J a k a r t a , 6 D e s e m b e r 2 0 1 3
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
KEBIJAKAN DAN STRATEGI MENUJU RPJMN
2015-2019
DITJEN PENATAAN RUANG
Lokakarya NasionalArah Kebijakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertahanan
DAFTAR ISI
I
ARAH KEBIJAKAN PENATAAN RUANG 2015-2019
ASUMSI-ASUMSI
II
III
PENDAHULUAN
KONSEP RPJMN 2015-2019 BIDANG PENATAAN
RUANG
IV
KONSEP RENSTRA K/L BIDANG PENATAAN
RUANG
V
2BASELINE KONDISI
VI
PENUTUP
VII
I. PENDAHULUAN
A . L A T A R B E L A K A N G
3
1.
GEOGRAFIS:
• Indonesia terhitung dengan luas daratan 1,9 juta km2 dan luas lautan 3,8 km2, Indonesia negara
terluas ke-7 di dunia.
• Indonesia merupakan negara kepulauan Dengan jumlah 17.504 pulau yang terletak diantara
pertemuan dua samudra besar (Samudra Pasifik dan Samudra Hindia) dan diapit daratan luas
(Benua Asia dan Australia), hal itu berpengaruh terhadap kondisi alam Indonesia.
• Indonesia berada pula pada kawasan RAWAN BENCANA yang secara alamiah dapat mengancam
keselamatan Indonesia.
• Dengan keberadaan tersebut, penyelenggaraan penataan ruang perlu dilakukan secara
komprehensif, terkoordinasi, terpadu dan efisien dengan mempertimbangkan berbagai faktor
diantaranya faktor politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan kelestarian
lingkungan hidup
2.
DEMOGRAFI:
• jumlah penduduk 237 juta jiwa, dimana 51% di antaranya merupakan penduduk perkotaan,
Indonesia menjadi negara berpenduduk terbanyak ke-4 setelah Cina, India dan Amerika.
• Dengan populasi terbesar keempat di dunia, dan struktur penduduk yang sedang memasuki periode
‘Bonus Demografi’, perekonomian Indonesia sangat potensial tumbuh lebih tinggi.
3. EKONOMI, peran dan posisi Indonesia di tingkat global juga mengalami peningkatan yang konsisten
selama 10 tahun terakhir. Dengan nilai PDB Nasional tahun 2012 sebesar 845.7 Miliar USD, Indonesia
merupakan negara peringkat ke-16 di dunia. Bila daya saing ekonomi dapat ditingkatkan, terutama
melalui peningkatan tata kelola pemerintahan dan pembangunan infrastruktur kewilayahan yang lebih
merata, ekonomi Indonesia diharapkan tumbuh lebih cepat.
5.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa
penyelenggaraan penataan ruang ditujukan untuk mewujudkan ruang wilayah Nusantara yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Pencapaian tersebut tentunya memerlukan langkah-langkah
sistematis dalam penyelenggaraan penataan ruang yang mencakup pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
6. Arahan RPJPN Tahap III:
“memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan
pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan
sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
7. Dengan telah diselesaikannya sebagian besar Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan, KSN, RTRW
Provinsi/Kabupaten/Kota maka fokus kebijakan program 2015-2019 diarahkan pada aspek
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
8. Dengan akan berakhirnya RPJMN tahap II (2010-2014), maka perlu dipersiapkan konsep kebijakan
dan perencanaan pembangunan bidang pentaan ruang untuk periode berikutnya (2015-2019).
L a t a r B e l a k a n g
5
II. BASELINE KONDISI
A. PENCAPAIAN RPJMN II BIDANG PENATAAN RUANG
PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS RPJMN II
YANG SULIT TERCAPAI
1.
Penyelesaian Perpres RTR KSN
18,8%
2.
Stocktaking Kawasan Hutan (discontinue)
25%
3.
Pengelolaan Wilayah Sungai (discontinue)
10%
PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS RPJMN II
YANG KURANG TERCAPAI
1.
Pencapaian target penyusunan NSPK
90%
2.
Bantek peningkatan pelaksanaan penataan ruang
kabupaten pemenang PKPD
80%
3. Kawasan andalan/koridor yang mendapatkan
arahan pengembangan wilayah lintas provinsi
80%
• Target RPJMN II (2010-2014) Bidang Penataan Ruang hingga akhir 2014 diperkirakan
rata-rata sebesar 85,91%.
• Capaian prioritas nasional s/d tahun 2014 adalah sebesar 97%
• Perkiraan capaian prioritas bidang rata-rata sebesar 85,45%
yang meliputi bidang penyelenggaraan penataan ruang 82,54% dan bidang perkotaan 100%.
RTR
Kewenangan Pusat Status
RTRW Nasional PP No. 26/2008 tentang RTRWN (dalam proses review)
RTR Pulau / Kepulauan
4 (empat) Telah ditetapkan:
a. RTR Pulau Sulawesi (Perpres 88/2011) b. RTR Pulau Kalimantan (Perpres 3/2012) c. RTR Pulau Sumatera (Perpres 13/2012) d. RTR Pulau Jawa-Bali (Perpres 28/2012) 3 (tiga) Dalam proses legalisasi:
a. RTR Kepulauan Nusa Tenggara b. RTR Kepulauan Maluku
c. RTR Pulau Papua
RTR Kawasan Strategis Nasional
5 (lima) Telah ditetapkan:
a. RTR Kws. Perkotaan Jabodetabekpunjur (Perpres 54/2008) b. RTR Kws .Perkotaan Sarbagita (Perpres 45/2011)
c. RTR Kws. Perkotaan Mamminasata (Perpres 55/2011) d. RTR Kws. Perkotaan Mebidangro (Perpres 62/2011) e. RTR Kws. Batam-Bintan-Karimun (Perpres 87/2011) 3 (tiga) Dalam proses legalisasi:
RTR KSN Non Perkotaan (Borobudur, Merapi, dan Danau Toba) 5 (lima) KSN yang dalam proses harmonisasi di Kemenkumham:
RTR Perbatasan Kalimantan, RTR Perbatasan Prov Maluku, RTR Perbatasan Prov NTT, RTR Perbatasan Prov Papua, dan RTR Perbatasan Prov Maluku Utara-Papua Barat
Dalam proses pembahasan dan penyusunan:
3 (tiga) RTR KSN Perkotaan (Gerbang Kertasusila, Kedung Sepur, Cekungan Bandung) 60 (enampuluh) RTR KSN Non Perkotaan
PROGRES DAN STATUS RTR PULAU/KSN
STATUS 24 JUNI 2013
PROGRES DAN STATUS RTRW PROVINSI
Pulau Jumlah Provinsi Persetujuan Substansi PERDA Sumatera 10 6 4 Jawa 6 - 6 Kalimantan 4 4 - Sulawesi 6 4 2Bali – Nusa Tenggara 3 - 3
Papua - Maluku 4 1 3 TOTAL 33 15 (45,46%) 18 (54,54%) SUDAH PERDA 1. Sumatera Barat 2. Bengkulu 3. Lampung 4. DKI Jakarta 5. Jawa Barat 6. Jawa Tengah 7. DI. Yogyakarta 8. Jawa Timur 9. Banten 10. Bali
11. Nusa Tenggara Barat 12. Nusa Tenggara Timur
13. Sulawesi Selatan 14. Gorontalo 15. Jambi 16. Maluku Utara 17. Maluku 18. Papua Barat PERSUB 1. Aceh 2. Sumatera Utara 3. Riau 4. Sumatera Selatan
5. Kepulauan Bangka Belitung 6. Kepulauan Riau 7. Kalimantan Barat 8. Kalimantan Tengah 9. Kalimantan Selatan 10. Kalimantan Timur 11. Sulawesi Utara 12. Sulawesi Tengah 13. Sulawesi Tenggara 14. Sulawesi Barat 15. Papua
STATUS 4 DESEMBER 2013
7Pulau
Jumlah
Kab/Kota
Persetujuan
Substansi
PERDA
Kab
Kota
Kab
Kota
Kab
Kota
Sumatera
117
34
59
9
57
23
Jawa
83
29
2
2
81
26
Kalimantan
46
9
37
3
9
6
Sulawesi
62
11
21
4
41
7
Bali – Nusa Tenggara
36
4
3
-
33
4
Papua - Maluku
54
6
16
1
38
4
TOTAL
398
93
138
(34.67%)
19
(20.43%)
259
(65.07%)
70
(75.26%)
Total PERDA : 329 Kab/Kota (67.00%) Total PERSUB : 157 Kab/Kota (31.97%) Belum Persub (sudah pembahasan BKPRN):
• 1 Kab: Kab. Aceh Jaya,
• 4 Kota: Kota Subulussalam, Kota Pekanbaru, Kota Surabaya, Kota Sorong
PROGRES DAN STATUS RTRW KABUPATEN/KOTA
8
PELAKSANAN PROGRAM PENGEMBANGAN
KOTA HIJAU (P2KH)
STATUS 9 SEPTEMBER2013
Banda Aceh,
Sawah Lunto,
Palembang, Bogor, Semarang,
Jogyakarta, Denpasar, Karang
Asem, Bau Bau, Banjarmasin
10 K/K
Kelompok A
• Penyusunan Inventarisasi dan
Heritage Map
• Pelatihan Pemetaan
• Penyempurnaan RAKP
• Pelatihan PPP
• Rencana Pengembangan Kota
Pusaka
• Kemitraan PNPM Pusaka
• OIV criteria
10 K/K Kelompok B
Medan, Bukittinggi, Bangka
Barat, Cirebon,
Pekalongan, Surakarta, Rembang,
Blitar, Malang Boyolali
• Penguatan Pemahaman
(Konsepsi) Kota Pusaka
• Peningkatan Kapasitas SDM
Kota Pusaka
• Penyusunan RAKP
• Penyusunan Inventarisasi
• Pelatihan PPP
• Penandatanganan Piagam
Komitmen dan RAKP
8 K/K Kelompok C
Salatiga, tegal, Ngawi, Pangkal
Pinang, Brebes, Cilacap,
Banjarnegara, Batang.
• PENGUKUHAN KOTA PUSAKA INDONESIA • DUKUNGAN K/L KOTA PUSAKA INDONESIAPELAKSANAN PROGRAM PENATAAN DAN
PELESTARIAN KOTA PUSAKA (P3KP)
STATUS 9 SEPTEMBER2013
PELAKSANAANPROGRAM PENGEMBANGAN
KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN (P2KPB)
Tahun
Lingkup Pelaksanaan
Lokasi
2013
Persiapan Program
a. Pengembangan Konsep dan Perencanaan P2KPB
b. Sosialisasi P2KPB
c. Kesepakatan/komitmen pelaksanaan P2KPB
• Kab. Agam - Sumbar
• Kab. Bintan - Kepri
• Kab. Kuningan - Jabar
• Kab. Kebumen - Jateng
• Kab. Magelang – Jateng
• Malang - Jatim
• Pamekasan - Jatim
• Lombok Tengah - NTB
• Sumba Timur - NTT
• Poso – Sulteng
• Wajo - Sulsel
• Boalemo - Gorontalo
• Maluku Tengah - Maluku
• Halmahera Tengah –
Maluku Utara
2014
Implementasi
a. Penguatan Kelembagaan dan Kebijakan (Policy
Instruments)
b. Fasilitasi Penyusunan RPI2JM Pengembangan
Kawasan Perdesaan
c. Bimtek Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perdesaan
d. Fasilitasi Penguatan Peran Pemangku Kepentingan
e. Penyusunan Road Map
f. Pemantauan Pelaksanaan P2KPB
g. Pembangunan / Pengembangan Fisik yang
dominan
STATUS 9 SEPTEMBER 2013
III. ASUMSI-ASUMSI
A . P R I O R I T A S N A S I O N A L
RKP 2010
RKP 2011
PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKEADILAN DIDUKUNG PEMANTAPAN TATA KELOLA DANSINERGI PUSAT DAERAH
RKP 2012
RKP 2013
RKP 2014
RPJMN 2010-2014
1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 2 Pendidikan
3 Kesehatan
4 Penanggulangan Kemiskinan
5
6 Infrastruktur
7 Iklim Investasi dan Iklim Usaha 8 Energi
9 Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
10 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, &
Pasca-konflik
11 Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi
12 13 14 Ketahanan Pangan PEMULIHAN PEREKONOMIAN NASIONAL DAN PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT PERCEPATAN DAN PERLUASAN PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS, INKLUSIF DAN BERKEADILAN BAGI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT MEMPERKUAT PEREKONOMIAN DOMESTIK BAGI PENINGKATAN DAN PERLUASAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DITENTUKAN DALAM PROSES PENYUSUNAN RKP 2014
Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Bidang Perekonomian
Bidang Kesejahteraan Rakyat
1. Masih tingginya KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH di bagian barat dan timur Indonesia serta masih banyaknya jumlah KAWASAN TERTINGGAL di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi akibat BELUM MERATANYA INFRASTRUKTUR.
2. Makin meningkatnya URBANISASI dan JUMLAH PENDUDUK PERKOTAAN yang belum diimbangi dengan KUALITAS PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN yang memadai, yang ditandai dengan masih banyaknya kawasan kumuh perkotaan, kemacetan lalulintas dan tingginya PKL dan sektor informal.
3. Tingginya ALIH FUNGSI LAHAN, terutama dari kawasan HUTAN DAN PERTANIAN menjadi daerah terbangun, baik berupa kawasan industri maupun permukiman dan BERKURANGNYA LUAS KAWASAN HUTAN DAN MENURUNNYA PROPORSI RUANG TERBUKA HIJAU perkotaan, di daerah aliran sungai yang kritis.
4. Meningkatnya FREKUENSI DAN INTENSITAS BENCANA BANJIR, TSUNAMI, GEMPA BUMI, LONGSOR, DAN KEKERINGAN, yang diperburuk dengan adanya dampak PERUBAHAN IKLIM berupa kenaikan muka air laut dan siklus hidrologi yang ekstrim.
5. Perlunya mendorong terwujudnya KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN akibat pertumbuhan penduduk dan untuk menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat.
6. Masih banyaknya PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DI KAWASAN PERBATASAN baik dari aspek SOSIAL, EKONOMI, LINGKUNGAN, INFRASTRUKTUR, DAN PERTAHANAN SERTA KEAMANAN.
B . I S U S T R A T E G I S D A N T A N T A N G A N
B i d a n g P e n a t a a n R u a n g
B.1 ISU
7. Meningkatnya PEMEKARAN WILAYAH yang tidak hanya berlandaskan kesejahteraan masyarkat namun juga merupakan isu politik.
8. Lemahnya DAYA SAING produk Indonesia baik di pasar domestik maupun global.
9. Masih rendahnya KONEKTIVITAS DAN AKSESIBILITAS antar wilayah yang berimplikasi terhadap tidak meratanya konsentrasi ekonomi dan penyediaan infrastruktur serta tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah.
10. Masih kurangnya pelibatan MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA dalam penyelenggaraan penataan ruang. 11. KONFLIK ANTAR SEKTOR yang disebabkan oleh adanya tumpang tindih kewenangan dan kebijakan.
12. Belum optimalnya KAPASITAS KELEMBAGAAN yang mencakup kuantitas dan kualitas SDM di pusat dan daerah, dan masih terbatasnya penyediaan sistem informasi dan data bidang tata ruang
B.2 TANTANGAN
1. Menyelesaikan dan melengkapi PERATURAN OPERASIONALISASI Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri berupa norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) di bidang penataan ruang untuk mendukung implementasi penataan ruang di lapangan.
2. Melakukan PEMBINAAN PENATAAN RUANG, khususnya dalam rangka PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN serta peningkatan kemampuan aparat perencana maupun pelaksana pengendalian pemanfaatan ruang, baik di tingkat pusat maupun di daerah, untuk menjamin pelaksanaaan RTR yang semakin berkualitas serta dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif.
3. Melakukan Review RTRWN dan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan, Kawasan Strategis Nasional, serta Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota beserta rencana rincinya sesuai dengan amanat Undang–Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, serta Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
4. MENINGKATKAN KUALITAS PEMANFAATAN RUANG DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG terutama melalui dukungan sistem informasi dan monitoring penataan ruang di daerah untuk mengurangi terjadinya konflik pemanfaatan ruang antar sektor, antar wilayah dan antar pemangku kepentingan, serta melakukan pengawasan penyelenggaraan penataan ruang baik di tingkat pusat dan daerah dalam rangka menjamin kesesuaian antara rencana tata ruang dan implementasinya.
IV. ARAH KEBIJAKAN PENATAAN RUANG 2015-2019
Terwujudnya sistem pengelolaan Kawasan Rawan Bencana secara
terpadu Terciptanya Sistem Penataan Ruang yang tanggap terhadap Mitigasi
dan Adaptasi Perubahan Iklim
Terwujudnya Penataan ruang dan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara Terwujdnya Penataan Ruang dan Pengelolaan Kawasan
Pertahanan Negara
Terwujudnya Penataan Ruang yang Serasi, Selaras,
dan Seimbang Terwujudnya Penataan Ruang yang Harmonis dan Terpadu Lintas Sektor dan
Wilayah Terciptanya Kawasan Perkotaan dan Permukiman
yang Layak Huni Terpeliharanya Nilai-Nilai Pusaka dan Budaya pada KSN
Budaya dan Kota Pusaka Terjaminnya Aksesibilitas
Kawasan dan Mobilitas Penduduk
Terciptanya Penataan Ruang yang Berkepastian Hukum dan
Menciptakan Ruang Nusantara yang Aman
terhadap ancaman berbagai bencana dan konflik yang mengancam
keutuhan NKRI
Mewujudkan Ruang Nusantara yang Produktif, Inklusif, dan Berdaya Saing
Menciptakan Ruang Nusantara yang menjamin Kelestarian
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan untuk
kebutuhan saat ini dan generasi mendatang.
Menciptakan Ruang yang Aman, Nyaman, Produktif, dan Berkelanjutan
Terwujudnya Penataan Ruang yang mendukung
Peningkatan daya saing ekonomi.
Terwujudnya Penataan Ruang yang Mendorong
Pusat Pertumbuhan Ekonomi Terlaksananya proses Inklusif dengan berbagai
Pemangku Kepentingan dalam Penataan Ruang Terwujudnya Penataan Ruang yang mendukung Peningkatan Peran Sektor
Informal, UKM, dan Ekonomi Perdesaan.
Terwujudnya Penataan Ruang Kawasan Lindung Nasional Terwujudnya Penataan Ruang
Kawasan Perkotaan Berkelanjutan
Terwujudnya Penataan Ruang Kawasan Perdesaan
Berkelanjutan Menciptakan Ruang
Nusantara yang Nyaman, Harmonis, dan Berkeadilan
16 Terwujudnya Ketahanan
KEBUTUHAN PROGRAM 2015-2019
PEMBINAAN
a. Pembentukan Unit Lembaga Pelaksana Penataan Ruang Bidang Infrastruktur PU (PMU) di KSN
b. Pelaksanaan pelimpahan kewenangan dalam rangka PERSETUJUAN SUBSTANSI RDTR di beberapa Provinsi yang telah memenuhi kriteria.
c. Peningkatan KAPASITAS KELEMBAGAAN BKPRD di 32 Provinsi untuk memfasilitasi percepatan penyelesaian legalisasi Perda RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota dan RDTR.
d. Pelaksanaan SOSIALISASI PRODUK KEBIJAKAN dan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang baik di pusat dan daerah dalam rangka peningkatan pemahaman fungsi Penataan Ruang.
e. Peningkatan efektivitas KOORDINASI dan SINKRONISASI RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan program pembangunan di daerah melalui forum KONREG dan MUSRENBANG
f. Pengembangan SISTEM INFORMASI dan PENGADUAN masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang melalui media massa.
g. Peningkatan PROFESIONALISME SDM Bidang Penataan Ruang dalam rangka mendukung penerapan REFORMASI BIROKRASI melalui penyelenggaraan pelatihan-pelatihan fungsional.
PENGATURAN
a. Penyelesaian NSPK sesuai amanat UU 26/2007 tentang Penataan Ruang dan PP 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
b. Penyiapan petunjuk teknis operasionalisasi RTR Pulau/KSN serta Provinsi/Kabupaten/Kota. c. Fasilitasi legalisasi Raperpres Pulau dan KSN Perkotaan dan Non Perkotaan (32 Raperpres KSN)
PELAKSANAAN
a. Penyusunan Raperpres RTR KSN Non Perkotaan dan Perkotaan yang masih belum disusun RTR KSN-nya.
b. Penyusunan RPI2JM RTR KSN Non Perkotaan dan Perkotaan dalam rangka sinkronisasi dan keterpaduan program pembangunan infrastruktur.
c. Peningkatan peran penataan ruang sebagai SISTEM INTEGRATOR dan acuan utama pelaksanaan pembangunan dan pengembangan wilayah melalui koordinasi dan sinkronisasi program.
d. Pengembangan kebijakan KETERPADUAN SEKTOR SDA dan Penataan Ruang melalui pengelolaan DAS (River
Basin Territory) yang terintegrasi dengan RTRW dalam rangka penanggulangan bencana banjir (flood management).
e. Pengembangan KEMITRAAN pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan KAWASAN.
f. Penyiapan program New Inisiatif dukungan bidang penataan ruang dalam pengembangan koridor MP3EI, KTI dan Papua/Papua Barat NTT, Perbatasan, Daerah Tertinggal, Penanggulangan Risiko Bencana Alam dan Perubahan Iklim.
g. Peningkatan kualitas penataan ruang melalui Program Kota Hijau, Kota Pusaka, Perdesaan Lestari serta
PEMENUHAN SPM Bidang Penataan Ruang di daerah termasuk pengembangan Kebun Raya di beberapa daerah. h. Program Pengendalian dan Pengawasan, Pengelolaan kawasan perbatasan serta Program Dukungan terhadap
Koridor Ekonomi dan KTI
PENGAWASAN
a. Pelaksanaan monitoring dan AUDIT PEMANFAATAN RUANG DAN PENGAWASAN TEKNIS untuk RTR di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupatan dan Kota
b. Optimalisasi peran PPNS dalam rangka pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan dan implementasi RTR di Pusat dan Daerah, serta pelaksanaan pelatihan terhadap 170 PPNS baru.
c. Penyelenggaran PENILAIAN KINERJA Pemerintah Daerah bidang Penataan Ruang dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang di daerah.
1. Jumlah kegiatan Review RTRWN, RTR Pulau/Kepulauan, dan RTR KSN.
2. Jumlah RPI2JM KSN Perkotaan, KSN Non Perkotaan, Pulau/ Kepulauan yang disusun
3. Jumlah KSN yang ditingkatkan kapasitas dan kualitas penataan ru-angnya melalui pengembangan, penguatan, dan pembentukan kelembagaan pengelolaan KSN
4. Jumlah Provinsi, Kabupaten dan Kota yang memperoleh pembinaan penataan ruang dan pengembangan kapasitas kelembagaan penataan ruang daerah
5. Jumlah kegiatan sinkronisasi program pembangunan antar sektor di pusat dan daerah dan antar wilayah
6. Jumlah kawasan perkotaan dan perdesaan yang mendapatkan fasilitasi peningkatan kualitas penataan ruangnya 7. Jumlah proporsi kawasan hutan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) kritis serta jumlah lahan pertanian yang
ditetapkan sebagai LP2B dalam dokumen RTRW 8. Jumlah kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang
9. Jumlah pengembangan wilayah dan pengembangan kawasan di perbatasn, daerah tertinggal dan terluar.
V . K O N S E P R P J M N 2 0 1 5 - 2 0 1 9
A. PRIORITAS NASIONAL
Tanah dan Tata Ruang : Pengembangan kapasitas kelembagaan penataan ruang melalui sinergi Pusat-Daerah, Antar Daerah dan Antar Sektor dalam upaya pencegahan dan penanggulangan alih fungsi lahan serta peningkatan pemerataan pembangunan nasional melalui pengembangan wilayah dalam upaya mengatasi ketimpangan wilayah dan kesenjangan sosial.
KEGIATAN PRIORITAS:
Pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan alih fungsi lahan pada kawasan lindung dan budidaya serta sinergi pembangunan antar Pusat-Daerah, antar wilayah, dan antar sektor untuk mengatasi ketimpangan wilayah dan kesenjangan sosial melalui peningkatan kualitas penataan ruang nasional. Provinsi, kabupaten dan kota beserta rencana rincinya sebagai acuan pelaksanaan pembangunan.
SUBSTANSI INTI:
SASARAN:
Peningkatan kualitas penyelenggaraan penataan ruang dan efektivitas pengendalian pemanfaatan ruang nasional, pengembangan kapasitas kelembagaan penataan ruang, dan peningkatan keterpaduan pembangunan sektoral dan kewilayahan sesuai RTRWN, RTR Pulau, RTR KSN, RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota, dan rencana rincinya
INDIKATOR:
B. PRIORITAS BIDANG
OUTPUT PENTING/ INDIKATOR
1. Jumlah Peraturan Perundangan/NSPK sesuai Amanat UU 26/2007 dan PP 15/2010 yang perlu diselesaikan
2. Legalisasi RTRWN, RTR Pulau, RTR KSN, dan Dokumen RPI2JM.
B. 1. PENGATURAN
OUTPUT PENTING/ INDIKATOR
1. Pengembangan Kapasitas Kelembagaan (Dekonsentrasi)
2. Sosialisasi Kebijakan Penataan Ruang Nasional
3. Peningkatan Pelayanan Pengaduan Peran Masyarakat
4. Pengembangan Sistem Informasi Penataan Ruang
5. Koordinasi dan Sinkronisasi Penataan Ruang dan Pembangunan (Konreg dan Musrenbang)
6. Pelatihan dan Peningkatan Kompetensi SDM Bidang Penataan Ruang
B. 2. PEMBINAAN
20
OUTPUT PENTING/ INDIKATOR
1. Pengadaan Peta Rencana Tata Ruang
2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
3. Review dan Penyusunan RTRWN, RTR Pulau dan RTR KSN
4. Penetapan dan Pencapaian SPM Bidang Penataan Ruang
5. Fasilitasi Persetujuan Substansi Rencana Umum dan Rencana Rinci Provinsi/Kabupaten/Kota
6. Kota Hijau, Kota Pusaka, dan Perdesaan Lestari
OUTPUT PENTING/ INDIKATOR
7. Penyusunan RPI2JM KSN dan Provinsi
8. Peningkatan dan Operasionalisasi PPNS
9. Peningkatan efektivitas Pengendalian
10. RAN-MAPI
OUTPUT PENTING/ INDIKATOR
1. Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah (PKPD) Bidang Penataan Ruang
2. Audit Tata Ruang (Pengawasan Teknis)
3. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Penataan Ruang di Pusat dan Daerah
4. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
B. 4. PENGAWASAN
Lanjutan…
21
B. 3. PELAKSANAAN (lanjutan)
OUTPUT PENTING/ INDIKATOR
1. Pembinaan SDM Bidang Penataan Ruang
2. Pengembangan Kapasitas Organisasi dan Tatalaksana Kelambagaan Penataan Ruang
3. Bantuan Hukum Bidang Penataan Ruang
4. Pengelolaan Aset