• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK CAIRAN RUMEN DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN KOMPLIT BERBASIS LIMBAH TANAMAN JAGUNG DAN SORGHUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK CAIRAN RUMEN DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN KOMPLIT BERBASIS LIMBAH TANAMAN JAGUNG DAN SORGHUM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

320

KARAKTERISTIK CAIRAN RUMEN DOMBA LOKAL

JANTAN YANG DIBERI PAKAN KOMPLIT BERBASIS

LIMBAH TANAMAN JAGUNG DAN SORGHUM

Crhisterra Ellen Kusumaningrum, Teguh Wahyono,

dan Suharyono

Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN Jl. Lebak Bulus Raya 49, Jakarta 12070 Indonesia

E-mail: ellen@batan.go.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pakan komplit berupa silase limbah tanaman jagung dan sorghum sebagai pakan hijauan yang dikombinasikan dengan konsentrat dan suplemen pada ternak domba terhadap fermentasi rumen (pH, produksi vollatile fatty acid (VFA) dan ammonia). Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan pakan secara in vivo yang terdiri dari empat perlakuan pakan dan empat periode penelitian dengan kombinasi sebagai berikut: A. 60 % rumput lapang + 40 % konsentrat plus + biosuplemen, B. 60 % silase sorghum + 40 % konsentrat plus + biosuplemen, C. 60 % silase sorghum + 40 % konsentrat plus + suplemen pakan multinutrien tanpa molasses (SPMTM), D. 60 % silase jagung + 40 % konsentrat plus + biosuplemen. Variabel yang diukur adalah pH, produksi vollatile fatty acid (VFA) dan ammonia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran rataan untuk pH, VFA dan ammonia

masing – masing adalah 6.31 – 6.72; 26.3 – 27.3 mmol/100 ml dan 3.57 – 3.96 mg/100ml. Pakan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pH (P<0.05), namun tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.01) terhadap produksi VFA dan produksi ammonia. Nilai pH berada pada kisaran normal untuk pertumbuhan mikroba. Pakan perlakuan D yaitu kombinasi silase jagung, konsentrat plus dan biosuplemen cenderung memberikan nilai produksi VFA dan

ammonia yang lebih tinggi dibanding pakan perlakuan lainnya.

Kata kunci : fermentasi rumen, domba, pakan komplit, silase

PENDAHULUAN

Domba merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil daging. Daging merupakan salah satu produk yang berkontribusi dalam pemenuhan masyarakat akan kebutuhan protein hewani. Telah diketahui bahwa populasi penduduk di Indonesia semakin meningkat, menurut data Badan Pusat Statistik (2013) pada tahun 2000 jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 206.264.595 dan semakin bertambah hingga pada

(2)

321

tahun 2010 mencapai 237.641.326 jiwa. Dengan pertambahan ini, maka konsumsi akan protein hewani juga semakin meningkat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk dapat mencukupi kebutuhan masyarakat akan konsumsi daging. Salah satunya adalah dengan mengadakan sosialisasi ke peternak mengenai manajemen pemeliharaan ternak yang baik dan teknologi pemberian pakan.

Populasi ternak domba di Indonesia tahun 2011 adalah 11.790.612 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2013). Pemeliharaannya tidak begitu sulit, karena ternak domba cukup kecil dan cepat dewasa. Namun demikian, tetap memerlukan perhatian yang khusus untuk meningkatkan produktivitasnya. Pada umumnya peternak hanya memberikan pakan seadanya, tanpa memperhatikan kandungan nutrisi dan kebutuhan nutrisi dari ternak, sehingga produktivitas ternak tidak optimal. Teknologi pengolahan pakan yang praktis, efektif dan efisien yang dapat diaplikasikan oleh peternak adalah teknologi ensilasi. Ensilasi merupakan teknologi pengolahan pakan dimana dilakukan pengawetan hijauan berdasarkan pada proses fermentasi asam laktat yang terjadi secara alami dalam kondisi anaerobik.

Tanaman jagung dan sorghum merupakan tanaman pangan yang memegang peranan penting dalam usaha pemerintah untuk mencapai ketahanan pangan. Tanaman ini mampu dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat untuk kebutuhan manusia dan limbahnya yaitu batang dan daun dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Salah satu kendala yang dialami peternak adalah ketersediaan pakan yang sangat dipengaruhi oleh musim. Untuk itu teknologi ensilasi sangat dibutuhkan agar mampu memperlama masa simpan, sehingga pada saat musim penghujan dimana limbah tanaman jagung dan sorghum berlimpah, diproses menjadi silase untuk kemudian dapat dimanfaatkan pada saat musim kemarau dimana bahan pakan ternak ketersediaannya terbatas.

(3)

322

Seiring dengan diberikannya pakan yang berkualitas, produktivitas ternak domba akan meningkat, yang ditandai dengan optimalnya pencernaan pada ternak domba. Telah diketahui bahwa sistem pencernaan ternak domba adalah pencernaan secara mekanik, enzimatik ataupun mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau penguyahan dalam mulut dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang di hasilkan oleh kontraksi otot sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi dilakukan oleh enzim yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah pencernaan (Tillman et al., 1984). Produksi vollatile fatty acid dan ammonia merupakan salah satu indikasi bahwa pakan yang diberikan mampu dicerna dan dimanfaatkan dengan baik oleh ternak domba.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pakan komplit berupa silase limbah tanaman jagung dan sorghum sebagai pakan hijauan yang dikombinasikan dengan konsentrat dan suplemen pada ternak domba terhadap fermentasi rumen (pH, produksi vollatile fatty acid dan ammonia).

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Oktober 2011 di kandang kelompok nutrisi ternak Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Empat ekor domba lokal jantan berumur 1 – 2 tahun dengan berat badan 16 – 23 kg, ditempatkan pada kandang panggung, dengan konstruksi dari kayu dan atap genting, masing-masing dilengkapi dengan tempat pakan terbuat dari kayu untuk rumput lapang, baskom untuk tempat pakan komplit dan suplemen serta tempat minum. Kandang dimodifikasi dengan penambahan tempat untuk menampung feses yang diletakkan dibawah tempat pijakan kaki ternak, terbuat dari kasa yang disesuaikan dengan ukuran kandang individual. Sebelum penelitian dilakukan, ternak diberi nomor, dicukur bulunya, dipotong kukunya, dimandikan, ditimbang berat

(4)

323

badannya dan diberi obat cacing. Domba-domba yang telah siap kemudian ditempatkan ke dalam kandang percobaan secara acak.

Pakan perlakuan diberikan dalam pola rancangan latin square 4x4 yaitu empat perlakuan pakan dan empat kelompok ternak. Dengan pakan perlakuan sebagai berikut: (A) 60 % rumput lapang + 40 % konsentrat plus + biosuplemen, (B) 60 % silase sorghum + 40 % konsentrat plus + biosuplemen, (C) 60 % silase sorghum + 40 % konsentrat plus + SPMTM, dan (D) 60 % silase jagung + 40 % konsentrat plus + Biosuplemen. Selama periode perlakuan, pemberian konsentrat plus dan suplemen pakan diberikan 1 kali pada pagi hari. Pakan hijauan diberikan 2 kali yaitu 20 % pada pagi setelah pemberian konsentrat plus dan suplemen pakan serta 40 % pada sore hari. Setiap periode terdapat selang waktu selama 7 hari untuk periode washing yaitu periode dimana ternak tidak mendapatkan pakan perlakuan.

Pengambilan cairan rumen dilakukan dengan pompa vacuum dan 2 buah selang (selang yang tersambung pada pompa vacuum, selang yang dimasukkan ke perut domba dan yang tersambung dengan labu erlemeyer ukuran 250 ml), kain kasa dan termos. Salah satu selang tersambung pada pompa vacuum. Selang ke dua dimasukkan ke dalam perut kambing/domba melalui oral. Setelah posisi selang masuk ke dalam perut kambing, kemudian kedua selang dihubungkan pada erlemeyer 250 ml. Pengukuran pH dilakukan segera setelah pengambilan sampel cairan rumen, pengukuran menggunakan pH meter Knick.

Pengukuran VFA dengan cara sampel sebanyak 5 ml ditambah 1 ml H2SO4 15% dicentrifuge sampai 3000 rpm selama 10 menit. 2 ml supernatan didestilasi. Volume hasil destilasi ditampung sampai dengan 100 ml dan dititrasi dengan NaOH 0.1N dengan indicator PP 0.1%. Pengukuran ammonia dengan cara cawan conway yang sudah diolesi vaselin diisi bagian tengah dengan 1 ml indikator conway, bagian kiri dengan 1 ml K2CO3 jenuh dan bagian kanan diisi dengan 1 ml sampel cairan rumen, ditutup rapat lalu campurkan sampel dengan K2CO3

(5)

324

perlahan lahan, Diamkan selama 2 jam lalu dititrasi dengan HCl 0, 01 N sampai berubah warna dan catat volume titrasi. Analisis statistik penelitian ini menggunakan analisis of variance (ANOVA) merujuk pada Steel & Torrie (1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan nutrisi bahan pakan yang diberikan ke ternak sangat mempengaruhi produktivitasnya. Pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan dari ternak, agar pakan tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Hasil analisis kandungan nutrisi bahan pakan disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pakan.

Bahan Pakan Air Abu

Protein Kasar Lemak Kasar Serat kasar ...%... Rumput Lapang 9.10 11.3 5.50 1.67 36.19 Silase Sorghum 5.87 15.2 11.28 2.83 34.56 Silase Jagung 9.97 11.3 10.97 4.17 31.16 Konsentrat Plus 14.68 25.5 12.67 2.35 14.92 Biosuplemen 5.83 13.7 10.31 7.85 18.52 SPMTM 13.41 16.36 20.49 14.28 23.77

Keterangan: hasil analisis Balai Pengujian Mutu dan Pakan Ternak

Berdasarkan Tabel 1, kandungan air bahan pakan berkisar antara 5.83 – 14.68 %; kandungan abu 11.3 – 25.5 %; protein kasar 5.50 – 20.49 %; lemak kasar 1.67 – 14.28 % dan serat kasar 14.92 – 36.19. Protein kasar tertinggi terdapat dalam SPMTM hal ini disebabkan karena suplemen mengandung bahan pakan sumber N protein dan NPN, yang diharapkan mampu memberikan pengaruh baik melalui peningkatan protein mikroba, peningkatan kecernaan dan peningkatan konsumsi pakan (Anggorodi, 1979).

Parameter termudah yang diukur untuk mengetahui terjadinya fermentasi adalah pH (Pelczar & Chan, 1986). Terjadinya metabolisme mikroba dalam memanfaatkan medium yang ada mengakibatkan perubahan nilai pH. Rerata pH dari keempat perlakuan A, B, C dan D

(6)

325

dapat dilihat pada Gambar 1. Nilai pH tertinggi terjadi pada perlakuan A yang mendapatkan 60 % rumput lapang + 40 % konsentrat plus + biosuplemen, yaitu sebesar 6.72. Sedangkan yang terendah dengan rataan 6.31 terdapat pada perlakuan B yaitu 60 % silase sorghum + 40 % konsentrat plus + biosuplemen.

Keempat perlakuan mempunyai nilai pH yang optimal untuk pertumbuhan mikroba, yaitu antara 6.31 – 6.72. Hal ini sesuai dengan pendapat Orskov & Ryle (1998) yang menyatakan bahwa kisaran pH yang ideal untuk pertumbuhan mikroba rumen adalah 6.0 – 7.0. Analisa statistik menunjukkan bahwa seluruh perlakuan memberikan perbedaan yang nyata (P<0.05). Namun perlakuan B memberikan kecenderungan lebih asam dibanding dengan perlakuan lainnya.

Produksi VFA ditunjukkan pada Gambar 1. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa produksi VFA berkisar antara 26.3 – 27.3 mmol/100ml. Hasil statistik menunjukkan bahwa pakan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi VFA (P>0.01). Namun pakan D, yaitu kombinasi silase jagung, konsentrat plus dan biosuplemen memberikan nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan lainnya.

Produksi VFA sangat tergantung pada jenis ransum yang dikonsumsi (McDonald et al., 2002). VFA terbentuk dari hidrolisis karbohidrat oleh mikroba rumen dengan bantuan enzym pencernaan menjadi glukosa kemudian diubah menjadi asam piruvat. Dalam proses ini selain VFA, juga dihasilkan gas CO2 dan metan (Ranjhan, 1977). Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi pakan perlakuan D diduga mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih tinggi dibanding pakan perlakuan lainnya dan termetabolisme serta terserap dengan baik oleh usus halus.

(7)

326

Gambar 1. Nilai pH, Produksi VFA dan Produksi NH3 pada masing– masing perlakuan.

Produksi ammonia ditunjukkan pada Gambar 1. Diperoleh hasil bahwa kisaran produksi ammonia berada pada kisaran 3.57 – 3.96 mg/100 ml. Berdasarkan hasil statistik ditunjukkan bahwa pakan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi ammonia. Sama halnya dengan produksi VFA, pakan perlakuan D yaitu kombinasi silase jagung, konsentrat plus dan biosuplemen mempunyai nilai yang lebih tinggi dibanding pakan perlakuan lainnya. Salah satu yang mempengaruhi produksi ammonia adalah waktu setelah makan, dimana pada umumnya produksi optimum dicapai pada 2 – 4 jam setelah pemberian pakan (Blummel et al., 1997).

Jika pakan defisien protein atau tinggi kandungan protein yang lolos degradasi, maka konsentrasi N-NH3 rumen akan rendah (lebih rendah dari 50 mg/L atau 3.57 mM) dan pertumbuhan organisme rumen akan lambat (Satter & Slyter, 1974). Sebaliknya, jika degradasi protein lebih cepat daripada sintesis protein mikroba maka NH3 akan terakumulasi dan melebihi konsentrasi optimumnya.

6,72 6,32 6,67 6,63 26,83 27,1 26,31 27,27 3,58 3,57 3,63 3,96 0 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 Pakan Perlakuan Nilai pH

Produksi VFA tota (mmol/100ml) Produksi NH3 (mg/100ml)

(8)

327

KESIMPULAN

Pakan perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pH, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi VFA dan produksi ammonia. Nilai pH berada pada kisaran normal untuk pertumbuhan mikroba. Pakan perlakuan D yaitu kombinasi silase jagung, konsentrat plus dan biosuplemen cenderung memberikan nilai produksi VFA dan ammonia yang lebih tinggi dibanding pakan perlakuan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2013. Penduduk Indonesia menurut Provinsi. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_sub yek=12&notab=1

Blummel, M., H. P. S. Makkar and K. Becker. 1998. The In Vitro Gas Production Characterixtic of Whole Roughages Extracted Neutral – Detergent Fibre and Their Implications for Analysing the Fermentation of Cell Solubles by A Differential Approach. In: In Vitro Techniques for Measuring Nutrient Supply to Ruminants. E. R. Denville, L. O. Owen, A. T. Adesogan, C. Rymen, J. A. Huntingdon and T. I. J. Lawrence (Eds). Brith. Soc. Of Anim. Sci. (22) : 88 - 90

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2013. http://ditjennak.deptan.go.id/index.php?page=statistik&action=info&idcat =1

McDonald, P. R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalge dan C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Longman Sci. And Technical. New York.

Orskov, E. R dan M. Ryle. 1998. Energy Nutrition in Ruminants. Chalcombe Publications. London

Pelczar, M. J. Dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar – dasar mikrobiologi. Indonesia University Press. Jakarta

Ranjhan, S. K. 1977. Animal Nutrition and Feeding Practice in India. Vikas Publishing House PVT Ltd., New Delhi. P : 16 - 89

Satter, L. D. dan L. L. Slyter. 1974. Effect of ammonia concentration on rumen microbial protein production in vitro. British J. Nutr. 32 : 199 - 208

Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan. Edisi Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1.  Nilai  pH,  Produksi  VFA  dan  Produksi  NH3  pada  masing– masing perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

1) penyusunan program kerja dan rencana anggaran Bidang Kelembagaan, Pelatihan Produktivitas dan Transmigrasi. 2) pengkoordinasian dan penyiapan bahan perumusan kebijakan

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pilihan karier merupakanimplementasi dari konsep diri dan rangkaian pekejaan, jabatan dan kedudukan yang

Kurumsal Kaynak Planlaması işletmenin stratejik amaç ve hedefleri doğrultusunda müşteri taleplerini en uygun şekilde karşılayabilmek için farklı coğrafi bölgelerde

Namun jika dikaji secara mendalam, khususnya dalam teknik penyampaian materi-materi tersebut, dapat diketahui bahwa keempat materi yang disampaikan dalam rekaman

Bakteri endofit merupakan mikroba yang hidup di dalam jaringan tanaman pada periode tertentu dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa

Pemangkasan pucuk pada ruas ke-15 memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah benih per buah, bobot kering benih per buah, dan bobot kering benih per tanaman, dibandingkan dengan

Saran yang dapat diberikan peneliti antara lain: (1) Masyarakat Using diharapkan dapat membiasakan BAB di jamban; (2) Membiasakan melakukan pemisahan dan pengolahan

yang terjadi dalam sejarah Islam, terutama pada periode klasik yang disebut juga sebagai era pembentukan peradaban Islam semenjak masa Nabi Muhammad sampai abad XIII