisasi dimana keterkaitan dan ketergantungan antara semua warga yang hidup di dunia semakin menyempit. Salah satu faktor utama globalisasi itu sendiri adalah adanya kemajuan yang terjadi pada teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini membuat hilangnya batasan yang menghalangi orang-orang di berbagai belahan dunia untuk dapat berinteraksi. Disamping itu besarnya kebutuhan masyarakat akan informasi yang sama tanpa mengenal batasan jarak dan waktu juga semakin mudah dengan adanya teknologi yang kian canggih. Memanfaatkan kemajuan yang ada, munculah suatu alat atau saluran yang bisa dijadikan perantara untuk berkomunikasi yang biasa kita kenal dengan media massa. Media massa merupakan singkatan yang berasal dari Media Komunikasi Massa (dalam bahasa Inggris: Mass Communication Media), yang berarti sarana penyampaian pesan-pesan, aspirasi masyarakat, sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita ataupun pesan kepada masyarakat langsung secara luas. Media massa sendiri memiliki empat fungsi dalam kehidupan manusia. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi mendidik (educate), fungsi hiburan (entertainment), fungsi informasi (inform), dan fungsi kontrol sosial (social control) (Effendy, 2006).

Dalam perkembangannya, media massa saat ini dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu, media cetak (koran, majalah), media elektronik (radio,televisi) dan media online (internet) (Elvinaro Ardianto,dkk, 2007). Ketiga jenis media diatas masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri dalam penerapannya, namun hingga saat ini dalam hal mendominasi, media elektronik televisi lah yang unggul di masyarakat. Sebagai media, televisi memiliki keunggulan tersendiri yaitu sifat tampilannya yang berbentuk audio visual dimana penyajianya merupakan gabungan antara suara dan gambar yang bergerak, hingga membuat tampilannya menjadi lebih nyata dibandingkan media cetak yang hanya berupa cetakan gambar dan tulisan ataupun radio yang menggunakan fungsi audio.

Hal itu karena televisi adalah media pandang sekaligus media pendengar dimana orang tidak hanya memandang gambar yang ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mencerna narasi dari gambar tersebut (Badjuri, 2010).

Saat ini, televisi memiliki beragam bentuk program yang disajikan kepada masyarakat luas, mulai dari berita, sinetron, film, variety show dan beragam bentuk program lain. Indonesia memiliki 12 stasiun televisi swasta ditambah satu stasiun televisi nasional yang masing-masing saling bersaing dengan menghasilkan program yang menarik dan inovatif untuk mendapatkan perhatian masyarakat. Dari sekian stasiun televisi yang ada, NET TV sebagai salah satu pendatang baru menghadirkan sebuah acara yang berjudul “86”. “86” sendiri merupakan sebuah program realitas atau biasa dikenal dengan reality show yang menampilkan keseharian polisi dalam menjalankan tugasnya mulai dari menertibkan pelanggar lalu lintas hingga mengungkap sindikat narkoba. Tim produksi acara “86” ini akan mengikuti dan merekam beberapa polisi yang telah ditentukan, untuk memberikan gambaran ke penonton apa dan bagaimana sesungguhnya proses pekerjaan yang polisi lakukan dan juga apa yang terjadi jika seseorang melanggar hukum.

Kegiatan yang dilakukan pun beragam mulai dari operasi lalu lintas hingga operasi penyelidikan suatu kasus kriminal. Pada program “86” ini, bukan hanya polisi pria saja yang bertugas, polisi wanita pun banyak ditampilkan. Dan yang menjadi sorotan masyarakat ada pada segmen lalu lintas, polisi wanita yang muncul di acara ini hampir sebagian besar memiliki penampilan fisik yang bisa dibilang menarik dengan wajah yang cantik. Hal ini tentu menimbulkan gambaran yang bertolak belakang terhadap anggapan yang ada bahwa wanita cantik lekat dengan hal yang feminim bukan seperti pekerjaan polisi yang cenderung berat dan berbahaya. Karena seperti yang diketahui, pada persepsi umum profesi polisi dalam ranah pekerjaan diasosiasikan sebagai pekerjaan yang identik dengan hal maskulin, seperti pula halnya dengan mengasosiasikan penegak hukum sebagai suatu profesi yang lekat dengan perilaku agresif, kekuatan fisik dan solidaritas. Ekspektasi yang dimunculkan dari citra polisi sebagai pemberantas kriminal dan penegak hukum adalah kasar, penuh kekerasan dan maskulinitas, yang berbanding terbalik dengan citra perempuan yang bersifat feminim dengan sensitif, memahami dan penuh kelembutan (Rahardjo,2009).

Pekerjaan yang diperuntukkan kepada laki-laki umumnya yang dianggap sesuai dengan kapasitas biologis, psikologis, dan sosial sebagai laki-laki, yang secara umum dikonsepsikan sebagai orang yang

(3)

memiliki otot lebih kuat, tingkat risiko dan bahayanya lebih tinggi. Sementara itu, pekerjaan yang diperuntukkan kepada perempuan ialah yang umumnya sesuai dengan kapasitas biologisnya sebagai perempuan, yang secara umum dipandang sebagai orang lemah dengan tingkat pekerjaan resiko yang lebih rendah, cenderung bersifat mengulang, tidak memerlukan konsentrasi yang intensif, dan lebih mudah terputus-putus. Karena itu tingkat keterampilan perempuan dianggap rata-rata lebih rendah dibanding laki-laki (Sunaiyah, 2009).

Sedangkan sebagai salah satu media sosial, Twitter mempunyai peran dalam proses informasi yang diberikan program “86” kepada audiensnya. Hal ini karena twitter yang pada dasarnya mempunyai fungsi untuk berinteraksi langsung secara instan kepada para pengguna melalui apa yang disebut tweet atau kicauan yang berupa tulisan, dengan batas 140 karakter menjadi sebuah sarana feedback antara program “86” dan audiensnya. Sekarang ini, Twitter dianggap sebagai media komunikasi yang banyak digunakan oleh masyarakat. Cakupan Twitter yang sangat luas membuat penggunanya memungkinkan untuk berkomunikasi meskipun terpaut jarak antar benua. Akun Twitter “86” sendiri yang mempunyai nama @86netmedia akan memberikan live tweet mengenai isi konten acara yang sedang ditayangkan disertai foto-foto berupa potongan adegan. Sebagai respon balik, audiens yang menyaksikan program “86” dan tentu sudah mengikuti (follow) akun twitter tersebut bisa memberikan respon atau pemikiran mereka mengenai program “86”, dan hal ini menunjukan bahwa pengguna twitter yang mengikuti akun @86netmedia secara tidak langsung tergolong dalam audiens program “86” itu sendiri yang bisa menjadikan followers tersebut sebagai subjek penelitian.

Dari pernyataan diatas, timbul suatu pertanyaan. Dengan adanya gambaran realitas di televisi yang berbeda dengan persepsi yang dimiliki masyarakat pada suatu hal yang kali ini berkaitan dengan citra polisi wanita, peneliti ingin mengetahui apakah ada perubahan yang ditimbulkan program ini terhadap pemikiran masyarakat akan citra polisi wanita. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dituliskan diatas, peneliti ingin membuat sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Program “86” di NET TV Terhadap Citra Polisi Wanita (Studi pada Followers Twitter @86netmedia )”.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian kuantitatif. Dengan jenis penelitian kuantitatif dapat membantu peneliti untuk memenuhi data-data yang konkrit, terukur,rasional, obyektif dan sistematis. Peneliti lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap berupa hasil representasi dari seluruh populasi. Peneliti akan menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya yang terjadi antara media massa dengan pengaruhnya terhadap masyarakat melalui sebuah program bernama 86 yang menayangkan mengenai realitas kehidupan sehari-hari polisi terhadap dampaknya pada citra polisi wanita. Penelitian ini menggunakan followers Twitter akun 86 yaitu @86netmedia sebagai populasi sejumlah 57.271 followers yang lalu diambil 100 orang sebagai sampel menggunakan rumus Taro Yamane.

Teknik pengambilan sampel adalah probability sampling dengan teknik sampling simple random sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberi peluang yang sama bagi anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Simple random sampling adalah teknik sampling secara acak tanpa memperhatikan strata karena menganggap anggota populasi homogen. Dengan metode online sampling yang digunakan, pengambilan sampling dilakukan dengan melakukan kali scroll, akan diperoleh satu orang responden yang diminta bantuannya untuk mengisi kuesioner. Hasil jawaban akan ditampung dalam Google Forms.

Data yang dikumpulkan oleh peneliti terbagi menjadi dua jenis yaitu, data primer dan data sekunder. maka jenis pengumpulan data yang pertama digunakan adalah data primer langsung dari narasumber melalui penyebaran kuesioner secara online kepada followers Twitter @86netmedia dan data sekunder yang didapatakan melalui sumber data literatur seperti buku dan jurnal.

Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan beberapa teknik analisa data untuk mendapatkan hasil data, yaitu: Uji Validitas, Uji Realibilitas, Uji Korelasi Sederhana, Uji Determinasi, Analisis Regresi Linear, dan Uji t.

(4)

HASIL DAN BAHASAN

Uji Validitas

a. Dimensi Pengetahuan Program

Dimensi Pengetahuan

No. Pertanyaan r hitung r table Status

1 Pengetahuan 1 0,757 0.195 Valid 2 Pengetahuan 2 0, 755 Valid 3 Pengetahuan 3 0,785 Valid 4 Pengetahuan 4 0,646 Valid

Untuk mengetahui tingkat validitas dengan melihat corrected item total correliation yang menjadi r hitung, bila r hitung> r Tabel yang mana untuk N sebagai sampel=100 adalah (0,195) maka item tersebut dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa pertanyaan dari dimensi pengetahuan program (nomor 1-4) semuanya mempunyai hasil lebih dari 0,195 maka tiap butir pertanyaan dari dimensi pengetahuan program dinyatakan valid.

b. Penampilan Ikon Program (Polisi Wanita)

Dimensi Penampilan

No. Pernyataan r hitung R table Status

1 Penampilan 1 0,853

0,195

Valid

2 Penampilan 2 0,829 Valid

3 Penampilan 3 0,822 Valid

Untuk mengetahui tingkat validitas dengan melihat corrected item total correliation yang menjadi r hitung, bila r hitung> r Tabel yang mana untuk N sebagai sampel=100 adalah (0,195) maka item tersebut dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa pertanyaan dari dimensi penampilan polisi wanita (nomor 5-7) semuanya mempunyai hasil lebih dari 0,195 maka tiap butir dari pertanyaan dari dimensi penampilan dan keterampilan dinyatakan valid.

c. Informasi dan keterampilan ikon program (Polisi Wanita) Dimensi Informasi

No. Pernyataan r hitung r table Status

1 Informasi 1 0,891 0,195 Valid 2 Informasi 2 0,791 Valid 3 Informasi 3 0,846 Valid 4 Informasi 4 0,707 Valid 5 Informasi 5 0,861 Valid

Untuk mengetahui tingkat validitas dengan melihat corrected item total correliation yang menjadi r hitung, bila r hitung> r Tabel yang mana untuk N sebagai sampel=100 adalah (0,195) maka item tersebut dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa pertanyaan dari dimensi informasi dan keterampilan polisi wanita (nomor 8-12) semuanya mempunyai hasil lebih dari 0,195 maka maka tiap butir pertanyaan dari dimensi informasi tersebut dinyatakan valid.

Lalu, untuk variabel (Y) hasilnya adalah sebagai berikut : a. Kognitif

Dimensi Kognitif

No. Pernyataan r hitung r tabel Status

1 Kognitif 1 0,793 0,195 Valid 2 Kognitif 2 0,827 Valid 3 Kognitif 3 0,786 Valid 4 Kognitif 4 0,753 Valid

(5)

Untuk mengetahui tingkat validitas dengan melihat corrected item total correlation yang menjadi r hitung, bila r hitung> r Tabel yang mana untuk N sebagai sampel=100 adalah (0,195) maka item tersebut dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa pertanyaan dari kognitif (nomor 12-16) semuanya mempunyai hasil lebih dari 0,195 maka maka tiap butir pertanyaan dari dimensi kognitif dinyatakan valid.

b. Afektif

Dimensi Afektif

No. Pernyataan r hitung r table Status

1 Afektif 1 0,780 0,195 Valid 2 Afektif 2 0,858 Valid 3 Afektif 3 0,884 Valid 4 Afektif 4 0,837 Valid

Untuk mengetahui tingkat validitas dengan melihat corrected item total correliation yang menjadi r hitung, bila r hitung> r Tabel yang mana untuk N sebagai sampel=100 adalah (0,195) maka item tersebut dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa pertanyaan dari dimensi afektif (nomor 16-20) semuanya mempunyai hasil lebih dari 0,195 maka tiap butir pertanyaan dari dimensi afektif tersebut dinyatakan valid.

c. Behavioral (Perilaku)

Dimensi Perilaku

No. Pernyataan r hitung r table Status

1 Perilaku 1 0,809 0,195 Valid 2 Perilaku 2 0,876 Valid 3 Perilaku 3 0,847 Valid 4 Perilaku 4 0,875 Valid

Untuk mengetahui tingkat validitas dengan melihat corrected item total correliation yang menjadi r hitung, bila r hitung> r Tabel yang mana untuk N sebagai sampel=100 adalah (0,195) maka item tersebut dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa pertanyaan dari dimensi perilaku program (nomor 20-24) semuanya mempunyai hasil lebih dari 0,195 maka maka tiap butir pertanyaan dari dimensi behavioral (perilaku) tersebut dinyatakan valid.

Uji Reabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode konsistensi internal yaitu melihat nilai alpha Cronbach dari tiap-tiap indikator dalam instrumen penelitian. Sebuah indikator dinyatakan reliabel menggunakan alpha Cronbach yang diukur berdasarkan skala alpha Cronbach 0 sampai 1. Jika skala itu dikelompokkan kedalam lima belas rank yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut:

a. Nilai alpha Cronbach 0,00 – 0,20, kurang reliabel. b. Nilai alpha Cronbach 0,21 – 0,40, agak reliabel. c. Nilai alpha Cronbach 0,41 – 0,60, cukup reliabel. d. Nilai alpha Cronbach 0,61 – 0,80, reliabel. e. Nilai alpha Cronbach 0,81 – 1,00, sangat reliabel.

Berikut hasil uji reliabilitas terhadap kedua variable:

Variabel (X)

a.

Dimensi Pengetahuan Program

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

(6)

(Sumber: Hasil Olahan SPSS 22)

Hasil uji reliabel pada dimensi Pengetahuan Program menunjukan hasil sebesar 0.71, hal ini menunjukan bahwa pertanyaan pada dimensi ini bersifat reliabel.

b.

Dimensi Penampilan Polisi Wanita

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

,769 3

(Sumber: Hasil Olahan SPSS 22)

Hasil uji reliabel pada dimensi Penampilan Polisi Wanita menunjukan hasil sebesar 0.77, hal ini menunjukan bahwa pertanyaan pada dimensi ini bersifat reliabel.

c.

Dimensi Informasi dan Keterampilan Polisi Wanita Reliablity Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

,877 5

(Sumber: Hasil Olahan SPSS 22)

Hasil uji reliabel pada dimensi Informasi dan Keterampilan Polisi Wanita menunjukan hasil sebesar 0.88, hal ini menunjukan bahwa pertanyaan pada dimensi ini bersifat sangat reliabel.

Variabel (Y) a. Dimensi Kognitif Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,799 4

(Sumber: Hasil Olahan SPSS 22)

Hasil uji reliabel pada dimensi Kognitif menunjukan hasil sebesar 0.80, hal ini menunjukan bahwa pertanyaan pada dimensi ini bersifat reliable.

b. Dimensi Afektif

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,861 4

(Sumber: Hasil Olahan SPSS 22)

Hasil uji reliabel pada dimensi Afektif menunjukan hasil sebesar 0.86, hal ini menunjukan bahwa pertanyaan pada dimensi ini bersifat sangat reliabel.

c. Dimensi Behavioural (Perilaku)

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

,872 4

(Sumber: Hasil Olahan SPSS 22)

Hasil uji reliabel pada dimensi Perilaku menunjukan hasil sebesar 0.87, hal ini menunjukan bahwa pertanyaan pada dimensi ini bersifat sangat reliable

(7)

Uji Koefisien dan Determinasi

a. Nilai R (model summary)

Dalam penelitian ini, uji analisis determinasi digunakan untuk memprediksikan adanya pengaruh variabel bebas X yaitu Pengaruh Program “86”, sedangkan variabel terikat Y yaitu Persepsi Masyarakat Terhadap Citra Polisi Wanita.

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,859a ,739 ,736 4,30127

a. Predictors: (Constant), Program

(Sumber: Hasil Olahan SPSS 22)

Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa koefisien determinasi (R2) bernilai sebesar 0,859, sehingga jika diubah ke bentuk persentase menjadi 85,9% (0,859 x

100%) membuktikan bahwa adanya kemungkinan program “86” memberikan pengaruh sebesar 85,9% terhadap persepsi citra polisi wanita, yang mana merupakan menunjukan adanya hubungan antara program 86 dan persepsi citra polisi wanita.

b. Nilai R2 (Coefficients of Determination)

Dengan menggunakan tabel 4.59 dapat diketahui nilai R2 untuk variabel X yaitu sebesar 0.739 atau bila dibaca dalam bentuk koefisien determinasi adalah sebesar 73,9%. Itu artinya pengaruh variable program “86” terhadap persepsi citra polisi wanita cukup signifikan karena mampu menjelaskan perubahan persepsi citra polisi wanita sebesar 73,9%.

4.6.2 Uji Model Regresi Linier Sederhana (Uji Koefisien Beta) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 6,031 2,299 2,623 ,010 PROGRAM ,861 ,052 ,859 16,643 ,000

a. Dependent Variable: PERSEPSI

Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat persamaan regresi sederhana untuk variabel X1 sebagai berikut:

Y = a + bx Y = 6,031 + 0,861x

Model tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Nilai a (konstanta) pada hasil pengujian adalah sebesar 6,031 yang berarti jika variabel X (pengaruh program “86”) memiliki nilai hasil perhitungan butir pertanyaan sebesar 0, maka variable Y (persepsi citra polisi wanita) memiliki jumlah nilai besaran sebesar 6,031.

2. Koefisien pengaruh program “86” adalah sebesar 0,861 yang berarti setiap ada peningkatan nilai variabel persepsi citra polisi wanita sebesar satu satuan, maka akan meningkatkan persepsi followers Twitter @86netmedia terhadap citra Polisi wanita sebesar 0,861. Koefisien bernilai positif ini menggambarkan adanya hubungan positif atau searah antara pengaruh program “86” terhadap persepsi followers Twiter @86nemedia pada citra polisi wanita, yang mana menunjukan apabila ada kenaikan nilai pada variabel X, nilai variabel Y juga akan ikut bertambah naik.

(8)

Uji Hipotesis

Setelah mendapatkan persamaan regresi, selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis dengan uji t yaitu untuk menguju signifikan koefisien regresi (b) yaitu apakah variabel independen (X) berpengaruh secara nyata atau tidak.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara program “86” NET TV pada followers Twitter @86netmedia akan citra polisi wanita

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara program “86” NET TV pada followers Twitter @86netmedia akan citra polisi wanita

Pengambilan keputusan:

1. Jika t hitung > t tabel maka Ho di tolak 2. Jika t hitung < t tabel maka Ho di terima

t tabel dilihat dengan derajat bebas = n-k n= jumlah sampe, dalam hal ini bernilai 100

k= jumlah variabel yang digunakan, dalam hal ini bernilai 2

Untuk melihat nilai t tabel, diperlukan nilai df dan taraf signifikan, df = n-k (variabel) dengan a = 0,05. Variabel dalam penelitian ini adalah 2, dan nilai n (jumlah sampel) adalah 100 sehingga df = 98. Oleh karena itu didapatkan t tabel dua sisi sebesar dengan taraf signifikan 0,05 sebesar 1,984. Dalam uji signifikansi (uji t), kolom yang diperhatikan adalah kolom t.

Berdasarkan tabel 4.41, dapat dilihat pada kolom t bahwa nilai t hitung yang diperoleh adalah sebesar 16,643.

t tabel = 1,984 t hitung = 16,643

t hitung > t tabel 16,643 > 1,984

Berdasarkan perbandingan di atas, dapat diketahui bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan variabel independen (perngaruh program “86”) benar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (persepsi followers Twitter @86netmedia terhadap citra Polisi wanita).

SIMPULAN DAN SARAN

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari tahu apakah program “86” mempengaruhi minat para penonton yang kali ini dalam lingkup followers twitter nya yaitu @86netmedia akan persepsi mereka terhadap citra polisi wanita yang lebih difokuskan pada polwan yang memiliki penampilan baik fisik dan gaya yang menarik dengan profesinya yang bertolak belakang sebagai polisi. Hasil yang didapatkan dari penelitan ini adalah pengaruh program “86” terhadap minat penonton untuk merubah persepsi akan citra polisi wanita menarik cukup signifikan, yaitu sebesar 73,9%.

Maka dari itu dapat disimpulkan :

Daerah penerimaan Ho=90% Daerah penolakan Ho1 = 5% Daerah penolakan Ho1 = 5%

-16,643

-1,984 0

1,984

16,643

(9)

1. Program “86” memberikan pengaruh sebesar 73,9% terhadap persepsi citra polisi wanita, Hal ini menunjukan adanya hubungan antara program “86” dan persepsi citra polisi wanita dari bagaimana 86 menampilkan karakter polisi wanita dengan penampilan menarik.

2. Program “86” sebagai media dalam menampilkan polisi wanita yang berpenampilan menarik dengan elemen pengetahuan informasi, dan penampilan ikon terbukti memberikan pengaruh besar terhadap perubahan persepsi citra polisi wanita pada followers Twitter @86netmedia terkait profesinya yang bertolak belakang sebagai polisi.

3. Dengan adanya tayangan “86”, dorongan dari dalam diri seperti kognitif, afektif dan behavioral responden akan citra persepsi polisi wanita terbukti mengalami perubahan ke arah positif. 4. Program “86” NET TV memberikan pengaruh sangat besar terhadap citra Kepolisian Republik

Indonesia secara keseluruhan. Dimana selama ini citra polisi dinilai buruk dengan banyaknya isu yang menerpa instansi penegak hokum itu. Dengan adanya hasil penelitian ini, meskipun hanya sebatas meneliti citra polisi wanita, namun image kepolisian yang seharusnya menjadi pengayom masyarakat mulai kembali. Sehingga diharapkan citra polisi sebagai sahabat masyarakat mulai kembali dan mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai aparat penegak hukum yang manusiawi.

Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap program “86”, peneliti ingin memberikan saran kepada program “86” sesuai dengan hasil tanggapan para responden, supaya kedepannya program “86” bisa menjadi lebih baik lagi. Saran tersebut antara lain ialah :

1. Secara Akademis :

Penelitian ini menggunakan model teori kultivasi yang dimana menyebutkan adanya penanaman nilai yang disebabkan oleh televisi kepada audiens atau masyarakat yang menonton tayangan tersebut. Namun selain itu masih banyak teori lain yang menghubungkan isi teorinya dengan pengaruh media massa, seperti program televisi contohnya. Dengan banyaknya program yang ada dan juga perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat, peneliti lain dituntut untuk bisa menggali lebih mengenai fenomena ini dari berbagai sudut pandang berbeda.

2. Secara Praktis :

a. Program “86” sebaiknya mempertahankan dan meningkatkan keragaman dari segmen lalu lintas ini, karena banyak responden yang berminat dan merasa adanya gambaran baru dan nyata akan polisi dari segmen ini.

b. Program “86” sebaiknya mempertahankan keaslian dalam penampilan Polwan karena masyarakat merasa adanya persepsi positif pada polisi wanita yang menjadi ikon. c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna kepada media

massa televisi, khususnya NET TV terhadap realitas sosial yang bisa dijadikan pedoman untuk mengemas suatu program.

3. Secara Masyarakat / Umum :

Dalam memberikan pemikiran atas suatu hal, masyarakat dituntut harus lenbih kritis dan terbuka menanggapi berbagai persepsi yang timbul di lingkungannya.

REFERENSI

Badjuri, Adi. (2010). Jurnalistik Televisi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bandung:Simbiosa Rekatama Media. Effendy, Onong Uchjana. (2006). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT

Elvinaro Ardianto, et. Al., (2007). Komunikasi Massa : Suatu Pengantar.

Rahardjo, Satjipto. (2009). Membangun Polisi Sipil, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Remaja Rosda Karya. Bandung.

(10)

RIWAYAT PENULIS

Bramanthy Cecariya SAS, lahir di kota Jakarta pada 26 Oktober 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Bina Nusantara University dalam bidang Marketing Communication peminatan Broadcasting pada tahun 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya-upaya yang dilakukan Inspektorat untuk meningkatkan pelaksanaan SPIP di Kabupaten Kepulauan Talaud adalah dengan mengusulkan penyusunan Peraturan Bupati

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Pada Penulisan Ilmiah ini penulis mencoba untuk membuat suatu program aplikasi sebagai sarana belajar guna menumbuhkan minat akan ilmu fisika. Program aplikasi ini dibuat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 75% responden (17 orang) memilih sangat aktif adalah anggota yang ingin mengetahui apa saja yang dicapai dalam usaha tani dan terlibat

Hasil Penelitian ini disimpulkan bahwa Sanksi Anak Di Bawah Umur Turut Serta Melakukan Tindak Pidana Pembunuhan adalah sesuai dengan isi pasal 338 KUHP yakni pidana

Berkaitan dengan sistem seleksi dan pengawasan hakim konstitusi, Mahkamah berpendapat UUMK Tahun 2014 tersebut yang salah satu isinya mengatur pengajuan calon