PERANCANGAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS
PADA SISTEM KERJA PACKING
DI PT. WALET KENCANA PERKASA – SURABAYA
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Studi Strata Satu Dan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh :
MOH. ALI HANAFI
0832215005
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
“PERANCANGAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA
SISTEM KERJA PACKING
DI PT. WALET KENCANA PERKASA – SURABAYA”.
disusun oleh :
MOCHAMMAD ALI HANAFI
0832215005
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur Pada Tanggal : 10 Juni 2011
Tim Penguji, Dosen Pembimbing,
1. 1.
DR. Ir. Sunardi, MT DR. Ir. Sunardi, MT NIP. 195607171987031001 NIP. 195607171987031001
2. 2.
Ir. Endang P.W, MMT Enny Aryani, ST, MT. NIP. 195912281987031002 NIP. 957000041 3.
Enny Aryani, ST, MT. NIP. 957000041
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
“PERANCANGAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS
PADA SISTEM KERJA PACKING
DI PT. WALET KENCANA PERKASA – SURABAYA”.
oleh :
MOCHAMMAD ALI HANAFI
0832215005
Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Negara Lisan Gelombang V Tahun Akademik 2010 / 2011
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
DR. Ir. Sunardi, MT Enny Aryani, ST, MT. NIP. 195607171987031001 NIP. 957000041
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PERANCANGAN KURSI KERJA YANG ERGONOMIS PADA SISTEM KERJA PACKING DI PT. WALET KENCANA PERKASA - SURABAYA”.
Tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain doa yang tulus sebagai ucapan rasa syukur dan terima kasih yang sedalam-dalamya atas segala yang diberikanNya.
Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh, MP. Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Teknik Industri Universitas Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ir. MT.Safirin, MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Bapak Azzril, ST selaku Pembimbing Lapangan sekaligus Manager Produksi di PT. Walet Kencana Perkasa, Surabaya yang telah memberikan fasilitas dan bantuan kepada penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh staf, karyawan dan pihak-pihak di PT. Walet Kencana Perkasa Surabaya yang telah banyak memberikan data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Kedua Orang Tuaku, Bapak dan Ibu yang selalu memberikan nasehat-nasehat, dorongan, doa, dan kasih sayang selama ini.
10.Sahabat-sahabatku Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Angkatan ’08
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya dan PT. PT. Walet Kencana Perkasa, Surabaya pada khususnya.
Surabaya, Juni 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI……….. ..iii
DAFTAR TABEL……….. ..v
DAFTAR GAMBAR………...….vi
DAFTAR LAMPIRAN………..viii
ABSTRAKSI...ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………...…1
1.2 Rumusan Masalah ………...2
1.3 Tujuan Penelitian ………3
1.4 Batasan Masalah ……….3
1.5 Asumsi... ………..3
1.6 Manfaat Penelitian ……….……….…4
1.7 Sistematika Penulisan ……….….4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Studi Penelitian Kerja ...7
2.2 Ruang Lingkup Penelitian Kerja…………..………...8
2.3 Pengujian Kecukupan Data...………..………9
2.5 Menentukan Faktor Penyesuaian………..10
2.6 Sistem Kerja……….. ...……….20
2.7 Perbaikan Sistem Kerja...20
2.8 Kelelahan...22
2.9 Antropometri...23
2.9.1 Cara Pengukuran dan Faktor - Factor yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh Manusia……….23
2.9.2 Aplikasi Distribuís Normal Dalam Penetapan Data Antropometri………...27
2.9.3 Aplikasi Data Antropometri Dalam Perancangan Fasilitas Kerja ……….….28
2.10 Hasil – Hasil Penelitian Sebelumnya Tentang Ergonomis……….…..37
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian………...39
3.2 Identifikasi Variabel………...39
3.3 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah………40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data………..46
4.1.1 Layout Kerja Bagian Packing……….46
4.1.2 Data Observasi.………..………47
4.1.2.2Data Pengukuran Dimensi Tubuh Pekerja………49
4.1.2.3Data Dimensi Meja Kerja ……….51
4.2 Pengolahan Data………..52
4.2.1 Uji Keseragaman Data ………. ………...……...52
4.2.2 Uji Kecukupan Data………...……….56
4.2.3 Perhitungan Ukuran Kursi Sesuai Percentil ………58
4.2.3.1 Perhitungan Simpangan Baku...59
4.2.3.2 Perhitungan Ukuran Kursi Sesuai Dimensi Tubuh Operator...61
4.2.4 Desain Kursi Kerja ...64
4.2.5 Pembuatan Kursi Kerja ...65
4.2.6 Ujicoba Kursi Kerja...69
4.3 Hasil dan Pembahasan...72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….74
5.2 Saran………74
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengukuran Dimensi Struktur Tubuh dalam
Posisi Berdiri dan Duduk Tegap...………26
Gambar 2.2 Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh dalam Berbagai Posisi Gerakan Kerja ...……….26
Gambar 2.3 Data Anthropometri Untuk Perancangan Produk/ FasilitasKerja ……….29
Gambar 2.4 Anthropometri Tangan ……….34
Gambar 2.5 Anthropometri Kepala ...………35
Gambar 2.6 Anthropometri Kaki...………...35
Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian ...……….40
Gambar 4.1 Posisi Kerja Operator Bagian Packing ...45
Gambar 4.2 Layout Kerja Bagian Packing PT.WKP………...……….46
Gambar 4.3 Uji Keseragaman Dimensi Tpo………...………51
Gambar 4.4 Uji Keseragaman Dimensi Tp………...52
Gambar 4.5 Uji Keseragaman Dimensi Lp…...……….53
Gambar 4.6 Uji Keseragaman Dimensi Tsb ...53
Gambar 4.7 Uji Keseragaman Dimensi Plb………...……….54
Gambar 4.8 Illustrasi Pemakaian Kursi Pendek dengan Kursi Tinggi...61
Gambar 4.9 Gambar Teknik Kursi Kerja...……….64
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Westing House Factor………...………..17
Tabel 2.2 Perhitungan Percentil...……….27
Tabel 2.3 Perkiraan Anthropometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, dapat Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis Asia) (mm)...31
Tabel 2.4 Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)...32
Tabel 2.5 Anthropometri Kepala Orang Indonesia….……….………...33
Tabel 2.6 Anthropometri Kaki Orang Indonesia...………….34
Tabel 4.1 Hasil Kuisioner Keluhan Pekerja Packing PT.WKP……….47
Tabel 4.2 Hasil Pembobotan Data Keluhan………...….47
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Keluhan ………...………....48
Tabel 4.4 Dimensi Tubuh Operator Bagian Packing PT.WKP ………....50
Tabel 4.5 Hasil Uji Keseragaman Data…...…………...54
Tabel 4.6 Hasil Uji Kecukupan Data ...………...57
Tabel 4.7 Nilai Rata-Rata Dan Simpangan Baku Dimensi Tubuh………....60
ABSTRAK
Kinerja manusia merupakan sumbangan yang sangat penting bagi kinerja suatu organisasi. Metode kerja dan fasilitas kerja yang digunakan dalam bekerja seharusnya dapat membuat pekerja merasa aman, nyaman dan tidak menimbulkan rasa lelah (fatique) yang berlebihan sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dengan hasil yang seoptimal mungkin dan mutu yang tetap terjaga.
PT.Walet Kencana Perkasa (WKP)-Surabaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan obat nyamuk bakar. Metode kerja yang diterapkan oleh perusahaan khususnya pada bagian (packing) terlihat bahwa operator (pekerja) didalam melaksanakan pekerjaannya bekerja dengan cara berdiri selama jam kerja. Yang mana penerapan metode ini memberikan dampak seperti: pekerja mengalami rasa lelah (fatique) yang berlebihan terutama pada bagian kaki, dan tidak menentunya hasil kerja yang dicapai oleh masing-masing pekerja yang akhirnya berdampak pada kapasitas bagian pengemasan (packing) yang bersifat fluktuatif.
Karena itu penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi dan memperlihatkan tingkat kelelahan (fatique) otot yang telah dialami oleh operator secara empirik dengan menggunakan kuisioner data keluhan pekerja, sehingga dibutuhkan penambahan fasilitas kerja yang dapat mengurangi rasa lelah (fatique) yang berlebihan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian-bagian otot pekerja yang mengalami rasa lelah (fatique) yang berlebihan terdapat pada bagian: paha, betis dan tumit yakni berkisar: 87,50%; 81,25%; dan 77,08%. Dan mengusulkan adanya penambahan fasilitas kerja berupa: kursi tinggi (high chair) tanpa sandaran bahu yang adjustable, dengan ukuran: Tinggi kursi dalam rentang: 67,84 s/d 76,50
cm.;Tinggj pijakan kaki (foot rest) dalam rentang: 35,50 s/d 46,50 cm.; dan Lebar
dudukan kursi: 40,76 cm.
ABSTRACT
Man hours are one of contribution that very important for operating organization. Works methods & facility that used in works should be can making worker feels safe, comfortable, and no impact of fatigue until this works can be efficiently finished with optimum result and good quality.
PT.Walet Kencana Perkasa (WKP)-Surabaya is a consumer goods industry especially mosquito coils (anti insect). Work methods that implemented by industry especially on packing where worker is wrapping mosquito coils on standing position during one shift (8 hours). This condition can be impact on fatigue feels especially leg or foots and can be decreasing quantity and quality product.
Because of this searching to try to identifying and showing muscle fatigue level that has been conducted by operator with fatigue questioners data, until needed adding work facility that could be minimizing fatigue for increasing work productivity.
From searching result that muscle workers that got fatigue as follows: thigh, calf, and heel about 87,50%; 81,25%; and 77,08%. And we have any idea to adding work facility like adjustable high chair with dimension : high of chair about 67,84 s/d 76,50 cm.; high of foot rest about 35,50 s/d 46,50 cm.; and width of chair
about : 40,76 cm.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Permasalahan
Kinerja manusia merupakan sumbangan yang sangat penting bagi kinerja
suatu organisasi. Suatu organisasi tidak akan berfungsi dengan baik tanpa didukung
oleh manusia yang andal. Selain manusia, faktor penting lainnya yang perlu
diperhatikan dalam sistem kerja adalah metode kerja dan fasilitas kerja. Metode
kerja dan fasilitas kerja merupakan komponen yang berhubungan langsung dengan
manusia dimana rancangan metode kerja yang baik sangat diperlukan sesuai
dengan kemampuan manusia untuk berinteraksi dengan fasilitas kerjanya.
Metode kerja dan fasilitas kerja yang digunakan dalam bekerja seharusnya
dapat membuat pekerja merasa aman, nyaman dan tidak menimbulkan rasa lelah
(fatique) yang berlebihan sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara
efisien dengan hasil yang seoptimal mungkin dan mutu yang tetap terjaga. Hal ini
akan memberikan kepuasan kerja kepada pekerja dan meningkatkan motivasi kerja
serta pekerjaan yang dilakukan tersebut akan menjadi lebih efektif (sesuai dengan
target organisasi).
PT. Walet Kencana Perkasa, Surabaya merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang industri pembuatan obat nyamuk bakar yang menerapkan sistem
‘padat karya’, dengan salah satu produk yang dihasilkan perusahaan ini adalah obat
nyamuk bakar merk Baygon, dimana pada bagian produksi para pekerjanya belum
cenderung fluktuatif sehingga untuk menentukan kapasitas masing-masing
departemen menjadi fluktuatif serta penentuan kebutuhan jumlah tenaga kerja yang
setepat mungkin (optimal) menjadi sulit untuk ditentukan.
Dalam pembuatan obat nyamuk bakar merk Baygon PT. Walet Kencana
Perkasa, Surabaya melalui beberapa stasiun kerja yang salah satunya adalah stasiun
kerja packing dimana distasiun kerja packing ini, para pekerja tersebut bekerja
dengan cara posisi berdiri selama jam kerja sehingga cara kerja ini dapat
menimbulkan rasa lelah (fatique) yang berlebihan pada bagian kaki yang akan
dapat memicu timbulnya Varises. Hal ini akan menurunkan performance si pekerja
dimana pekerja dengan varises di kakinya sudah tentu tidak akan tahan untuk
berdiri dengan intensitas waktu yang panjang. Sehingga akan menyebabkan
menurunnya kuantitas dan kualitas hasil kerja.
Dengan adanya masalah tersebut maka dilakukan penelitian untuk
melakukan perbaikan system kerja packing dengan merancang kursi kerja yang
ergonomis sehingga diharapkan dapat mengurangi rasa lelah yang berlebihan pada
saat pekerja beraktifitas.
1.2. Rumusan Permasalahan
Bagaimana merancang kursi kerja yang ergonomis pada system kerja
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menghasilkan sebuah rancangan kursi kerja di bagian packing yang
ergonomis dan menghasilkan sistem kerja baru di PT. Walet Kencana Perkasa,
Surabaya.
1.4. Batasan Masalah
Melihat luas dan kompleksnya masalah yang ada pada masing-masing
departemen dan agar analisa yang dilakukan dapat lebih terarah dan objectif maka
perlu dibuat suatu pembatasan masalah, yaitu:
1. Penelitian hanya dilakukan pada bagian pengemasan (packing) PT. Walet
Kencana Perkasa, Surabaya.
2. Penelitian ini hanya memberikan usulan perancangan kursi kerja dari sistem kerja yang ada sekarang tanpa diikuti dengan penerapan usulan metode kerja
hasil rancangan.
3. Penelitian ini bukan bersifat menyusun ulang sistem kerja yang telah ada tetapi bersifat menambahi/melengkapi sistem kerja yang sudah ada.
4. Penelitian ini tidak membahas masalah biaya.
5. Tingkat ketelitian yang digunakan adalah: 5% dan tingkat keyakinan 95%.
6. Penelitian ini tidak membahas masalah tingkat konsumsi energi yang
dibutuhkan dan dikeluarkan operator pada saat bekerja.
I.5. Asumsi
Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
2. Pekerja yang diamati adalah pada shift 1 (shift pagi) dan dianggap telah dapat
mewakili keseluruhan populasi.
3. Dalam penentuan waktu standard (studi waktu), kelonggaran (allowance)
untuk hambatan yang tidak dapat dihindarkan tidak diperhitungkan dalam
penelitian ini dan metoda kerja yang ada sekarang (aktual) dianggap sudah
baik.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
Manfaat teoritis:
1. Merupakan media aplikasi dari ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa
perkuliahan.
2. Sebagai salah satu bahan acuan bagi dunia pengetahuan agar hasil penelitian
ini dapat menjadi referensi bagi penulisan ilmiah yang berkaitan dengan
pengembangan sistem kerja.
Manfaat praktis :
1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan sistem
kerja terutama fasilitas kerja yang ergonomis sehingga mampu meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
1.7. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan,
tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan
asumsi serta sistematika penulisan tugas akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Mengemukakan teori-teori dari referensi dan literature yang sesuai
dengan materi penelitian yang dijelaskan dan mendukung terhadap
masalah-masalah yang terjadi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Melakukan langkah-langkah metodologi yang digunakan untuk
pembahasan masalah berupa uraian langkah yang diambil dalam
pembahasan beserta penjelasan untuk setiap langkah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengidentifikasi seluruh data yang dikumpulkan dalam penelitian
serta pengolahan data yang berhubungan dengan perbaikan sistem
kerja tersebut untuk mendapatkan standart operasi yang lebih baik.
Menganalisis terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan
sebelumnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian, yakni pengolahan data
dan analisis permasalahan maka dapat disimpulkan suatu usulan
perbaikan metode kerja yakni: melakukan pembakuan gerakan
cara duduk-berdiri (dengan adanya tambahan fasilitas berupa kursi
kerja).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Studi Penelitian Kerja
Aktivitas penelitian kerja yang terdiri dari penelitian metode atau gerakan
kerja (motion study) dan pengukuran waktu kerja (time study atau work
measurement) dalam perkembangannya tidaklah dapat terlepas dari dua buah nama
yaitu Frederick W. Taylor dan Frank B. Gilberth. Aktivitas pengukuran waktu kerja
diperkenalkan pertama kali oleh Taylor terutama sekali dipergunakan untuk
menentukan waktu baku untuk penyelesaian kerja. Dengan adanya waktu ini maka
sistem pengaturan upah ataupun insentif/bonus kerja akan dapat dibuat berdasarkan
konsep “a fair day’s pay for a fair day’s work”. Begitu pula dengan mengetahui
waktu baku ini maka estimasi akan output kerja yang dihasilkan serta jadwal
perencanaan kerja bisa dibuat secara lebih akurat.
Penelitian mengenai metode kerja dan gerakan kerja yang dikembangkan
oleh Frank B. Gilberth dilaksanakan dengan mempelajari gerakan-gerakan tubuh
manusia yang dipergunakan untuk melaksanakan operasi kerja. Tujuan pokok dari
studi gerakan/metode kerja ini adalah untuk memperbaiki pelaksanaan operasi kerja
dengan menghilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif dan tidak
diperlukan, menyederhanakan gerakan-gerakan kerja serta menetapkan gerakan dan
urutan kerja ynag paling efektif guna mencapai tingkat kerja yang optimal.
Penelitian yang dilakukan oleh Taylor dan Gilberth walaupun tidak
dilakukan bersama-sama, tetapi berlangsung pada periode waktu yang hampir
sebelumnya ditulis oleh Taylor sampai pada akhirnya timbul kesadaran untuk
terlebih dahulu melaksanakan studi kerja dengan tujuan memperoleh metode kerja
yang lebih baik dan sederhana sebelum akhirnya waktu baku untuk penyelesaian
kerja tersebut diukur dan ditetapkan. Kedua aktivitas penelitian metode/gerakan
kerja dan pengukuran waktu kerja harus digabungkan menjadi satu kesatuan
aktivitas yang terpadu dan dikenal sebagai Studi Gerak dan Pengukuran Waktu
Kerja (Motion and Time Study).
2.2. Ruang Lingkup Penelitian Kerja
Telaah metode adalah kegiatan pencatatan secara sistematis dan
pemeriksaan dengan seksama mengenai cara-cara yang berlaku atau diusulkan
untuk melaksanakan kerja. Sasaran pokok dari efektivitas ini adalah mencari,
mengembangkan, dan menerapkan metode kerja yang lebih efektif dan efisien.
Tujuan akhir adalah waktu penyelesaian pekerjaan akan bisa lebih singkat/cepat
dalam situasi sistem kerja.
Proses penelitian kerja pada prinsipnya akan menitikberatkan pada studi
tentang gerakan kerja yang dilakukan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan.
Dari hasil studi ini diharapkan akan dihasilkan gerakan-gerakan standar untuk
penyelesaian pekerjaan yaitu rangkaian gerakan kerja yang efektif dan efisien.
Untuk mencapai maksud ini maka terlebih dahulu haruslah diperoleh kondisi
pekerjaan yang memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan secara ekonomis.
Hal ini disebut studi gerakan. Untuk mendapatkan kondisi kerja yang baik yaitu
memungkinkan dilakukan gerakan ekonomis maka perlu diperhatikan faktor-faktor
- Penggunaan badan/anggota tubuh manusia serta gerakan-gerakannya
- Pengaturan letak area kerja
- Perancangan alat-alat dan perlengkapan kerja
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok dari studi
kegiatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan tata letak fasilitas yang lebih ekonomis dari kondisi awal
2. Perbaikan urutan kerja atau tata cara kerja pelaksanaan penyelesaian pekerjaan
3. Pendayagunaan usaha manusia dan pengurangan keletihan yang tidak perlu
dengan memperhatikan posisi kerja pekerja pada kondisi awal.
4. Penghematan waktu siklus penyelesaian pekerjaan.
2.3. Pengujian Kecukupan Data
Perhitungan kecukupan data dimaksudkan untuk menentukan jumlah sampel
minimum yang dapat diolah untuk proses perhitungan selanjutnya. Perhitungan ini
dilakukan untuk melihat apakah data yang telah dikumpulkan sudah cukup atau
belum. Bila data yang didapat sudah cukup, maka perhitungan penelitian dapat
dilanjutkan tetapi jika data yang didapat tidak atau belum cukup, maka proses
pengambilan dan pengumpulan data harus dilakukan lagi.
Uji kecukupan data dilakukan pada data external. Uji kecukupan data ini
dimaksudkan untuk menentukan apakah sampel data yang dikumpulkan sudah
cukup atau belum.
Rumus pengujian kecukupan data, adalah sebagai berikut :
2.4. Pengujian Keseragaman Data
Pengujian keseragaman data adalah suatu pengujian yang berguna untuk
memastikan bahwa data yang dikumpulkan berasal dari satu sistem yang sama.
Melalui pengujian ini kita dapat mengetahui adanya perbedaan-perbedaan dan
data-data yang di luar batas kendali (out of control) yang dapat kita gambarkan pada peta
kontrol. Data-data yang demikian dibuang dan tidak dipergunakan dalam
perhitungan selanjutnya. Untuk membuat peta kontrol, terlebih dahulu kita tentukan
batas-batas kontrolnya dengan menggunakan rumus uji keseragaman data sebagai
berikut :
BKA= x + 2σx BKB = x - 2σx
Dimana :
x = nilai rata - rata
σx = standard deviasi
2.5. Menentukan Faktor Penyesuaian (Rating Factor)
Rating adalah proses perbandingan prestasi kerja (performance) antara
pekerja yang diamati oleh pengamat dengan konsep normal peneliti tentang waktu
dan kecepatan (speed atau tempo) selama penelitian waktu yang dilakukan.23)
Selama pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran
kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran bisa saja terjadi misalnya bekerja
tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai
kesulitan-kesulitan seperti kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti itu,
mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu
panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu
standard yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang
standard yang diselesaikan secara wajar. Ada beberapa jenis sistem “rating” yang
dikenal, yaitu antara lain:
A. Westinghouse System of Rating
Cara ini didasarkan atas penelitian terhadap empat faktor yaitu:
1. Ketrampilan (Skill)
2. Usaha (Effort)
3. Kondisi Kerja (Condition)
4. Kestabilan (Consistency)
Kriteria penentuan Rating factor berdasarkan Westinghouse System of
Rating untuk setiap kelas adalah sebagai berikut:
1. Ketrampilan (skill)
a. Super skill
- Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya
- Bekerja dengan sempurna
- Tampak seperti terlatih dengan sangat baik
- Gerakannya halus tapi sangat cepat sehingga sulit diikuti
- Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan mesin elemen
- Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencanakan tentang
apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis)
- Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah
pekerja terbaik.
b. Excellent
- Percaya pada diri sendiri
- Tampak cocok dengan pekerjaannya
- Terlihat terlatih baik
- Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran dan
pemeriksaan-pemeriksaan
- Gerakan-gerakan kerjanya serta urutannya dijalankan tanpa kesalahan
- Menggunakan peralatan dengan baik
- Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan waktu
- Bekerjanya cepat tetapi halus, berirama dan terkoordinasi
c. Good skill
- Kualitas sangat baik
- Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja umumnya
- Dapat memberikan petunjuk-petunjuk kepada pekerja lain yang
ketrampilannya lebih rendah
- Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap
- Tidak memerlukan banyak pengawasan
- Tiada keragu-raguan dan bekerjanya stabil
- Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik dan cepat
- Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri
- Gerakannya tidak cepat tetapi tidak lambat
- Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan
- Gerakannya cukup menunjukkan tiada keragu-raguan
- Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan baik
- Bekerja cukup teliti dan secara keseluruhan cukup
e. Fair skill
- Tampak terlatih tetapi belum cukup baik
- Terlihat adanya perencanaan sebelum melakukan gerakan
- Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup
- Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah
ditempatkan di pekerjaan itu sejak lama
- Mengetahui apa yang telah dilakukan dan apa yang harus dilakukan tetapi
tamapak tidak selalu yakin
- Sebagian waktu terbuang karena kesalahan sendiri
f. Poor Skill
- Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran
- Gerakan-gerakannya kaku
- Kelihatan ketidak yakinannya pada urutan-urutan gerakan
- Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang dilakukan
- Tidak terlihat cocok dengan pekerjaannya
- Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja
- Sering melakukan kesalahan-kesalahan
- Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri
2. Usaha (Effort)
a. Excessive effort
- Kecepatannya sangat berlebihan
- Usahanya sangat sungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan
kesehatannya
- Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari
kerja
b. Excellent effort
- Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi
- Gerakan-gerakannya lebih ekonomis daripada operator biasa
- Penuh perhatian pada pekerjaannya
- Banyak memberi saran-saran
- Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang hati
- Bekerja sistematis
c. Good effort
- Bekerja berirama dan saat-saat menganggur sangat sedikit
- Penuh perhatian pada pekerjaannya dan menyenanginya
- Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari kerja
- Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang hati
- Tempat kerjanya diatur baik dan rapi
- Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik
d. Average effort
- Bekerja dengan stabil
- Tidak sebaik good tetapi lebih baik dari poor
- Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya
- Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan
e. Fair effort
- Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal
- Kurang sungguh-sungguh
- Kadang-kadang perhatian kurang ditunjukkan pada pekerjaan
- Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya
- Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja standar
- Terlampau hati-hati dan gerakannya tidak terencana
- Terlihat adanya kecenderungan kurangnya perhatian pada pekerjaannya
f. Poor effort
- Banyak membuang waktu
- Tidak memperlihatkan adanya minat kerja
- Tidak mau menerima saran-saran
- Tampak malas dan bekerja lambat
- Tempat kerjanya tidak diatur rapi
- Tidak perduli pada cocok tidaknya peralatan yang dipakai dan set up terlihat
tidak baik
Kondisi kerja atau condition pada cara Westinghouse adalah kondisi fisik
lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan.
Bila tiga faktor lain yaitu ketrampilan, usaha dan konsistensi merupakan apa
yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja merupakan sesuatu di luar
operator yang diterima apa adanya tanpa banyak kemampuan merubahnya. Oleh
sebab itu faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen, karena pihak
inilah yang dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya. Kondisi kerja
dibagi menjadi enam kelas yaitu: Ideal, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor.
Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerja karena berdasarkan
karakteristiknya masing-masing pekerja membutuhkan kondisi ideal
sendiri-sendiri. Suatu kondisi yang dianggap good untuk suatu pekerjaan dapat saja
dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerja lain. Pada dasarnya kondisi
ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk pekerjaan yang bersangkutan, yaitu
yang memungkinkan performance maksimal dari pekerja. Sebaliknya kondisi
poor adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan
sangat menghambat pencapaian performance yang baik. Sudah tentu suatu
pengetahuan tentang keadaan bagaimana yang disebut ideal, dan bagaimana pula
yang disebut poor perlu dimiliki agar penilaian terhadap kondisi kerja dalam
rangka melakukan penyesuaian dapat dilakukan dengan seteliti mungkin.
4. Kestabilan (Consistency)
Faktor kestabilan atau consistency perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa
pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya
sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari
masih dalam batas-batas kewajaran maka masalah tidak akan timbul, tetapi jika
variabilitasnya tinggi maka hal ini harus diperhatikan. Kondisi atau consistency
dibagi menjadi enam kelas: Perfect, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor.
Seorang yang bekerja perfect adalah yang dapat bekerja dengan waktu
penyelesaian yang dapat dikatakan tetap dari saat ke saat. Secara teoritis mesin
atau pekerja yang waktunya dikendalikan mesin merupakan contoh dimana
variasi waktu diharapkan tidak terjadi.
Untuk keempat faktor Sistem Westinghouse (Westinghouse factor) diatas
diklasifikasikan atas enam kelas seperti terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Westinghouse Factor
Keterampilan (Skill) Usaha (Effort)
Superskill A1 + 0,15
Kondisi Kerja (Condition) Konsistensi (Consistency)
Ideal A + 0,06 Ideal A + 0,04
Sumber: I.Z. Sutalaksana, Teknik Tata Cara Kerja (Bandung: Departemen Teknik Industri ITB)
B. Skill dan Effort Rating Sistem
Sistem ini dikenal juga dengan “Bedeaux Sistem” pada tahun 1916 tentang
pembayaran upah atau pengendalian tenaga kerja. Sistem yang diperkenalkan oleh
dengan angka “Bs”. Prosedur pengukuran kerja yang dibuat oleh Bedaux juga untuk
menentukan rating terhadap kecakapan (skill) dan usaha-usaha yang ditunjukkan
operator pada saat bekerja. Disini bedaux menetapkan angka 60 Bs sebagai
performance standar yang harus dicapai oleh seorang operator. Dengan kata lain
seorang operator yang bekerja dengan kecepatan normal diharapkan mampu
mencapai angka 60 Bs per jam, dan pemberian insentif dilakukan pada tempo kerja
rata-rata sekitar 70 sampai 80 Bs per jam.
C. Synthetic Rating
Synthetic rating adalah metode untuk mengevaluasi tempo kerja operator
berdasarkan nilai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Predetermined time
value). Prosedur yang dilakukan adalah dengan melaksanakan pengukuran kerja
seperti biasanya dan kemudian membandingkan waktu yang diukur ini dengan
waktu penyelesaian elemen kerja yang sebelumnya sudah diketahui data waktunya.
Perbandingan ini merupakan indeks performance atau rating faktor dari operator
untuk melaksanakan elemen kerja tersebut. Ratio untuk menghitung indeks
performance atau rating faktor ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
R = A P
Dimana : R = Indeks performance atau rating faktor
P = Waktu gerakan standar yang ditentukan mula-mula (menit)
D. Objecive Rating
Rating ini merupakan dua faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan
pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersam-sama menentukan
berapa besarnya harga rating faktor untuk mendapatkan waktu normal.
E. Physiological Evaluation of Performance Level
Cara ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan bagaimana hubungan
antara pekerjaan-pekerjaan fisik dengan denyut nadi seorang pekerja. Pengamatan
denyut nadi ini dilakukan pada saat pekerja sedang bekerja, saat istirahat yaitu pada
menit pertama dan menit kedua pada saat badannya telah normal maka ukuran
denyut jantung pada saat itulah disebut normal atau disebut basisi denyutan nadi.
Dari kelima jenis tata cara penentuan rating diatas dalam pengamatan ini
yang digunakan adalah jenis “westinghouse system of rating” dengan tujuan agar
penilaian prestasi kerja yang dilakukan lebih objektif terhadap masalahnya. Karena
dengan cara penyesuaian ini lebih memepertimbangkan banyak faktor dari pada
yang lainnya serta lebih terperinci.
Untuk dapat mengadakan perhitungan maka kelonggaran melepas lelah
terdiri dari:
- Kelonggaran tetap, senantiasa diberikan sebagai dasar minimum
- Tambahan variabel, diberikan tergantung dari keadaan atas sifat pekerja
Jika angka-angka yang diberikan diatas digunakan maka kelonggaran dasar
minimum tetap menjadi 9% untuk pria (5% untuk kebutuhan pribadi ditambah 4%
2.6. Sistem Kerja
Sistem kerja adalah suatu sistem dimana komponen-komponen kerja seperti
manusia (operator), mesin dan/atau fasilitas kerja lainnya, material serta lingkungan
kerja fisik akan berinteraksi.25)
Mendapatkan sistem kerja yang lebih baik dari sistem kerja yang telah ada
atau memiliki sutu sistem kerja yang diajukan merupakan salah satu hal yang ingin
dicapai dengan mempelajari teknik tata cara kerja. Kemampuan untuk membentuk
atau menciptakan cara-cara kerja yang baik merupakan kebutuhan utama dalam
kegiatan di atas yaitu mencari satu sistem kerja yang baik dari yang lainnya, karena
dari alternatif-alternatif cara-cara kerja yang baiklah diadakan pemilihan tersebut
dan bukan dari cara kerja yang dibentuk dari sembarangan.
2.7. Perbaikan Sistem Kerja
Perbaikan sistem kerja berisi prinsip-prinsip untuk mendapatkan perbaikan
sistem kerja yang efisien dan sistem kerja yang baik, seorang perancang kerja harus
dapat menguasai dan mengendalikan faktor-faktor yang membentuk suatu sistem
kerja. Faktor-faktor tersebut bila dilihat dalam kelompok besarnya terdiri atas
pekerja, peralatan dan mesin, serta lingkungannya. Dengan demikian diharapkan
para perancang pekerja dapat menyusun suatu sistem kerja yang antara lain terdiri
dari gerakan-gerakan yang baik yaitu gerakan yang memberikan hasil kerja yang
baik, misalnya gerakan yang dapat mengakibatkan waktu pengerjaan yang singkat.
Sedangkan ekonomi gerakan berisi prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan
dalam sistem kerja yang baik.26)
Dari hal diatas jelas bahwa di dalam memperbaiki suatu sistem kerja ada 4
macam komponen sistem kerja yang harus dipelajari guna memperoleh sistem kerja
yang sebaik-baiknya meliputi:27)
a. Komponen Material: Bagaimana cara menempatkan material, jenis material
yang mudah diproses dan lain-lain.
b. Komponen Manusia: Bagaimana sebaiknya postur orang pada saat bekerja agar
mampu memberikan gerakan-gerakan kerja yang efektif dan efisien.
c. Komponen Mesin : Bagaimana desain dari mesin / peralatan kerja.
d. Komponen Lingkungan: Bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik tempat
operasi kerja tersebut dilaksanakan.
2.8. Kelelahan
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahati. Kelelahan
diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat terdapat sistem aktivasi
(bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya
menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya
bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta
ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu :
1. Kelelahan otot: merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot
2. Kelelahan umum: biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni; intensitas dan lamanya kerja
fisik; keadaan lingkungan; sebab-sebab mental; status kesehatan dan keadaan
2.9. Antropometri
Antropomentri merupakan kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia (ukuran, volume dan berat) serta
penerapan dari data tersebut untuk perancangan fasilitas atau produk.
Pengukuran antropometri terbagi atas dua bagian yaitu :
1. Antropometri Statis
Antropometri statis disebut juga dengan pengukuran dimensi struktur tubuh.
Antropometri statis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi standar dimensi tubuh yang
diukur dengan posisi tetap antara lain berat badan, tinggi tubuh ukuran kepala,
panjang lengan dan sebagainya.
2. Antropometri Dinamis
Antropometri disebut juga dengan pengukuran dimensi fungsional tubuh.
Disini pengukuran dilakukan terhadap dimensi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan yang harus
disesuaikan.
2.9.1. Cara Pengukuran dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dimensi
Tubuh Manusia.
Dalam antropometri, dimensi yang diukur diambil secara linear dan
dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka
pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu dan
Media sederhana yang dilakukan untuk keperluan mengukur bentuk dan
ukuran tubuh mjanusia antara lain meliputi:
1. Spreading and sliding calipers, digunakan untuk mengukur dalam jarak pendek
misalnya untuk megukur tebal badan.
2. Antropometer berupa tongkat meteran dengan dua palang dimana palang yang
satu posisinya tetap sementara palang yang lain bisa digerakkan.
3. Tapes, untuk mengukur dalam arah melingkar atau keliling.
4. Kursi ergonomis, untuk mengukur dimensi tubuh manusia dalam posisi duduk.
5. Timbangan untuk mengukur berat badan.
Dimensi atau ukuran tubuh tiap manusi berbeda-beda, adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain1:
1. Keacakan/Random
Walaupun dalam satu kelompok populasi terdapat manusia dengan jenis
kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaan yang sama, pasti terdapat
perbedaan yang cukup signifikan antara individu yang satu dengan yang
lainnya.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya laki-laki memilki dimensi tubuh yang lebih besar, kecuali
bagian dada dan pinggul. Selain itu pria dianggap lebih panjang dimensi
segmen badannya dibandingkan wanita.
3. Suku Bangsa
Variasi dimensi tubuh terjadi karena pengaruh etnis. Meningkatnya jumlah
migrasi dari suatu negara ke negara lain juga akan mempengaruhi antropometri
secara nasional.
4. Usia
Pada umumnya bertambahnya umur manusia akan menyebabkan semakin
berkembangnya ukuran tubuh. Ukuran tubuh berkembang dari saat lahir sampai
umur ± 20 tahun untuk pria dan ± 17 tahun untuk wanita. Dimensi tubuh
manusia akan berkurang setelah umur 60 tahun. Setelah mengijak usia dewasa,
tinggi badan manusia memiliki kecenderungan untuk menurun yang disebabkan
oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang dan gerakan tangan dan kaki.
5. Pakaian
Karena terjadinya perbedaan iklim/musim menyebabkan manusia memakai
pakaian tertentu sehingga merubah dimensi tubuh, misalnya pada waktu musim
dingin menyebabkan orang memakai pakaian tebal dan ukuran relatif besar.
6. Faktor Kehamilan pada Wanita
Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti bila
dibandingkan dengan antara wanita yang hamil dengan wanita yang tidak
hamil.
7. Cacat Tubuh secara Fisik
Berikut ini beberapa penjelasan dan gambar pengukuran dimensi struktur tubuh
dan dimensi fungsional tubuh, sebagai berikut :
1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (struktural body dimensions). - Tubuh diukur dalam posisi tidak bergerak (static anthropometri).
- Meliputi : berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk,
- Percentile : 5-th dan 95-th percentile.
Gambar 2.1. Pengukuran Dimensi Struktur Tubuh dalam Posisi Berdiri dan Duduk Tegap
2. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (functional body dimensions).
- Tubuh diukur dalam posisi melakukan gerakan kerja atau posisi dinamis
(dynamic anthropometri).
- Banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas/ ruang kerja.
2.9.2. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri
Untuk penetapan data antropometri, diterapkan pemakaian distribusi normal.
Distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean, X) dan
standar deviasi (SD, σx). Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa
persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih
rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah
dari 5 persentil.
Rumus umum persentil adalah sebagai berikut:
Px = data ke 100
) 1 (n+ x
PX = Persentil ke x yang akan dihitung
Dalam pokok bahasan antropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh
berukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika
diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi maka 2.5 dan 97.5
persentil adalah batas rentang yang dapat dipakai. Seperti tampak pada diagram
Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi
normal dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Perhitungan Persentil
Persentil Kalkulasi
1st
x - 2.325σx 2.5 th x - 1.96σx 5 th x - 1.645σx 10 th x - 1.280σx 50 th x
90 th x + 1.280σx 95 th x + 1.645σx 97.5 th x - 1.96σx 99 th x - 2.325σx
Adapun pendekatan data untuk antropometri adalah sebagai berikut:
a) Pilihlah standart deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud
b) Carilah data pada rata-rata dan distribusi dari dimensi yang dimakud untuk
populasi yang sesuai.
c) Pilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan
d) Pilihlah jenis kelamin yang sesuai
Pengukuran bentuk tubuh bertujuan untuk mengetahui bentuk tubuh
manusia sehingga peralatan yang dirancang lebih sesuai dengan bentuk tubuh
manusia agar lebih nyaman dan menyenangkan.
2.9.3. Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Fasilitas Kerja
Data-data hasil pengukuran tubuh manusia atau yang disebut dengan data
antropometri digunakan untuk perancangan peralatan. Oleh karena itu keadaan dan
lainnya, maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data untuk perancangan,
perbaikan dan pengukuran sistem kerja yaitu sebagai berikut:
1. Perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim
Prinsip ini digunakan apabila mengharapkan agar fasilitas yang dirancang dapat
dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar pemakai (biasanya
minimal oleh 95% pemakai) misalnya ketinggian suatu alat sesuai dengan
jangkauan ke atas orang pendek, lebar tempat duduk sesuai dengan lebar
pinggul orang gemuk, dan lain-lain.
2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan
Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar bisa digunakan
dengan enak dan nyaman bagi orang yang memerlukannya. Jadi bisa
disesuaikan dengan ukuran tubuh sipemakai. Misalnya kursi pengemudi mobil
yang bisa diatur maju atau mundur dan kemiringan sandarannya.
3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakai
Prinsip ini hanya bisa digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim
tidak mungkin digunakan serta tidak layak jika menggunakan prinsip
perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip ini tidak mungkin
dilaksanan jika lebih banyak ruginya, artinya hanya sebagian kecil pemakai
yang merasa sesuai menggunakannya. Sedangkan jika fasilitas tersebut
dirancang berdasarkan fasilitas yang bisa disesuaikan tidak juga layak karena
biayanya mahal.
Seorang desainer seharusnya mengetahui aspek dimensi tubuh dari populasi
ada semacam target, misalnya sedikitnya 90% sampai 95% dari populasi yang harus
dapat menggunakan hasil desainnya tersebut.
Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam proses
perancangan produk, rekomendasi yang bisa diberikan :
1. Tetapkan anggota tubuh yang mengoperasikan rancangan tersebut.
2. Tentukan dimensi tubuh yang penting ((struktural body dimensions atau
functional body dimensions).
3. Tentukan populasi terbesar yang menjadi target utama.
4. Tetapkan prinsip ukuran (ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang
fleksibel atau ukuran rata-rata)
5. Pilih nilai percentile yang dikehendaki (90-th, 95-th, 99-th atau yang lain). 6. Tetapkan nilai ukuran dari tabel data anthropometri yang sesuai, aplikasikan
data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran.
Gambar 2.3, data anthropometri yang diaplikasikan dalam perancangan dan
pengukuran kerja.
Keterangan :
1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 = tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat duduk/ pantat
sampai dengan kepala).
7 = tinggi mata dalam posisi duduk.
8 = tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 = tebal atau lebar paha.
11 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.
12 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari lutut/betis.
13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 = lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 = lebar pinggul/ pantat.
17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan
dalam gambar).
18 = lebar perut.
19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20 = lebar kepala.
21 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 = lebar telapak tangan.
23 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping
24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai
dengan telapak tangan yang terjangkau lurus ke atas (vertikal).
25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti halnya no.
24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar).
26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai
ujung jari tangan.
Tabel 2.3.
Perkiraan Anthropometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, dapat Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis
Asia) (mm)
Dimensi Tubuh Pria Wanita
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
1. Tinggi Tubuh Posisi berdiri
tegak 1.585 1.680 1.775 58 1.455 1.555 1.655 60
2. Tinggi Mata 1.470 1.555 1.640 52 1.330 1.425 1.520 57
3. Tinggi Bahu 1.300 1.380 1.460 50 1.180 1.265 1.350 51
4. Tinggi Siku 950 1.015 1.080 39 870 935 1.000 41
5. Tinggi Genggaman Tangan
(knuckle) pada posisi relaks kebawah
685 750 815 40 650 715 780 41
6. Tinggi Badan pada Posisi
Duduk 845 900 955 34 780 840 900 37
7. Tinggi Mata pada Posisi
Duduk 720 780 840 35 660 720 780 35
8. Tinggi Bahu pada Posisi
Duduk 555 605 655 31 165 230 295 38
9. Tinggi Siku pada Posisi
Duduk 190 240 290 31 165 230 295 38
10. Tebal Paha 110 135 100 14 105 130 155 14
11. Jarak dari Pantat ke Lutut 505 550 595 26 470 520 570 30
12. Jarak dari Lipat Lutut
(popliteal) ke Pantat 405 450 495 26 385 435 485 29
23. Jarak Bentang dari ujung jari
24. Tinggi pegangan tangan (grip) pada posisi tangan vertikal ke atas & berdiri tegak
1.835 1.970 2.105 83 1.685 1.825 1.965 86
25. Tinggi pegangan tangan (grip) pada posisi tangan vertikal ke atas & duduk
1.110 1.205 1.3 58 855 940 1.025 51
26. Jarak genggaman tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan ke depan (horisontal)
640 705 770 38 580 635 690 32
Tabel 2.4.
Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)
Dimensi Tubuh Pria Wanita
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
12. Lebar telapak tangan
(Metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3 13. Lebar telapak tangan (sampai
ibu jari) 88 98 108 6 82 89 96 4
14. Lebar telapak tangan
(minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3
15. Tebal telapak tangan
(Metacarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1 16. Tebal telapak tangan (sampai
ibu jari 41 48 47 2 41 44 47 2
17. Diameter genggam
(maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 1
18. Lebar maksimum (ibu jari ke
jari kelingking) 177 192 206 9 169 184 199 9
19. Lebar fungsional maksimum
(ibu jari ke jari lain) 122 132 142 6 113 123 134 6
20. Segiempat minimum yang
Gambar 2.4 Anthropometri Tangan
Tabel 2.5.
Anthropometri Kepala Orang Indonesia
Dimana : Lebar Kepala = 9,2% Tinggi Badan Pria dan 9,3% Tinggi Badan Wanita (mm)
Dimensi Tubuh Pria Wanita
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
1. Panjang kepala 166 176 186 6 158 168 178 6
2. Lebar kepala 132 140 148 5 121 129 137 5
3. Diameter maksimum dari
dagu 217 230 243 8 198 209 221 7
4. Dagu ke puncak kepala 192 203 215 7 185 196 208 7
5. Telinga ke puncak kepala 70 77 84 4 69 74 79 3
6. Telinga ke belakang kepala 62 67 72 3 59 64 69 3
7. Antara dua telinga 48 51 54 2 45 48 51 2
8. Mata ke puncak kepala 19 21 23 1 16 18 2 1
9. Mata ke belakang kepala 19 21 23 1 15 17 19 1
10. Antara dua pupil mata 18 20 22 1 15 17 19 1
11. Hidung ke puncak kepala 16 18 20 1 13 15 17 1
12. Hidung ke belakang kepala 74 81 88 4 68 73 78 3
13. Mulut ke puncak kepala 88 98 108 6 82 89 96 4
Gambar 2.5 Anthropometri Kepala
Gambar 2.6 Anthropometri Kaki
Tabel 2.6.
Anthropometri Kaki Orang Indonesia
Dimana : Panjang Telapak Kaki = 15,2 % Tinggi Badan Pria dan 14,7 % Tinggi Badan Wanita (mm)
Dimensi Tubuh Pria Wanita
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
1. Panjang telapak kaki 230 248 266 11 212 230 248 11
2. Panjang telapak lengan kaki 165 178 191 8 158 171 184 8
3. Panjang kaki sampai jari 186 201 216 9 178 191 204 8
4. Lebar kaki 82 89 96 4 81 88 95 4
5. Lebar tangkai kaki 61 66 71 3 49 54 59 3
6. Tinggi mata kaki 61 66 71 3 59 64 69 3
7. Tinggi bagian tengah telapak
Hasil – Hasil Penelitian Sebelumnya Tentang Ergonomis
Dari referensi yang ada terkait tentang hasil penelitian ergonomis yang
diambil dari jurnal dan skripsi, sebagai berikut :
1. Perancangan Prototype Meja Bangku Ergonomis untuk Murid Sekolah Dasar
Kelas Satu dan Dua oleh Frasis Triyasari, Teknik Industri, Universitas
Muhammadiyah Malang, 2007.
Skripsi diatas menjelaskan bahwa di Indonesia secara umum tidak dilakukan
analisa fenomena dasar ergonomis untuk fasilitas belajar di Sekolah Dasar,
menurut Kromer, murid sekolah akan mengalami suatu kondisi discomfort
antaral lain: cepat lelah, mudah ngantuk , tekanan pada jaringan tulang belakang
berkisar 500 sampai 700 N ( Kroemer, 1995) dari gejala diatas akan berkembang
menderita cedera jaringan otot sehingga akan menghambat prestasi akademis di
Sekolah. Dari survey awal pada murid Sekolah Dasar Kelas satu dan dua SD
Tlogomas I Malang dan MI Miftahul Huda Batu, bahwa banyak murid kelas satu
duduk di bangku untuk murid kelas empat keatas.
Dari hasil survey tersebut, akan dilakukan perancangan dan pembuatan
prototype bangku ergonomis, untuk murid kelas satu dan dua Sekolah Dasar.
Data yang diperlukan adalah pengamatan dimensi antrophometri secara
mendetail tentang murid kelas satu dan dua pada saat posisi posisi duduk, dan
berdiri dan dengan pengamatan foto. Pada posisi ini dilakukan pengamatan
tentang posisi kaki, leher, tulang belakang, dan lengan.
Hasil yang diharapkan dari penelitian perancangan prototype meja dan bangku
ergonomis ini adalah bahwa murid sekolah dasar dapat duduk dengan posisi yang
ergonomis sehingga memberikan rasa menurut comfort Kroemer (1995) antara
lain;
a. Impresif antara lain warm, softness, luxurious, plush, spacious, supported, dan
safe (duduk ada penopang pada tulang belakang, lengan leher dan kaki)
b. Energy tekanan pda jaringan tulang belakang dibawah 300N .
c. Relaksasi (relaxed, resful, at ease, calm) , artinya semua jaringan otot dan
2. Analisis Penerapan Aspek Ergonomis Pada Perancangan Kursi DiLaboratorium
Dasar Elektronika Berbasis Teknologi Informasi, Asri Sentosa & Ibnu
Hermawan, Dosen Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Tangerang, 2009.
Dari jurnal diatas menjelaskan bahwa aspek ergonomis dari desain kursi
kerja terkait dengan dimensi – dimensi yang meliputi : stabilitas produk,
kekuatan produk, mudah dinaik turunkan, sandaran punggung, fungsional,
ukuran alas / tempat duduk dan bahan material. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran penerapan aspek ergonomis pada perancanagan kursi
laboratorium dasar elektronika yang berbasis teknologi informasi di Program
Studi Teknik Telekomunikasi & Navigasi Udara Sekolah Tinggi Penerbangan
Indonesia (STPI) Curug Tangerang.
Rancangan penelitian melibatkan responden penelitian sebanyak 30 orang
taruna TNU angkatan 25 dan 26. Hasil menunjukkan bahwa menurut persepsi
para taruna TNU, desain kursi pada laboratorium elektronika dasar berbasis
teknologi di Program Studi Teknik Telekomunikasi & Navigasi Udara
mencerminkan adanya desain kursi yang berkategori baik berdasarkan
26) Sutalaksana, op.cit, hal 93
27) Sritomo, op.cit, hal. 92
i
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di PT.Walet Kencana Perkasa - Surabaya, dengan alamat: Jl. Rungkut Industri I no. 24 – 26 Surabaya. Sedangkan waktu pelaksanaannya yakni pada bulan Juli 2010 s/d Agustus 2010.
3.2. Indentifikasi Variabel
Secara garis besar, hanya ada 2 (dua) variabel yaitu variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi. Artinya adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas adalah variable yang mempengaruhi variabel terikat, variabel
tersebut meliputi : - Layout kerja packing
- Data Observasi, yang terdiri atas : a. Data keluhan pekerja
b. Data dimensi tubuh c. Data dimensi meja
- Nilai Percentil (5-th, 50-th, & 95-th)
3.3. Langkah – Langkah Pemecahan Masalah
Penjelasan Flowchart :
1. 0bservasi Penelitian
Observasi Penelitian dilakukan dengan tujuan mengenal kondisi perusahaan agar dapat dijadikan kerangka dasar pemikiran pada tahap-tahap selanjutnya. Pada tahap ini juga berguna untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan yang dapat dijadikan sebagai topik bahasan penelitian (riset) yang akan dipilih.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan teori-teori yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Studi pustaka ini juga bermanfaat sebagai landasan logika berpikir dalam menyelesaikan masalah secara ilmiah. Kegiatan yang harus dilakukan pada studi pustaka adalah mencari teori-teori yang berhubungan dengan pemecahan masalah sehingga dapat mendukung aplikasi dalam merancang sistem kerja pada industri.
3. Identifikasi Masalah
diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan para pekerja maupun dengan supervisor di lapangan.
4. Perumusan Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa fasilitas kerja yang ada di perusahaan dan menganalisa faktor-faktor penyebabnya serta memberikan usulan untuk melakukan perbaikan terhadap fasilitas kerja.
5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data-data yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan didalam penelitian ini adalah:
- Layout kerja packing
- Data observasi di lapangan, yang meliputi : a. Data keluhan pekerja packing
b. Data dimensi tubuh pekerja c. Data dimensi meja kerja packing - Nilai percentil : 5 – th, 50 – th, & 95 - th
6. Pengolahan Data
a. Uji keseragaman data
Pengujian ini untuk melihat apakah ada data yang out of control (diluar batas kendali). Data yang out of control harus dikeluarkan dan harus dihitung batas kendali yang baru. Untuk membuat peta kontrol, terlebih dahulu ditentukan batas-batas kontrolnya dengan menggunakan rumus:
BKA= x + 2σx BKB = x - 2σx
Dimana :
x = nilai rata - rata σx = standard deviasi
b. Uji kecukupan data dengan rumus:
2
c. Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil.
Rumus umum persentil adalah sebagai berikut:
d. Pengolahan data untuk merancang fasilitas
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data dengan menggunakan prinsip anthropometri yaitu mendapatkan rata-rata dimensi tubuh terlebih dahulu kemudian mencari standard deviasi, nilai maksimum dan minimum selanjutnya dilakukan dan uji normalitas data serta diakhiri oleh persentil untuk mendapatkan sistem kerja yang baru (usulan). Hasil pengukuran kursi sesuai percentil tersebut dilanjutkan dengan perancangan kursi kerja yang berupa desain, pembuatan, dan uji coba kursi kerja untuk sistem kerja packing yang telah disesuaikan dari hasil pengolahan data yang ada.
7. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan rancangan metode kerja dan fasilitas kerja yang baru, maka dihasilkan suatu hasil dan pembahasan terhadap perbaikan fasilitas kerja yang ada. Hasil analisa tersebut yaitu hasil perancangan kursi kerja untuk sistem kerja packing yang telah disesuaikan dari hasil pengolahan data yang ada. Apabila hasil perancangan kursi tersebut belum sesuai maka perlu dilakukan analisa pengolahan data kembali.
8. Kesimpulan dan Saran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Adapun data yang diperlukan pada penelitian ini terdiri dari data lay out kerja
bagian packing dan data yang diperoleh dari hasil observasi dilapangan.
4.1.1 Layout Kerja Bagian Packing
Pemetaan posisi komponen dan peralatan kerja di bagian packing ini
diperlukan untuk dapat melihat/memetakan masalah yang ada, sehingga dapat di
peroleh solusi yang akan diambil untuk masalah tersebut. Dari pemetaan masalah ini
juga dapat dilihat metode kerja yang diterapkan.
Pada unit finishing bagian packing terdapat pekerja berjenis kelamin
perempuan dimana dalam mengerjakan proses packing dilakukan secara manual.
Dalam melakukan kegiatannya pekerja dalam posisi berdiri (dapat dilihat pada
Gambar 4.1).
Fasilitas yang digunakan yaitu meja kerja dan tempat penyangga kardus. Posisi
komponen kerja untuk operator yaitu double coil yang telah dibungkus plastik terletak
diatas meja dan berada 20 cm di depan pekerja, folding box juga terletak diatas meja
dan berada 20 cm didepan pekerja dan master karton (kardus) berada 5 cm disamping
kiri pekerja. Adapun output produksi rata – rata sebesar 80 karton / shift / operator.
Pemetaan posisi komponen dan peralatan kerja di bagian packing ini
(pandangan atas) dapat dilihat pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Layout Kerja Bagian Packing PT.WKP
4.1.2 Data Observasi
Data yang diperoleh dari hasil observasi di lapangan termasuk juga dengan
4.1.2.1 Data Keluhan Pekerja
Data keluhan pekerja diperlukan untuk mengidentifikasi bagian-bagian otot
yang mengalami kelelahan (fatique) yang terjadi akibat penerapan metoda kerja yang
ada. Data ini disajikan pada Tabel 4.1 yang diambil dari 24 responden (pekerja
packing) dari keseluruhan shift.
Tabel 4.1 Hasil Kuisioner Keluhan Pekerja Packing PT.WKP.
No. Jenis Keluhan
Hasil data keluhan yang telah diperoleh, selanjutnya diolah dengan melihat
hasil skor untuk tiap item pertanyaan, dimana disini digunakan skala likert: 1 s/d 3.
Hasil pembobotan data keluhan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan hasil
analisisnya pada Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Pembobotan Data Keluhan
No. Lokasi otot yang mengalami fatique
Setelah bekerja Nilai pembobotan Total
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Keluhan
No. Lokasi otot yang mengalami fatique
Total Skor Hasil Analisis
(scor) (%)
1 Bagian tengkuk 39 31,25
2 Bagian bahu 43 39,58
3 Bagian lengan 31 14,58
4 Bagian pergelangan
tangan 47 47,92
5 Bagian punggung 34 20,83
6 Bagian pinggang 28 8,33
7 Bagian bokong 29 10,42
8 Bagian paha 66 87,50
9 Bagian betis 63 81,25
10 Bagian tumit 61 77,08
Dari hasil pengolahan data keluhan diatas terlihat bahwa bagian-bagian otot
yang mengalami kelelahan (fatique) yang berlebihan adalah pada bagian: paha, betis
dan tumit yakni berkisar (87,50%; 81,25%; & 77,08%).
4.1.2.2 Data Pengukuran Dimensi Tubuh Pekerja
Dalam melakukan kegiatannya posisi kerja dari operator bagian packing adalah
berdiri. Pada bagian ini banyak keluhan yang dirasakan operator. Keluhan yang
dirasakan operator adalah sakit pada bagian kaki yang disebabkan oleh tidak adanya
Untuk itu dirasa perlu untuk mengusulkan penambahan fasilitas kerja berupa kursi
kerja sesuai ukuran yang nyaman bagi operator.
Dan karena posisi kerja operator adalah berdiri, maka penulis berencana untuk
mengusulkan jenis: ‘kursi tinggi’ (high chair), agar tidak merubah display (sudut
pandang) operator. Hal ini dikarenakan memang sifat penelitian ini adalah bersifat
melengkapi dan bukan bersifat menyusun ulang sistem kerja yang ada.
Sebagai informasi tambahan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak
manajemen PT.Walet Kencana Perkasa adalah bahwa bekerja dengan cara berdiri
sepanjang jam kerja ini diterapkan dengan alasan karena bila diberi kursi, maka
kuantitas hasil kerja akan menurun (para pekerja akan bekerja dengan irama lambat).
Oleh sebab itu kursi tinggi (high chair) yang direncanakan tersebut adalah kursi tanpa
sandaran, dengan asumsi bahwa dengan adanya sandaran punggung menyebabkan
pekerja jadi duduk bersandar dengan santai sehingga menyebabkan irama kerja lambat.
Untuk perancangan fasilitas kursi kerja ini dibutuhkan dimensi tubuh pekerja,
seperti:
1. Tinggi Polipteal (Tpo)/ tinggi lipat lutut
2. Tebal Paha (Tp)
3. Lebar Pinggul (LP)
4. Tinggi siku berdiri (Tsb) dan
5. Panjang lengan bawah (Plb).
Pengukuran dimensi tubuh yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 4.4 pada halaman