• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Ringkasan. Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 5. Ringkasan. Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang,"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 5 Ringkasan

Sudah sejak berabad-abad yang lalu berbagai kebudayaan asing masuk ke Jepang, dan tidak ada satu pun dari kebudayaan asing tersebut ditolak oleh kerajaan Jepang. Semua kebudayaan asing tersebut ditampung oleh para intelektual yang umumnya adalah para bangsawan Jepang untuk dipelajari dan dilakukan penyesuaian-penyesuaian yang ketat dan panjang, kemudian disosialisasikan kepada masyarakat Jepang. Sebagian dari kebudayaan asing tersebut adalah ajaran agama Budha. Perpaduan antara kepercayaan, ilmu administrasi, dan perang diimpor dan disesuaikan dengan kehidupan serta kebiasaan mereka.

Masuknya agama Budha di Jepang diawali pada waktu datangnya delegasi politik dari Korea ( 538 ). Diantara hadiah-hadiah yang diberikan kepada kaisar yang berupa patung Budha dari perunggu, beberapa sutra, beberapa benda-benda religi, dan sehelai surat yang memuji Dharma. Setelah itu, hadiah-hadiah tersebut diterima dan dibangunlah sebuah kuil untuk menaruh benda-benda tadi.

Budha Jepang bisa dianggap sebagai salah satu impor dari Cina. Setelah berabad-abad, dimulai dari awal tahun 500, baik rakyat biasa yang menjadi pengikut setia dan biksu-biksu melakukan perjalanan ke tanah daratan, kemudian membawa kembali sedikit demi sedikit ajaran agama Budha dan mempraktekkannya dengan tradisi budaya Cina lainnya.

Tiga karakteristik mengenai kedatangan Budha ke Jepang, pertama, agama Budha tidak masuk ke Jepang dalam tingkat yang popular tetapi hanya diterima oleh anggota pejabat kekaisaran kemudian disebarkan di negara itu dari kekaisaran ke rakyat.

(2)

Ditekankan penghormatan kepada pada para penemu aliran-aliran kepercayaan, dan sebagian besar sekte-sekte itu mempertahankan hubungan erat dengan para penguasa pemerintah pusat pada waktunya. Kedua, Budha sering diasosiasikan dengan kekuatan gaib, dan dipakai oleh istana sebagai cara untuk mencegah atau menyembuhkan penyakit, membawa hujan, dan panen yang besar. Ketiga, Budha tidak menggantikan Tuhan yang asli tetapi selalu mengakui keberadaan dan kekuatan mereka. Hal ini mengarah pada pencampuran Shinto-Budha, dimana seringkali kami ( 神 ) dianggap sebagai manifestasi dari Budha. Hal ini merupakan ciri khas agama Budha menyukai keserasian untuk berpadu dengan kepercayaan-kepercayaan pribumi, dan menjadi cerita serupa waktu Budha menunjukan dewa-dewa lokal di Tibet pada beberapa abad kemudian.

Pada saat memasuki pertengahan abad ke-6, yaitu pada saat zaman Yamato ( 250-550 ), klan penguasa yang berpengaruh saling bertempur di dalam istana. Diantaranya, yang paling gencar bertempur adalah klan Mononobe ( 物部氏 ) dan klan Soga ( 蘇我 氏 ). Kemudian klan Soga yang mendukung kepercayaan terhadap agama Buddha dan menekankan klan Mononobe yang menentang kepercayaanya, akhirnya dapat menguasai istana.

Pada saat yang seperti ini, Pangeran Shotoku ( 聖徳太子) menggantikan posisi kaisar dan berperan sebagai pemegang kekuasaan, yang disebut Sessho ( 摂政 ). Pangeran Shotoku ( 574-622 ) adalah putra kedua dari kaisar Yomei, kakak dari kaisar Suiko. Ia bekerja sama dengan klan-klan penguasa, seperti klan Soga, untuk memantapkan dasar pemerintahan yang berpusat pada kaisar. Caranya adalah, pertama-tama dengan memantapkan tingkatan pegawai pemerintah yang disebut dengan Kanijyunikai ( 冠位十

(3)

二階 ), dan menjadikan orang-orang yang berbakat sebagai pegawai pemerintah. Sistem ini ditetapkan pada tahun 603, semenjak itu pejabat-pejabat pemerintah yang dipilih berdasarkan keturunan klan kemudian diganti berdasarkan kemampuan atau kepandaian. Selain itu, dengan mengambil ajaran-ajaran Kong Hu Cu dan agama Buddha, Pangeran Shotoku juga menetapkan peraturan dasar tujuh belas bab yang disebut Jyushichi Jyo Kempo ( 十七条の憲法 ). Peraturan dasar tersebut merupakan petunjuk pegangan hidup bagi pegawai pemerintah yang mengabdi kepada kaisar yang antara lain berisi tentang pentingnya keselarasan hidup dan memuja sang Budha. Pangeran Shotoku sendiri mempelajari kepercayaan Kong Hu Cu, dan agama Budha secara mendalam. Ia melihat agama Budha sebagai cara untuk memperhalus pandangan nasional dan untuk mempertinggi kebudayaan. Pangeran Shotoku begitu banyak menaruh perhatian besar terhadap agama Budha. Ialah satu-satunya orang terbesar pada zaman Yamato yang berjasa dalam mengembalikan kekuasaan kaisar yang mulai memudar. Meskipun tidak semua ide pembaharuan politiknya dapat dijalankan selama masa pemerintahannya tetapi dua puluh tahun kemudian ( 604 ), pembaharuan politiknya dilaksanakan dengan lebih nyata oleh para pengikutnya. Pembaharuan ini disebut dengan pembaharuan Taika. Sistem pembaharuan Taika ini, meyerahkan semua kekuasaan kepada kaisar. Sedangkan klan-klan penguasa yang lain hanya menjadi pegawai-pegawai pemerintah di ibu kota daerah.

Dalam pembaharuan Taika, khususnya untuk memperkuat posisi kaisar, disusunlah mekanisme pemerintahan terpusat yang didukukng oleh jajaran-jajaran administratif yang berada lebih rendah di bawahnya. Rakyat dan tanah yang sampai saat itu dikuasai oleh klan-klan, semuanya diambil alih oleh kaisar, sementara klan-klan penguasa itu

(4)

sendiri menjadi pegawai-pegawai pemerintah di ibu kota daerah. Pemerintah pusat dibagi dalam dua lembaga dan delapan departemen, sedangkan di daerah, pegawai pemerintah yang ditunjuk oleh pegawai pemerintah pusat dijadikan sebagai kepala daerah. Rakyat satu per satu dicatat dalam kartu keluarga, dan berdasarkan kartu keluarga tersebut mereka diberikan tanah dengan besar tertentu. Berdasarkan hal itu, mereka diharuskan membayar pajak kepada istana yang berupa beras atau kain, dan apabila orang tersebut meninggal dunia, maka tanah tersebut harus dikembalikan lagi. Peraturan ini disebut handenshujyu no ho ( 班田収授の法 ). Selain itu, semua anak laki-laki diwajibkan untuk bekerja di pekerjaan konstruksi di ibu kota daerah dan menjaga ibu kota.

Undang-undang dasar yang amat sederhana itu terdiri dari tujuh belas pasal, dan mengatur dasar-dasar sehubungan dengan pemeliharaan negara serta moralitas serta menekankan antara lain, penghargaan dan keselarasan, pelajaran agama Budha dan kekuatan kepada kaisar. Pada saat itu kesetiaan terhadap kaisar sudah mulai memudar dan kaisar tidak sepenuhnya memiliki kekuasaan. Oleh karena itu di dalam Jyushichi Jyo Kempo tersebut sangat ditegaskan bahwa para pegawai pemerintah harus mematuhi segala perintah kaisar.

Arti Kempo ( 憲法 ) sendiri secara harafiah berarti hak warga negara. Menetapkan tentang kewajiban dan lain-lain. Aturan hukum maksimum suatu negara. Pembuatan Jyushichi Jyo Kempo ini dipengaruhi oleh ajaran dari Cina yang disebut Kong Hu Cu dan didalamnya terdapat juga ajaran agama Budha. Para biksu-biksu dan mahasiswa dikirim untuk mempelajari agama Budha di Sui ( Cina ). Mereka adalah wakil-wakil dari Jepang yang dikirim ke Cina untuk mempelajari kebudayaan dari dinasti Sui. Para

(5)

biksu-biksu dan mahasiswa inilah yang nantinya akan menjadi pelopor di Jepang setelah mereka kembali dari Cina. Sekembalinya dari Cina, mereka telah memahami ajaran agama Budha dan menyesuaikannya dengan kebiasaan masyarakat Jepang.

Jyushichi Jyo Kempo ini merupakan tindakan yang sangat berarti sebagai usaha menuliskan kode tingkah laku bagi para pejabat pemerintahan dan rakyat biasa atas dasar kepercayaan agama Budha dan kepercayaan Kong Hu Cu mengenai manusia dan kehidupan. Karenanya Jyushichi Jyo Kenpo ini merupakan langkah maju yang penting dalam usaha meninggalkan bentuk-bentuk pemerintahan primitif yang berlaku sebelumnya dan menuju kepada semacam negara yang berkonstitusi.

Jyushici Jyo Kempo yang ditetapkan oleh oleh Pangeran Shotoku pada hakekatnya adalah merupakan undang-undang atau peraturan dasar yang memuat nilai-nilai luhur yang terkandung dalam falsafah Kong Hu Cu, pemikiran Jepang yang dipadukannya dengan ajaran agama Budha.

Dari tujuh belas pasal yang ada di dalam Jyushichi Jyo Kempo, ada sembilan pasal yang mengandung konsep-konsep Budha. Sembilan pasal tersebut adalah, pasal satu, pasal dua, pasal lima, pasal enam, pasal sembilan, pasal sepuluh, pasal sebelas, pasal lima belas, dan pasal terakhir, pasal tujuh belas. Sembilan pasal tersebut mengandung konsep-konsep Budha yaitu, Dharma, jalan tengah, empat kebenaran arya, perlindungan, sepuluh paramita, hukum karma, dasa kusala karma, dan takdir.

Sembilan pasal dalam Jyushichi Jyo Kempo tersebut secara garis besar menghimbau agar para pejabat pemerintahan menjunjung tinggi keharmonisan antara atasan dan bawahan, tidak bersikap tamak, menegakkan hukum secara adil dan bijaksana, tidak memfitnah, merundingkan masalah-masalah penting bersama-sama, menghormati pendapat orang lain, tidak boleh memendam rasa kebencian.

(6)

Dengan adanya konsep-konsep Budha di dalam sembilan pasal Jyushichi Jyo Kempo tersebut, terciptalah sebuah negara yang berkonstitusi. Negara Jepang tidak lagi menjadi negara dengan pemerintahan yang primitif. Agama Budha dan pemikiran Kong Hu Cu menjadi dasar pemikiran dalam pembuatan Jyushichi Jyo Kempo.

Referensi

Dokumen terkait

Addition of epiphytic LAB or combined with acacia tannin have beneficial effect on fermentation and nutritive qualities of king grass silage indicated by a high lactic

Dialog antarumat beragama di Indonesia tidak dapat dilakukan secara nyata tanpa memahami Pancasila. Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, sebagai tanda dimulainya

Tuberkulosis pada anak cukup penting dengan alasan bahwa tuberkulosis pada bayi dan anak akan lebih mudah berlanjut menjadi TBC paru yang lebih berat dan dapat terjadi

Pelatih yang disediakan oleh pihak manajemen perusahaan harus pelatih yang memiliki kompetensi diatas rata- rata pesertanya (karyawan). Karena jika kemampuan pelatih itu dirasa

Spektrum massa hasil reaksi setil alkohol dengan asam fosfat menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan mempunyai m/z 480 dengan kelimpahan relatif tertinggi sebesar

Selama observasi di lapangan yang dilakukan peneliti banyak menemukan ketidaksesuaian, yaitu kurangnya kecakapan yang dimiliki supervisor, seperti tidak semua nya

Gambar 4.2 Tingkat pelayanan jalan berdasarkan perbandingan volume dengan kapasitas yang dibandingkan dengan kecepatan operasi untuk segemen 1 jalan

umatnya untuk melakukan ritus pertobatan dan penyesalan dosa yang sudah lama ada dalam tradisi Kitab Suci. Abu yang ditaburkan pada kepala kita atau dioleskan