• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN VARIASI MODEL ALAT PEMUNGUT SAMPAH TERHADAP FREKUENSI MEMUNGUT SAMPAH MURID TK KUDUP SARI DI SIDOLUHUR, GODEAN, SLEMAN, TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERIAN VARIASI MODEL ALAT PEMUNGUT SAMPAH TERHADAP FREKUENSI MEMUNGUT SAMPAH MURID TK KUDUP SARI DI SIDOLUHUR, GODEAN, SLEMAN, TAHUN 2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

2015).

5. Ulfah, N. Harwanti, S. Nurcahyo, P. J., 2014. Sikap kerja dan risiko mus-culoskeletal disorders pada pekerja laundry, Jurnal Kesehatan

Masyara-kat, hal. 313–318 (http://

Jurnalkes-mas.ui.ac.id/index.php/kesmas/ arti-cle /view /371).

6. Wibowo, H., 2013. Studi Ergonomi

tenang Keluhan-Keluhan Fisik yang Dialami Karyawan di Unit Perpusta-kaan Fakultas Kedokteran Univer-sitas Gadjah Mada Yogyakarta,

Program Ilmu Perpustakaan dan Fa-kultas Adab dan Ilmu Budaya Uni-versitas Islam Negeri Sunan Kali-jaga ( http://diglib.uin.saka.ac.id/ide-print/8889.downdload.portalgaruda. org/article. php?article=131645 7. Tarwaka. 2011. Ergonomi Industri,

Dasar-dasar Pengetahuan Ergono-mi dan Implementasi K3 di Tempat Kerja, Harapan Press, Surakarta.

8. Astutik, S. S., 2015. Hubungan an-tara desain kursi kerja dengan ke-luhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian penenun di CV Pirsa Art Pekalongan, Unnes Journal Of

Public Health, hal. 61–68 (http://

journal. unnes. ac.id/sju/index.php/ ujph, diakses 21 Januari 2016).

9. Dinata, K. I. M., Adiputra, N, dan Adi atmaka, I. P. G., 2015. Alternating sitting-standing posture decrease fatigue, musculoskeletal complaint and increase productivity of ironing women worker in household, The

Indonesian Journal of Ergonomic,

hal.30-40 (http://ojs. unud.ac.id/in-dex.php/jei/article/view/120262015, diakses 10 Desember 2015).

10. Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta

Jakarta.

11. Iridiastadi, H., 2014. Ergonomi

Su-atu Pengantar, PT. Remaja

Rosda-karya, Bandung.

12. Suma’mur, 2009. Hygiene

Perusa-haan dan Kesehatan Kerja (Hiper-kes), CV. Sagung Seto, Jakarta.

13. Asmari, T. N., 2014. Pengaruh

Pe-nggunaan Kursi Ergonomis terha-dap Tingkat Kelelahan dan

Produk-tivitas Kerja pada Industri Pembuat-an Bulu Mata Palsu Desa Gading Playen Gunung Kidul, Jurusan

sehatan Lingkungan Poltekkes Ke-menkes Yogyakarta.

14. Susihono, W., Prasetyo, W., 2012. Perbaikan postur kerja untuk me-ngurangi keluhan musculoskeletal dengan pendekatan Metode Owas,

Jurnal Teknik Industri, hal.1-13 (http:

//journal.uad.ac.id, diakses 4 De-sember 2015.

15. Purnomo, H., Manuaba, A., Adiputra N., 2007. Sistem kerja dengan pen-dekatan ergonomi total mengurangi keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan beban kerja serta meningkatkan produktivitas pekerja industri gera-bah di Kasongan, Bantul,

Indone-sian Journal Biomedical of Science,

hal.1-12 (http://ojs.unud.ac.id /index/ php/ijbs/article /view/3659, diakses 7 Januari 2016).

16. Siswiyanti., Perancangan meja kursi ergonomis pada pembatik tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal, Jurnal Ilmiah Teknik Industri

Universitas Pancasakti Tegal, hal.

179-191 (http://journals.ums.ac.id/in-dex.php/jiti/article/view/6442013, di-akses 10 Desember 2015).

17. Koesyanto, H., 2013. Masa kerja dan sikap kerja duduk terhadap nyeri punggung, Jurnal Kesehatan

Ma-syarakat, hal. 9-14

(http://journal.un-nes.ac.id/ nju/index.php/kesmas). 18. Rahmawati, Y. 2011. Sikap kerja

du-duk terhadap cummulative trauma disorders, Jurnal Kesehatan

Masya-rakat, hal. 7-13.

19. Helmi, Z. N., 2013. Bahan Ajar

Gangguan Musculoskeletal,

Pener-bit Salemba, Bandung.

20. Susetyo, J., Oes, T. I., Indonesiani, S. H., 2008. Prevalensi keluhan su-byektif atau kelelahan karena sikap kerja yang tidak ergonomis pada pengrajin perak, Jurnal Teknik

In-dustri IST AKPRIND, hal. 141-149

(http:// jurtek.akprind.ac.id/sites/de-fault/files/141_149_joko_s.pdf, diak-ses 9 Juni 2016).

PEMBERIAN VARIASI MODEL ALAT PEMUNGUT SAMPAH

TERHADAP FREKUENSI MEMUNGUT SAMPAH

MURID TK KUDUP SARI DI SIDOLUHUR, GODEAN, SLEMAN, TAHUN 2016

Jati Khairudin*, Adib Suyanto**, Sigid Sudaryanto**

* JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl. Tatabumi 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY 55293 email: jatikhairudin@gmail.com

** JKL Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Abstract

Waste management can involve the entire community, including children. The involvement of very young children is a good first step for them to learn how to handle waste and to be respon-sible for caring the environment. The average age of Kudup Sari Kindergarten’s students, which is located in Sidoluhur, Godean, Sleman, is 6 years old. Children at this age are in the stage of imitating and receiving new knowledge easily. Therefore, it is expected that the children can easily apply the new received knowledge. This study was aimed to reveal the most preferred model of trash picking device among kindergarten children by conducting a quasi experiment which employed post-test only design. The population and sample of the study were all 41 stu-dents in the Class B of Kudup Sari Kindergarten. The observation was held in 10 times to ob-serve the number of children who pick the trash up that using the two picking models. Des-criptively, the difference of frequency average of trash picking is obvious, i.e. 4 times with the piercing model against 37 times with the clipping model. The result of independent t-test at 95 % level of confidence confirmed the difference since the obtained p-value that was smaller than 0,001, showing a significant disparity between the two averages. Therefore, this study shows that the clipping model is much more preferred by Kudup Sari Kindergarten students to pick trash than the piercing one.

Keywords : trash picking device model, trash picking frequency, kindergarten students

Intisari

Penanganan sampah dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat, termasuk anak-anak. Melibatkan anak usia dini merupakan langkah awal yang baik untuk pembelajaran penanganan sampah agar peduli terhadap lingkungan. Murid TK Kudup Sari rata-rata berusia 6 tahun, yaitu. usia yang berada dalam tahap meniru dan mudah menerima ilmu pengetahuan baru, sehingga diharapkan mereka lebih mudah untuk mengaplikasikan pembelajaran yang diperoleh. Studi ini bertujuan untuk mengetahui model alat pemungut sampah yang paling disukai murid TK me-lalui penelitian yang bersifat kuasi eksperimen dengan desain penelitian post-test only. Popu-lasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh 41 orang murid Kelas B TK Kudup Sari yang terle-tak di Sidoluhur, Godean, Sleman. Pengamatan dilakukan sebanyak 10 kali ulangan dan dila-kukan dengan cara mengamati jumlah anak yang memungut sampah dengan menggunakan dua model alat pemungut yang disediakan. Secara deskriptif terlihat jelas perbedaan rerata fre-kuensi memungut sampah yang dilakukan oleh siswa TK, yaitu empat kali menggunakan model alat tusuk dan 37 kali menggunakan model alat penjepit. Hasil uji t-test bebas pada derajat ke-percayaan 95 % mengkonfirmasi hal tersebut karena nilai p yang dihasilkan lebih kecil dari 0,001 sehingga perbedaan tersebut sangat signifikan, di mana alat pemungut sampah model penjepit jauh lebih disukai dibandingkan alat pemungut sampah model tusuk.

Kata Kunci : model alat pemungut sampah, frekuensi memungut sampah,

murid taman kanak-kanak PENDAHULUAN

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 ten-tang Pengelolaan Sampah, dinyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan se-hari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan

ba-han asalnya sampah dapat dibagi men-jadi dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik 1).

Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, berbanding lu-rus dengan pertambahan jumlah sam-pah. Selain itu, pola konsumsi

(2)

masyara-kat, peningkatan kemampuan produksi, dan kegiatan pemasaran turut menye-babkan tingginya timbulan sampah. Ber-bagai kegiatan tersebut memberi kontri-busi dalam menghasilkan jenis sampah yang semakin beragam, seperti sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam 2).

Sampah merupakan salah satu ma-salah lingkungan yang belum dapat dita-ngani dengan baik, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Sam-pah yang tidak dikelola dengan baik da-pat menurunkan etika dan estetika ling-kungan, menimbulkan bau tidak sedap, serta berperan sebagai tempat berkem-bangnya berbagai bibit penyakit 3).

Menurut UU Nomor 18 di atas, sam-pah telah menjadi permasalahan nasio-nal, sehingga pengelolaannya perlu di-lakukan secara komprehensif dan ter-padu dari hulu ke hilir supaya memberi-kan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masya-rakat 1).

Berbagai langkah untuk menangani sampah telah dilakukan, dari mulai me-ngurangi, memungut, memilah, menggu-nakan kembali sampai dengan mendaur ulang. Semua langkah tersebut telah ba-nyak disosialisasikan kepada masyara-kat, namun belum memberikan hasil yang optimal. Kepedulian masyarakat terhadap sampah masih sangat kurang.

Permasalahan sampah di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta, tidak ha-nya menjadi tanggung-jawab pemerintah saja, tetapi masyarakat juga memiliki tanggung-jawab dalam pengelolaannya. Permasalahan sampah di masyarakat bukanlah masalah yang kecil, sebab jika tidak dikelola dengan baik akan menim-bulkan permasalahan baru. Menurut Ka-Subdin Pembersihan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta, masyara-kat hendaknya sejak dari lingkungan ru-mah tangga sudah melakukan pemilah-an jenis sampah 4).

Salah satu upaya untuk menangani sampah adalah memungut sampah yang berceceran. Murid taman kanak-kanak (TK) yang rata-rata berusia lima sampai

enam tahun merupakan awal yang baik untuk membiasakan mereka memungut sampah. Perioda umur ini merupakan masa yang menunjukkan bahwa ber-main dengan ber-mainan menunjukkan pun-caknya.

Usia dua sampai enam tahun dibut juga usia pra-sekolah yaitu usia se-belum anak memasuki sekolah dasar yang memiliki kesukaan terhadap alat yang dapat dipergunakan untuk belajar dan bermain. Selain itu, usia ini juga di-sebut sebagai usia kreatif, karena pada masa ini anak-anak lebih menunjukkan kreatifitas dalam bermain dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidup-annya 5).

Berdasarkan wawancara dengan guru Kelas B TK Kudup Sari yang ter-letak di Kecamatan Godean pada tang-gal 18 Januari 2016, diperoleh informasi jumlah murid di TK tersebut adalah se-banyak 68 orang yang terbagi dalam 3 kelas, yaitu satu Kelas A dengan 27 mu-rid dan 2 kelas B, masing-masing de-ngan 20 murid dan 21 murid.

Murid TK Kudup Sari yang berada di Kelas B rata-rata berusia 6 tahun dan sudah diperkenalkan dengan sampah dan aktivitas memungut sampah pada mata pelajaran tematik lingkungan. Sam-pah yang paling banyak ditemui di ling-kungan TK tersebut adalah daun dan bungkus jajanan. Sampah tersebut ba-nyak berserakan di lingkungan sekolah pada saat jam istirahat dan pulang se-kolah.

Pada penelitian sebelumnya yang hampir serupa dengan penelitian ini, de-ngan hasil penelitian berupa frekuensi, ketepatan, dan kesukaan responden membuang sampah di tempat sampah, penelitian tersebut belum meneliti apa-kah sampah yang dibuang adalah sam-pah timbulan responden sendiri atau dari hasil memungut sampah di lingkungan.

Karena pembiasaan memilah dan membuang sampah pada tempat sam-pah sudah dilakukan, maka peneliti ter-tarik untuk melakukan pembiasaan me-mungut sampah dengan cara memberi-kan alat pemungut sampah kepada mu-rid TK dan mengukur tingkat kesukaan

(3)

kat, peningkatan kemampuan produksi, dan kegiatan pemasaran turut menye-babkan tingginya timbulan sampah. Ber-bagai kegiatan tersebut memberi kontri-busi dalam menghasilkan jenis sampah yang semakin beragam, seperti sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam 2).

Sampah merupakan salah satu ma-salah lingkungan yang belum dapat dita-ngani dengan baik, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Sam-pah yang tidak dikelola dengan baik da-pat menurunkan etika dan estetika ling-kungan, menimbulkan bau tidak sedap, serta berperan sebagai tempat berkem-bangnya berbagai bibit penyakit 3).

Menurut UU Nomor 18 di atas, sam-pah telah menjadi permasalahan nasio-nal, sehingga pengelolaannya perlu di-lakukan secara komprehensif dan ter-padu dari hulu ke hilir supaya memberi-kan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masya-rakat 1).

Berbagai langkah untuk menangani sampah telah dilakukan, dari mulai me-ngurangi, memungut, memilah, menggu-nakan kembali sampai dengan mendaur ulang. Semua langkah tersebut telah ba-nyak disosialisasikan kepada masyara-kat, namun belum memberikan hasil yang optimal. Kepedulian masyarakat terhadap sampah masih sangat kurang.

Permasalahan sampah di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta, tidak ha-nya menjadi tanggung-jawab pemerintah saja, tetapi masyarakat juga memiliki tanggung-jawab dalam pengelolaannya. Permasalahan sampah di masyarakat bukanlah masalah yang kecil, sebab jika tidak dikelola dengan baik akan menim-bulkan permasalahan baru. Menurut Ka-Subdin Pembersihan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta, masyara-kat hendaknya sejak dari lingkungan ru-mah tangga sudah melakukan pemilah-an jenis sampah 4).

Salah satu upaya untuk menangani sampah adalah memungut sampah yang berceceran. Murid taman kanak-kanak (TK) yang rata-rata berusia lima sampai

enam tahun merupakan awal yang baik untuk membiasakan mereka memungut sampah. Perioda umur ini merupakan masa yang menunjukkan bahwa ber-main dengan ber-mainan menunjukkan pun-caknya.

Usia dua sampai enam tahun dibut juga usia pra-sekolah yaitu usia se-belum anak memasuki sekolah dasar yang memiliki kesukaan terhadap alat yang dapat dipergunakan untuk belajar dan bermain. Selain itu, usia ini juga di-sebut sebagai usia kreatif, karena pada masa ini anak-anak lebih menunjukkan kreatifitas dalam bermain dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidup-annya 5).

Berdasarkan wawancara dengan guru Kelas B TK Kudup Sari yang ter-letak di Kecamatan Godean pada tang-gal 18 Januari 2016, diperoleh informasi jumlah murid di TK tersebut adalah se-banyak 68 orang yang terbagi dalam 3 kelas, yaitu satu Kelas A dengan 27 mu-rid dan 2 kelas B, masing-masing de-ngan 20 murid dan 21 murid.

Murid TK Kudup Sari yang berada di Kelas B rata-rata berusia 6 tahun dan sudah diperkenalkan dengan sampah dan aktivitas memungut sampah pada mata pelajaran tematik lingkungan. Sam-pah yang paling banyak ditemui di ling-kungan TK tersebut adalah daun dan bungkus jajanan. Sampah tersebut ba-nyak berserakan di lingkungan sekolah pada saat jam istirahat dan pulang se-kolah.

Pada penelitian sebelumnya yang hampir serupa dengan penelitian ini, de-ngan hasil penelitian berupa frekuensi, ketepatan, dan kesukaan responden membuang sampah di tempat sampah, penelitian tersebut belum meneliti apa-kah sampah yang dibuang adalah sam-pah timbulan responden sendiri atau dari hasil memungut sampah di lingkungan.

Karena pembiasaan memilah dan membuang sampah pada tempat sam-pah sudah dilakukan, maka peneliti ter-tarik untuk melakukan pembiasaan me-mungut sampah dengan cara memberi-kan alat pemungut sampah kepada mu-rid TK dan mengukur tingkat kesukaan

mereka terhadap model alat pemungut sampah tertentu.

Peneliti memberikan pelatihan cara penggunaan alat pemungut sampah un-tuk murid TK Kudup Sari, yaitu dengan metoda demonstrasi dan diikuti anak se-cara langsung. Penggunaan metoda de-monstrasi tersebut mengacu pada hasil penelitian yang pernah dilakukan sebe-lumnya bahwa penyuluhan dengan me-toda tersebut lebih baik dalam mening-katkan tindakan (39,83 %) dibandingkan dengan metoda ceramah (27,74 %) 6).

Hasil penelitian tersebut mengisyarat-kan bahwa metoda demonstrasi mem-punyai pengaruh yang bermakna bagi tindakan responden dalam mengelola sampah.

Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, karena sema-kin bertambah umur maka akan semasema-kin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir yang dimiliki.

Dalam penelitian ini responden di-pilih pada rentang usia 5-7 tahun (dido-minasi oleh usia 6 tahun), yaitu semua murid Kelas B TK Kudup Sari. Pemilihan rentang umur tersebut mengacu pada penelitian sebelumnya tentang “Peng-gunaan Permainan ‘Ular Tangga Anak Sehat’ sebagai Media Pembelajaran un-tuk Meningkatkan Pengetahuan Cuci Ta-ngan Pakai Sabun Siswa SD Negeri di Kutoarjo Purworejo”, di mana siswa res-ponden yang dipilih untuk mengukur ke-berhasilan suatu alat sebagai media pembelajaran, perbedaan umurnya tidak terpaut jauh, sehingga masing-masing responden memiliki daya tangkap dan pola pikir yang hampir sama 7).

Berdasarkan latar belakang terse-but, peneliti tertarik untuk membuat alat pemungut sampah dengan dua variasi, yaitu Model Penjepit (Model I) dan Model Tusuk (Model II) untuk murid TK sebagai alternatif media pembelajaran untuk me-nanamkan sifat peduli akan lingkungan dalam bentuk memungut sampah de-ngan tetap menjaga kebersihan tade-ngan mereka. Alat tersebut juga dapat ber-fungsi sebagai mainan untuk model pen-jepit, karena anak dapat mengatur ting-kat kekuatan karet, mengganti karet

se-suai dengan warna yang diinginkan, dan alat ini mudah dirangkai kembali ketika rusak sehingga dapat digunakan juga sebagai media untuk mengasah kete-rampilan motorik dan kreatifitas.

Variasi model alat pemungut sam-pah ini diberikan dengan tujuan agar mu-rid TK mau untuk memungut sampah yang berceceran dengan menggunakan model alat yang disukai namun tetap da-pat menjaga kebersihan tangan mereka.

Setelah pemberian alat ini, peneliti berharap tidak timbul lagi rasa takut ko-tor ketika memungut sampah. Alat ini di-desain untuk memungut sampah yang ri-ngan dan tidak mudah hancur seperti sampah plastik, kertas, daun, atau sam-pah lain yang sesuai dengan kriteria ter-sebut.

METODA

Penelitian yang dilakukan termasuk kuasi eksperimen dengan menggunakan desain post-test only, yang hasilnya di-analisis secara deskriptif dan analitik. Populasi penelitian adalah semua murid Kelas B TK Kudup Sari yang terletak di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman, Provinsi D. I. Yogyakarta yang berjumlah 41 orang. Sebagai sampel penelitian adalah semua murid Kelas B TK ter-sebut yang memungut sampah dengan menggunakan alat yang telah disediakan oleh peneliti.

Variabel bebas yang diteliti adalah dua model alat pemungut sampah yang peneliti buat, yaitu Model Penjepit dan Model Tusuk. Sementara itu, variabel terikat yang diamati adalah frekuensi memungut sampah yang dilakukan de-ngan menggunakan model-model alat pemungut sampah yang telah disiapkan tersebut. Variabel terikat ini diukur mela-lui pengamatan langsung sebanyak 10 kali ulangan dalam waktu yang berbeda.

Data yang diperoleh dari hasil peng-amatan dianalisis secara deskriptif dan inferensial dengan menggunakan pro-gram SPSS for Windows 16.0. Analisis deskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari ma-sing-masing variabel.

(4)

Untuk mengukur kebermaknaan dari perbedaan yang tampak secara des-kriptif, terhadap data selanjutnya dilaku-kan analisis inferensial. Untuk dapat menggunakan uji statistik parametrik

t-test bebas yang sesuai dengan

karak-teristik data yang dikumpulkan dan jenis uji yang dilakukan, terlebih dahulu dila-kukan pemeriksaan normalitas distribusi data dengan menggunakan uji

Kolmogo-rov-Smirnov.

Uji tersebut menghasilkan nilai p yang lebih besar dari batas kritis 0,05 sehingga data penelitian disimpulkan memenuhi asumsi distribusi normal, se-hingga uji t bebas selanjutnya dapat di-gunakan. Uji-uji statistik yang dilakukan tersebut menggunakan derajat keber-maknaan 95 %.

HASIL

Tabel 1.

Pengamatan frekuensi memungut sampah murid TK Kudup Sari

menggunakan model alat pemungut yang disediakan Peng-

amatan ke

Modelalat pemungut sampah

Jumlah Tusuk Penjepit 1 10 31 41 2 10 31 41 3 7 34 41 4 4 37 41 5 3 38 41 6 3 38 41 7 3 38 41 8 0 41 41 9 0 41 41 10 0 41 41 Jumlah 40 370 410 Rerata 4 37 41 % 9,76 90,24 100,0

Murid Kelas B TK Kudup Sari rata-rata berusia enam tahun. Mereka sudah mengetahui apa itu sampah dan sudah dikenalkan mengenai sampah oleh para guru melalui mata pelajaran tematik ling-kungan, sehingga pengetahuan mereka

terhadap sampah dapat diasumsikan ku-rang lebih sama.

Menurut guru Kelas B tersebut, para murid menyukai warna-warna yang ce-rah seperti mece-rah, ungu, kuning, biru, merah muda, oranye dan hijau. Dari war-na-warna tersebut, yang paling disukai dan paling banyak peminatnya adalah kuning dan merah.

Berdasarkan hal itu, peneliti memilih warna cerah merah dan kuning untuk diaplikasikan pada alat pemungut sam-pah yang diteliti dengan motif yang sama pada masing-masing model. Dalam hal ini, peneliti berkeyakinan warna tidak mempengaruhi kesukaan anak terhadap alat pemungut sampah yang terdiri dari dua model.

Data dari hasil sepuluh kali peng-amatan terhadap murid dalam memu-ngut sampah menggunakan dua model alat yang disediakan oleh peneliti, masuk rata-rata dan persentasenya, ter-rangkum dalam Tabel 1. Terlihat bahwa alat pemungut sampah Model Tusuk, se-cara total digunakan sebanyak 40 kali, dengan rerata penggunaan empat kali, atau jika dengan persentase adalah 9,76 %. Sementara itu, alat pemungut sam-pah Model Penjepit, secara keseluruhan digunakan sebanyak 370 kali, dengan rara-rata penggunaan sebanyak 37 kali, atau jika dalam persentase adalah se-besar 90,24 %.

Berdasarkan hasil analisis dengan

t-test bebas, diperoleh nilai p lebih kecil

dari 0,001, yang berarti secara statistik perbedaan frekuensi memungut sampah pada murid TK Kudup Sari, antara peng-gunaan Model Penjepit dan Model Tusuk memang signifikan atau bermakna, di-mana Model Penjepit lebih disukai. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data, se-cara statistik diketahui ada perbedaan frekuensi memungut sampah yang dila-kukan oleh murid TK Kudup Sari antara alat pemungut sampah Model Penjepit dan Model Tusuk.

Frekuensi pemungutan sampah ber-serakan yang dilakukan dengan

(5)

meng-Untuk mengukur kebermaknaan dari perbedaan yang tampak secara des-kriptif, terhadap data selanjutnya dilaku-kan analisis inferensial. Untuk dapat menggunakan uji statistik parametrik

t-test bebas yang sesuai dengan

karak-teristik data yang dikumpulkan dan jenis uji yang dilakukan, terlebih dahulu dila-kukan pemeriksaan normalitas distribusi data dengan menggunakan uji

Kolmogo-rov-Smirnov.

Uji tersebut menghasilkan nilai p yang lebih besar dari batas kritis 0,05 sehingga data penelitian disimpulkan memenuhi asumsi distribusi normal, se-hingga uji t bebas selanjutnya dapat di-gunakan. Uji-uji statistik yang dilakukan tersebut menggunakan derajat keber-maknaan 95 %.

HASIL

Tabel 1.

Pengamatan frekuensi memungut sampah murid TK Kudup Sari

menggunakan model alat pemungut yang disediakan Peng-

amatan ke

Modelalat pemungut sampah

Jumlah Tusuk Penjepit 1 10 31 41 2 10 31 41 3 7 34 41 4 4 37 41 5 3 38 41 6 3 38 41 7 3 38 41 8 0 41 41 9 0 41 41 10 0 41 41 Jumlah 40 370 410 Rerata 4 37 41 % 9,76 90,24 100,0

Murid Kelas B TK Kudup Sari rata-rata berusia enam tahun. Mereka sudah mengetahui apa itu sampah dan sudah dikenalkan mengenai sampah oleh para guru melalui mata pelajaran tematik ling-kungan, sehingga pengetahuan mereka

terhadap sampah dapat diasumsikan ku-rang lebih sama.

Menurut guru Kelas B tersebut, para murid menyukai warna-warna yang ce-rah seperti mece-rah, ungu, kuning, biru, merah muda, oranye dan hijau. Dari war-na-warna tersebut, yang paling disukai dan paling banyak peminatnya adalah kuning dan merah.

Berdasarkan hal itu, peneliti memilih warna cerah merah dan kuning untuk diaplikasikan pada alat pemungut sam-pah yang diteliti dengan motif yang sama pada masing-masing model. Dalam hal ini, peneliti berkeyakinan warna tidak mempengaruhi kesukaan anak terhadap alat pemungut sampah yang terdiri dari dua model.

Data dari hasil sepuluh kali peng-amatan terhadap murid dalam memu-ngut sampah menggunakan dua model alat yang disediakan oleh peneliti, masuk rata-rata dan persentasenya, ter-rangkum dalam Tabel 1. Terlihat bahwa alat pemungut sampah Model Tusuk, se-cara total digunakan sebanyak 40 kali, dengan rerata penggunaan empat kali, atau jika dengan persentase adalah 9,76 %. Sementara itu, alat pemungut sam-pah Model Penjepit, secara keseluruhan digunakan sebanyak 370 kali, dengan rara-rata penggunaan sebanyak 37 kali, atau jika dalam persentase adalah se-besar 90,24 %.

Berdasarkan hasil analisis dengan

t-test bebas, diperoleh nilai p lebih kecil

dari 0,001, yang berarti secara statistik perbedaan frekuensi memungut sampah pada murid TK Kudup Sari, antara peng-gunaan Model Penjepit dan Model Tusuk memang signifikan atau bermakna, di-mana Model Penjepit lebih disukai. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data, se-cara statistik diketahui ada perbedaan frekuensi memungut sampah yang dila-kukan oleh murid TK Kudup Sari antara alat pemungut sampah Model Penjepit dan Model Tusuk.

Frekuensi pemungutan sampah ber-serakan yang dilakukan dengan

meng-gunakan Model Penjepit jauh lebih tinggi dibandingkan dengan frekuensi pemu-ngutan sampah yang dilakukan dengan menggunakan Model Tusuk. Hal terse-but berarti murid-murid lebih suka dan tertarik untuk memungut sampah de-ngan menggunakan Model Penjepit. Te-muan ini menunjukkan adanya peranan dari model alat terhadap penanganan sampah.

Hasil tersebut sesuai dengan hasil dari penelitian yang berjudul “Peranan Gambar pada Tempat Sampah dalam Meningkatkan Frekuensi Membuang Sampah Siswa SDN Tahunan, Kecama-tan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Tahun 2015”, dimana penelitian tersebut me-nyimpulkan bahwa gambar tokoh kartun pada tempat sampah berperan dalam meningkatkan frekuensi membuang sampah yang dilakukan oleh murid-mu-rid di SDN tersebut 8).

Perancangan model alat pemungut sampah oleh peneliti yang dirancang se-cara menarik dan mudah digunakan, ikut serta mempengaruhi frekuensi memu-ngut sampah yang dilakukan anak-anak. Hal ini secara tidak langsung akan mem-biasakan mereka untuk memungut sam-pah yang berserakan di lingkungan se-hingga dapat mengurangi dampak pe-nyakit yang ditimbulkan oleh keberadaan sampah seperti sakit perut, pes, dan ma-laria 9).

Faktor intelegensi berpengaruh pa-da permainan anak. Papa-da setiap usia, anak yang pandai lebih aktif dibanding yang kurang pandai, dan jenis permain-an mereka lebih menunjukkpermain-an kecerdik-an. Semakin bertambahnya usia, anak-anak akan lebih menunjukkan perhatian dalam permainan kecerdasan, dramatik, konstruksi, dan membaca. Anak yang pandai menunjukkan keseimbangan per-hatian bermain yang lebih besar, ter-masuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata 10).

Anak TK yang semula mengguna-kan alat pemungut sampah Model Tusuk mulai mempelajari dan menurut panda-ngan mereka ternyata alat tersebut ku-rang menarik karena ujungnya terbuat dari paku. Mereka mempelajari bahwa

lebih mudah memungut sampah yang berserakan di halaman TK mereka apa-bila menggunakan Model Penjepit kare-na lantai halaman terbuat dari batako yang keras. Anak-anak tersebut yang awalnya menggunakan alat pemungut sampah Model Tusuk kemudian berganti ke Model Penjepit yang lebih mudah di-gunakan.

Permainan anak-anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik ang-gota gerak. Apa saja yang akan dilaku-kan dan waktu bermainnya, bergantung pada perkembangan motorik mereka. Dalam hal ini, pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.

Bermain aktif adalah bermain yang kegembiraannya timbul dari apa yang di-lakukan oleh anak itu sendiri 10). Murid

TK Kudup Sari yang termasuk dalam usia awal masa kanak-kanak bermain aktif dalam menggunakan alat pemungut sampah. Perkembangan dan pengenda-lian motorik yang baik, membuat anak lebih memilih alat pemungut sampah Model Penjepit meskipun pada awalnya ada yang memilih Model Tusuk.

Alat pemungut sampah Model Pen-jepit lebih mendukung dan memberi ru-ang kepada anak-anak untuk bermain aktif. Walaupun mudah digunakan, cara kerja Model Penjepit lebih rumit sehing-ga anak-anak perlu mempelajari sebe-lum menggunakannya.

Alat ini juga memerlukan kekuatan tangan dan konsentrasi ketika akan me-mungut sampah sehingga dapat melatih perkembangan fisik anak. Model Tusuk lebih sederhana penggunaannya, yaitu hanya menusukkan alat ke sampah yang akan diambil. Namun ternyata, anak-anak tidak menyukai karena tidak bisa digunakan untuk bermain secara aktif dan kreatif.

Beberapa faktor tersebut di atas membuat anak lebih memilih Model Pen-jepit, baik yang sejak awal atau yang se-mula memilih Model Tusuk.

Alat pemungut sampah yang dike-mas dengan menarik merupakan suatu bentuk alat bantu media pendidikan ke-sehatan, karena dapat digunakan oleh

(6)

pendidik dalam menyampaikan bahan-bahan pendidikan/pengajaran.

Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai “alat peraga” karena berfungsi membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran 11).

Alat pemungut sampah yang digunakan dalam penelitian ini dapat mengajarkan anak tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan kebersihan diri, khusus-nya dari sampah. Dengan alat peraga ini anak akan lebih mudah dalam merekam ilmu pengetahuan yang diberikan saat pelatihan pengunaan alat tersebut de-ngan metoda demonstrasi dan saat anak menggunakannnya secara langsung pa-da pelaksanaan penelitian.

Semakin banyak indra yang diguna-kan untuk menerima sesuatu informasi maka semakin banyak dan semakin je-las pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk menge-rahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu obyek, sehingga mempermudah persepsi. Benda asli mempunyai inten-sitas yang paling tinggi untuk memper-sepsi bahan pendidikan/pengajaran 11).

Alat pemungut sampah Model Pen-jepit dan Model Tusuk yang diberi warna cerah merupakan hal baru yang mereka kenal di taman kanak-kanak. Alat pemu-ngut sampah ini mampu mencegah ter-jadinya kontak langsung dengan sam-pah. Oleh karena itu, alat pemungut sampah, terutama Model Penjepit, ada-lah solusi yang tepat untuk disediakan di TK Kudup Sari serta pemberian warna cerah pada alat dapat menambah keter-tarikan murid-murid untuk menggunakan alat tersebut.

Sebagaimana sudah dijelaskan, alat pemungut sampah Model Penjepit ter-masuk dalam kategori benda asli yang dapat menarik minat anak TK Kudup Sa-ri untuk memungut sampah dan membe-rikan pembelajaran tentang kepedulian terhadap lingkungan. Pernyataan ini di-dukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa penggunaan benda asli pada kegiatan ceramah, se-cara bermakna mempengaruhi perubah-an pengetahuperubah-an dperubah-an sikap siswa di SDN

Klodangan dan SDN Berbah I Sleman; dan kondisi lingkungan mengenai mem-buang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan jamban 12).

Alat pemungut sampah merupakan alat peraga yang dapat digunakan se-bagai alat bantu pendidikan. Hasil pene-litian ini menunjukkan bahwa alat peraga sangat mempengaruhi peningkatan pe-ngetahuan dan sikap seseorang. Per-nyataan tersebut didukung oleh pene-litian yang berjudul “Penggunaan Media

Smart Card pada Kegiatan Penyuluhan

Pencegahan Penyakit ISPA untuk Siswa SD Negeri di Tegalrejo, Kota Yogyakar-ta”, bahwa penggunaan media

“smart-card” pada kegiatan penyuluhan tentang

pencegahan ISPA bagi siswa SD Negeri di Tegalrejo mempengaruhi peningkatan pengetahuan mereka tentang pencegah-an penyakit ISPA 13).

Model alat pemungut sampah seba-gai alat bantu pendidikan mempengaruhi anak-anak untuk memungut sampah, se-hingga dapat diaplikasikan di sekolah ta-man kanak-kanak supaya para murid mau membiasakan untuk memungut sampah yang berserakan.

Model alat pemungut sampah ini ju-ga dapat diterapkan dan disediakan di instansi pemerintahan, perusahaan, dan tempat-tempat umum seperti stasiun, terminal dan tempat wisata, dengan me-modifikasinya terlebih dahulu disesuai-kan dengan kemudahan penggunaannya di masing-masing lokasi, sehingga akan banyak orang yang dapat menggunakan dan lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dari dua model alat yang disediakan, alat pemungut sampah yang lebih disukai oleh murid TK Kudup Sari adalah alat pemungut sampah mo-del penjepit.

SARAN

Pengelola dan guru-guru di TK Ku-dup Sari disarankan untuk menyediakan

(7)

pendidik dalam menyampaikan bahan-bahan pendidikan/pengajaran.

Alat bantu ini lebih sering disebut sebagai “alat peraga” karena berfungsi membantu dan memperagakan sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran 11).

Alat pemungut sampah yang digunakan dalam penelitian ini dapat mengajarkan anak tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan kebersihan diri, khusus-nya dari sampah. Dengan alat peraga ini anak akan lebih mudah dalam merekam ilmu pengetahuan yang diberikan saat pelatihan pengunaan alat tersebut de-ngan metoda demonstrasi dan saat anak menggunakannnya secara langsung pa-da pelaksanaan penelitian.

Semakin banyak indra yang diguna-kan untuk menerima sesuatu informasi maka semakin banyak dan semakin je-las pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk menge-rahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu obyek, sehingga mempermudah persepsi. Benda asli mempunyai inten-sitas yang paling tinggi untuk memper-sepsi bahan pendidikan/pengajaran 11).

Alat pemungut sampah Model Pen-jepit dan Model Tusuk yang diberi warna cerah merupakan hal baru yang mereka kenal di taman kanak-kanak. Alat pemu-ngut sampah ini mampu mencegah ter-jadinya kontak langsung dengan sam-pah. Oleh karena itu, alat pemungut sampah, terutama Model Penjepit, ada-lah solusi yang tepat untuk disediakan di TK Kudup Sari serta pemberian warna cerah pada alat dapat menambah keter-tarikan murid-murid untuk menggunakan alat tersebut.

Sebagaimana sudah dijelaskan, alat pemungut sampah Model Penjepit ter-masuk dalam kategori benda asli yang dapat menarik minat anak TK Kudup Sa-ri untuk memungut sampah dan membe-rikan pembelajaran tentang kepedulian terhadap lingkungan. Pernyataan ini di-dukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa penggunaan benda asli pada kegiatan ceramah, se-cara bermakna mempengaruhi perubah-an pengetahuperubah-an dperubah-an sikap siswa di SDN

Klodangan dan SDN Berbah I Sleman; dan kondisi lingkungan mengenai mem-buang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan jamban 12).

Alat pemungut sampah merupakan alat peraga yang dapat digunakan se-bagai alat bantu pendidikan. Hasil pene-litian ini menunjukkan bahwa alat peraga sangat mempengaruhi peningkatan pe-ngetahuan dan sikap seseorang. Per-nyataan tersebut didukung oleh pene-litian yang berjudul “Penggunaan Media

Smart Card pada Kegiatan Penyuluhan

Pencegahan Penyakit ISPA untuk Siswa SD Negeri di Tegalrejo, Kota Yogyakar-ta”, bahwa penggunaan media

“smart-card” pada kegiatan penyuluhan tentang

pencegahan ISPA bagi siswa SD Negeri di Tegalrejo mempengaruhi peningkatan pengetahuan mereka tentang pencegah-an penyakit ISPA 13).

Model alat pemungut sampah seba-gai alat bantu pendidikan mempengaruhi anak-anak untuk memungut sampah, se-hingga dapat diaplikasikan di sekolah ta-man kanak-kanak supaya para murid mau membiasakan untuk memungut sampah yang berserakan.

Model alat pemungut sampah ini ju-ga dapat diterapkan dan disediakan di instansi pemerintahan, perusahaan, dan tempat-tempat umum seperti stasiun, terminal dan tempat wisata, dengan me-modifikasinya terlebih dahulu disesuai-kan dengan kemudahan penggunaannya di masing-masing lokasi, sehingga akan banyak orang yang dapat menggunakan dan lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dari dua model alat yang disediakan, alat pemungut sampah yang lebih disukai oleh murid TK Kudup Sari adalah alat pemungut sampah mo-del penjepit.

SARAN

Pengelola dan guru-guru di TK Ku-dup Sari disarankan untuk menyediakan

alat pemungut sampah model penjepit yang disukai anak-anak, sehingga dapat digunakan di sekolah tersebut sebagai media pembelajaran untuk peduli terha-dap lingkungan, khususnya dalam pe-nanganan sampah.

Penelitian lanjutan yang terkait de-ngan penelitian ini, disarankan untuk melakukan pengamatan di dua atau le-bih lokasi penelitian dengan karakteristik lingkungan yang berbeda, sehingga hasil penelitian nantinya dapat diterapkan se-cara umum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, 2008.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pe-ngelolaan Sampah

(http://www.men-lh.go.id/-DATA/UU18-2008.pdf). 2. Zulkifli, A., 2014. Dasar-dasar Ilmu

Lingkungan, Ganiajri, F. (ed),

Salem-ba Teknika, Jakarta (http://www.pe-nerbit salemba.com).

3. Sukandarrumidi, 2009. Rekayasa

Gambut, Briket Batubara, dan Sam-pah Organik, edisi pertama, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta (http://www. gmup.ugm.ac.id).

4. Aji, L., 2014. Pengelolaan Sampah di

Kota Yogyakarta, RRI.co.id. (http:

//www.rri.co.id/ yogyakarta/post/beri-ta/91558/industri/pengelolaan_samp ah_di_kota_ yogyakarta.html, diak-ses 2 Desember 2015).

5. Hurlock, E. B., 1980. Psikologi

Per-kembangan, edisi ke-5, Sijabat, R.

M. (ed), Penerbit Erlangga, Jakarta. 6. Dewi, S. P., Herawati, L. & Ganefati,

S. P., 2015. Pengaruh penyuluhan dengan metoda demonstrasi terha-dap peningkatan pengetahuan dan tindakan pengelolaan sampah ibu-ibu di Desa Cetan, Kecamatan Ce-per, Kabupaten Klaten Tahun 2014.

Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkung-an, 6 (3): hal. 120-126.

7. Hidayati, N., Sudaryanto, S. & Istiqo-mah, S. H., 2014. Penggunaan per-mainan “ular tangga anak sehat” se-bagai media pembelajaran untuk me-ningkatkan pengetahuan cuci tangan pakai sabun siswa SD Negeri di Ku-toarjo Purworejo, Sanitasi Jurnal

Ke-sehatan Lingkungan, 6 (2), hal.

80-86.

8. Junaidi, Suyanto, A. & Sudaryanto, S., 2015. Peranan gambar pada tempat sampah dalam meningkatkan frekuensi membuang sampah siswa SDN Tahunan, Kecamatan Umbul-harjo, Kota Yogyakarta, Tahun 2015,

Sanitasi Jurnal Kesehatan Lingkung-an, 7 (2): hal. 59-63.

9. Sukandarrumidi, 2009. Rekayasa

Gambut, Briket Batubara, dan Sam-pah Organik, edisi pertama, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta (http://www.gm-up.ugm.ac.id).

10. Hurlock, E. B., 1978. Perkembangan

Anak, edisi ke-6, Dhama, A. (ed),

Penerbit Erlangga, Jakarta.

11. Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu

Keseha-tan Masyarakat, edisi ke-2, PT

Ri-neka Cipta, Jakarta:.

12. Arfiyanti, D., Herawati, L. & Hendra-rini, L., 2016. Penggunaan benda asli pada ceramah untuk meningkat-kan pengetahuan, sikap dan kondisi lingkungan di SDN Klodangan dan SDN Berbah I, Sleman, Sanitasi

Jur-nal Kesehatan Lingkungan, 7 (3):

hal. 101-105.

13. Nuzula, S., Istiqomah, S. H. & Hu-sein, A., 2016. Penggunaan media Smart Card pada kegiatan penyu-lu-han pencegapenyu-lu-han penyakit ISPA un-tuk siswa SD Negeri di Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Sanitasi Jurnal

Ke-sehatan Lingkungan, 7 (3):

Referensi

Dokumen terkait

Merujuk hasil dari penelitian Natania, Arifin dan Fanani 2015 tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan di Kantor Pos Besar Kota Malang menunjukkan bahwa

Dengan adanya suatu sistem informasi dapat membantu dalam pengembangan mutu maupun kinerja dari sebuah sekolah. Karena sistem informasi digunakan untuk menampilakan

RINGKASAN AND1

Desain Kebijakan dan Model Pengembangan Sistim Logistik Ikan Nasional di Sulawesi Selatan untuk Mendukung Konektivitas Koridor Sulawesi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan

Hasil Belajar; Mengenal klasifikasi sederhana Hasil Belajar: Dapat mengenal bilangan Hasil Belajar: Dapat mengenal bentuk geometri Hasil Belajar: Dapat memecahkan masalah

Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap sekolah teknologi dan kejuruan harus memiliki laboratorium dan setiap sekolah teknologi dan kejuruan harus memiliki

Industrialisasi di dunia.. b) Industri sekunder/manufaktur yang mencakup: industri pembuat modal (mesin), barang setengah jadi dan alat produksi, dan industri hilir

Perkembangan teknologi PLC dirancang untuk menggantikan relay squensial dalam suatu sistem kontrol yang dapat dikendalikan dan dioperasikan dengan menggunakan program yang