• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI FERMENTASI IN VITRO TERHADAP PENGARUH SUPLEMEN PAKAN DALAM PAKAN KOMPLIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI FERMENTASI IN VITRO TERHADAP PENGARUH SUPLEMEN PAKAN DALAM PAKAN KOMPLIT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

UJI FERMENTASI IN VITRO TERHADAP PENGARUH

SUPLEMEN PAKAN DALAM PAKAN KOMPLIT

(In Vitro Fermentability Test of Feed Supplement in Complete Feed)

FIRSONI1, J. SULISTYO2, A.S. TJAKRADIDJAJA2 dan SUHARYONO1

1Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN, PO Box JKSKL 12070 2Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

An in-vitro gas production study was conducted to evaluate the effect of using high nutrient feed supplement (SKN) in replacing concentrate in a complete feed. Complete feed contained roughage as basal diet, concentrate and feed supplement (SKN) to replace part of concentrate. A randomized block design (RBD) with four treatments and four blocks as replications, was employed as the experimental design. The treatments were A: Sorgum straw (S) 35% + field grass (RL) 35% + concentrate (K) 30%), B: (S 35% + RL 35% + K 25% + SKN 5%), C: (S 35% + RL 35% + K 20% + SKN 10%), and D: (S 35% + RL 35% + K 15% + SKN 15%). Observed variables were gas production, volatile fatty acid (VFA) and ammonia (NH3)

concentrations, dry matter and organic degradabilities (DBK and DBO) and microbial biomass production. The results showed that SKN was not significantly affecting 48 hours gas and microbial biomass productions. Gas and microbial biomass productions were in the range of 33.35 – 34.39 (ml/200 mg BK) and 92.82 – 110.79 mg. SKN treatments significantly (P < 0.05) raised VFA and NH3 concentrations, DBK, and DBO.

The highest VFA concentration was obtained in treatment C (74.03 mM) and the lowest was obtained in treatment A (56.68 mM). The highest NH3 concentration was 23.43 mg/100 ml (treatment B), and the lowest

was 19.20 mg/100 ml (treatment A). The highest DBK was obtained in treatment D (56.30%) and the lowest was in treatment A (50.63%). Treatment D also had the highest DBO which was 53.75%, on the other hand, the lowest DBO was observed in treatment A that was 48.26%. It is concluded that treatment C is the best treatment and it consists of 35% sorghum straw, 35% field grass, 20% concentrate and 10% SKN.

Key Words: Complete Feed Quality, Sorghum Straw, SKN, In Vitro Gas Production

ABSTRAK

Penelitian produksi gas in-vitro telah dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pemakaian suplemen pakan kaya nutrient (SKN) menggantikan konsentrat dalam pakan komplit. Pakan komplit terdiri dari rumput sebagai pakan basal, konsentrat dan suplemen pakan SKN untuk menggantikan sebagian konsentrat. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan empat kelompok sebagai ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu: A: Jerami Sorgum (S) 35% + Rumput Lapang (RL) 35% + Konsentrat ( K) 30%, B: S 35% + RL 35% + K 25% + SKN 5%, C: S 35% + RL 35% + K 20% + SKN 10%, dan D: S 35% + RL 35% + K 15% + SKN 15%. Variabel yang diamati adalah produksi gas, konsentrasi volatile fatty acid (VFA), konsentrasi ammonia (NH3), degradasi bahan kering (DBK) dan bahan

organik (DBO), dan biomassa protein mikroba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan level SKN pada pakan komplit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi gas dan biomassa protein mikroba. Produksi gas dan biomassa protein mikroba yang dihasilkan berkisar 33,35 – 34,39 (ml/200 mg BK) dan 92,82 – 110,79 mg. Perlakuan SKN nyata (P < 0,05) meningkatkan konsentrasi VFA dan NH3, DBK, dan DBO.

Konsentrasi VFA tertinggi dihasilkan pada perlakuan C yaitu 74,03 mM sedangkan terendah dihasilkan perlakuan A yaitu 56,68 mM. Konsentrasi NH3 tertinggi diperoleh pada perlakuan B sebesar 23,43 mg/100

ml, sedangkan yang terendah dihasilkan pada perlakuan A sebesar 19,20 mg/100 ml. DBK tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 56,30% dan yang terendah dihasilkan perlakuan A yaitu 50,63%. DBO tertinggi dihasilkan perlakuan D yaitu 53,75% dan terendah dihasilkan perlakuan A yaitu 48,26%. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang paling efektif adalah perlakuan C dengan komposisi jerami sorgum 35%, rumput lapang 35%, konsentrat 20% dan suplemen SKN 10%.

(2)

PENDAHULUAN

Produktivitas ternak ruminansia di Indonesia yang rendah disebabkan oleh kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan masih rendah. Indonesia yang berada di daerah tropis menyebabkan kualitas hijauan rumput menjadi rendah dengan kandungan serat kasar yang tinggi, sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan kualitas pakan dan ketersediaannya.

Untuk meningkatkan produktivitas ternak ruminansia di Indonesia, beberapa teknik perbaikan kualitas pakan telah dilakukan sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada di daerah. Pakan untuk memenuhi sumber energi seperti karbohidrat lebih mudah didapat dan murah harganya dibandingkan pakan untuk memenuhi sumber protein atau nitrogen yang relatif lebih mahal harganya di Indonesia. Ternak membutuhkan pakan atau ransom yang mengandung protein dan energi yang seimbang, disamping kebutuhan vitamin dan mineral yang cukup (SURYAHADI et al., 2003).

Salah satu cara untuk meningkatkan konsumsi pakan ternak ruminansia yaitu dengan memberikan pakan komplit yang mudah dicerna dan dapat memberikan zat-zat nutrisi yang seimbang untuk meningkatkan produktivitas ternak. Pakan komplit adalah pakan yang dibuat lengkap terdiri dari hijauan, konsentrat ditambah suplemen pakan dan zat aditif lainnya seperti mineral dan vitamin dengan perbandingan tertentu untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi total ternak.

Sumber serat kasar yang dapat digunakan yaitu rumput lapang dan jerami sorgum. Rumput lapang lebih banyak digunakan peternak sebagai pakan ternak ruminansia karena mudah didapat dan biayanya murah, tetapi pada musim kemarau ketersediaan rumput lapang sangat rendah, maka diperlukan sumber hijauan lain yang berkualitas dan mengandung serat kasar untuk mengatasi masalah keterbatasan ini. Salah satu alternatif sumber hijauan yang dapat digunakan yaitu jerami sorgum. Keunggulan tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang

tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif (SOERANTO, 2007).

Suplemen Kaya Nutrien (SKN) merupakan hasil pengembangan dari Suplemen Pakan Multinutrien (SPM) yang dihasilkan BATAN. Kandungan molasses dan bungkil kedelai SPM lebih rendah dibandingkan dengan Urea Molases Multinutrien Blok (UMMB) yaitu sebesar 10%, sedangkan UMMB sebesar 29%. Hasil penelitian BATAN tahun 2005 di lapang memperlihatkan bahwa SPM lebih meningkatkan pertambahan bobot badan rata– rata sapi Bali, Peranakan Ongole (PO) dan sapi peranakan Simental dibandingkan sapi yang memperoleh suplemen UMMB dan sapi kontrol (BATAN, 2007). SKN tersusun dari kombinasi bahan limbah yang masih memiliki potensi nilai protein yang dapat mendukung pertumbuhan, perkembangan dan kegiatan mikroba secara efisien di dalam rumen seperti ampas tahu, campuran agen defaunasi, daun kembang sepatu dan ampas teh untuk meningkatkan protein by-pass, mineral Cu dan Zn organik untuk meningkatkan penyerapannya pada organ pascarumen dan kunyit sebagai bahan antimikroba yang dapat membantu sapi perah menghasilkan susu yang lebih sehat dengan populasi mikroba yang rendah (SETIANI, 2002; CHAERANI, 2004; TANURWIRIA et al., 2006). Penggunaan kunyit sebagai antibakteri untuk memperbaiki kualitas susu dengan membantu penurunan populasi mikroba kontaminan susu (TANURWIRIA et al., 2006). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi yang paling efektif suplemen pakan SKN dan konsentrat dalam pakan komplit serta kualitas pakan berdasarkan uji fermentabilitas in vitro.

MATERI DAN METODE

Bahan untuk pembuatan SKN adalah molases, onggok, bekatul, ampas tahu, ampas kecap, kapur, tepung tulang, urea, mineral mix, garam dapur, ampas teh, daun kembang sepatu dan kunyit. Bahan untuk pembuatan mineral organik adalah ampas tahu, ZnCl2, dan CuCl2

(CHAERANI, 2004). Bahan untuk pembuatan pakan komplit yaitu jerami sorgum, rumput lapang, konsentrat, dan SKN. Cairan rumen yang dipakai sebagai sumber mikroba adalah

(3)

rumen kerbau yang diambil melalui cannulae pada saat akan dilakukan inkubasi. Sebagai larutan buffer dipakai bicarbonat buffer (MAKKAR et al., 1995). Alat yang digunakan adalah waterbath 38oC, glass syringe ukuran 100 ml, pH meter, high speed centrifuge, oven 105oC dan tanur (furnece) 500oC, waterbath,

magnetic stirrer, gelas crucible, cawan porselen, timbangan digital, peralatan destilasi dan Neutral Detergent Fibre (NDF).

Persiapan awal dilakukan dengan mengeringkan sampel jerami sorgum dan rumput lapang dengan menggunakan oven 55oC selama 4 – 6 hari, kemudian digerus

sampai berukuran ≤ 1 mesh. Konsentrat dan SKN juga digerus dengan perlakuan yang sama. Semua sampel ditimbang seusai dengan perlakuan. Pembuatan SKN dimulai dengan tahap penghalusan bahan seperti kapur, urea dan garam. Bahan yang sudah halus dicampur, dimulai dari bahan yang mempunyai persentase terkecil (mineral mikro dan makro serta imbuhan pakan) sampai dengan bahan yang mempunyai persentase terbesar. Setelah homogen molases ditambahkan ke dalam campuran dan diaduk-aduk hingga tidak ada gumpalan.

Pakan komplit dibuat dengan cara mencampurkan tepung jerami sorgum, tepung rumput lapang, konsentrat, dan SKN sampai homogen dengan perbandingan sesuai perlakuan. Pencampuran dimulai dari bahan yang mempunyai persentase terkecil (SKN dan konsentrat) sampai dengan bahan yang mempunyai persentase terbesar.

Sampel tiap perlakuan ditimbang 375 ± 5 mg dimasukkan ke dalam syringe glass 100 ml dan ditambahkan 30 ml cairan rumen yang sudah mengandung larutan buffer bicarbonat (MAKKAR et al., 1995). Syringe diinkubasi

pada suhu 39oC selama 48 jam di dalam

waterbath yang sudah diatur suhunya. Peningkatan produksi gas dicatat secara berkala yaitu 0, 3, 6, 9, 12, 24 dan 48 jam. Hasil volume gas yang dihasilkan dikoreksi dengan volume yang dihasilkan blanko. Variabel yang diamati adalah produksi gas (MAKKAR et al., 1995), konsentrasi VFA total (CUNNIFF, 1997), konsentrasi NH3 (CONWAY,

1950), degradasi dan produksi biomassa protein mikroba (BLUMMEL et al., 1997).

Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan empat kelompok sebagai ulangan. Perlakuan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah A: Jerami Sorgum (S) 35% + Rumput Lapang (RL) 35% + Konsentrat (K) 30%, B: S 35% + RL 35% + K 25% + SKN 5%, C: S 35% + RL 35% + K 20% + SKN 10% dan D: S 35% + RL 35% + K 15% + SKN 15%. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan untuk melihat perbedaan diantara perlakuan diuji dengan uji ortogonal kontras.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan komplit merupakan campuran dari sumber hijauan dan pelengkap seperti konsentrat maupun pakan suplemen. Proporsi hijauan dan konsentrat dalam komponen pakan ternak sapi perah tergantung tujuan pemeliharaan dan tingkat produksi (SIREGAR, 1996). Kalitas hijauan di Indonesia relatif rendah, maka diperlukan konsentrat yang berperan dalam penyediaan energi dan zat makanan lain untuk meningkatkan kualitas pakan (SURYAHADI et al., 2003).

Tabel 1. Komposisi nutrisi pakan komplit

Nutrisi A B C D Bahan Kering (%) Abu (%BK) Protein (% BK) TDN (% BK)*) 91,34 11,23 6,87 63,62 91,12 11,09 7,85 63,86 90,90 10,96 8,83 64,10 90,67 10,82 9,80 64,34 *) Hasil pendugaan

(4)

Peningkatan level SKN dalam pakan komplit mampu meningkatkan kandungan protein kasar pakan komplit (Tabel 1). Akan tetapi peningkatan jumlah SKN sampai level 15% dalam pakan komplit masih belum dapat meningkatkan kandungan protein menjadi 12 – 15% BK (NRC, 2001). Hal ini disebabkan rendahnya kandungan protein kasar jerami sorgum dan rumput lapang di Indonesia (PRESTON, 1995; SURYAHADI et al., 2004), selain itu kualitas konsentrat yang digunakan sangat rendah (PK 8,54%; TDN 64,91%) sehingga kebutuhan protein yang diharapkan tidak tercapai. Hal ini menggambarkan pengalaman yang sering dialami oleh banyak peternak di Indonesia.

Gas yang dihasilkan menunjukkan terjadinya proses fermentasi pakan oleh mikroba di dalam rumen, yaitu hidrolisis karbohidrat menjadi monosakarida dan disakarida yang kemudian difermentasi menjadi asam lemak terbang (VFA), terutama asam asetat, propionat dan butirat, dan gas berupa gas metan (CH4) dan CO2 (MCDONALD

et al., 2002). Gas dalam rumen terdiri dari 56% CO2; 32% metan; 8,5% N2; dan 3,5% O2

(Arora, 1989). Produksi gas ini juga dapat memberi gambaran banyaknya bahan organik yang dapat dicerna di dalam rumen (FIRSONI, 2005).

Hasil sidik ragam menunjukkan peningkatan level SKN dalam pakan komplit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi gas pada waktu inkubasi 24 dan 48 jam (Tabel 2). Peningkatan level SKN dalam pakan komplit

cenderung menurunkan jumlah bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) di dalam pakan komplit karena terjadinya peningkatan jumlah protein. Hal ini terlihat pada inkubasi awal 3 sampai 6 jam, dimana produksi gas perlakuan A, B dan C menghasilkan gas lebih tinggi dibandingkan perlakuan D (P < 0,05). Pada perlakuan B dengan penambahan SKN 5% dapat menghasilkan produksi gas tertinggi, sedangkan penambahan level SKN 15% menghasilkan gas paling rendah. Secara keseluruhan peningkatan level SKN pada pakan komplit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi gas. Produksi gas optimum terjadi pada level pemberian SKN 5%.

Laju produksi gas dapat dilihat pada Gambar 1. Kurva ini menggambarkan peningkatan produksi gas yang tinggi terjadi pada waktu inkubasi 0 sampai 24 jam. Sedangkan pada waktu inkubasi 24 sampai 48 jam peningkatan produksi gas cenderung menurun jika dibandingkan dengan peningkatan produksi gas pada waktu inkubasi 0 sampai 24 jam. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya zat organik dari pakan komplit yang dapat difermentasi dan didegradasi oleh bakteri rumen. Puncak produksi gas diperoleh pada 24 jam pertama, selanjutnya mengalami penurunan hingga saat 96 jam dan akhirnya mencapai titik nol (WINUGROHO et al., 1997). Semakin lama pakan berada di dalam rumen maka semakin berkurang zat nutrisi yang dapat diubah menjadi gas, sehingga laju degradasi untuk produksi gas menjadi semakin menurun (FIRSONI, 2005).

Tabel 2. Rataan produksi gas (ml/200 mg BK) setiap perlakuan pada waktu inkubasi 3, 6, 9, 12, 24 dan 48

jam

Lama inkubasi (jam) Perlakuan 3 6 9 12 24 48 A 4,74b 7,68b 11,70 14,58ab 26,29 33,94 B 4,83b 7,73b 12,34 15,16 b 26,52 34,09 C 4,72b 7,65b 11,55 14,33ab 26,14 33,95 D 4,42a 7,20a 11,15 13,87a 25,59 33,35

Rataan dengan huruf superskrip berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05)

(5)

Gambar 1. Kurva laju produksi gas selama waktu inkubasi

Volatile fatty acid (VFA) merupakan produk akhir dari fermentasi bahan organik yang dimanfaatkan sebagai sumber energi utama bagi hewan ruminansia. VFA terdiri dari asetat, propionat dan butirat, yang berperan dalam menyumbang kerangka karbon bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroba rumen (PRESTON dan LENG, 1987). Konsentrasi VFA yang dihasilkan setiap pakan perlakuan pada setiap ulangan ditunjukkan di dalam Tabel 3.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi VFA sangat dipengaruhi oleh peningkatan level SKN (P < 0,05). Uji lanjut orthogonal kontras menunjukkan rataan konsentrasi VFA perlakuan C dan D berbeda

nyata dengan perlakuan B dan A, dan antara perlakuan B dan A (P < 0,05). Hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah mikroba yang memecah serat kasar menjadi VFA akibat penambahan daun kembang sepatu yang mengandung saponin sebagai agen defaunasi, dan penggunaan urea dan molases yang terdapat di dalam SKN. VFA merupakan produk akhir fermentasi karbohidrat dan merupakan sumber energi utama ruminansia (HUNGATE, 1966). Selain itu, asam lemak terbang berantai cabang sebagai sumber rantai karbon yang berinteraksi dengan radikal amonia digunakan oleh mikroba untuk mensintesis asam amino - asam amino tertentu (ARORA, 1989).

Tabel 3. Hasil pengukuran konsentrasi VFA total, NH3, degradasi dan laju pertumbuhan mikroba rumen

setelah 48 jam inkubasi

Perlakuan Variabel pengamatan A B C D VFA Total (mM) 56,68c 67,50b 74,03a 73,21a NH3 (mM) 19,20b 23,43a 21,95a 22,58a Degradasi BK (%) 50,63b 52,04b 55,90a 56,30a Degradasi BO (%) 48,26b 49,17b 53,19a 53,75a

Produksi biomassa mikroba (mg) 92,82 108,79 109,59 110,70 Rataan dengan huruf superskrip berbeda dalam baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 12 24 36 48 60

Lama inkubasi (jam)

Produksi gas (ml)

A B C D

(6)

Hasil sidik ragam dan uji ortogonal kontras (Tabel 3) menunjukkan bahwa konsentrasi NH3 sangat dipengaruhi oleh perlakuan

peningkatan level suplemen pakan dalam pakan komplit (P < 0,05). Peningkatan penggunaan SKN (PK 28,09%; TDN 74,15%). Produksi NH3 berasal dari protein yang

didegradasi oleh enzim proteolitik mikroba (ARORA, 1989). Amonia merupakan sumber nitrogen utama dan penting untuk sintesis protein mikroba (PRESTON, 1995), dengan demikian amonia di dalam rumen merupakan zat perantara penting dalam proses degradasi mikroba dan sintesis protein. Jika pakan kekurangan protein maka konsentrasi amonia dalam rumen akan menurun sehingga menyebabkan turunnya pertumbuhan mikroorganisme dalam rumen dan lambatnya pemecahan karbohidrat (MCDONALD et al., 2002). Tingginya konsentrasi NH3 dalam

percobaan ini disebabkan oleh tidak terjadinya penyerapan amonia dalam sistem in vitro sehingga NH3 terakumulasi di dalam syringe.

Hasil sidik ragam menyatakan bahwa perlakuan peningkatan suplemen di dalam pakan komplit memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase degradasi BK dan BO (P < 0,01) (Tabel 3). Setelah dilakukan pengujian lebih lanjut nilai degradasi BK dan BO penambahan suplemen 10 dan 15% (perlakuan C dan D) berbeda nyata (P < 0,05)

dengan penambahan suplemen 5% (perlakuan B) dan kontrol (perlakuan A). Sementara itu penambahan 5% suplemen tidak memberikan pengaruh yang nyata walaupun terjadi peningkatan nilai degradasi BK dan BO (Tabel 3). Peningkatan persentase degradabilitas bahan kering (DBK) dan bahan organik (DBO) dalam pakan komplit ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu 1) penggunaan bahan-bahan penyusun dari SKN yang mudah didegradasi di dalam rumen seperti molases, urea, dan ampas tahu; ampas tahu merupakan sumber protein yang mudah terdegradasi di dalam rumen dengan laju degradasi sebesar 9,8%/jam dan rataan kecepatan produksi amonia bersih sebesar 0,677 mM/jam (SURYAHADI, 1990); 2) pemakaian daun kembang sepatu yang mengandung saponin sebagai agen defaunasi; saponin dapat menurunkan populasi protozoa dan meningkatkan populasi bakteri pencerna serat kasar sehingga dapat meningkatkan degradasi serat kasar (AMRULLAH, 2004; SETIANI, 2002); dan 3) penggunaan mineral Zn dan Cu organik dapat meningkatkan DBO melalui efek Zn dan Cu yang mendukung pertumbuhan dan mempercepat sintesis protein mikroba sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzimatis mikroba dalam mendegradasi zat makanan (SETYONINGSIH, 2003; SILALAHI, 2003).

Gambar 2. Hubungan antara VFA dengan pertumbuhan mikroba rumen

y = -0.0758x2 + 10.9x - 281.45 R2 = 0.9981 90 95 100 105 110 115 55 60 65 70 75 VFA (mM) Mi k roba ( m g ) VFA

(7)

Gambar 3. Hubungan antara NH3 dengan pertumbuhan mikroba rumen

Berdasarkan hasil sidik ragam, biomassa mikroba tidak dipengaruhi oleh perlakuan peningkatan jumlah SKN di dalam pakan komplit, tetapi terdapat kecenderungan peningkatan pertumbuhan mikroba sesuai dengan peningkatan pemakaian SKN. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah protein dalam pakan komplit yang berasal dari peningkatan suplemen di dalam pakan komplit. Penggunaan suplemen SKN dapat meningkatkan ketersediaan sumber nitrogen dan sumber kerangka karbon untuk sintesis protein mikroba sebagai sumber protein bagi ternak ruminansia. Untuk mensintesis protein mikroba yang optimal diperlukan keseimbangan energi (VFA) dan nitrogen dalam bentuk N-NH3. Kekurangan salah satu

unsur ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroba rumen (PRESTON dan LENG, 1987). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 terlihat bahwa peningkatan konsentrasi VFA dan NH3 akan meningkatkan

pertumbuhan mikroba rumen. Dalam percobaan ini keseimbangan antara konsentrasi VFA dan NH3 berada dalam kisaran 2,88-3,37,

dan imbangan konsentrasi VFA dan NH3 yang

terbaik diperoleh pada pakan C.

KESIMPULAN

Peningkatan level suplemen SKN di dalam pakan komplit dapat meningkatkan konsentrasi

VFA dan NH3, % DBK, dan % DBO.

Perlakuan yang paling efektif yaitu perlakuan C dengan komposisi jerami sorgum 35%, rumput lapang 35%, konsentrat 20% dan suplemen SKN 10%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada saudara Asih Kurniawati, WT Sasongko, Lydia Andini, Hj. Titin M, Edi I Kosasih, I Gobel, Ode Irwanto, Adul dan Dedi Ansori, serta pihak lain yang atas bantuannya sehingga tulisan ini terwujud.

DAFTAR PUSTAKA

AMRULLAH. 2004. Efek Penambahan Penghambat Metan, Agensia Defaunasi dan Probiotik Dalam Feed Block Suplement (FBS) terhadap Produksi dan Kualitas Susu Sapi Perah. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. ARORA, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada

Ruminansia. Edisi Indonesia. Penerbit Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

BATAN. 2007. Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB). BATAN. http://www.Infonuklir. com/Tips/atomos_ummb.htm. (17 Maret 2007).

BLUMMEL, M., H.P.S. MAKKAR and K. BECKER. 1997. The in vitro Gas Production: A Technique Revisited. J. Anim. Phys. Nutr. 77: 24 – 34. y = -1.6159x2 + 72.696x - 707.27 R2 = 0.9989 90 95 100 105 110 115 18 19 20 21 22 23 24 NH3 (mM) M ik roba ( m g) NH3

(8)

CHAERANI, L. 2004. Pemberian Ransum Suplemen yang Mengandung Ikatan Ampas Tahu dengan Seng dan Tembaga untuk Meningkatkan Produksi Susu Sapi Perah di Pengalengan. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

CONWAY, E.J. 1950. Microdiffusion Analysis and Volumetric Error. 3rd Ed. Crosby Lokswood and Sons, Ltd. London.

CUNNIFF, P. 1997. Official Methods of Analysis of AOAC International. Maryland, USA.

FIRSONI. 2005. Manfaat Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera, Lam) dan Glirisidia (Gliciridia sepium, Jacq) sebagai Sumber Protein dalam Urea Molases Blok (UMB) terhadap Metabolisme Pakan Secara in-vitro dan Produksi Susu Sapi Perah. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Brawijaya, Malang. HUNGATE, R.E. 1966. The Rumen and It’s Microbes.

Academic Press, New York.

MAKKAR, H.P.S, M. BLUMMEL and K. BECKER. 1995. Formation of Complexes between Polyvinyl Pyrolidones on Polyethyleneglycol and Tannin and Their Implication in Gas Production and True Digestibility. Br. J. Nutr. 73: 893 – 913.

MC DONALD, P., R. EDWARDS and J. GREENHALGH. 2002. Animal Nutrition. Sixth Edition. New York.

NATIONAL RESEARCH COUNCIL (NRC). 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. National Academy Press, Washington, D.C. PRESTON, T.R. and R.A. LENG. 1987. Matching

Ruminant Production and Systems with Available Resources in the Tropics and SubTropics. Penambul Books, Armidale. PRESTON, T.R. 1995. Tropical Animal Feeding, A

Manual for Research Workers. FAO Animal Production and Health Paper 126. Rome. SETIANI, E. 2003. Evaluasi in vitro kombinasi ampas

the (Camellia sinensis) dengan daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) sebagai Pakan Domba. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

SETYONINGSIH, Y. 2003. Efek Suplementasi Mineral Cu anorganik dan Cu organic terhadap Fermentabilitas dan Kecernaan in vitro ransum sapi perah. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

SILALAHI, R.E. 2003. Uji Fermentabilitas dan Degradasi in vitro Suplemen Zn Anorganik dan Zn Organik dalam Ransum Ruminansia. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

SIREGAR, S.B. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.

SOERANTO. 2007. Pemuliaan Tanaman Sorgum di PATIR-BATAN. http://www.google.com- www.BATAN.go.id. (17 Juli 2007).

SURYAHADI, B. BAKRIE, AMRULLAH, B.V. LOTULUNG dan R. LASIDIE. 2003. Kajian Tehnik Suplementasi Terpadu untuk meningkatkan Produksi dan Kualitas Susu Sapi Perah di DKI Jakarta. Lapaoran. Penelitian. Kerjasama LPPM IPB dengan BPTP Jakarta.

SURYAHADI. 1990. Analisis Ketersediaan Mineral Pakan sebagai Landasan Penanggulangan Defisiensi Mineral pada Ternak. Laporan Penelitian PAU Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor.

TANUWIRIA, U.H., E. HARLIA, D.S. TASRIPIN, N.R. MANIKAM dan P. INDRASWARI. 2006. Pengaruh Suplemen Zn – Organik dan Cu – Organik dan Tepung Kunyit dalam Ransum Terhadap Daya Tahan dan Jumlah Bakteri Susu Sapi Perah FH. Universitas Padjajaran, Bandung.

WINUGROHO, M., S. HARDJOSOEWIGNYO, T.R. WIRADARYA dan A. ELLA. 1997. Pengukuran Produksi Gas dari Hasil Proses Fermentasi Beberapa Jenis Leguminose Pakan. Pros. Seminar Nasional II INMT. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1. Komposisi nutrisi pakan komplit
Tabel 2.  Rataan produksi gas (ml/200 mg BK) setiap perlakuan pada waktu inkubasi 3, 6, 9, 12, 24 dan 48  jam
Tabel 3. Hasil pengukuran konsentrasi VFA total, NH3, degradasi dan laju pertumbuhan mikroba rumen  setelah 48 jam inkubasi
Gambar 2. Hubungan antara VFA dengan pertumbuhan mikroba rumen y = -0.0758x2 + 10.9x - 281.45R2 = 0.998190951001051101155560657075VFA (mM)Mikroba (mg)VFA
+2

Referensi

Dokumen terkait

Informasi hasil penelitian yang meliputi kandungan nutrisi dari bahan pakan, rerata konsumsi kandungan nutrisi ransum, kecernaan bahan kering, bahan organik dan

KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK, KADAR AMONIA DAN VFA TOTALIN VITRO SUPLEMEN PAKAN

Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perbedaan nyata pada konsumsi bahan kering, kecernaan bahan kering dan bahan organik serta TDN pakan oleh domba yang diberi keempat

Beberapa hasil penelitian fermentasi bahan pakan yang secara nyata menghasilkan peningkatan nilai nutrisi bahan pakan menunjukkan bahwa teknologi fermentasi dapat

Kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, produksi VFA dan NH3 pakan komplit dengan level jerami Padi berbeda secara in-vitro. Animal

Informasi hasil penelitian yang meliputi kandungan nutrisi dari bahan pakan, rerata konsumsi kandungan nutrisi ransum, kecernaan bahan kering, bahan organik dan

Penfui, Kupang 85001 *Correspondence author, email: aangdwi03@gmail.com ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan komplit fermentasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh perbandingan isi rumen sapi dan rumput odot pada pembuatan silase pakan komplit terhadap kandungan bahan kering, bahan