• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR MANAJEMEN RESIKO KERJA PADA STUDI KASUS JEMBATAN KALI KUTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR MANAJEMEN RESIKO KERJA PADA STUDI KASUS JEMBATAN KALI KUTO"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

MANAJEMEN RESIKO KERJA PADA STUDI KASUS JEMBATAN

KALI KUTO

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Menempuh Ujian Akhir Program S1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang

Disusun oleh :

BAGAS SURYA DEWANTORO C.111.14.0125

ANDY MARDIYANTO C.111.14.0145

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

MANAJEMEN RESIKO KERJA PADA STUDI KASUS JEMBATAN

KALI KUTO

Bagas Surya D.1*, Andy Mardiyanto.2, Diah Rahmawati.ST.M.T.3, Lila Anggraini,ST.M.T.4 1,2,3

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang Jl. Soekarno Hatta, Tlogosari , Semarang, Jawa Tengah, Indonesia *

e-mail :Andymardiyanto955@gmail.com,Bagassurya26@gmail.com ABSTRACT

WORK RISK MANAGEMENT IN CASE STUDY KALI KUTO BRIDGE Often the rapid rate of development of bridge construction in Indonesia, the role of the risk of work accidents is felt increasingly important. Data analysis techniques by drawing conclusions based on data analysis conducted which includes the category of work risk management in the implementation of bridge construction by determining the interval. Risk factors as an impact of not implementing a workplace health and safety management system, this study aims to: (1). Knowing Work Risk Management and the success rate of the Occupational Safety and Health Management system. (2). Knowing work risk management on this project. The research method used in this research is literature review from various related sources. The data obtained came from filling out the questionnaire by resource persons engaged in the construction sector based on the point of view of the contractor and consultant. Conclusion: the results of the total SMK3 action research on the success of the Kali Kuto Bridge project in Batang, Central Java reached an average value of 3.048, SMK3 has an effect on both the company and the workforce itself, it can be seen from work safety.

Keywords: Risk of Work Accident, Health and Safety

ABSTRAK

Sering pesatnya laju perkembangan pembangunan Jembatan di Indonesia maka peranan resiko kecelakaan kerja di rasakan semakin penting. Teknik analisis data dengan cara menarik kesimpulan berdasarkan analisis data yang dilakukan yang termasuk kategori manajemen resiko kerja pada pelaksanaan pembangunan jembatan dengan menentukan interval. Faktor resiko sebagai dampak tidak diterapkannya sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja, Penelitian ini bertujuan untuk : (1). Mengetahui Manajemen Resiko Kerja dan tingkat keberhasilan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (2). Mengetahui manajemen resiko kerja pada proyek ini. Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan kajian pustaka dari berbagai sumber yang berkaitan. Data yang di dapatkan berasal dari pengisian kuisioner oleh narasumber yang bergerak di bidang kontruksi yaitu berdasarkan sudut pandang kontraktor dan konsultan. Kesimpulan : hasil penelitian total tindakan SMK3 keberhasilan di proyek Jembatan Kali Kuto di Batang, Jawa Tengah mencapai nilai rata-rata 3,048, SMK3 berpengaruh baik bagi perusahaan maupun tenaga kerja itu sendiri, hal tersebut terlihat dari keselamatan kerja.

(14)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ini , karya tulis ini dibuat untuk memenuhi Tugas Akhir kuliah.

Karya tulis ini berjudul “Manajemen Resiko Kerja Pada Studi Kasus Jembatan Kali Kuto”. Penyusunan karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui dan lebih memahami tentang apa saja yang menjadi faktor yang dapat mempengaruhi biaya, mutu dan waktu pada proyek.

Penulis berharap hasil dari penulisan semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kesehatan. 2. Kedua orang tua, Kakak, Adik yang telah mensupport dan mendokan kami. 3. Bapak Andy Kridasusila, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas Semarang. 4. Bapak Purwanto, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Semarang.

5. Ibu Ir. Diah Setyati Budiningrum, M.T., selaku ketua Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang.

6. Ibu Diah Rahmawati, ST.M.T., selaku Pembimbing Utama dalam penyusunan proposal.

7. Ibu Lila Anggraini,ST.M.T., selaku Pembimbing Anggota dalam penyusunan proposal.

8. Seluruh teman – teman dan Plewan 3 yang telah memberikan dukungan materil serta do’a.

(15)

9. Kepada semua pihak yang tidak dapat ditulis dan disebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna hal itu disebabkan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, saran dan masukan-masukan dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan ini.

Semarang, Agustus 2019

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR ORISINALITAS ... iii

LEMBAR PUBLISH ... iv

SURAT TUGAS ... v

LEMBAR ASISTENSI ... vi

ABSTRAK INDONESIA INGGRIS ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Perumusan Masalah... 3

1.4. Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 3

1.5. Batasan Penelitian ... 4

1.6. Manfaat Penelitian... 4

(17)

BAB. II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum... 6 2.2. Definisi Resiko... ... 7 2.3. Penilaian Resiko... ... 7 2.3.1. Identifikasi Bahaya ... 7 2.3.2. Penilaian pajanan ... 10 2.3.3. Karakterisasi resiko ... 10 2.3.4. Pemantauan biologis ... 10 2.4. Surveilans Kesehatan... 11 2.4.1. Penataan Data ... 12 2.4.2. Tahapan Proyek... 13 2.5. Kecelakaan Kerja... 15

2.5.1. Kasus Kecelakaan Kerja Dijembatan Kali Kuto... 15

2.5.2. Kasus Keterpaparan Radiasi... 16

2.6. Manajemen Proyek Konstruksi... ... 17

2.6.1. Tujuan Manajemen Konstruksi... . 18

2.6.2. Fungsi Manajemen Konstruksi... 18

2.6.3. Proses Manajemen Resiko... 19

2.7. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja... ... 22

2.7.1. Tujuan Di Terapkannnya Manajemen Resiko Di Tempat Kerja... 23

2.7.2. Manfaat Di Terapkannya Manajemen Resiko... ... 23

2.8. Komponen Utama Manajemen Resiko ... 24

BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pengertian Metode Penelitian... 25

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.3. Lokasi Penelitian ... 27

3.4. Jenis Penelitian ... 27

3.5. Sumber Data ... 27

3.5.1. Data Primer ... 27

(18)

3.6. Perlengkapan Survei... 28

3.7. Waktu Survei ... 28

3.8. Cara Pengumpulan Data ... 28

3.9. Penyusunan Kuisioner ... 29

3.10. Metode Analisis Dan Pengolahan Data ... 29

3.11. Metode Penyusunan Data ... 30

BAB. IV. ANALISA DATA 4.1. Analisis Deskriptif Responden ... 32

4.1.1. Pekerjaan Responden ... 30

4.1.2. Pengalaman Responden Bekerja Dalam Proyek ... 31

4.1.3. Pendidikan Terakhir Responden ... 31

4.1.4. Jabatan Responden ... 32

4.1.5. Usia Pada Saat Ini Responden ... 33

4.1.6. Durasi Rata-Rata Dalam Pelaksanaan Proyek ... 33

4.1.7. Jenis Kepemilikan ... 34

4.1.8. Nilai Proyek Yang Ditangani Oleh Responden ... 35

4.1.9. Panjang Rata-Rata Jembatan... 35

4.1.10. Apakah Smk 3 Sudah Diterapkan ... 36

4.1.11. Apakah Tenaga Kerja Sudah Mempunyai Sertifikat ... 37

4.2. Data Hsil Kuisioner ... 37

4.3. Analisis Resiko Penerapan Sistem Manajemen K3 ... 39

4.4. Rangking Resiko Penerapan Sistem Manajemen K3 ... 41

4.5. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan ... 43

4.5.1. Rangking 5 Terbentur ... 43

4.5.2. Rangking 2 Terjepit... 43

4.5.3. Rangking 1 Terjatuh ... 43

4.5.4. Rangking 4 Tertimpa Benda Jatuh ... 43

4.5.5. Rangking 9 Dan Rangking 6 Terkena Alus Listrik/Tersengat ... 43

(19)

4.6. Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja... 44

4.6.1. Situasi Kerja ... 44

4.6.2. Kesalahan Orang ... 44

4.6.3. Tindakan Tidak Aman ... 45

4.6.4. Kecelakaan ... 45

4.7. Kecelakaan Kerja Disebabkan Beberapa Faktor ... 45

4.7.1. Faktor Fisik... 45

4.7.2. Faktor Kimia... 45

4.7.3. Faktor Biologi... 45

4.7.4. Faktor Sisiologi ... 45

4.7.5. Faktor Mental – Fisiologis ... 45

4.8. Cara Menerapkan Kecelakaan Kerja ... 46

4.8.1. Faktor Lingkungan ... 46

4.8.2. Faktor Mesin Dan Peralatan Kerja ... 46

4.8.3. Faktor Perlengkapan Kerja ... 46

4.8.4. Faktor Manusia ... 47

4.9. Penanganan Respon Resiko... 48

4.9.1. Diterima (Risk Retaining) ... 48

4.9.2. Dihindari (Risk Avoidence) ... 48

4.9.3. Dibagi (Risk Sharring) ... 48

4.9.4. Dikurangi (Risk Redusing) ... 48

4.9.5. Diabaikan (Risk Ignoring) ... 49

4.9.6. Dipindahkan (Risk Tranfer) ... 49

4.9.7. Kombinasi ... 49

4.10. Resiko Sebagai Dampak Tidak Diterapkan SMK 3 ... 50

4.11. Data Hasil Kuisioner ... 51

(20)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 59 5.2. Saran ... 60 5.3. Penutup ... 61 DAFTAR PUSTAKA... 62 LAMPIRAN – LAMPIRAN

(21)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 pekerjaan Responden... 32

Tabel 4.1.2 pengalaman responden bekerja dalam proyek... 32

Tabel 4.1.3 pendidikan terakhir responden ... 32

Tabel 4.1.4 Jabatan Responden ... 32

Tabel 4.1.5 Usia Pada Saat Ini... 32

Tabel 4.1.6 Durasi Rata – Rata Dalam Pelaksanaan Proyek ... 32

Tabel 4.1.7 Jenis Kepemilikan ... 32

Tabel 4.1.8 Nilai Proyek Yang Ditangani Oleh Responden... 32

Tabel 4.1.9 Panjang Rata – Rata Jembatan ... 32

Tabel 4.1.10 Analisis Resiko Tidak Diterapkan SMK3 ... 32

Tabel 4.1.11 Tenaga Kerja Pada K3 Sudah Mempunyai Sertifikat... 32

Tabel 4.2 Data Rekapitulasi Hasil Kuisioner ... 32

Tabel 4.3 Analisis Hasil Kuisioner... 32

Tabel 4.4 Rangking Resiko Penerapan Sistem Manajemen k3 ... 32

Tabel 4.10 Analisis Resiko Tidak Diterapkan SMK3 ... 32

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Kuisioner ... 32

Tabel 4.12 Analisis Hasil Data Kuisioner ... 32

Tabel 4.13 Rangking Untuk Menerapkan SMK3 ... 32

(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pembangunan Jembatan Kali Kuto ...2

Gambar 3.3 Diagram Alur Penelitian ...26

Gambar 4.1.1 Diagram Pekerjaan Responden...30

Gambar 4.1.2 Diagram Pengalaman Responden Bekerja Dalam Proyek ...31

Gambar 4.1.3 Diagram Pendidikan Terakhir Responden...32

Gambar 4.1.4 Diagram Jabatan Responden ...32

Gambar 4.1.5 Diagram Usia Pada Saat Ini ...33

Gambar 4.1.6 Diagram Durasi Rata – Rata Dalam Pelaksanaan Proyek ...34

Gambar 4.1.7 Diagram Jenis Kepemilikan...34

Gambar 4.1.8 Diagram Nilai Proyek Yang Ditangani Oleh Responden ...35

Gambar 4.1.9 Diagram Panjang Rata – Rata Jembatan ...36

Gambar 4.1.10 Diagram Apakah SMK3 Sudah Diterapkan ...36

Gambar 4.1.11 Diagram Tenaga Kerja Pada K3 Sudah Mempunyai Sertifikat...37

Gambar 4.9 Tabel Matrik Rekomendasi Strategi Penanganan Resiko ...49

Gambar 4.10 Diagram Analisis Resiko Tidak Diterapkan SMK3 ...50

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Proyek Konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung risiko. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan batasan biaya dari proyek. Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang mungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana. Bila risiko terjadi akan berdampak pada terganggunya kinerja proyek secara keseluruhan sehingga dapat menimbulkan penambahan biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan.

Proyek konstruksi memiliki sifat yang khas, antara lain tempat kerjanya diruang terbuka yang di pengaruhi cuaca, jangka waktu pekerjaan terbatas, menggunakan pekerja yang belum terlatih, menggunakan alat kerja yang membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja. Berasarkan sifat-sfiat unik itu pula, maka sektor jasa konstruksi mempunyai resiko biaya kecelakaan fatal. Untuk mencegah kecelakaan kerja, diperlukan suatu Sistem Manajmenen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang mengatur dan dapat menjadi acuan bagi konsultan, kontraktor dan para pekerja konstruksi.Oleh itu perlu diadakan penelitian tentang evaluasi penerapan SMK3 pada proyek tersebut sehingga kecelakaan kerja bisa dikurangi.

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya diharapkan akan memberi iklim keamanan dan ketenaga kerja sehingga dapat membantu dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja.Jenis resiko dalam industry konstruksi sangatlah banyak, antara lain adalah estimasi biaya proyek, fluktuasi mata uang, produktivitas uang, pekerja dan sebagainya. Diantara sekian banyak jenis resiko yang ada, terdapat resiko yang sangat penting untuk diketahui, yaitu resiko kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

PT Waskita Karya (Persero) Tbk sebagai salah satu BUMN bidang karya memperoleh tanggung jawab untuk membangun ruas tol Batang-Semarang yang terbentang sepanjang 74,2 km. Seksi 1 dan 2 Jalan Tol Batang-Semarang sepanjang

(24)

2 39,3 km menarik dibahas karena ada Jembatan Kali Kuto yang menghubungkan Kabupaten Batang dan Kendal.

Jembatan Kali Kuto ini adalah satu-satunya jembatan pelengkung baja di dunia yang pertama kali dirakit di tempat.Terbukti, jembatan Kali Kuto kini sudah berdiri kokoh dan menjadi ikon jalan tol Batang-Semarang. Jembatan Kalikuto merupakan elemen penting yang menghubungkan dua kabupaten yakni Batang dan Kendal. Berikut gambar lokasi pembangunan jembatan Kali Kuto dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini.

Gambar 1.1 Pembangunan Jembatan Kali Kuto

1.2 INDENTIFIKASI MASALAH

Pembangunan infrastruktur terutama jalan tol menjadi salah satu titik perhatian pemerintah.Tidak terkecuali tol Trans Jawa yang menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional. Jalan tol yang membentang dari ujung Barat hingga ujung Timur Pulau Jawa itu diharapkan mampu mendukung lalu lintas logistik maupun mobilitas masyarakat. PT Waskita Karya (Persero) Tbk sebagai salah satu BUMN bidang karya memperoleh tanggung jawab untuk membangun ruas tol Batang-Semarang yang terbentang sepanjang 74,2 km. menarik dibahas karena ada Jembatan Kali Kuto yang menghubungkan Kabupaten Batang dan Kendal. Jembatan Kali Kuto memang sejak awal didesain agar menjadi tengara atau landmark dari jalur Batang-Semarang. Sehingga harus kokoh, kuat, estetis, dan enak dipandang. Secara teknis, tantangan mewujudkan jembatan pelengkung baja yang dirakit di tempat ini bukan perkara mudah. Tetapi, kami sejak awal meyakini

(25)

bahwa sumber daya manusia kami sangat mumpuni untuk menangani proyek serumit ini. Terlebih boleh dibilang, Jembatan Kali Kuto adalah satu-satunya jembatan pelengkung baja di dunia yang pertama kali dirakit di tempat. Terbukti, jembatan Kali Kuto kini sudah berdiri kokoh dan menjadi ikon jalan tol Batang-Semarang. lewat jembatan Kali Kuto kepada masyarakat pengguna jasa tol Trans Jawa ini semoga menjadi landmark yang bermanfaat bagi masyarakat. Tidak hanya bagi masyarakat Jawa Tengah tetapi juga masyarakat Indonesia pada umumnya. Sekali lagi terima kasih atas dukungan masyarakat sehingga Jembatan Kali Kuto yang fenomenal ini dapat selesai tepat waktu dan mendukung kehadiran jalan Tol Batang-Semarang.

1.3. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan yang akan dibahas yaitu:

1. Bagaimana resiko Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja jika tidak diterapkan dalam pelaksanaan proyek Pembangunan Jembatan Kali Kuto?

2. Bagaimanakah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang harus diterapkan?

3. Bagaimana penanganan respon risiko untuk risiko yang paling dominan terjadi pada saat pembangunan Jembatan Kali Kuto?

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan guna mengetahui permasalahan yang terjadi pada saat pembangunan jembatan kali kuto ,sehingga dapat diketahui resiko apa saja yang terjadi pada saat pembangunan.kemudian dapat ditentukan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada.

1. Mengidentifikasi faktor-faktor risiko terhadap pelaksanaan Pembangunan Jembatan Kali Kuto.

2. Mengetahui Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek ini.

3. Mengetahui risiko yang paling dominan terjadi selama pelaksanaan pembangunan jembatan kali kuto.

(26)

4 1.5 BATASAN PENELITIAN

Agar penelitian ini dapat terfokuskan, maka penelitian ini dibatasi dengan uarian-uraian sebagai berikut:

1. Penelitian hanya dibatasi di jembatan kalikuto.

2. Responden dalam penelitian ini adalah individu dengan pengalaman di bidang proyek-proyek konstruksi.

3. Penelitian ini tidak bertujuan membedakan domisili responden, namun hanya untuk memenuhi jumlah sampel.

1.6 MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya mengenai faktor-faktor risiko yang muncul pada pembangunan jembatan kali kuto yang berada diwilayah weleri.

2. Secara praktis

Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengevaluasi risiko yang terjadi dan juga dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai evaluasi risiko kebijakan pembangunan jembatan kalikuto.

(27)

1.7. SISTEMATIKA

Tugas Akhir ini terdiri dari : Bab I Pendahuluan

Membahas tentang latar belakang pembuatan tugas akhir, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan, manfaat, serta sistematik penulisan.

Bab II Landasan Teori

Menguraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan judul Tugas Akhir, serta rumus-rumus dasar yang digunakan.

Bab III Metodologi Penelitian

Membahas perhitungan serta diagram alurnya, dan langkah yang akan dilakukan dalam pelaksanaan observasi, pada bab ini juga dapat dilihat diagram alur penelitianya.

Bab IVAnalisa Data

Pada bab ini akan disajikan data hasil pengamatan yang diperoleh dari survei yang telah dilakukan dilapangan, berdasarkan kondisi dan perhitungan tentang tingkat pelayanan dan kinerja jalan serta analisis data yang kemudian akan dijadikan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang ada.

Bab V Penutup

(28)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. TINJAUAN UMUM

Proyek pekerjaan sipil mempunyai karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan industri lainnya. Kondisi ini menurut adanya rancangan dan program pembangunan tersendiri. Konseuensi dari karakteristik proyek sipil adalah timbulnya kebutuhan akan suatu teknik atau manajemen yang lebih fleksibel sehingga dapat diaplikasikan ke berbagai jenis proyek. Dengan demikian teknik manajemen harus disesuaikan untuk membentuk manajemen baru yang sesuai dengan kondisi dan situasi masing – masing proyek.

Proyek rekayasa sipil selama masa pembangunan bersifat dinamis, hal ini ditunjukkan dengan selalu berubahnya sumber daya yang dibutuhkan, baik jenis maupun jumlahnya, kebutuhan akan sumber daya relatif masih kecil dibandingkan tahap ditengah masa pelaksanaan yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan jenis dan jumlah sumber daya.Pembangunan infrastruktur terutama jalan tol menjadi salah satu titik perhatian pemerintah.Tidak terkecuali tol Trans Jawa yang menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional. Jalan tol yang membentang dari ujung Barat hingga ujung Timur Pulau Jawa itu diharapkan mampu mendukung lalu lintas logistik maupun mobilitas masyarakat.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk sebagai salah satu BUMN bidang karya memperoleh tanggung jawab untuk membangun ruas tol Batang-Semarang yang terbentang sepanjang 74,2 km. Ruas ini terdapat jembatan kali kuto yang menghubungkan kabupaten batang dan Kendal, jembatan tersebut merupakan satu-satunya jembatan pelengkung baja di dunia yang pertama kali dirakit di tempat. Terbukti jembatan Kali Kuto kini sudah berdiri kokoh dan menjadi ikon jalan tol Batang-Semarang.

(29)

2.2. DEFINISI RISIKO

Risiko adalah ketidakpastian tentang kejadian di masa depan. Beberapa definisi tentang risiko, menurut Rahayu (2001) sebagai berikut:

1. Resiko Murni Dan Resiko Spekulatif. 2. Resiko Terhadap Benda Dan Manusia. 3. Resiko Fundamental Dan Resiko Khusus.

Dari beberapa definisi diatas, maka risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Dan jika dikaji lebih lanjut “kondisi yang tidak pasti” itu timbul karena berbagai sebab, antara lain; jarak waktu dimulai perencanaan, keterbatasan informasi yang diperlukan, keterbatasan pengetahuan pengambil keputusan dan sebagainya.

2.3. PENILAIAN RISIKO 2.3.1. Identifikasi Bahaya

Langkah pertama manajemen risiko kesehatan di tempat kerja adalah identifikasi atau pengenalan bahaya kesehatan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor risiko kesehatan yang dapat tergolong fisik, kimia, biologi, ergonomik, dan psikologi yang terpajan pada pekerja.Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar, tergantung dari cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi semua potensi bahaya dan risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian agar tidak terjadi bencana atau kerugian lainnya.Rincian langkah umum yang biasanya dilaksanakan dalam penilaian risiko meliputi :

1. Menentukan personil penilai

Penilai risiko dapat berasal dari intern perusahaan atau dibantu oleh petugas lain diluar perusahaan yang berkompeten baik dalam pengetahuan, kewenangan maupun kemampuan lainnya yang berkaitan. Tergantung dari kebutuhan, pada tempat kerja yang luas, personil penilai dapat merupakan suatu tim yang terdiri dari beberapa orang.

(30)

8 2. Menentukan obyek/bagian yang akan dinilai

Obyek atau bagian yang akan dinilai dapat dibedakan menurut bagian / departemen, jenis pekerjaan, proses produksi dan sebagainya. Penentuan obyek ini sangat membantu dalam sistematika kerja penilai.

3. Kunjungan / Inspeksi tempat kerja

Kegiatan ini dapat dimulai melalui suatu “walk through survey / Inspection” yang bersifat umum sampai kepada inspeksi yang lebih detail. Dalam kegiatan ini prinsip utamanya adalah melihat, mendengar dan mencatat semua keadaan di tempat kerja baik mengenai bagian kegiatan, proses, bahan, jumlah pekerja, kondisi lingkungan, cara kerja, teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal lain yang terkait.

4. Identifikasi potensi bahaya

Berbagai cara dapat dilakukan guna mengidentifikasi potensi bahaya di tempat kerja, misalnya melalui :

a. inspeksi / survei tempat kerja rutin.

b. informasi mengenai data keelakaan kerja dan penyakit, absensi.

c. laporan dari (panitia pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja) P2K3, supervisor atau keluhan pekerja.

d. lembar data keselamatan bahan (material safety data sheet).

Selanjutnya diperlukan analisis dan penilaian terhadap potensi bahaya tersebut untuk memprediksi langkah atau tindakan selanjutnya terutama pada kemungkinan potensi bahaya tersebut menjadi suatu risiko.

5. Mencari informasi / data potensi bahaya

Upaya ini dapat dilakukan misalnya melalui kepustakaan,mempelajari MSDS, petunjuk teknis, standar,pengalaman atau informasi lain yang relevan.

6. Analisis Risiko

Dalam kegiatan ini, semua jenis resiko, akibat yang bisa terjadi, tingkat keparahan, frekuensi kejadian, cara pencegahannya, atau rencana tindakan untuk mengatasi risiko tersebut dibahas secara rinci dan dicatat selengkap mungkin. Ketidaksempurnaan dapat juga terjadi, namun melalui upaya sitematik, perbaikan senantiasa akan diperoleh.

(31)

7. Evaluasi risiko

Memprediksi tingkat risiko melalui evaluasi yang akurat merupakan langkah yang sangat menentukan dalam rangkaian penilaian risiko. Kualifikasi dan kuantifikasi risiko, dikembangkan dalam proses tersebut. Konsultasi dan nasehat dari para ahli seringkali dibutuhkan pada tahap analisis dan evaluasi risiko.

8. Menentukan langkah pengendalian

Apabila dari hasil evaluasi menunjukan adanya risiko membahayakan bagi kelangsungan kerja maupun kesehatan dan keselamatan pekerja perlu ditentukan langkah pengendalian yang dipilih dari berbagai cara seperti :

a. Memilih teknologi pengendalian seperti eliminasi, substitusi, isolasi, engineering control, pengendalian administratif, pelindung peralatan/mesin atau pelindung diri.

b. Menyusun program pelatihan guna meningkatka pengetahuan dan pemahaman berkaitan dengan risiko

c. Menentukan upaya monitoring terhadap lingkungan / tempat kerja.

d. Menentukan perlu atau tidaknya survailans kesehatan kerja melalui pengujian kesehatan berkala, pemantauan biomedik, audiometri dan lain-lain.

e. Menyelenggarakan prosedur tanggap darurat / emergensi dan pertolongan pertama sesuai dengan kebutuhan.

9. Menyusun pencatatan / pelaporan

Seluruh kegiatan yang dilakukan dalam penilaian risiko harus dicatat dan disusun sebagai bahan pelaporan secara tertulis. Format yang digunakan dapat disusun sesuai dengan kondisi yang ada.

10. Mengkaji ulang penelitian

Pengkajian ulang perlu senantiasa dilakukan dalam periode tertentu atau bila terdapat perubahan dalam proses produksi, kemajuan teknologi, pengembangan informasi terbaru dan sebagainya, guna perbaikan berkelanjutan penilaian risiko tersebut.

(32)

10 2.3.2. Penilaian Pajanan

Proses penilaian pajanan merupakan bentuk evaluasi kualitatif dan kuantitatif terhadap pola pajanan kelompok pekerja yang bekerja di tempat dan pekerjaan tertentu dengan jenis pajanan risiko kesehatan yang sama. Kelompok itu dikenal juga dengan similar exposure group (kelompok pekerja dengan pajanan yang sama). Penilaian pajanan harus memenuhi tingkat akurasi yang adekuat dengan tidak hanya mengukur konsentrasi atau intensitas pajanan, tetapi juga faktor lain. Pengukuran dan pemantauan konsentrasi dan intensitas secara kuantitatif saja tidak cukup, karena pengaruhnya terhadap kesehatan dipengaruhi oleh faktor lain itu.Faktor tersebut perlu dipertimbangkan untuk menilai potensial faktor risiko (bahaya/hazards) yang dapat menjadi nyata dalam situasi tertentu.Risiko adalah probabilitas suatu bahaya menjadi nyata, yang ditentukan oleh frekuensi dan durasi pajanan, aktivitas kerja, serta upaya yang telah dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian tingkat pajanan.Termasuk yang perlu diperhatikan juga adalah perilaku bekerja, hygiene perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan.

2.3.3. Karakterisasi Risiko

karakterisasi risiko adalah mengevaluasi besaran (magnitude) risiko kesehatan pada pekerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas. efek toksik dapat terjadi sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensial.Karakterisasi risiko dimulai dengan mengintegrasikan informasi tentang bahaya yang teridentifikasi (efek gangguan). 2.3.4. Pemantauan Biologis

Pemantauan biologis adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap bagian tubuh sebagai media biologis (darah, urin, liur, jaringan lemak, rambut, dll) yang ditujukan untuk mengetahui tingkat pajanan atau efeknya pada pekerja. Dengan melakukan pemantauan biologis memungkinkan kita untuk dapat mengetahui dosis yang masuk ke dalam tubuh dan agar para pekerja tetap dalam kondisi yang sehat. karena pada dasarnya pekerjaan dilapangan sangatlah mudah terkena penyakit. oleh karena itu pemantauan biologis sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi pekerja.

(33)

2.4. SURVEILANS KESEHATAN

Surveilans kesehatan merupakan penilaian keadaan kesehatan pekerja yang dilakukan secara teratur dan berkala.Surveilans kesehatan terdiri atas surveilans medis (termasuk pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang, serta pemantauan biologis.Lebih tepat lagi bahwa bentuk/ isi dan kekerapan (frequency) pemeriksaan kesehatan ini ditetapkan oleh dokter yang berkompeten dalam program kesehatan kerja.Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan harus memperhatikan hasil proses penilaian risiko.

Bentuk dan jenis pemeriksaan kesehatan harus secara tegas terkait dengan bahaya kesehatan yang teridentifikasi dan sesuai karakter risikonya.Kekerapan pemeriksaan kesehatan ditentukan oleh besaran risiko kesehatan dan gangguan kesehatan terkait.Sebagai pedoman umum adalah mengacu pada peraturan dan perundangan di Indonesia yaitu sekali setiap tahun.

Surveilans medis terdiri atas tiga hal penting yaitu pemeriksaan kesehatan pra-kerja (pre-employment atau preplacement medical examination), sebelum subjek pemeriksaan bekerja atau ditempatkan, Pemeriksaan kesehatan berkala (periodic medical examination) yang terkait dengan pajanan bahaya kesehatan, dan pemeriksaan kesehatan khusus (specific medical examination) yang terkait dengan kembali bekerja (returning to work) setelah terdapat gangguan kesehatan yang bermakna dan penyakit yang berat.

Tujuan pemeriksaan kesehatan pra-kerja adalah :

1. Menetapkan kemampuan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan penempatan pekerja

2. Mengidentifikasi kondisi kesehatan yang mungkin diperburuk oleh pajanan bahaya kesehatan, kerentananan calon pekerja terhadap bahaya kesehatan tertentu yang memerlukan eksklusi pada individu dengan pajanan tertentu. 3. Menetapkan data dasar (baseline data) evaluasi sebelum pekerja

ditempatkan atau melaksanakan pekerjaannya.

Data dasar ini berguna sebagai pertimbangan kelak adanya gangguan kesehatan dan adanya kaitan dengan pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja.

(34)

12 Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Berkala adalah :

1. Mendeteksi sedini mungkin setiap gangguan kesehatan yang mungkin terjadi dan disebabkan oleh pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja, dan kondisi kerja.

2. Mendeteksi perubahan status kesehatan (penyakit yang tidak berhubungan dengan pekerjaan) yang bermakna dapat menyebabkan gangguan kesehatan apabila melanjutkan pekerjaan, atau menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap pajanan bahaya kesehatan di tempat kerja atau kondisi kerja.

Riwayat kesehatan dan riwayat pekerjaan secara lengkap diperlukan untuk dapat dilakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai terutama bila diketahui adanya pajanan yang berulang dan kemungkinan gangguan kesehatan.Tujuan Pemeriksaan Kesehatan Khusus yakni pada dasarnya pemeriksaan kesehatan khusus sama dengan pemeriksaan kesehatan prakerja. Dalam hal ini hasil pemeriksaan kesehatan khusus ditempatkan sebagai data dasar menggantikan data dasar hasil pemeriksaan kesehatan prakerja.Jenis pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan kesehatan khusus tergantung pada riwayat penyakit dan status kesehatan saat terakhir atau saat pemulihan.

2.4.1. Penataan Data

Penataan data (record keeping) merupakan bagian yang tidak boleh dilupakan dalam manajemen risiko kesehatan. Seluruh data yang diperoleh dari kegiatan manajemen risiko kesehatan ini terutama data tingkat pajanan dan surveilans kesehatan harus tersimpan rapi dan dijaga untuk setiap saat dapat digunakan sampai paling tidak selama 30 tahun. Penataan data ini ditujukan agar:

1. Dapat mengenal tren kesehatan dan masalah yang perlu penyelesaian. 2. Memungkingkan evaluasi epidemiologi.

3. Memenuhi persyaratan legal.

4. Tersedianya dokumentasi yang sesuai dengan pekerja dan perusahaan dalam kasus klaim kompensasi kecelakaan kerja termasuk penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.

(35)

Perlu dipahami bahwa data surveilans kesehatan pekerja bersifat rahasia sehingga harus mendapat penanganan untuk menjaga kerahasiaan tersebut.Data anonim harus digunakan ketika menyampaikan laporan kepada manajemen dan pengusaha, termasuk pemantauan kinerja program kesehatan dan keselamatan kerja. Data lain yang perlu ditata adalah yang terkait dengan pengendalian dan penilaian pajanan serta kegiatan surveilans kesehatan yang dilaksanakan dalam proses manajemen risiko kesehatan.

Kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi termasuk penyampaian instruksi dan pelatihan, perlu dilakukan secara berkesinambungan.Pendidikan dan latihan merupakan komponen penting dalam perlindungan kesehatan pekerja. Tujuan utama pendidikan dan latihan ini adalah agar pekerja:

1. Mengerti, paling tidak pada tingkat dasar, bahaya kesehatan yang terdapat di lingkungan kerjanya.

2. Terbiasa dengan prosedur kerja dan melakukan pekerjaan sesuai prosedur untuk mengurangi tingkat pajanan.

3. Menggunakan alat pelindung diri dengan benar dan memelihara agar tetap berfungsi baik.

4. Mempunyai kebiasaan sehat dan selamat serta higine perorangan yang baik. 5. Mengenal gejala dini gangguan kesehatan dapat mengakibatkan bahaya

tertentu.

6. Melakukan pertolongan pertama apabila terjadi gangguan kesehatan segera mungkin.

2.4.2. Tahapan Proyek

Menurut Dipohusodo tahapan konstruksi dibagi menjadi 5 tahap yaitu : 1. Tahap Pengembangan Konsep

Kegiatan yang dilakukan dalan tahap ini adalah melakukan survey pendahuluan dengan investigasi lapangan dimana proyek akan dilaksanakan. Hal ini akan mengungkapkan informasi- informasi yang sangat diperlukan dalam pembuatan konsep proyek. Seperti misalnya informasi mengenai upah tenaga kerja setempat, harga material, perizinan pemerintah setempat, kemampuan penyedia jasa setempat baik kontraktor maupun konsultan, informasi mengenai iklim disekitar lokasi proyek yang digunakan untuk mengantisipa si kendala yang dapat diakibatkan oleh cuaca dan lain sebagainya.

(36)

14 2. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan adalah pengajuan proposal,survey lanjutan, pembuatan desain awal/sketsa rencana (preliminary design) dan perancangan detail (detail design), keempat kegiatan ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena hasil kegiatan pertama akan berpengaruh pada kegiatan kedua dan selanjutnya.Tujuan dari tahap ini sebenarnya untuk mendapatkan rencana kerja finalyang memuat pengelompokan pekerjaan dan kegiatan secara terperinci. Adapun sasaran pokok rencana kerja final adalah :

a. Dengan menggunakan sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan maka akan didapat harga kontrak konstruksi dan material yang lebih pasti, bernilai tetap dan bersaing, sehingga tidak akan melewati batas anggaran yang tersedia b. Pekerjaan akan dapat diselesaikan sesuai dengan kualitas dan dalam rentang

waktu seperti yang telah direncanakan atau ditetapkan. 3. Tahap Pelelangan

Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan administrasi untuk pelelangan sampai dengan terpilihnya pemenang lelang.

4. Tahap Pelaksanaan Konstruksi,

Dilakukan antara lain persiapan lapangan, pelaksanaan konstruksi fisik proyek sampai dengan selesainya konst ruksi itu sendiri. Salah satu kegiatan yang cukup penting pada saat pelaksanaan konstruksi fisik adalah kegiatan pengendalian biaya dan jadwal konstruksi, untuk pengendalian biaya konstruksi hal-hal yang harus diperhatikan adalah alokasi biaya untuk sumber daya proyek mulai dari tenaga kerja, peralatan sampai dengan material konstruksi, sedangkan pengendalian jadwal diupayakan agar setiap kegiatan dalam proyek berjalan sesuai dengan yang direncanakan, dalam hal ini semua pihak yang terlibat diharapkan bisa menggunakan berbagai sumber daya yang dimiliki agar tujuan proyek tercapai dengan baik.

5. Tahap pengoperasian,

Setelah konstruksi fisik selesai maka penyedia jasa akan menyerahkannya kepada pengguna jasa untuk dioperasikan,dalam tahap ini penyedia jasa masih memiliki tanggung jawab untuk memelihara bangunan tersebut sesuai dengan perjanjian.

(37)

2.5. KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan yang tidak fatal. Sedangkan penyakit akibat kerja yaitu suatu penyakit yang di dapatkan sebagaiakibat suatu proses terhadap faktor resiko yang timbul dari kegiatan pekerjaan. Istilah kecelakaan kerja akibat kerja meliputi seluruh kecelakaan disebabkan oleh suatu peristiwa luar yang tiba-tiba dan tak terduga suatu penyakit akibat kerja adalah akibat buruk yang lama seperti oleh getaran atau kebisingan.

Pengertian kecelakaan kerja menurut Hammer (2001) adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diterapkan.Tidak terduga karena dibelakang peristiwa tersebut tidak ada unsur kesengajaan dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materi ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling fatal.

Kecelakan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi perusahaan atau pekerja, dampak tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan yaitu tidak berjalanya kegiatan produksi sehingga akan menimbulkan biaya yang lebih besar lagi. Sedang kan bagi pekerja akan mengakibatkan gangguan kesehatan dan juga akan mengakibatkan kematian. Kecelakan kerja akan mengakibatkan produktivitas pekerjaan menurun sehingga pekerja tidak efektif dan efesien dan mengakibatkan tujuan perusahaan terhambat.

2.5.1 Kasus Kecelakaan Kerja Di Jembatan Kalikuto

Tahun 2018 terjadi kecelakan kerja yang berhubungan dengan proses pembangunan jembatan kali kuto yang berada di wilayah weleri. Kasusnya adalah seorang pekerja meninggal dunia akibat terjatuh saat pemasangan baja. Untuk mencegah kejadian tersebut terjadi kembali maka diperlukan adanya manajemen risiko sehingga tidak ada kerugian baik nyawa maupun materi yang terjadi. Berdasarkan proses manajemen risiko itu sendiri, terlebih dahulu perlu mengetahui bagaimana kondisi lingkungan internal di daerah tersebut, setelah itu melakukan penetapan tujuan kemudian mengidentifikasi kemungkinan bahaya yang bakal terjadi di lingkungan itu, penilaian resiko, sikap atas resiko dan aktifitas pengendalian dapat berupa keputusan seperti apa yang mesti diambil oleh manajemen untuk mencegah kejadian tersebut misalnya memberikan training kepada pekerja, menjelaskan bagaimana prosedur kerja yang memadai yang sesuai

(38)

16 dengan desain konstruksi, memberikan pengatahuan kepada seluruh pekerja mengenai pengetahuan dasar-dasar mulai bekerja (bukan hanya utuk wilayah konstruksi tapi semua sektor industri).

Mengetahui teknik pembuatan jembatan melalui pemakaian alat-alat APD.Tetap saling berbagi informasi dan saling komunikasi antara pekerja dan pihak lain yang lebih tahu atau mencari tahu informasi mengenai pencegahan dan penanggulangan akan risiko yang mungkin terjadi serta monitoring, hal ini dilakukan untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami para pekerja di konstrksi jembatan itu sendiri, dan memantau apakah yang para pekerja lakukan sudah safety dan telah sesuai dengan standar kerja yang sesuai.

2.5.2. Kasus Keterpaparan Radiasi

Contoh kasus lain yaitu bahaya terpapar radiasi yang lama dapat menimbulkan penyakit kulit bahkan kanker, dalam penanganan kasus ini jika dikaitkan dengan proses manajemen risiko yang tidak berbeda jauh dari contoh sebelumnya yakni perlu dikenali dulu kondisi lingkungan internalnya, melakukan penetapan tujuan apa yang ingin dicapai, kemudian melakukan identifikasi risiko, penilai risiko, sikap atas resiko, aktivitas dan pengendalian yang dapat terjabarkan sebagai berikut.

Ada dua type energi radiasi menyebabkan masalah kesehatan yang harus diselesaikan oleh teknisi keselamatan. Pertama energi radiasi panas dari proses seperti pengolahan baja, dan kedua adalah radiasi alpa, beta, gamma yang meningkatkan emisi partikel radioaktif. Kenaikan suhu panas menimbulkan kekejangan, iritasi kulit, dan penyakit psikologi bagi pekerja.Sumber panas biasanya dapat terlindungi atau didaur ulang untuk mengurangi jumlah energi yang dilepaskan.Pendingin udara dan sistem ventilasi mungkin mengurangi masalah sumber panas, dan melindungi peralatan dan pakaian.

Penjabaran diatas juga dapat dijadikan informasi bagi para pekerja dan semua aspek yang terlibat dalam proses kerja itu,tetap saling mengkomunikasikan hal tersebut, dan kegiatan monitoring dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dari metode pencegahan yang telah diberikan dan apa kendala dalam penerapannya sehingga diharapkan dapat dilakukan tindakan segera jika memang terjadi sesuatu hal buruk dan kecelekan kerja dapat mencapai zero accident.

(39)

2.6. MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

Terdapat 2 jenis aspek manajemen pelaksana proyek konstruksi yaitu aspek manajemen proyek dan aspek manajemen konstruksi. Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengadilan dari suatu proyek oleh para anggotanya dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan – pengelolaan lingkup kerja dan waktu. Pengelolaan aspek – aspek tersebut dengan benar merupakan kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan suatu proyek.

Dipohusodo juga mendefinisikan manajemen konstruksi sebagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dapat dikelompokkan sebagai manpower, material, machines, money, and method.

Manajemen konstruksi telah diakui sebagai suatu cabang manajemen yang khusus, yang dikembangkan dengan tujuan untuk dapat melakukan koordinasi dan pengendalian atas beberapa kegiatan pelaksanaan proyek yang sifatnya kompleks. Dengan demikian, teknik/ manajemen yang dapat mengakomodasi kebutuhan sumber daya konstruksi selalu dilakukan peninjauan dan penyesuaian terus menerus, setiap saat dalam menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan yang sedang berjalan.Kontrol terhadap waktu dapat dilakukan jika sudah dibuat time schedule yang teliti dan akurat yang disesuaikan dengan kemampuan kontraktor dan waktu kontrak yang telah ditentukan oleh owner. Dalam time schedule dilengkapi dengan bobot atau nilai pekerjaan yang berupa grafik komulatif dari masing – masing pekerjaan terhadap waktu.

Dengan adanya wewenang proyek maka akan terlihat batasan mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pihak – pihak yang terlibat dalam proyek baik langsung maupun tidak langsung, sehingga tidakakan terjadi adanya tugas dan tanggung jawab yang dilakukan secara bersamaan.

(40)

18 2.6.1 Tujuan Manajemen Konstruksi

Tujuan manajemen konstruksi pada umumnya dipandang sebagai pencapaian suatu sasaran tunggal dan dengan jelas terdefinisikan. Dalam rekayasa sipil, pencapaian sasaran itu saja tidak cukup karena banyak sasaran penting lainnya yang juga harus dicapai. Sasaran ini dikenal sebagai sasaran sekunder dan bersifat sebagai kendala.

Kendala – kendala yang selalu terlibat dalam proyek – proyek rekayasa sipiil biasanya berhubungan dengan persyaratan kinerja, waktu penyelesaian batasan biaya, kualitas pekerjaan dan keselamatan kerja.

Pelaksanaan proyek konstruksi berorientasi pada penyelesaian proyek sedemikian rupa sehingga jumlah sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan proyek berada pada posisi minimum. Aspek penting ini dapat dicapai melalui penggunaan teknik manajemen yg baik antara lain :

a. Pembentukan situasi dimana keputusan yang mantap dapat diambil pada tingkat manajemen yang paling rendah dan mendelegasikan kepada yang mampu.

b. Memotivasi orang–orang untuk memberikan yang terbaik dalam batas kemampuannya dengan menerapkan hubungan manusiawi.

c. Pembentukan semangat kerja sama kelompok dalam organisasi sehingga fungsi organisasi dapat berjalan secara utuh.

d. Penyediaan fasilitas yang memungkinkan orang – orang yang terlibat dalam proyek meningkatkan kemampuan dan cakupannya.

2.6.2 Fungsi Manajemen Konstruksi

Pengelompokkan proyek akan berhasil baik jika semua fungsi manajemen dijalankan secara efektif. Ini dicapai dengan jalan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap fungsi tersebut dan menyediakan kondisi yang tepat sehingga memungkinkan orang – orang untuk melaksanakan tugasnya masing – masing.

Apabila fungsi – fungsi manajemen proyek dapat direalisasikan dengan jelas dan terstruktur, maka tujuan akhir dari sebuah proyek akan mudah terwujud, yaitu :

(41)

1. Tepat Waktu 2. Tepat Kuantitas 3. Tepat Kualitas

4. Tepat Biaya sesuai dengan biaya rencana

5. Tidak adanya gejolak sosial dengan masyarakat sekitar 6. Tercapainya K3 dengan baik

Pelaksanaan proyek memerlukan koordinasi dan kerjasama antar organisasi secara solid dan terstruktur. Dan hal inilah yang menjadi kunci pokok agar tujuan akhir proyek dapat selesasi dengan schedule yang telah direncanakan.

2.6.3. Proses Manajemen Risiko

Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk terlibat secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan resiko dan peluang yang berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah. Menurut COSO, proses manajemen resiko dapat dibagi ke dalam 8 komponen tahap yaitu:

(1) Internal environment (Lingkungan internal)

Komponen ini berkaitan dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan beroperasi. Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen tentang resiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap resiko), risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap resiko), ethical values (nilai moral), struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang.

(2) Objective setting (Penentuan tujuan)

Manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola resiko.Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan activity objective.Strategic objective di instansi Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu, activity objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu operations objectives, reporting objectives dan compliance objectives.

Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki organisasi yang ada pada seluruh divisi dan bagian haruslah dilibatkan dan mengerti resiko yang dihadapi. Penglibatan tersebut terkait dengan pandangan bahwa setiap pejabat/pegawai

(42)

20 adalah pemilik dari resiko. Demikian pula, dalam penentuan tujuan organisasi, hendaknya menggunakan pendekatan SMART dan ditentukan risk appetite and risk tolerance (variasi dari tujuan yang dapat diterima).

(3) Event identification (Identifikasi resiko)

Komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi.Kejadian tersebut bisa berdampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau negatif (risks).Terdapat 4 model dalam identifikasi resiko, yaitu exposure analysis, environmental analysis, threat scenario dan brainstorming questions.Salah satu model, yaitu exposure analysis, mencoba mengidentifikasi resiko dari sumber daya organisasi yang meliputi financial assetsphysical assets seperti tanah dan bangunan, human assets yang mencakup pengetahuan dan keahlian, dan intangible assets seperti reputasi dan penguasaan informasi.Atas setiap sumber daya yang dimiliki organisasi dilakukan penilaian resiko kehilangan dan resiko penurunan.seperti kas dan simpanan di bank.

(4) Risk assessment (Penilaian resiko)

Komponen ini menilai sejauhmana dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood (kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari terealisirnya resiko). Penilaian resiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu qualitative techniques dan quantitative techniques. Qualitative techniques menggunakan beberapa tools seperti self-assessment (low, medium, high), questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara itu, quantitative techniques data berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti probability based, non-probabilistic models (optimalkan hanya asumsi consequence), dan benchmarking.

(5) Risk response (Sikap atas resiko)

Organisasi harus menentukan sikap atas hasil penilaian resiko.Risk response dari organisasi dapat berupa, avoidance yaitu dihentikannya aktivitas atau pelayanan yang menyebabkan resiko, reduction yaitu mengambil langkah-langkah mengurangi likelihood atau impact dari resiko, sharing yaitu mengalihkan atau menanggung bersama resiko atau sebagian dari resiko dengan pihak lain,

(43)

acceptance yaitu menerima resiko yang terjadi (biasanya resiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.

(6) Control activities (Aktifitas-aktifitas pengendalian)

Komponen ini berperanan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan prosedur-prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi, integritas dan nilai etika, kompetensi, kebijakan dan praktik-praktik SDM, budaya organisasi, filosofi dan gaya kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, serta wewenang dan tanggung jawab.

Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan jenis dan aktifitas pengendalian.Terdapat beberapa jenis pengendalian, diantaranya adalah preventive, detective, corrective, dan directive.Sementara aktifitas pengendalian berupa, pembuatan kebijakan dan prosedur, pengamanan kekayaan organisasi, delegasi wewenang dan pemisahan fungsi, serta supervisi atasan.Aktifitas pengendalian hendaknya terintegrasi dengan manajemen resiko sehingga pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal.

(7) Information and communication (Informasi dan komunikasi)

Fokus dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai.Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi.Informasi yang disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin disampaikan, dan kualitas informasi dapat dipilah menjadi: appropriate, timely, current , accurate, dan accessible. Arah komunikasi dapat bersifat internal dan eksternal.Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya manual, memo, buletin, dan pesan-pesan melalui media elektronik.

(8) Monitoring

Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus (ongoing) maupun terpisah (separate evaluation).Aktifitas monitoringongoing tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin lainnya.Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu.Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan. Pada proses monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan). Kendala ini

(44)

22 timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.

2.7. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah struktur, tanggung jawab, praktik dan prosedur sumber daya perusahaan untuk menerapakan manajemen keselamatan kerja (ILO 1998). definisi SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perncanaan, tanggumg jawab, pelaksanaan, penerapan, pencapain, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, untuk mencapai tempat kerja yang aman, efesien dan produktif.

Menurut Suardi (2005) terdapat tujuan dan manfaat dari penerapan SMK3 yaitu : 1. Sebagaia alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya, baik untuk semua para pekerja-pekerja proyek konstruksi.

2. Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja, memelihara dan meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efesiensi dan daya produktivitas tenaga manusisa, memberantas kecelakaan kerja dan melipatgandakan gairah serta kenikmatan bekerja.

Adapun manfaat dari penerapan SMK3 yaitu ; 1. Melindungi karyawan.

2. Melihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang. 3. Mengurangi biaya.

4. Membuat sistem manajemen yang efektif.

5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan.

Dengan demikian disimpulkan bahwa pengertian sistem adalah suatu proses dari gabungan berbagai komponen / bagian / elemen yang saling berhubungan dan saling ketergantungan satu sama lain yang di pengaruhi aspek lingkungan untuk mencapai tujuan yang di inginkan (Tarore dan Mandagi) (2003)

Manajemen merupakan suatu ilmu tentang pengetahuan seni memimpin organisasi yang terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan efesien( Abra Husein, 2008)

(45)

2.7.1. Tujuan Diterapkannya Manajemen Risiko Di Tempat Kerja

Manajemen risiko kesehatan di tempat kerja mempunyai tujuan meminimalkan kerugian akibat kecelakaan dan sakit, meningkatkan kesempatan/peluang untuk meningkatkan produksi melalui suasana kerja yang aman, sehat dan nyaman, memotong mata rantai kejadian kerugian akibat kegagalan.Tindakan manajemen resiko diambil oleh para praktisi untuk merespon bermacam-macam resiko.Responden melakukan dua macam tindakan manajemen resiko yaitu mencegah dan memperbaiki.

Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer resiko pada tahap awal proyek konstruksi.Sedangkan tindakan memperbaiki adalah untuk mengurangi efek-efek ketika resiko terjadi atau ketika resiko harus diambil.

Manajemen resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah resiko dan menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan dampak yang ditimbulkan.

2.7.2. Manfaat Diterapkannya Manajemen Risiko

Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen resiko antara lain:

1. Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah - masalah yang rumit.

2. Memudahkan estimasi biaya.

3. Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusanyang dihasilkan dalam cara yang benar.

4. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.

5. Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah.

6. Meningkatkan pendekatan sistematis dan logika untuk membuat keputusan. 7. Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.

(46)

24 2.8. KOMPONEN UTAMA MANAJEMEN RISIKO

Komponen utama manajemen risiko kesehatan dalam kesehatan kerja adalah penilaian risiko , surveilans kesehatan , dan pencatatan .Di dalam komponen penilaian risiko , terdapat unsur tahapan yang meliputi Identifikasi bahaya,

Penilaian dosis/intensitas efek, dan karakterisasi risiko.Untuk dapat melakukan karakterisasi risiko perlu diketahui status kesehatan pekerja dan penilaian

pajanan.Di dalam komponen surveilans kesehatan tercakup unsur surveilans medis dan pemantauan biologis.

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. PENGERTIAN METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari tentang metode-metode ilmiah dan jenisnya sampai batasan-batasan dari metode-metode ilmiah tersebut.penelitian adalah suatu usaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan melalui bukti-bukti berupa fakta dengan prosedur atau tata cara kerja ilmiah yang kritis dan terkendali.adapun fungsi penelitian tersebut,yaitu :

a. Sistematis, apabila penelitian dilaksanakan menurut pola tetentu, dari yang paling sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.

b. Berencana, apabila penelitian dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelumya sudah difikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.

c. Mengikuti konsep ilmiah, apabila mulai dariawalsampai akhirkegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip memperoleh ilmu pengetahuan.

3.2. METODE PENGUMPULAN DATA

Data-data yang dari digunakan untuk menyusun penulisan penelitian ini diperoleh dari beberapa survey yang telah dilakukan. Survey lapangan ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung permasalahan dan kendala yang sedang terjadi di lapangan. Dengan survey lapangan tersebut dapat mengetahui data secara valid dan terbaru sesuai dengan keadaan valid dan yang ada di lapangan. Survey dilakukan dalam dua tahap, yaitu survey pendahuluan dan survey utama. Adapun tahapan dalam studi ini meliputi : tahap inventarisasi permasalahan dan kebutuhan data. Metode pengumpulan data, analisis dan pengolahan data, dan penyusunan laporan.

(48)

3.3 DIAGRAM ALUR PENELITIAN

Nomer gambar 3.1

Gambar Diagram Alur Metode Penelitian

Penelitian mempunyai tujuan agar kegiatan penelitian tidak lepas dari kerangka tujuan yaitu pemecahan permasalahan. Penelitian juga harus terencana dengan baik mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai dengan penyelesaian laporan dengan mengikuti metodologi yang benar. Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Rumusan Masalah

Tinjauan Pustaka dan Landasan

Pembuatan Kuisioner

Penyebaran

Penarikan Kuesioner

Analisa Data

Pembahasan Analisa Resiko SMK3

Kesimpulan dan Saran Analisa peringkat

Selesai

(49)

3.4. LOKASI PENELITIAN

Penelitian hanya dilakukan dari Sta 375+000 s/d 414+300 berada di kabupaten batang

3.5. JENIS PENELITIAN

Pada metodologi ini hanya dilakukan dua jenis penelitian, yaitu : 1. Studi Kepustakaan

Dalam studi ini dikumpulkan referensi tentang hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana proses dan pelaksanaan dari manajemen waktu proyek konstruksi yang baik dari berbagai sumber antara lain : literatur baik buku maupun jurnal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar teori yang menunjang penelitian. Selain itu, studi pustaka dibuat sebagai dasar pembuatan daftar pertanyaan wawancara.

2. Studi Lapangan

Pengamatan lapangan informal ini berupa studi kasus pada proyek yaitu wawancara langsung dengan staff diproyek yang mengerti dan terlibat langsung mulai dari awal sampai akhir proyek berjalan.

3.5. SUMBER DATA

Sumber data terbagi menjadi : Data Primer dan Data Sekunder 3.5.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari narasumber. Data primer yang dibutuhkan yaitu pendapat dari pihak kontraktor dan konsultan pengawas tentang faktor-faktor tentang analisa sistem manajemen K3 serta solusinya pada pekerjaan Jalan Tol di batang -Semarang. Pada penelitian ini data-data tersebut diperoleh daengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara

Digunakan untuk melakukan studi pendahuluan tentang permasalahan yang akan diteliti. Yang perlu diperhatikan dalam wawancara ini adalah bahwa responden adalah orang yang paling tahu tentang permasalahan yang berprofesi sebagai pakar ahli. Pakar adalah orang yang mempunyai pengetahuan ataupun kemampuan luas dalam dalam bidang tertentu. Serta dianggap sebagai sumber terpercaya.

(50)

b. Kuisioner

Digunakan untuk mencari data dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden dengan jumlah 35, yaitu 20 responden dengan cara bertemu langsung kemudian memberikan pilihan jawaban yang telah tersedia, dan tinggal memilih jawaban yang tersedia. Untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, maka kesungguhan ketulusan, dan keseriusan responden menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian ini.

3.5.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari kepustakaan, yang meliputi jurnal-jurnal buku-buku yang berkaitan dengan pokok permasalahan yaitu menganalisa resiko penerapan sistem manajemen K3 pada pelaksanaan jembatan.

3.6. PERLENGKAPAN SURVEI

Perlengkapan survei yang digunakan adalah :

1. Alat-alat tulis ; misal : kertas, balpoint, pensil, formulir survei, dll. 2. Logistik : makanan ringan (snack) dan minumam berenergi. 3. Alat-alat penunjang lain.

3.7. WAKTU SURVEI

Waktu yang digunakan pada survei ini dilakukan pada saat-saat tertentu seperti saat waktu pekerja beristirahat dan tanggapan warga sekitar dengan adanya pembangunan tersebut dengan penelitian waktu yang dapat mewakili dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan kamis.

3.8. CARA PENGUMPULAN DATA

Cara pengumpulan data merupakan bagian dari desain riset yang bermanfaat untuk analisis pengujian hipotesis dan solusi. Pengumpulan data pada tugas akhir ini adalah dengan cara kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini adalah dengan tipe kuesioner pilihan, karena kemudahanya dalam memberikan jawaban dan jauh lebih singkat waktunya.

Kuesioner disebarkan langsung kepada responden. Disini pertanyaan dibagi, yaitu data umum, serta tanggapan mengenai identifikasi penyebab terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek responden dalam hal ini adalah pakar ahli. Setelah itu jawaban dari responden akan diolah dalam bentuk data.

(51)

3.9. PENYUSUNAN KUISIONER

Tujuan dari kuisioner adalah untuk mengidentifikasi dan menentukan urutan ranking dari masing-masing bagian pertanyaan. Prosedur yang digunakan dalam penyusunan kuisioner untuk mendapatkan data tentang menganalisa resiko penerapan sistem manajemen K3 pada pelaksanaan jembatan dan jalan Tol Batang - Semarang adalah :

a. Mencari topik yang berhubungan dengan menganalisa resiko penerapan sistem manajemen K3.

b. Merekap data dari responden yang dibutuhkan untuk penelitian. c. Menyusun dan mengolah data dengan program Excel.

3.10. METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

Proses analisis data dimulai dengan mengumpulkan seluruh data yang telah berhasil dari responden. Setelah dibaca, dipelajari maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisa data sebagai berikut:

a. Menyelesaikan data yang diperoleh kemudian diperiksa kelengkapan dan keabsahan dari jawaban.

b. Mengelompokan aneka ragam jawaban dari kuisioner menurut variabel yang diteliti

c. Menyusun data tabel yang menunjukan ranking.

d. Meranking analisaresiko penerapan SMK3 berdasarkan hasil kuisioner. e. Pemberian nilai atas jawaban kuisioner untuk dipergunakan dalam

analisa data.

3.11. METODE PENYUSUNAN DATA

Setelah nilai mean dan rangking diketahui, kemudian kita menentukan range untuk mengelompokan masing-masing variabel, dengan meberi 4 pilihan sesuai dengan tingkat kepentingan dan untuk kepentingan dilapangan.

Cara penyusunan data adalah dengan cara menarik kesimpulan berdasarkan analisis data yang telah dilakukan yang termasuk kategori analisa resiko penerapan sistem manajemen K3 pada pelaksanaan pembangunan jembatan dengan menentukan interval yang setuju sampai yang tidak setuju dengan melihat kriteria skor hasil analisa.

Nilai 4 : Sangat Berpengaruh ( SB ) Nilai 2 : Kurang Berpengaruh ( KB ) Nilai 3 : Berpengaruh ( B ) Nilai 1 : Tidak Berpengaruh ( TB )

(52)

BAB IV

ANALISA DATA

4.1. ANALISIS DESKRITIF RESPONDEN

Analisis mengenai pengolahan data yang digunakan untuk memberi gambaran dari hasil jawaban yang diberikan oleh responden.

Dalam laporan tugas akhir yang berjudul “MANAJEMEN RISIKO KERJA ( STUDI KASUS JEMBATAN KALI KUTO)” dengan melakukan metode kuisioner untuk tugas akhir ini menetapkan owner, konsultan dan kontraktor pada proyek yang berada di wilayah weleri sebagai responden dengan permasalahan manajemen risko kerja pada studi kasus jembatan kali kuto.

Dari sejumlah 25 eksemplar kuisioner yang disebarkan kepada responden, diperoleh jawaban dari responden yang diminta partisipsinya untuk pengisian kuisioner penelitian ini.

4.1.1. Pekerjaan Responden

Tabel 4.1.1 Pekerjaan Responden

Pekerjaan Responden Jumlah Persentase (%)

Konsultan 15 43%

Kontraktor 20 57%

Sumber : Hasil Kuisioner

Gambar 4.1.1 Diagram pekerjaan responden 0 10 20 30 40 50 60 70 80 konsultan kontraktor

(53)

Pada tabel 4.1.1 menunjukan pekerjaan para responden terbanyak yang mengisi kuisioner adalah kontraktor dengan persentase sebanyak 75% lalu di ikuti konsultan sebesar 25%.

4.1.2. Pengalaman Responden bekerja dalam Proyek

Tabel 4.1.2 Pengalaman Responden bekerja dalam proyek

Pengalaman responden jumlah Persentase (%)

1 – 5 tahun 10 orang 29

>5 tahun 25 orang 71

Sumber : Hasil Kuisioner

Gambar 4.2 Diagram Pengalaman Responden bekerja dalam proyek Pada tabel 4.1.2 terlihat bahwa responden yang ikut berpartisipasi dalam pengisian kuisioner lebih banyak pekerja yang sudah bekerja >5 tahun dengan persentase sebanyak 71% dan pekerja yang sudah bekerja 1-5 tahun sebanyak 29% Pengalaman Responden bekerja dalam Proyek

4.1.3. Pendidikan Terakhir Responden

Tabel 4.1.3 Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase

(%) SLTA / sederajat 2 6% S1 30 85% S2 3 9% S3 0 0% Lainnya 0 0% TOTAL 35 100

Sumber : Hasil Kuisioner 0 20 40 60 80 1 - 5 tahun > 5 tahun persentase (%)

(54)

Gambar 4.1.3 Diagram Pendidikan Terakhir Responden

Pada tabel 4.1.3 menunjukan pendidikan responden terbanyak adalah S1 dengan persentase sebanyak 85 % kemudian diikuti pendidikan responden S2 dengan persentase sebesar 9 %, dan % kemudian diikuti pendidikan responden SMA/SMK dengan persentase sebesar 6 %.

4.1.3. Jabatan Responden

Tabel 4.1.4 jabatan responden

Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase (%)

Project manager 3 9% Site Manager 4 11% Site enginner 6 18% Supervisior 22 62% Lainnya 0 0% TOTAL 35 100

Sumber : Hasil Kuisioner

Gambar 4.1.4 Diagram jabatan responden 0 20 40 60 80 100 SLTA S1 S2 S3 Lainnya Series 3 0 20 40 60 80 Project

manager Site Manager Site enginner Supervisior Lainnya

(55)

Pada tabel 4.1.4 menunjukan jabatan responden terbanyak adalah Supervisior dengan persentase sebanyak 62 % kemudian diikuti pendidikan responden Site enginner dengan persentase sebesar 18%, kemudian diikuti pendidikan responden Site Manager dengan persentase sebesar 11%, dan kemudian diikuti pendidikan responden Project manager dengan persentase sebesar 9%.

4.1.5. Usia anda pada saat ini

Tabel 4.1.5 Usia anda pada saat ini

Usia Jumlah Persentase (%)

< 20 tahun 3 9%

20 – 50 tahun 32 91%

>50 tahun 0 0%

TOTAL 35 100

Sumber : Hasil Kuisioner

Gambar 4.1.5 Usia anda pada saat ini

Pada tabel 4.1.5 menunjukan usia pada responden terbanyak dengan persentase sebanyak 91% dengan umur rata-rata 20–25 tahun.

0 20 40 60 80 100

< 20 tahun 20 – 50 tahun >50 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Setiap proyek konstruksi memiliki rencana jadwal kegiatan dan rencana pembiayaan proyek yang dibuat pada saat proses pekerjaan di lapangan berjalan, tujuan dari

Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu sumber pelaksanaan yang paling penting karena SDM merupakan penunjang keberhasilan dalam pelaksanaan suatu kegiatan.

INTI (Persero), apakah sistem pengendalian yang dijalankan memiliki pengaruh yang penting terhadap pencapaian produktivitas tenaga kerja.. Sistem pengendalian yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian biaya dan waktu terhadap suatu proyek konstruksi pada tahap pelaksanaan berdasarkan varians biaya dan

Proses penerimaan material merupakan bagian yang sangat penting dalam manajemen material pada proyek konstruksi jembatan Merian ini, karena proses ini merupakan

Akibat hentakan kendaraan berat dan keadaan tanah berupa tambak, jembatan kali Tenggang mengalami kerusakan pada salah satu struktur kaki seribu (sebelah timur) berupa keretakkan

Berdasarkan informasi yang didapat oleh peneliti pada saat melakukan penelitian melalui wawancara, maka diperoleh hasil bahwa mekanisme pengendalian biaya tenaga kerja

Salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal dan cara pemberian pakan yang