• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KANDUNGAN NUTRISI SILASE PAKAN KOMPLIT BERBASIS LIMBAH TANAMAN JAGUNG (Zea Mays) YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN PROBIOTIK MOIYL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI KANDUNGAN NUTRISI SILASE PAKAN KOMPLIT BERBASIS LIMBAH TANAMAN JAGUNG (Zea Mays) YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN PROBIOTIK MOIYL"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PROBIOTIK MOIYL

SKRIPSI

Oleh

MUHAMMAD ARIF WIDODO 130306037

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(2)

PROBIOTIK MOIYL

SKRIPSI

Oleh

MUHAMMAD ARIF WIDODO 130306037

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

(3)
(4)

i ABSTRAK

MUHAMMAD ARIF WIDODO, 2020. “Evaluasi Kandungan Nutrisi Silase Pakan Komplit Berbasis Limbah Jagung (Zea mays) yang difermentasi menggunakan Probiotik MOIYL”. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS dan Dr. Ir. Yunilas, MP.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan probiotik MOIYL terhadap kandungan nutrisi silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung.

Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Mikrobiologi Nutrisi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera dan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Dipenogoro, Semarang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 4x3 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah dosis pemberian probiotik MOIYL yang terdiri dari 4 taraf perlakuan (A0 = 0% (tanpa) probiotik MOIYL, A1 = 1% probiotik MOIYL, A2 = 3% probiotik MOIYL dan A3 = 5% probiotik MOIYL dan Faktor kedua ialah lama fermentasi terdiri dari 3 taraf perlakuan (L1

= 7 hari, L2 = 14 hari dan L3 = 21 hari). Parameter yang diamati ialah kadar air, protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan abu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berbagai dosis probiotik MOIYL dan beda lama waktu fermentasi memiliki interaksi yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air dan memiliki interaksi yang nyata terhadap peningkatan kualitas protein kasar, lemak kasar dan kadar abu silase pakan komplit. Namun tidak terdapat interaksi yang berpengaruh nyata terhadap kualitas serat kasar silase pakan komplit. Penggunaan dosis probiotik MOIYL hingga 3% dengan lama fermentasi selama 14 hari memberikan hasil yang terbaik.

Kata Kunci : Limbah jagung, silase pakan komplit, Probiotik MOIYL.

(5)

ii ABSTRACT

MUHAMMAD ARIF WIDODO, 2019. “The evaluation of nutrient content of complete feed silage based on corn (Zea Mays) by-product fermented used MOIYL probiotic”.

The aim of this research was to test the usage of MOIYL Probiotic to nutriet content of complete feed silage based on corn (zea mays) by product. This research was conducted at Lab Nutrition Microbiology Faculty of Agriculture University of North Sumatra and Nutrition science and feed laboratorium Faculty of animal husbandry and agriculture Dipongoro university of Semarang. The design used in this study was a complete randomized design (RAL) patterned 4x3 pattern with 3 replicates. First factor is dosis of MOIYL Probiotic consists of 4 treatment (A0 = 0% (without) MOIYL Probiotic, A1 = 1% MOIYL Probiotic, A2

= 3% MOIYL Probiotic, A3 = 5% MOIYL Probiotic and the second factor is the fermentation length consists of 3 treatment (L1 = 7 days. L2 = 14 days, L3 = 21 days). The parameter measured include water content, crude protein, crude fiber, crude fat, and ash content. The result of this reseach showed that the addiction various levels of MOIYL Probiotic and different length time of fermentation have a very significant interaction (P<0,01) to water content and have a significant interaction (P<0,05) to crude protein, crude fat and ash content. But there was not a significant interaction (P>0,05) to the quality of crude fiber of complete feed silage. The usage of MOIYL Probiotic until 3% and length time of fermentation 14 days gave the best result.

Keywords : Corn by-product, complete feed silage, MOIYL Probiotic.

(6)

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kelurahan Delitua kecamatan Delitua kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 07 Desember 1995. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari Bapak Syahrul dan Ibu Nurhayati. Tahun 2013 penulis lulus dari SMA Negeri 13 Medan dan pada tahun yang sama penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Program Studi Peternakan melalui jalur SBMPTN.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kampus seperti aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan juga Himpunan Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli sampai Agustus 2016 di peternakan sapi milik PPKS (Pusat Perkebunan Kelapa Sawit) yang ada di kecamatan Babalan Kabupaten Langkat.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian yang berjudul

“Evaluasi Kandungan Nutrisi Silase Pakan Komplit Berbasis Limbah Tanaman Jagung (Zea Mays) yang difermentasi menggunakan probiotik MOIYL”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan kepada ibu Dr. Ir. Yunilas, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing serta mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof.

Ir. Sayed Umar, MS dan ibu Dr. Nevy Diana Hanafi, SPt, MSi. yang telah membantu dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini sertakepada seluruh civitas akademika di Program studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta kepada rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah ikut membantu baik itu bantuan moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepada orang tua atas doa, semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini sejak mulai berkuliah hingga menyelesaikan perkuliahan ini.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi penelitian ini, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pembaca.

Penulis

(8)

v

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN………. 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA……….... 5

Potensi limbah tanaman jagung sebagai pakan ternak ... 5

Silase Pakan Komplit ... 7

Probiotik MOIYL ... 10

Bahan Pakan Tambahan ... 11

Dedak Padi ... 11

Bungkil Kelapa ... 11

Bungkil Kedelai ... 12

Tepung Ikan ... 12

Mineral ... 13

Urea ... 14

Molases ... 14

Analisis Proksimat ... 16

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 20

Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

Bahan dan Alat Penelitian ... 20

Bahan ... 20

Alat ... 20

Metode Penelitian... 21

Pelaksanaan Penelitian ... 22

Tahap Pertama (Pembuatan Probiotik MOIYL) ... 22

(9)

vi

Tahap Kedua (Pembuatan Silase) ... 23

Parameter Penelitian... 25

Bahan Kering ... 25

Protein Kasar ... 26

Serat Kasar ... 27

Lemak Kasar ... 28

Abu ... 29

Analisis data ... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

Kadar air silase pakan komplit berbasis limbah jagung ... 32

Kandungan protein kasar silase pakan komplit berbasis limbah jagung... 33

Kandungan serat kasar silase pakan komplit berbasis limbah jagung ... 35

Kandungan lemak kasar silase pakan komplit berbasis limbah jagung ... 37

Kandungan kadar abu silase pakan komplit berbasis limbah jagung ... 39

Rekapitulasi rata-rata hasil analisis proksimat ... 42

KESIMPULAN ... 43

Kesimpulan ... 43

Saran... ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 59

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Kandungan nutrisi limbah jagung... 6

2. Kandungan nilai gizi dedak padi ... 11

3. Kandungan nilai gizi bungkil kelapa ... 12

4. Kandungan nutrisi tepung ikan ... 13

5. Kandungan nilai gizi molases ... 15

6. Susunan bahan pakan pembuatan silase pakan komplit ... 24

7. Persentase kandungan bahan kering silase pakan komplit berbasis limbah jagung (Zea mays) ... 30

8. Persentase kandungan protein kasar silase pakan komplit berbasis limbah jagung (Zea mays) ... 32

9. Persentase kandungan serat kasar silase pakan komplit berbasis limbah jagung (Zea mays) ... 35

10. Persentase kandungan lemak kasar silase pakan komplit berbasis limbah jagung (Zea mays) ... 37

11. Persentase kandungan kadar abu silase pakan komplit berbasis limbah jagung (Zea mays) ... 39

12. Hasil rekapitulasi rata-rata analisis proksimat ... 42

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1. Gambar Histogram kandungan bahan kering silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung (Zea mays). ... 31 2. Gambar Histogram kandungan protein kasar silase pakan komplit berbasis

limbah tanaman jagung (Zea mays). ... 33 3. Gambar Histogram kandungan serat kasar silase pakan komplit berbasis

limbah tanaman jagung (Zea mays). ... 36 4. Gambar Histogram kandungan lemak kasar silase pakan komplit berbasis

limbah tanaman jagung (Zea mays). ... 38 5. Gambar Histogram kandungan kadar abu silase pakan komplit berbasis

limbah tanaman jagung (Zea mays). ... 40

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Alur pembuatan probiotik MOIYL ... 49 2. Bagan alur penelitian pembuatan silase ... 50 3. Hasil analisis proksimat silase pakan komplit berbasis limbah jagung

yang difermentasi dengan probiotik MOIYL ... 52 4. Hasil analisis keragaman kadar air silasepakan komplit berbasis limbah

jagung yang difermentasi dengan probiotik MOIYL ... 52 5. Hasil analisis keragaman protein kasarpakan komplit berbasis limbah

jagung yang difermentasi dengan probiotik MOIYL ... 54 6. Hasil analisis keragaman serat kasarpakan komplit berbasis limbah

jagung yang difermentasi dengan probiotik MOIYL ... 56 7. Hasil analisis keragaman lemak kasarpakan komplit berbasis limbah

jagung yang difermentasi dengan probiotik MOIYL ... 57 8. Hasil analisis keragaman kadar abupakan komplit berbasis limbah

jagung yang difermentasi dengan probiotik MOIYL ... 59 9. Gambar hasil silase pakan komplit berbasis limbah jagung (Zea Mays) ... 61

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Problematika umum usaha peternakan di negara-negara tropis seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan dan kelembaban udara yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak langsung pada sistem metabolisme dan termoregulasi pada tubuh ternak. Lingkungan yang relatif panas menyebabkan sebagian ternak akan enggan makan sehingga secara kuantitas asupan zat makanan (nutrient) yang masuk dalam tubuh juga kurang. Padahal, asupan nutrient ini berperan penting untuk mencukupi kebutuhan pokok (maintenance), perkembangan tubuh dan untuk kebutuhan bereproduksi.

Implikasi dari kondisi asupan gizi ternak yang kurang, tak jarang dijumpai ternak dengan pertambahan berat hidup (average daily gain/ADG) yang masih sangat jauh dari hasil yang diharapkan baik di tingkat peternakan rakyat maupun industri. Faktor kuantitas dan kualitas pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan karena hampir 2/3 biaya produksi berasal dari pakan. Oleh karena itu, perhatian terhadap asupan zat makanan ke ternak akan sangat menentukan keberhasilan budidaya peternakan.

Salah satu masalah utama yang menyebabkan pakan ternak khususnya pakan ternak ruminansia yang diberikan tidak memenuhi kecukupan jumlah dan asupan nutrient adalah ketersedian pakan yang tidak kontinyu. Ini dikarenakan langkanya bahan pakan seperti rumput terutama pada musim kemarau. Untuk mengatasi masalah kelangkaan tersebut berbagai terobosan telah dilakukan dan salah satunya adalah dengan pemanfaatan limbah pertanian tanaman jagung

(14)

Pada umumnya bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian memiliki kadar protein kasar yang rendah dan tingginya serat kasar. Tingginya kadar serat kasar ini yang umumnya didominasi komponen lignoselulosa (karbohidrat komplek) yang sulit dicerna oleh ternak. Pemberian pakan yang berkualitas rendah dengan kandungan serat yang tinggi hanya akan menghasilkan kecernaan yang rendah, sehingga untuk meningkatkan kecernaannya diperlukan suatu teknologi penggolahan sebelum diberikan kepada ternak. Teknologi yang sekarang berkembang adalah pembuatan pakan yang tidak hanya sekedar awet (silase) namun juga kadar nutrientnya sesuai dengan kebutuhan gizi ternak. Salah satu teknologi penggolahan pakan tersebut adalah dengan melalui pembuatan silase pakan komplit. (Yunilas, 2016).

Konsep teknologi silase yang dikembangkan selama ini masih bersifat silase tunggal (single silage). Silase tunggal (single silage) jika diberikan ke ternak hanya memenuhi 30-40 persen dari kebutuhan nutrisi ternak. Pada prinsipnya silase tunggal tidak meningkatkan kandungan nutrisi pakan. Silase tunggal hanya bersifat mempertahankan nilai nutrisi dan juga meningkatkan palatabilitas. Maka dari itu pemanfaatan limbah tanaman jagung dengan tekonolgi silase tunggal tentu tidak akan efektif dikarenakan tidak akan meningkatan nilai nutrisi limbah tanaman jagung itu sendiri.

Pemanfaatan limbah tanaman jagung sebagai pakan ternak ruminansia lebih baik dilakukan dengan teknologi silase pakan komplit (complete feed silage) dikarenakan silase pakan komplit mempunyai beberapa keunggulan diantaranya : 1) tersedianya subtrat yang mendukung terjadinya fermentasi dengan baik, sehingga mempunyai tingkat kegagalan yang jauh lebih rendah jika dibandingkan

(15)

dengan silase berbahan baku tunggal. 2) mengandung nutrien yang sesuai dengan kebutuhan ternak (70% - 90%) sehingga pertumbuhan ternak akan maksimal. 3) Bahan pakan yang dihasilkan dari silase pakan komplit juga memiliki sifat organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai ternak (palatable).

(Lendrawati dkk., 2008).

Pengolahan pakan dengan teknologi silase biasanya melibatkan peran mikroorganisme lokal (mikroorganisme indigenous) dalam prosesnya. Pemilihan jenis mikroorganisme lokal (mikroorganisme indigenous) dalam proses pembuatan silase juga harus tepat guna mendapatkan hasil yang maksimal.

Umumnya dalam hal pengolahan pakan hanya melibatkan inokulum yang bersifat tunggal. Sedangkan kondisi yang terjadi di alam, ternyata proses penguraian suatu substrat dilakukan secara bersama-sama oleh mikroorganisme lainnya yang ada disekitarnya.

Salah satu mikroorganisme lokal yang dapat digunakan dalam proses fermentasi silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung adalah probiotik MOIYL. Probiotik MOIYL merupakan mikroorganisme indigenous berbasis limbah perkebunan sawit yang mengandung bakteri, fungi dan yeast berupa Bacillus sp YLB1, Trichoderma sp YLF8 dan Saccharomyces sp YLY3 termasuk

mikroba yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi serat (lignoselulosa) (Yunilas et al., 2013 dan Yunilas, 2016). Probiotik MOIYL dieksploitasi dari substratnya sendiri yang memiliki kemampuan optimal dalam mendegradasi pakan berserat.

Eksploitasi mikroba yang berasal langsung dari substratnya akan menghasilkan multi enzim yang sangat berperan dalam proses pengolahan pakan

(16)

khusunya pakan yang berserat tinggi. Pengolahan pakan fermentasi menggunakan mikroba lokal (indigenous microorganism) akan meningkatkan kemampuan mikroorganisme rumen dalam mencerna pakan berserat tinggi (Yunilas et al,.

2013).

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar peran mikroorganisme lokal (probiotik MOIYL) berbasis limbah tanaman jagung dalam meningkatkan kualitas pakan berbasis limbah pertanian.

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji pengaruh penggunaan probiotik MOIYL terhadap kualitas silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung.

2. Mengetahui kombinasi perlakuan yang memberikan hasil terbaik.

Hitpotesis Penelitian

Semakin tinggi dosis penggunaan probiotik MOIYL maka akan semakin baik kualitas silase yang dihasilkan.

Kegunaan Penelitian

1. Sumber informasi bagi masyarakat dan peternak tentang penggunaan limbah jagung yang difermentasi sebagai bahan pakan alternatif.

2. Sumber data perbandingan bagi peneliti lain yang memerlukan.

(17)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Limbah Jagung Sebagai Pakan Ternak

Tanaman jagung termasuk keluarga graminae dan merupakan jenis tumbuhan semusim (annual), susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, dan buah. Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas yang bervariasi 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang, kecuali pada jagung manis, sering tumbuh bebrapa cabang (beranak) yang muncul dari pangkal batang. Jagung bisa mencapai ketinggian antara 180- 210 cm, lamina dan pelepahnya berwarna hijau hingga hijau tua. Masa berbunga selepas tanam adalah 50 hari. Panjang tongkol 16-19 cm dan mempunyai baris biji (Rukmana, 1997).

Menurut Hardjodinomo (1982), tanaman jagung dapat hidup didaerah tropis dan subtropis. Temperatur yang optimal untuk tumbuhnya adalah antara 30- 32 oC, termperatur terendah 9-10 oC dan temperatur tertinggi yaitu 40 – 44 oC.

Menurut Tangendjaja dan Wina (2008) menyatakan bahwa tanaman jagung merupakan komoditas pertanian yang cukup penting, baik sebagai sumber pangan maupun pakan ternak. Tanaman jagung berupa batang dan daun dapat diberikan pada macam-macam ternak ruminansia, bulir jagungnya juga dapat digunakan untuk makanan manusia. Seluruh batang tanaman jagung dapat pula diberikan pada ternak bila tanaman tersebut gagal panen. Tanaman jagung pada umur tertentu, terutama ketika bulir mulai tumbuh mempunyai nilai gizi yang tinggi untuk sapi.

(18)

Tanaman jagung setiap kali panen akan menghasilkan limbah sebagai hasil sampingan. Adapun yang termasuk jenis hasil limbah tanaman jagung misalnya batang, daun (kelobot) dan jangger jagung. Limbah tanaman jagung terutama berupa batang, daun, kulit tongkol atau janggel mencapat 1.5 kali bobot biji artinya jika dihasilkan 8 ton biji per ha maka akan diperoleh 12 ton limbah jagung yang dapat dijadikan pakan ternak ruminansia baik secara langsung maupun melalui pengolahan lebih dahulu (Faesal, 2013).

Selain itu limbah jagung dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan pakan komplit sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan. Limbah tanaman jagung biasanya melimpah pada saat panen, sehingga tidak setiap saat tersedia. Oleh karena itu diperlukan teknologi pengolahan limbah tanaman jagung sehingga pada saat melimpah dapat diolah dan disimpan untuk persediaan pakan ternak ruminansia pada saat musim kemarau (Maryono dan Romjali, 2007).

Tabel 1. Kandungan nutrisi limbah jagung

Uraian Kandungan (%)

BETN 52.32

Protein Kasar 5.56

Abu 7.28

Serat Kasar 33.58

Lemak Kasar 1.25

(BPTP Sumatera Barat, 2011).

Nutrisi limbah tanaman jagung dapat ditingkatkan melalui fermentasi sebagaimana dilaporkan Oseni dan Esperigin (2007) bahwa nilai protein, lemak, serat kasar, abu dan tannin meningkat dengan perlakuan fermentasi, sedangkan zat anti nutrisi phytate mengalami penurunan, meskipun terjadi penignkatan tannin akan tetapi tidak begitu tinggi jika dibandingkan dengan penurunan zat anti nutrisi yang cukup tajam akibat perlakuan fermentasi. Hal ini memberi indikasi bahwa

(19)

dengan fermentasi kualitas bahan pakan yang bersumber dari limbah tanaman jagung dapat ditingkatkan.

Nilai gizi limbah tanaman jagung lokal berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa silase batang jagung dan daun jagung serta konsentrat tongkol jagung mengalami seedikit peningkatan protein dan serat kasar pada fermentasi selama satu bulan (Naiola et al., 2012).

Silase Pakan Komplit

Silase adalah pakan produk fermentasi hijauan, hasil samping pertanian dan agroindustri dengan kadar air tinggi yang diawetkan dengan menggunakan asam, baik yang sengaja ditambahkan maupun secara alami yang dihasilkan selama penyimpanan dalam kondisi anaerob dan kondisi ni tetap dipertahankan sebab udara adalah musuh besar silase. Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa mendatang (Schroeder, 2004; Jones et al, 2004).

Menurut Coblenz (2003) ada tiga hal penting agar diperoleh kondisi tersebut yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen ke dalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan dan pembuatannya tidak bergantung dengan musim.

Silase pakan komplit atau sering disebut silase ransum komplit adalah silase yang tersusun dari beberapa macam bahan pakan yang telah diformulasikan sesuai kebutuhan ternak, sehingga dalam pemberiannya kepada ternak tidak perlu dicampur dengan bahan lainnya lagi. Menurut Sofyan dan Pebrisiantosa (2007), apabila bahan pakan berkadar air tinggi diensilase dengan bahan pakan berkadar

(20)

air rendah menjadi ransum komplit, risiko terbentuknya effluent (cairan yang dihasilkan selama proses ensilase) akan dapat diminimalkan dan waktu untuk mencampur pakan sebelum diberikan kepada ternak akan dapat dihilangkan.Pembuatan silase komplit dapat dijadikan salah satu cara untuk mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau sekaligus memperbaiki kualitas gizi pakan ternak. Pada kondisi hijauan melimpah di musim penghujan, teknologi yang paling tepat untuk menjaga ketersediaannya di musim kemarau adalah dengan menggunakan teknologi pengawetan melalui proses silase (tidak tergantung oleh sinar matahari). Selain itu juga hijauan yang akan diawetkan dapat dicampur dengan bahan konsentrat,kemudian disimpan selama 4-8 bulan.

Persediaan pakanini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ternak musim kemarau (Sofyan dan Febrisiantosa, 2007).

Kualitas fermentasi silase ditentukan oleh bahan aditif yang digunakan.

Zat aditif silase meliputi bahan pakan, urea, amonia, dan inokulan. Fungsi utama zat tersebut adalah untuk meningkatkan nilai gizi silase atau meningkatkan fermentasi sehingga tingkat kerugian selama penyimpanan berkurang (Lattemae dan Tamm, 2005).

Prinsip pembuatan pakan komplit dalam bentuk silase ini seperti proses fermentasi pada umumnya. Silase pakan komplit dibuat sesuai dengan standar kebutuhan ternak. Campuran hijauan terlebih dahulu dipotong-potong sepanjang 2-3 cm menggunakan chopper sebelum dicampur dan diaduk merata dengan bahan konsentrat lainnya. Bahan pakan konsentrat ini, selain untuk memperbaiki kandungan nutrisi dari pakan yang dihasilkan juga berfungsi sebagai substrat penopang proses fermentasi (ensilase). Campuran ransum komplit selanjutnya

(21)

dimasukkan ke dalam silo, dipadatkan, dan ditutup rapat (anaerob) selama tiga minggu, dan produknya kemudian dinamakan “Silase Pakan Komplit” (Ramli dan Ridla, 2008).

Proses silase akan memakan waktu kurang lebih 3 minggu bila tidak ditambah starter. Produk silase yang baik atau sudah jadi ditandai dengan bau yang agak asam dan berwarna coklat muda karena warna hijau daun dari khlorofil akan hancur sehingga limbah menjadi kecoklatan. Bila ditambah molases, silase yang dihasilkan agak berbau sedikit harum. Walaupun baunya agak asam, akan tetapi cukup palatabel bagi ternak (Nusio, 2005).

Purwaningsih (2015), melaporkan bahwa terdapat perbedaanyang signifikan pada perlakuan variasi jenis inokulum dan lama fermentasi. Perlakuan K3L2 (L. plantarum + L. fermentum, 21 hari) mempunyai hasil yang lebih baik daripada perlakuan lainnya dilihat dari kualitas fisik maupun kualitas kimiawinya.

Berdasarkan kualitas fisiknya berwarna hijau kecoklatan, tekstur halus, beraroma asam segar, dan hanya ditemukan sedikit jamur pada permukaan silo. Sedangkan berdasarkan kualitas kimiawinya memiliki kadar protein kasar 17,840%, serat kasar 12,865% dan kadar air 51,588%.

Kushartono et al. (2005) juga melaporkan bahwa pembuatan silase dari tanaman jagung sangat baik dilakukan. Pembuatan silase tanaman jagung menunjukkan pada organoleptik silase tanaman jagung diperoleh silase yang bersih tanpa jamur, berbau harum dan warna tanaman jagung masih segar.

Sedangkan pada uji kualitas silase tanaman jagung secara kimiawi menunjukkan hasil yang cukup baik, tidak terjadi penurunan nilai gizi, bahkan kandungan protein, lemak, dan energi lebih tinggi dari rumput raja.

(22)

Probiotik MOIYL

Probiotik adalah mikroba hidup dalam media pembawa yang menguntungkan ternak karena: menciptakan keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan sehingga menciptakan kondisi yang optimum untuk Universitas Sumatera Utara pencernaan pakan dan meningkatkan efisiensi konversi pakan sehingga memudahkan dalam proses penyerapan zat nutrisi ternak, meningkatkan kesehatan ternak, mempercepat pertumbuhan, memperpendek jarak beranak, menurunkan kematian pedet, dan memproteksi dari penyakit patogen tertentu sehingga dapat meningkatkan produksi susu atau daging (Novianto, et al., 2013).

Fuller (1989) menyatakan bahwa probiotik merupakan pakan aditif berupa mikroba hidup yang dapat meningkatkan keseimbangan dan fungsi pencernaan hewan inang, manipulasi mikroflora saluran pencernaan untuk tujuan peningkatan kondisi kesehatan serta meningkatkan produksi.

MOIYL merupakan mikroorganisme indigenous berbasis limbah perkebunan sawit yang mengandung bakteri, fungi dan yeast berupa Bacillus sp YLB1, Trichoderma sp YLF8 dan Saccharomyces sp YLY3 termasuk mikroba yang

memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi serat (lignoselulosa) (Yunilas et al., 2013 dan Yunilas, 2016).

Woolford (1998) menyatakan bahwa proses ensilase membutuhkan pembentukan asam laktat yang cepat, oleh karena itu perlu dilakukan manipulasi mikroorganisme pembentuk asam laktat yaitu dengan menambahkan bahan aditif.

Menurut McDonald et al. (1991), aditif silase dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu aditif stimulan dan aditif penghambat mikroorganisme. Aditif stimulan akan

(23)

membantu proses fermentasi dan pertumbuhan bakteri asam laktat lebih cepat sehingga dapat memproduksi asam laktat lebih cepat juga, sehingga kondisi asam cepat tercapai, sedangkan aditif penghambat mikroorganisme digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk seperti Clostridia sehingga pakan bisa awet. Aditif tersebut dapat berupa bakteri asam laktat, molases dan asam.

Bahan Pakan Tambahan Dedak Padi

Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil ikutan penumbukan padi (Nugroho, 2012). Oleh sebab itu kandungan nutrisinya juga cukup baik, dimana kandungan protein dedak halus sebesar 12 % - 13 %, kandungan lemak 13 % dan serat kasarnya 12 %. Kandungan nilai gizi dalam dedak halus ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Kandungan nilai gizi dedak padi

Uraian Kandungan (%)

Bahan Kering 89.60

Protein Kasar 11.90

TDN 67.00

Serat Kasar 8.50

Lemak Kasar 9.10

Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2001).

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa digolongkan ke dalam bahan pakan sumber protein.

Bungkil kelapa ini adalah hasil dari sisa pembuatan dan ekstraksi minyak kelapa yang didapat dari daging kelapa yang telah dikeringkan terlebih dahulu. Bungkil kelapa yang baik mengandung protein kasar yang cukup tinggi, sekitar 18% dan

(24)

serat kasar sekitar 14%. Selain mengandung beberapa nutrisi yang memadai, bungkil kelapa mudah diperoleh dipasaran dan harganya relatif murah (Rasyaf, 2007). Kandungan nutrien bungkil kelapa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Kandungan nilai gizi Bungkil Kelapa

Komponen Kandungan Nutrisi (%)

Kadar Air (%) 13,35

Abu (%) 5,92

Protein Kasar (%) 17,09

Lemak Kasar (%) 9,44

Serat Kasar (%) 30,40

WSC (%) -

Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2001)

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai atau soybean meal merupakan hasil ikutan setelah kedelai diolah dan diambil minyaknya. Bungkil kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati terbaik dalam pembuatan pakan ternak saat ini. Kandungan protein bungkil kedelai sekitar 44- 51% dan merupakan sumber protein yang amat bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Penggunaan bungkil kedelai dalam pembuatan pakan ternak, biasanya sebesar 7 % - 10% dari total seluruh komposisi pakan ternak (Rasyaf, 2007).

Menurut Purwanto (2010), bahwa penggunaan bungkil kedelai 17% dalam susunan konsentrat ditambah silase klobot jagung dapat dimanfaatkan sebagai pengganti rumput lapangan sampai level 70% dari total ransum.

Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku sumber protein hewani  dan mineral yang dibutuhkan dalam komposisi makanan ternak. Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari  penggilingan ikan.

(25)

Kandungan proteinnya relatif tinggi tersusun oleh asam-asam amino esensial yangkompleks (methionin dan lysin) dan mineral (Ca dan P, serta vitamin B12). Bahan yang digunakan yaitu ikan, dan biasanya berbagai jenis ikan laut  dapat diolah menjadi tepung ikan, akan tetapi yang paling ekonomis adalah ikan- ikan kecil (rucah) yang kurang disukai untuk dikonsumsi dan harganya relatif murah (Ali, 2014).

Tabel 4. Kandungan nutrisi tepung ikan

Parameter Pengamatan

Bahan kering Air

Abu

Lemak kasar Protein kasar Serat kasar BETN

93%

7,00%

17,93%

6,89%

59,58%

4,48%

4,12%

Sumber : Dwitiya (2012) Mineral

Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah yang kecil, namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik.

Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang dan gigi, pembentukan darah dan pembentukkan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang berperan dalam proses metabolisme didalam sel. Penambahan mineral dalam ransum domba dapat mencegah kekurangan mineral didalam makanan.

Lebih kurang 4% dari tubuh domba terdiri dari mineral (Kusumaningrum, 2013).

Mineral yang dibutuhkan ternak domba memang relatif sedikit, namun mineral sangat penting dan diperlukan untuk kesempurnaan makanan yang dikonsumsi oleh ternak domba. Mineral esensial yang diperlukan oleh tubuh ternak domba terbagi dalam 2 kelompok, yakni mineral makro yang terdiri dari Ca, P, Mg, Na, K dan Cl, serta mineral mikro yang terdiri dari Cu, Mo,Fe dan

(26)

lainlain. Kebutuhan akan mineral makro lebih banyak daripada jumlah kebutuhan mineral mikro (Kusumaningrum, 2013).

Urea

Urea dalam ransum mempertinggi daya cerna selulosa dalam hijauan.

Selain meningkatkan kualitas hijauan,urea juga dapat dimanfaatkan sebagai pengganti protein butir-butiran. Urea juga dapat memenuhi kebutuhan protein untuk pertumbuhan dan produksi ternak ruminansia. Menurut Nugroho (2012) menyatakan bahwa penggunaan urea dalam ransum ternak domba sebanyak 4,5%

dari pemberian konsentrat belum menunjukkan gejala keracunan. Namun apabila urea yang diberikan terlalu banyak akan menyebabkan kenaikan pH rumen dan serum darah yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme terhambat.

Selain untuk pengolahan bahan pakan, urea sering ditambahkan dalam ransum sebagai suplemen. Urea mampu meningkatkan PK ransum karena urea mengandung sekitar 45% N atau equivalen dengan 242- 281% PK. Seperti yang pernah dilaporkan bahwa penambahan urea sebanyak 0,99% dalam ransum mampu meningkatkan kadar PK ransum dari 15.99% menjadi 17.58 % (Puastuti dan Mathius, 2008).

Molases

Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat, protein dan mineralnya cukup tinggi sehingga bisa juga dijadikan pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pakan pendukung. Disamping

(27)

harganya murah, kelebihan lain tetes tebu terletak pada aroma dan rasanya (Astutik et al., 2002).

Molases sebagai hasil ikutan proses pengolahan tebu menjadi gula sangat palatabel bagi ternak domba. Penyertaan molases dalam campuran dengan bahan pakan tambahan lain dapat meningkatkan konsumsi pakan tambahan secara keseluruhan akibat aroma yang ditimbulkannya, maupun terbentuknya ikatan fisik diantara bahan penyusun pakan tambahan sehingga mengurangi hilangnya pakan terutama bahan pakan yang bersifat pendebuan. (Astuti et al., 2002).

Tabel 5. Kandungan nilai gizi molasses

Uraian Kandungan (%)

Bahan Kering 67,5

Protein Kasar 3 – 4

Lemak Kasar 0,08

Serat Kasar 0,38

TDN 81,0

Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan FP-USU, Medan (2000).

Penambahan molases pada silase tebon jagung yang dibuat dengan penambahan fermentor Lignochoritic dengan level 20 ml dan lama simpan 1,5 bulan terbukti memiliki karakteristik dan kualitas silase terbaik jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan lain. Karakteristik silase yang diperoleh yaitu berwarna hijau kekuningan (alami), berbau segar-harum, tekstur padat, utuh, halus, tidak menggumpal dan tidak berlendir, dengan pH 4,55. Silase terbukti memiliki kandungan air dan SK terendah dan kandungan PK dan LK tertinggi (Rahayu et al., 2017).

(28)

Analisis Proksimat

Analisis proksimat adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui nilai kandungan nutrisi suatu bahan pakan dimana nilainya mendekati nilai yang sebenarnya, oleh karena itu untuk menunjukkan nilai dari sistem analisis proksimat selalu dilengkapi dengan istitlah minimum dan maksimum sesuai dengan manfaat fraksi tersebut (Kamal, 1998). Dari sistem analisis proksimat dapat diketahui adanya 6 macam fraksi di dalam nya yaitu : 1) Air, 2) Abu, 3) Protein kasar, 4) Lemak kasar (ekstrak ether), 5) Serat kasar, 6) BETN. Khusus untuk BETN nilainya dicari hanya dengan berdasarkan perhitungan yaitu 100%

dikurangi jumlah dari kelima fraksi yang lain. BETN = 100% - (%Air + %Abu +

%PK + %SK + %LK)

Air dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan dalam beberapa waktu pada suhu 105–110 oC dengan tekanan udara bebas hingga mempunyai bobot tetap. Penentuan kandungan kadar air dari suatu bahan bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan tersebut (Kamal, 1998). Setelah pemanasan tersebut sampel bahan pakan disebut sebagai bahan kering dan penggunaannya dengan sampel disebut kadar air (Tillman dkk, 1998). Kadar air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air bebas, air terikat lemah dan air terikat kuat. Faktor yang mempengaruhi kadar air yaitu pengeringan dan kandungan air dari suatu bahan pakan (Sutardi, 2001).

Kadar abu adalah banyaknya sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan.

Suatu bahan apabila dibakar sempurna pada suhu 500 – 600 oC selama beberapa waktu, semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2, H2O dan gas lain yang menguap. Mineral dapat menguap sewaktu pembakaran, contohnya Na

(29)

(Natrium), Cl (Klor), F (Fosfor), dan S (Sulfur), oleh karena itu abu tidak dapat digunakan untuk menunjukkan adanya zat anorganik di dalam pakan secara tepat baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Kadar abu dari pakan yang berasal dari hewan dan ikan dapat digunakan sebagai indeks kadar Ca (Kalsium) dan P (Fosfor), yang juga merupakan tahap awal penentuan berbagai mineral yang lain (Kamal, 1998).

Serat kasar merupakan residu dari bahan pakan atau hasil pertanian setelah diperlakukan dengan asam atau alkali mendidih, dan terdiri dari selulosa, dengan sedikit lignin dan pentose. Serat kasar juga merupakan kumpulan dari semua serat yang tidak bisa dicerna, komponen dari serat kasar ini yaitu terdiri dari selulosa, pentose, lignin dan komponen-komponen lainnya. Komponen dari serat penting untuk proses pencernaan di dalam tubuh ternak agar proses pencernaan berjalan dengan lancer (peristaltic) (Hermayati dkk, 2006). Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar bahan baku pakan. Zat-zat yang tidak larut selama pemasakan bisa diketahui karena terdiri dari serat kasar dan zat- zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan, ditimbang dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi. Perbedaan berat yang dihasilkan dari penimbangan menunjukkan berat serat kasar yang ada dalam makanan atau bahan baku pakan (Murtidjo, 1987).

Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan factor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6.25 (100/16). Nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau nitrogen non protein (non-protein nitrogen/NPN). Nilai yang diperoleh dari

(30)

perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang disebut protein kasar (Kamal, 1998). Kadar protein suatu bahan pakan secara umum dapat diperhitungkan dengan analisis kadar protein kasar. Analisis kadar protein ini merupakan usaha untuk mengetahui kadar protein bahan baku pakan. Analisis kadar protein digunakan untuk menguji kadar protein, ditentukan kadar nitrogennya secara kimiawi kemudian angka yang diperoleh dikalikan dengan faktor 6.25 = (100 : 16). Faktor tersebut digunakan sebab nitrogen mewakili sekitar 16% dari protein (Murtidjo, 1987).

Kadar lemak dalam analisis proksimat ditentukan dengan mengekstraksikan bahan pakan dalam pelarut organik. Zat lemak terdiri dari karbon, oksigen dan hidrogen. Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni akan tetapi campuran dari berbagai zat yang terdiri dari klorofil, xantofil, karoten dan lain-lain (Murtidjo, 1987). Kemudian untuk penetapan kandungan lemak dilakukan dengan larutan N-heksan sebagai pelarut.

Fungsi dari N-heksan adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari kuning menjadi jernih (Mahmudi, 1997).

Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dalam arti umum adalah sekelompok karbohidrat yang kecernaannya tinggi, sedangkan dalam analisis proksimat yang dimaksud Ekstrak Tanpa Nitrogen adalah sekelompok karbohidrat yanag mudah larut dengan perebusan menggunakan asam sulfat 1.25% atau 0.255 N dan perebusan menggunakan larutan NaOH 1.25% atau 0.313 N yang berurutan masing-masing selama 30 menit. Walaupun demikian penentuan kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100% - (% air + % abu + % serat kasar + %protein kasar + %lemak kasar). Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen

(31)

dipengaruhi oleh kandungan nutrient lainnya yaitu protein kasar, air, abu, lemak kasar dan serat kasar (Kamal, 1998).

(32)

20

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan yang dilaksanakan mulai dari bulan Juni sampai Agustus 2017. Penelitian tahap pertama yaitu proses pembuatan silase pakan komplit berbahan dasar limbah jagung yang bertempat di Laboratorium Biologi Ternak Universitas Sumatera Utara. Penelitian tahap kedua yaitu analisa kandungan nutrisi (analisis proksimat) di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Dipenogoro, Semarang.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Bagian pertama adalah hijauan yang terdiri atas limbah tanaman jagung (batang dan daun tanaman jagung). Bagian kedua adalah konsentrat yang terdiri dari dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai dan tepung ikan. Bagian ketiga adalah aditif yang terdiri dari molasses, mineral, urea dan juga probiotik MOIYL.

Dan bagian keempat adalah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses analisis proksimat.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin chopper, alat press hidrolik, baskom, plastik untuk silo berdiameter 25cm, timbangan, serta alat-alat laboratorium untuk menganalisis kandungan Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Lemak Kasar (LK), Serat Kasar (SK), dan Abu.

(33)

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam peneltian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 4x3 dengan 3 ulangan. Adapun susunan nya adalah sebagai berikut :

Faktor A = berbagai dosis probiotik MOIYL.

A0 = Tanpa probiotik MOIYL A1 = 1% probiotik MOIYL A2 = 3% probiotik MOIYL A3 = 5% probiotik MOIYL Faktor B = Lama inkubasi (fermentasi)

L1 = 7 hari fermentasi L2 = 14 hari fermentasi L3 = 21 hari fermentasi

Adapun ulangan di dapatkan dari rumus : a.b (r-1) ≥ 15 3.4 (r-1) ≥ 15 12r – 4 ≥ 15 12r ≥ 15 + 4 r ≥ 20 / 12

r ≥ 1,58 r ≥ 2 = 3 Adapun metode linier yang digunakan adalah

Yij = μ + αі + βi + εijk

(34)

Keterangan :

Yij = Hasil pengamatan yang diperoleh kombinasi perlakuan penambahan inokulum ke-Idan lama penyimpanan ke-j

μ = Rata – rata nilai sesungguhnya

αi = Pengaruh perlakuan dosis inokulum ke - i βi = Pengaruh lama penyimpanan ke – j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi perlakuan ke – i dan ke - j

ԑijk = Pengaruh galat perlakuan ke – i dan ke – j pada satuan percobaan

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama yaitu tahap pembuatan Probiotik Moiyl dan tahap kedua yaitu pembuatan silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung yang difermentasi dengan menggunakan probiotik MOIYL hingga pengujian kandungan nutrisi (analisis proksimat) silase tersebut.

Tahap Pertama (pembuatan Probiotik MOIYL)

Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pembuatan probiotik MOIYL adalah sebagai berikut ;

1. Mempersiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam proses pembuatan probiotik MOIYL) menggunakan beberapa bahan antara lain dengan air steril 1,5 liter sebagai pelarut, dedak padi sebanyak 3 %, urea 1%, pupuk SP 36 0,5 %, tepung ikan 1%, terasi 0,5%, gula merah 1,5%, molases 1,5%, inokulum campur 10 %.

(35)

2. Semua bahan dimasukkan kedalam jerigen ukuran 5 liter, dilakukan pengguncangan agar semua bahan tercampur, lalu ditutup menggunakan plastik dan diikat karet gelang.

3. Melakukan pengecekan terhadap probiotik MOIYL tersebut mulai dari hari ke 1 (pertama) hingga hari ke 7 (tujuh). Apabila plastik mengembang dan jerigen mulai menggembung maka bisa dikatakan bahwa proses fermentasi telah terjadi dan terdapat gas didalamnya atau mikroorganisme yang akan diaktifkan bekerja. Maka dari itu, tutup jerigen harus di buka untuk membuang gas yang ada didalam jerigen setiap harinya. Untuk menghindari jerigen yang semakin lama semakin menggembung.

4. Probiotik MOIYL siap digunakan setelah masa fermentasi 7 hari (1 minggu).

Tahap kedua Pembuatan silase pakan komplit berbasis limbah jagung

Tahap-tahap yang dilakukan pada proses pembuatan silase adalah sebagai berikut;

1. Mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan silase pakan komplit. Seperti limbah tanaman jagung, konsentrat yang terdiri dari bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak padi, molases, urea, mineral serta Probiotik MOIYL yang akan digunakan. Dan juga sedikit air untuk melarutkan molases. Berikut susunan bahan pakan pembuatan silase pakan komplit yang dapat dilihat pada tabel 6.

(36)

Tabel 6. Susunan Bahan Pakan Pembuatan Silase Pakan Komplit

Bahan Pakan PK (%) Penggunaan (%)

Limbah Jagung 5a 70

Bungkil Kedelai 44b 10

Bungkil Kelapa 17.09c 7

Tepung Ikan 54d 1

Dedak Padi 11.90e 5

Molases 4f 5

Urea 2.42g 1

Mineral 0 1

Keterangan: a). BPTP Sumatera Barat (2011), b). Rasyaf (2007), c). Laboratorium Ilmu Nutrisi dan PakanTernak Departemen Peternakan FP USU (2001), d). Dwitiya (2012), e).

Laboratorium Ilmu Nutrisi danPakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2001), f).

Laboratorium Ilmu Makanan Ternak JurusanPeternakan FP USU, Medan (2000), dan g).

Puastuti dan Mathius (2008).

2. Limbah tanaman jagung yang telah dipanen jagungnya, di ambil 10 cm dari permukaan tanah. Kemudian di chopper dengan ukuran 3 – 5 cm. Setelah itu, di angin anginkan sebentar untuk mengurangi kadar air limbah tanaman jagung tersebut. Timbang semua bahan seperti limbah jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepungikan, urea, mineral dan molases.

Limbah jagung dimasukkan kedalam plastik, lalu ditambahkan dengan pakan tambahan seperti, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, urea, mineral dan molases.

3. Menambahkan probiotik MOIYL kedalam plastik silo yang telah berisikan semua bahan (limbah tanaman jagung, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, urea, mineral dan molasses) dengan dosis 0 %, 1%, 3%

dan 5% sesuai perlakuan. Diaduk hingga merata lalu diikat, kemudian dilapisi dengan plastik kedua untuk mencegah kebocoran selama proses fermentasi.

Kemudian sampel diifermentasi selama waktu sesuai perlakuan (7 hari, 14 hari, dan 21 hari).

(37)

4. Limbah tanaman jagung yang sudah menjadi silase kemudian di uji kandungan nutrisi nya dengan melakukan pengujian Analisis Proksimat yang bertujuan untuk mengetahui kandungan Bahan Kering (BK), Protein Kasar (PK), Lemak Kasar (LK), Serat Kasar (SK), dan Abu.

Parameter Penelitian

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah kandungan nutrisi silase pakan komplit yang berbasis limbah tanaman jagung (batang dan daun) yang difermentasi dengan menggunakan mikroorganisme lokal (Probiotik MOIYL) berdasarkan analisis proksimat sebagai berikut :

1) Kadar Air atau Bahan Kering (BK)

Sampel seberat 1-2 gr diletakkan dalam cawan yang sudah ditimbang beratnya. Lalu dimasukkan kedalam ovendengan suhu 105 oC selama kurang lebih 3 jam. Setelah itu sampel di dinginkan didalam desikator selama 1 jam lalu ditimbang. Penimbangan tersebut dilakukan sebanyak tiga kali dengan selang waktu 1 jam sekali dan kemudian di rata-ratakan untuk mendapatkan hasil yang konstan. Bahan kering dihitung dengan menggunakan rumus :

(Berat C + S sebelum oven) – (Berat C + S setelah di oven)

% KA = x100%

Berat sampel awal

% BK = 100% - % KA

Keterangan : KA = Kadar Air BK = Bahan Kering C = Cawan porselin S = Sampel

(38)

2) Protein Kasar (PK)

Dalam pengujian kandungan protein kasar terdapat tiga tahap yang dilakukan yaitu ;

a. Tahap destruksi

Sampel ditimbang seberat 0.05 gr. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan tambahkan 1 gr selenium, 2.5 ml H2S04 dan 3 tetes H2O2. Bahan-bahan yang telah dicampurkan di destruksi hingga bening, pengatur panas pada alat destruksi diputar dengan skala 2 hingga mencapai skala 10. Sampel yang telah di destruksi kemudian diencerkan menggunakan H2O (aquades) sebanyak 50 ml dan dikocok. Kemudian dimasukkan kedalam botol kjehdahl sebanyak 10 ml.

b. Tahap destilasi

Pada tabung kjehdahl yang berisi 10 ml sampel tersebut kemudian ditambahkan penolphtalen 3 tetes dan NaOH 50% sampai larutan menjadi merah.

Pada erlemenyer dimasukkan asam borax (H3BO3) 3% sebanyak 5 ml, kemudian ditambahkan cairan aquades sebanyak 25 ml serta indicator mix 2 tetes. Kedua tabung yang telah berisi larutan tersebut di pasangkan pada alat destilasi kejhdahl kemudian di destialasi hingga larutan erlemenyer bertambah menjadi 150 ml dan destilasi dihentikan kemudian erlemnyer dikeluarkan untuk di titrasi.

c. Tahap titrasi

Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan HCl 0.1 N sampai warna larutan erlemenyer berubah warna menjadi pink dan dihitung dengan blanko (0.05). Perhitungan kadar protein adalah sebagai berikut :

Volume HCl x N HCl x 14,01 x 6,25 x FP

% Protein = x 100%

Berat sampel

(39)

Keterangan : FP = Faktor Pengenceran 3) Serat Kasar (SK)

Prinsip dari analisis serat kasar yaitu ekstraksi, contoh dengan menggunakan asam dan basa untuk memisahkan serat kasar dan bahan lainnya.

Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau pertanian setelah diperlakukan dengan asam dan alkali mendidih yang terdiri dari selulosa dengan sedikit lignin dan pentose. Sampel yang akan diukur dihaluskan terlebih dahulu sehingga dapat melalui saringan diameter 1 mm dan diaduk merata.

Sebanyak 1 gr sampel dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian ditambahkan 150 ml H2SO4 1,25% yang mendidih dan didihkan selama 30 menit dan sekali-sekali digoyang-goyang. Kemudian dipasang corong penghisap yang telah dilapisi kertas saring ke vacump pump, kemudian rebusan sampel dituangkan dan membiarkan air rebusan diserap habis. Setelah itu dicuci dengan air panas 100 ml, diambil sampel dan dimasukkan ampasnya ke dalam beaker glass dan ditamabahkan 150 ml NaOH 1,25%. Kemudian direbus denga skala tinggi sampai mendidih kemudian diturunkan skala perebusannya dan dibiarkan selama 30 menit.

Kemudian dipasang corong penghisap yang telah dilapisi kertas saring ke vacump pump. Dituang rebusan sampel dan biarkan rebusan air diserap habis,

setelah itu dicuci dengan air panas 100 ml, ethanol 20 ml dan terakhir dengan diethyl ether 20 ml. Diambil residu sampel beserta kertas saringnya dan

dimasukkan kedalam cawan porselin. Cawan porselin dimasukkan ke dalam oven 105 oC selama 12 jam. Kemudian dimasukkan kedalam desikator lebih kurang 1 jam lalu ditimbang. Setelah itu dipijarkan ke dalam tanur dengan suhu 600 oC

(40)

selama 8 jam sampai putih (menjadi abu). Kemudian dimasukkan kembali ke dalam desikator selama 1 jam lalu ditimbang. Kadar serat kasar dapat diperoleh nilainya dengan rumus sebagai berikut :

B – (A+C)

% Serat Kasar = X 100%

Berat sampel

Keterangan : A = Berat kertas saring (gr)

B = Berat kertas saring + berat sampel (gr) C = Berat Abu (gr)

4) Lemak Kasar (LK)

Sampel seberat 2 gr dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah di timbang berat tetapnya dan disambungkan dengan tabung soxhlet. Labu lemak dimasukkan ke dalam esktraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak. Tabung ekstraksi dipasangkan pada alat destilasi soxhlet, lalu dipanaskan pada suhu 40 oC dengan menggunakan pemanas listrik selama 16 jam. Pelarut lemak yang ada didalam labu destilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi, pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan hingga tidak kembali ke dalam labu, selanjutnya labu lemak dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 oC, setelah itu labu didinginkan dalam desikator. Perhitungan kadar lemak dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

C - B

% Kadar Lemak = X 100%

A

(41)

Keterangan : A = Berat sampel (gr)

B = Berat labu lemak tanpa lemak (gr) C = Berat labu lemak dengan lemak (gr) 5) Kadar Abu

Sampel seberat 2 gr dimasukkan ke dalam cawan porselin yang sudah ditimbang beratnya. Kemudian cawan porselin yang berisikan sampel dimasukkan ke dalam tanur yang bersuhu 600 oC selama 8 jam hingga proses pengabuan sempurna. Setelah lebih kurang 8 jam dan sampel telah menjadi abu, sampel dikeluarkan dari tanur dan didinginkan di dalam desikator selama 1 jam. Sampel ditimbang sebanyak 3 kali masing-masing setiap 1 jam sekali dan dirata-ratakan untuk mendapatkan hasil yang konstan. Kadar abu dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

(Berat C + S setelah tanur) – (Berat C kosong)

% KAb = X 100%

Berat sampel awal

Keterangan : KAb = Kadar Abu C = Cawan porselin S = Sampel bahan Analisis Data

Data yang diperoleh dari analisis proksimat kemudian dilakukan uji sidik ragam (ANOVA). Jika perlakuan memperlihatkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan (Gasprez, 1994).

(42)

30

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Bahan Kering Silase Pakan Komplit berbasis Limbah Jagung Hasil analisis kandungan bahan kering dari silase pakan komplit berbasis limbah jagung yang di fermentasi menggunakan berbagai dosis probiotik MOIYL dengan lama fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Persentase kandungan bahan kering silase pakan komplit berbasis limbah jagung (Zea mays).

Probiotik „‟MOIYL‟‟ Lama Fermentasi (Hari) Rataan L1 (7) L2 (14) L3 (21)

A0 (Tanpa MOIYL) 46.84AA 45.35AA 44.28AB 45.49 A1 (1% Probiotik MOIYL) 42.46BA 44.12AA 34.17BB 40.25 A2 (3% Probiotik MOIYL) 41.23BA 39.36BA 32.96BB 37.85 A3 (5% Probiotik MOIYL) 38.59AC 36.61AC 31.58BA 35.59

Rataan 42.28 41.36 35.74

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01)

Hasil analisis keragaman (Lampiran 4) menunjukkan bahwa adanya interaksi antara penambahan berbagai dosis probiotik MOIYL dengan lama fermentasi yang berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap kandungan bahan kering silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung. Hal ini menunjukkan adanya sinergi positif antara berbagai dosis probiotik MOIYL dan lama fermentasi dalam meningkatkan kualitas kandungan bahan kering silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung.

Rata-rata bahan kering silase yang dihasilkan selama proses fermentasi silase pakan komplit dengan penambahan berbagai dosis probiotik MOIYL dan lama fermentasi yang berbeda dapat digambarkan dalam histogram 1 berikut ini :

(43)

0 10 20 30 40 50

7 hari 14 hari 21 hari

0% MOIYL 1% MOIYL 3% MOIYL 5% MOIYL

Dari gambar histogram di atas dapat dilihat bahwa penambahan berbagai dosis Probiotik MOIYL dan lamanya waktu fermentasi menunjukkan adanya penurunan bahan kering pada silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung. Semakin lama waktu fermentasi dan semakin tinggi dosis penambahan probiotik MOIYL maka akan semakin rendah pula bahan kering yang terkandung pada silase. Terbukti pada perlakuan A3L3 (5% MOIYL dan 21 hari fermentasi) memiliki kandungan bahan kering terendah yaitu 31.58% jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Silase yang baik, memiliki kadar air hijauan sebesar 60%–70%. Hal ini dimaksudkan agar kandungan karbohidrat terlarut air bahan tinggi, sehingga BAL dapat tumbuh dengan baik menghindari pertumbuhan jamur dan mikroba merugikan yang dapat menurunkan protein kasar (PK) selama ensilasi (Nishino et al., 2003). Peningkatan level aditif diduga memacu aktivitas mikroba dalam mengolah karbohidrat menjadi gluksosa dengan cara melepaskan panas dan uap air fermentasi sehingga menyebabkan produksi air juga meningkat. Semakin tinggi air yang dihasilkan selama ensilase, maka kehilangan BK semakin meningkat.

(44)

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mugiawati (2013) yang menunjukkan bahwa penambahan jenis additive dan penambahan bakteri asam laktat yang lebih banyak akan menghasilkan kadar air yang lebih banyak pula, karena bakteri asam laktat dapat memecah ikatan karbohidrat untuk diubah menjadi glukosa, uap air dan panas.

Kandungan Protein Kasar Silase Pakan Komplit berbasis Limbah Jagung Hasil analisis kandungan protein kasar dari silase pakan komplit berbasis limbah jagung yang di fermentasi menggunakan berbagai dosis probiotik MOIYL dengan lama fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Persentase kandungan Protein Kasar Silase Pakan Komplit Berbasis Limbah Jagung (Zea Mays).

Probiotik„‟MOIYL‟‟ Lama Fermentasi (Hari) Rataan L1 (7) L2 (14) L3 (21)

A0 (Tanpa MOIYL) 6.76aa 7.69aa 7.32aa 7.25

A1 (1% Probiotik MOIYL) 7.73ba 8.77aa 8.24ab 8.24 A2 (3% Probiotik MOIYL) 8.65ba 9.20ab 8.56bc 8.78 A3 (5% Probiotik MOIYL) 8.49ba 8.10ab 7.43ab 7.88

Rataan 7.90 8.44 7.79

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang berbeda nyata (P<0.05)

Hasil analisis keragaman (Lampiran 5) menunjukkan adanya interaksi yang nyata (P<0.05) antara perlakuan pemberian berbagai dosis probiotik MOIYL dengan lama fermentasi terhadap kandungan protein kasar silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung.

Rata-rata tinggi protein kasar silase yang dihasilkan selama proses fermentasi dengan penambahan berbagai dosisi MOIYL dan lama fermentasi yang berbeda dapat dilihat gambar histogram 2 berikut ini :

(45)

0 2 4 6 8 10

7 hari 14 hari 21 hari

0% MOIYL 1% MOIYL 3% MOIYL 5% MOIYL

Dari gambar histogram diatas dapat dilihat bahwa protein kasar silase pakan komplit yang ditambahkan berbagai dosis probiotik MOIYL mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan probiotik MOIYL. Peningkatan kandungan protein kasar menunjukkan bahwa dosis berkolerasi positif dengan kandungan substrat. Kandungan protein kasar tertinggi terdapat pada pada perlakuan A2L2 (3% dosis MOIYL dan lama fermentasi 14 hari) yaitu 9.20% dan kandungan protein kasar terendah terdapat pada perlakuan A0L1 (0% dosis MOIYL dan lama fermentasi 7 hari) yaitu 6.76%.

Penambahan inokulum bakteri asam laktat terbukti mampu meningkatkan kadar protein kasar pada silase limbah tanaman jagung (Zea Mays). Meningkatnya kandungan protein kasar dikarenakan bakteri asam laktat itu sendiri sebenarnya merupakan sumber protein, sehingga pada saat ensilase bakteri akan melepaskan binding protein yang kemudian dikoneversi menjadi Protein Available. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Yunilas et al (2014) yang menyatakan bahwa peningkatan kadungan protein kasar disebabkan mikroba dapat menggunakan jaringan substrat untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan mikroba yang tinggi dapat menghasilkan kandungan protein kasar yang tinggi, juga dikarenakan jarigan komposisi tubuh mikroba itu sendiri adalah protein.

(46)

Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Islamiyati (2013) yang menyimpulkan bahwa inkubasi jerami jagung yang diinokulasi fungi Trichoderma sp selama 2 minggu (14 hari) dapat meningkatkan kandungan

protein kasar serta menurunkan bahan organik.

Peningkatan kadar protein kasar mengalami puncak peningkatan pada lama fermentasi 14 hari lalu menurun pada lama fermentasi 21 hari. Terjadinya puncak peningkatan protein kasar diduga karena jumlah gula atau karbohidrat terlarut yang terkandung dalam silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung pada lama fermentasi 14 hari cukup tinggi sehingga digunakan sebagai sumber energi bagi mikroba untuk bertumbuh dan berkembang. Dengan bertambahnya jumlah mikroba maka protein yang dihasilkan pun akan meningkat sesuai dengan pendapat Singh (2009) yang menerangkan bahwa sifat penting dari mikroba bakteri asam laktat adalah kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat dan bakteri tersebut merupakan penyumbang protein asal mikroba.

Penurunan kandungan protein kasar yang terjadi pada lama fermentasi 21 hari diduga karena semakin tinggi dosis probiotik MOIYL sebagai aditif maka aktivitas mikroba semakin tinggi, sehingga terjadi kompetisi antar mikroba dalam memanfaatkan kandungan nutrisi yang terdapat didalam substrat untuk bertahan hidup (Mutmainnah dkk, 2015). Sejalan dengan pernyataan Hamdat (2010) bahwa mikroba yang masih hidup didalam pertumbuhannya menggunakan zat makanan yang ada dalam media sehingga semakin lama fermentasi maka suplai zat makanan yang ada dalam media semakin berkurang yang kemudian menyebabkan pertumbuhan mikroba menjadi tidak optimal seiring dengan lamanya waktu

(47)

fermentasi. Pertumbuhan mikroba yang tidak optimal menyebabkan peningkatan kandungan protein kasar yang terjadi juga menjadi tidak optimal.

Kandungan Serat Kasar Silase Pakan Komplit berbasis Limbah Jagung Kandungan serat kasar dari silase pakan komplit berbasis limbah jagung yang di fermentasi menggunakan berbagai dosis probiotik MOIYL dengan lama fermentasi yang berbeda dapat dilihat pada tabel 9 berikut :

Tabel 9. Persentase kandungan Serat Kasar Silase Pakan Komplit Berbasis Limbah Jagung (Zea Mays).

Probiotik „‟MOIYL‟‟ Lama Fermentasi (Hari)

L1 (7) L2 (14) L3 (21) Rataan A0 (Tanpa MOIYL) 14.98 13.33 15.59 14.63tn A1 (1% Probiotik MOIYL) 15.32 12.94 15.25 14.50tn A2 (3% Probiotik MOIYL) 14.28 11.47 15.20 13.65tn A3 (5% Probiotik MOIYL) 13.04 12.31 16.30 13.88tn

Rataan 14.41B 12.51A 15.58B

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yangsama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0.01)

Hasil analisis keragaman (Lampiran 6) menunjukkan bahwa tidak adanya interaksi antara perlakuan penambahan berbagai dosis probiotik MOIYL dengan lama nya waktu fermentasi (P>0.05) terhadap kandungan serat kasar silase pakan komplit berbasis limbah jagung. Penambahan berbagai dosis probitoik MOIYL tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan kandungan serat kasar silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung (P>0.05), akan tetapi lama fermentasi menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01).

Rata-rata presentase serat kasar silase yang dihasilkan selama proses fermentasi dengan penambahan berbagai dosis Probiotik MOIYL dan lama fermentasi yang berbeda dapat digambarkan dalam histogram berikut ini :

(48)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

7 Hari 14 Hari 21 Hari

0 % MOIYL 1 % MOIYL 3 % MOIYL 5 % MOIYL

Dari gambar histogram dapat dilihat bahwa terjadi trend penurunan serat kasar pada lama fermentasi 14 hari dan meningkat kembali pada lama fermentasi 21 hari.

Penurunan kandungan serat kasar selama proses fermentasi pada silase pakan komplit disebabkan karena terjadinya penguraian yang dilakukan oleh mikroba selama proses fermentasi. Mikroba yang saling bersinergi mempercepat terjadi pelonggaran ikatan lignoselulosa akibat terjadinya peningkatan aktivitas enzim yang dihasilkan selama proses fermentasi. Sejalan dengan pernyataan Yunilas et al. (2013), yang menyatakan bahwa penurunan kandungan serat kasar yang terjadi dikarenakan aktifitas mikroba selama proses fermentasi yang menghasilkan berbagai macam enzim seperti enzim selulosa, enzim xilanase, dan juga enzim pendegradasi lignin yang saling bersinergi dalam mendegradasi serat.

Proses fermentasi silase pakan komplit berbasis limbah tanaman jagung (Zea Mays) telah mencapai titik optimal pada lama fermentasi 14 hari sehingga

pada lama inkubasi 21 hari tidak terjadi penurunan kandungan serat kasar yang berarti mikroba telah mencapai perkembangan yang optimal dengan substrat yang tersedia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Advena (2014), bahwa lama

Gambar

Tabel 11. Persentase kandungan Kadar Abu Silase Pakan Komplit Berbasis          Limbah Jagung (Zea Mays)

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan PBI BA tahun 2006 dan 2009 masih bisa diterapkan pada kasus bencana pasca empsi merapi ini Dari dampak kemgian dan potensi alam yang ada, paling tidak

Konsep kota pintar yang dikenal dengan smart city menggunakan pemanfaatan teknologi dan komunikasi untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa dengan memodifikasi teknik DSG, elemen balok Timoshenko berbasis Kriging dengan orde berapapun bebas dari fenomena shear

Saran yang dapat diberikan peneliti antara lain: (1) Masyarakat Using diharapkan dapat membiasakan BAB di jamban; (2) Membiasakan melakukan pemisahan dan pengolahan

Kegiatan penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada anak sekolah dilakukan di dua sekolah yaitu TK Al-Fadhiilah dengan peserta sejumlah 18 siswa berusia 4-6

Hasil penelitian ini bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Penerapan PHBS dalam Rumah Tangga di Desa

Tradisi Mappadendang yang dilaksanakan di Desa Lebba ’ e Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone merupakan pesta rakyat yang diadakan untuk mempererat hubungan sosial antara

pengembangan karir, serta promosi berdasarkan kompetensi dan prestasi yang dicapai oleh karyawan. b) Menyediakan fasilitas yang mendukung bagi karyawan agar mereka