• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil keseluruhan penelitian, yakni pengolahan data dan analisis permasalahan maka dapat disimpulkan suatu usulan perbaikan metode kerja yakni: melakukan pembakuan gerakan tangan untuk seluruh operator di bagian packing dan bekerja dengan

cara duduk-berdiri (dengan adanya tambahan fasilitas berupa kursi kerja).

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Studi Penelitian Kerja

Aktivitas penelitian kerja yang terdiri dari penelitian metode atau gerakan

kerja (motion study) dan pengukuran waktu kerja (time study atau work

measurement) dalam perkembangannya tidaklah dapat terlepas dari dua buah nama yaitu Frederick W. Taylor dan Frank B. Gilberth. Aktivitas pengukuran waktu kerja diperkenalkan pertama kali oleh Taylor terutama sekali dipergunakan untuk menentukan waktu baku untuk penyelesaian kerja. Dengan adanya waktu ini maka sistem pengaturan upah ataupun insentif/bonus kerja akan dapat dibuat berdasarkan konsep “a fair day’s pay for a fair day’s work”. Begitu pula dengan mengetahui waktu baku ini maka estimasi akan output kerja yang dihasilkan serta jadwal perencanaan kerja bisa dibuat secara lebih akurat.

Penelitian mengenai metode kerja dan gerakan kerja yang dikembangkan oleh Frank B. Gilberth dilaksanakan dengan mempelajari gerakan-gerakan tubuh manusia yang dipergunakan untuk melaksanakan operasi kerja. Tujuan pokok dari studi gerakan/metode kerja ini adalah untuk memperbaiki pelaksanaan operasi kerja dengan menghilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak efektif dan tidak diperlukan, menyederhanakan gerakan-gerakan kerja serta menetapkan gerakan dan urutan kerja ynag paling efektif guna mencapai tingkat kerja yang optimal.

Penelitian yang dilakukan oleh Taylor dan Gilberth walaupun tidak dilakukan bersama-sama, tetapi berlangsung pada periode waktu yang hampir bersamaan. Pada awalnya, aktivitas lebih ditekankan untuk mengikuti apa-apa yang

sebelumnya ditulis oleh Taylor sampai pada akhirnya timbul kesadaran untuk terlebih dahulu melaksanakan studi kerja dengan tujuan memperoleh metode kerja yang lebih baik dan sederhana sebelum akhirnya waktu baku untuk penyelesaian kerja tersebut diukur dan ditetapkan. Kedua aktivitas penelitian metode/gerakan kerja dan pengukuran waktu kerja harus digabungkan menjadi satu kesatuan aktivitas yang terpadu dan dikenal sebagai Studi Gerak dan Pengukuran Waktu Kerja (Motion and Time Study).

2.2. Ruang Lingkup Penelitian Kerja

Telaah metode adalah kegiatan pencatatan secara sistematis dan pemeriksaan dengan seksama mengenai cara-cara yang berlaku atau diusulkan untuk melaksanakan kerja. Sasaran pokok dari efektivitas ini adalah mencari, mengembangkan, dan menerapkan metode kerja yang lebih efektif dan efisien. Tujuan akhir adalah waktu penyelesaian pekerjaan akan bisa lebih singkat/cepat dalam situasi sistem kerja.

Proses penelitian kerja pada prinsipnya akan menitikberatkan pada studi tentang gerakan kerja yang dilakukan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan. Dari hasil studi ini diharapkan akan dihasilkan gerakan-gerakan standar untuk penyelesaian pekerjaan yaitu rangkaian gerakan kerja yang efektif dan efisien. Untuk mencapai maksud ini maka terlebih dahulu haruslah diperoleh kondisi pekerjaan yang memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan secara ekonomis. Hal ini disebut studi gerakan. Untuk mendapatkan kondisi kerja yang baik yaitu memungkinkan dilakukan gerakan ekonomis maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu:

- Penggunaan badan/anggota tubuh manusia serta gerakan-gerakannya - Pengaturan letak area kerja

- Perancangan alat-alat dan perlengkapan kerja

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok dari studi kegiatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Perbaikan tata letak fasilitas yang lebih ekonomis dari kondisi awal

2. Perbaikan urutan kerja atau tata cara kerja pelaksanaan penyelesaian pekerjaan

3. Pendayagunaan usaha manusia dan pengurangan keletihan yang tidak perlu

dengan memperhatikan posisi kerja pekerja pada kondisi awal.

4. Penghematan waktu siklus penyelesaian pekerjaan.

2.3. Pengujian Kecukupan Data

Perhitungan kecukupan data dimaksudkan untuk menentukan jumlah sampel minimum yang dapat diolah untuk proses perhitungan selanjutnya. Perhitungan ini dilakukan untuk melihat apakah data yang telah dikumpulkan sudah cukup atau belum. Bila data yang didapat sudah cukup, maka perhitungan penelitian dapat dilanjutkan tetapi jika data yang didapat tidak atau belum cukup, maka proses pengambilan dan pengumpulan data harus dilakukan lagi.

Uji kecukupan data dilakukan pada data external. Uji kecukupan data ini dimaksudkan untuk menentukan apakah sampel data yang dikumpulkan sudah cukup atau belum.

Rumus pengujian kecukupan data, adalah sebagai berikut :

2 2 2 ' 40. .( ( ) ( ) )         =

∑ ∑

i i i x x x n N

2.4. Pengujian Keseragaman Data

Pengujian keseragaman data adalah suatu pengujian yang berguna untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan berasal dari satu sistem yang sama. Melalui pengujian ini kita dapat mengetahui adanya perbedaan-perbedaan dan data-data yang di luar batas kendali (out of control) yang dapat kita gambarkan pada peta kontrol. Data-data yang demikian dibuang dan tidak dipergunakan dalam perhitungan selanjutnya. Untuk membuat peta kontrol, terlebih dahulu kita tentukan batas-batas kontrolnya dengan menggunakan rumus uji keseragaman data sebagai berikut :

BKA= x + 2σx

BKB = x - 2σx Dimana :

x = nilai rata - rata σx = standard deviasi

2.5. Menentukan Faktor Penyesuaian (Rating Factor)

Rating adalah proses perbandingan prestasi kerja (performance) antara pekerja yang diamati oleh pengamat dengan konsep normal peneliti tentang waktu dan kecepatan (speed atau tempo) selama penelitian waktu yang dilakukan.23)

Selama pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran bisa saja terjadi misalnya bekerja

tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti itu, mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu standard yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang standard yang diselesaikan secara wajar. Ada beberapa jenis sistem “rating” yang dikenal, yaitu antara lain:

A. Westinghouse System of Rating

Cara ini didasarkan atas penelitian terhadap empat faktor yaitu:

1. Ketrampilan (Skill)

2. Usaha (Effort)

3. Kondisi Kerja (Condition)

4. Kestabilan (Consistency)

Kriteria penentuan Rating factor berdasarkan Westinghouse System of

Rating untuk setiap kelas adalah sebagai berikut: 1. Ketrampilan (skill)

a. Super skill

- Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya

- Bekerja dengan sempurna

- Tampak seperti terlatih dengan sangat baik

- Gerakannya halus tapi sangat cepat sehingga sulit diikuti

- Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan mesin elemen

- Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencanakan tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis)

- Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah

pekerja terbaik.

b. Excellent

- Percaya pada diri sendiri

- Tampak cocok dengan pekerjaannya

- Terlihat terlatih baik

- Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran dan

pemeriksaan-pemeriksaan

- Gerakan-gerakan kerjanya serta urutannya dijalankan tanpa kesalahan

- Menggunakan peralatan dengan baik

- Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan waktu

- Bekerjanya cepat tetapi halus, berirama dan terkoordinasi

c. Good skill

- Kualitas sangat baik

- Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja umumnya

- Dapat memberikan petunjuk-petunjuk kepada pekerja lain yang

ketrampilannya lebih rendah

- Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap

- Tidak memerlukan banyak pengawasan

- Tiada keragu-raguan dan bekerjanya stabil

- Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik dan cepat

- Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri - Gerakannya tidak cepat tetapi tidak lambat

- Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan

- Gerakannya cukup menunjukkan tiada keragu-raguan

- Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan baik

- Bekerja cukup teliti dan secara keseluruhan cukup

e. Fair skill

- Tampak terlatih tetapi belum cukup baik

- Terlihat adanya perencanaan sebelum melakukan gerakan

- Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup

- Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah

ditempatkan di pekerjaan itu sejak lama

- Mengetahui apa yang telah dilakukan dan apa yang harus dilakukan tetapi

tamapak tidak selalu yakin

- Sebagian waktu terbuang karena kesalahan sendiri

f. Poor Skill

- Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran

- Gerakan-gerakannya kaku

- Kelihatan ketidak yakinannya pada urutan-urutan gerakan - Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang dilakukan - Tidak terlihat cocok dengan pekerjaannya

- Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja

- Sering melakukan kesalahan-kesalahan

- Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri 2. Usaha (Effort)

a. Excessive effort

- Kecepatannya sangat berlebihan

- Usahanya sangat sungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan

kesehatannya

- Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari

kerja

b. Excellent effort

- Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi

- Gerakan-gerakannya lebih ekonomis daripada operator biasa

- Penuh perhatian pada pekerjaannya

- Banyak memberi saran-saran

- Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang hati

- Bekerja sistematis

c. Good effort

- Bekerja berirama dan saat-saat menganggur sangat sedikit

- Penuh perhatian pada pekerjaannya dan menyenanginya

- Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari kerja

- Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang hati

- Tempat kerjanya diatur baik dan rapi - Memelihara dengan baik kondisi peralatan

- Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik

d. Average effort

- Bekerja dengan stabil

- Tidak sebaik good tetapi lebih baik dari poor

- Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya

- Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan

e. Fair effort

- Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal

- Kurang sungguh-sungguh

- Kadang-kadang perhatian kurang ditunjukkan pada pekerjaan

- Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya

- Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja standar - Terlampau hati-hati dan gerakannya tidak terencana

- Terlihat adanya kecenderungan kurangnya perhatian pada pekerjaannya

f. Poor effort

- Banyak membuang waktu

- Tidak memperlihatkan adanya minat kerja

- Tidak mau menerima saran-saran

- Tampak malas dan bekerja lambat

- Tempat kerjanya tidak diatur rapi

- Tidak perduli pada cocok tidaknya peralatan yang dipakai dan set up terlihat tidak baik

Kondisi kerja atau condition pada cara Westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Bila tiga faktor lain yaitu ketrampilan, usaha dan konsistensi merupakan apa yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja merupakan sesuatu di luar operator yang diterima apa adanya tanpa banyak kemampuan merubahnya. Oleh sebab itu faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen, karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya. Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu: Ideal, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerja karena berdasarkan karakteristiknya masing-masing pekerja membutuhkan kondisi ideal sendiri-sendiri. Suatu kondisi yang dianggap good untuk suatu pekerjaan dapat saja dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerja lain. Pada dasarnya kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk pekerjaan yang bersangkutan, yaitu yang memungkinkan performance maksimal dari pekerja. Sebaliknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan sangat menghambat pencapaian performance yang baik. Sudah tentu suatu pengetahuan tentang keadaan bagaimana yang disebut ideal, dan bagaimana pula yang disebut poor perlu dimiliki agar penilaian terhadap kondisi kerja dalam rangka melakukan penyesuaian dapat dilakukan dengan seteliti mungkin.

4. Kestabilan (Consistency)

Faktor kestabilan atau consistency perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama

masih dalam batas-batas kewajaran maka masalah tidak akan timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal ini harus diperhatikan. Kondisi atau consistency dibagi menjadi enam kelas: Perfect, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor. Seorang yang bekerja perfect adalah yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang dapat dikatakan tetap dari saat ke saat. Secara teoritis mesin atau pekerja yang waktunya dikendalikan mesin merupakan contoh dimana variasi waktu diharapkan tidak terjadi.

Untuk keempat faktor Sistem Westinghouse (Westinghouse factor) diatas

diklasifikasikan atas enam kelas seperti terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Westinghouse Factor

Keterampilan (Skill) Usaha (Effort)

Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Superskill A1 + 0,13 A2 + 0,12 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 Excellent B1 + 0,10 B2 + 0,08 Good C1 + 0,06 C2 + 0,03 Good C1 + 0,05 C2 + 0,02 Average D + 0,00 Average D + 0,00 Fair E1 - 0,05 E2 - 0,10 Fair E1 - 0,04 E2 - 0,08 Poor F1 -0,16 F2 - 0,22 Poor F1 - 0,12 F2 - 0,17

Kondisi Kerja (Condition) Konsistensi (Consistency)

Ideal A + 0,06 Ideal A + 0,04 Excellent B + 0,04 Excellent B + 0,03 Good C + 0,02 Good C + 0,01 Average D 0,00 Average D 0,00 Fair E - 0,03 Fair E - 0,02 Poor F - 0,07 Poor F - 0,04

Sumber: I.Z. Sutalaksana, Teknik Tata Cara Kerja (Bandung: Departemen Teknik Industri ITB)

B. Skill dan Effort Rating Sistem

Sistem ini dikenal juga dengan “Bedeaux Sistem” pada tahun 1916 tentang pembayaran upah atau pengendalian tenaga kerja. Sistem yang diperkenalkan oleh Bedaux ini berdasarkan pengukuran kerja dan waktu baku yang ada dinyatakan

dengan angka “Bs”. Prosedur pengukuran kerja yang dibuat oleh Bedaux juga untuk menentukan rating terhadap kecakapan (skill) dan usaha-usaha yang ditunjukkan operator pada saat bekerja. Disini bedaux menetapkan angka 60 Bs sebagai performance standar yang harus dicapai oleh seorang operator. Dengan kata lain seorang operator yang bekerja dengan kecepatan normal diharapkan mampu mencapai angka 60 Bs per jam, dan pemberian insentif dilakukan pada tempo kerja rata-rata sekitar 70 sampai 80 Bs per jam.

C. Synthetic Rating

Synthetic rating adalah metode untuk mengevaluasi tempo kerja operator berdasarkan nilai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Predetermined time value). Prosedur yang dilakukan adalah dengan melaksanakan pengukuran kerja seperti biasanya dan kemudian membandingkan waktu yang diukur ini dengan waktu penyelesaian elemen kerja yang sebelumnya sudah diketahui data waktunya. Perbandingan ini merupakan indeks performance atau rating faktor dari operator untuk melaksanakan elemen kerja tersebut. Ratio untuk menghitung indeks performance atau rating faktor ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

R = A P

Dimana : R = Indeks performance atau rating faktor

P = Waktu gerakan standar yang ditentukan mula-mula (menit) A = Rata-rata waktu dari elemen kerja yang diukur (menit)

D. Objecive Rating

Rating ini merupakan dua faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersam-sama menentukan berapa besarnya harga rating faktor untuk mendapatkan waktu normal.

E. Physiological Evaluation of Performance Level

Cara ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan bagaimana hubungan antara pekerjaan-pekerjaan fisik dengan denyut nadi seorang pekerja. Pengamatan denyut nadi ini dilakukan pada saat pekerja sedang bekerja, saat istirahat yaitu pada menit pertama dan menit kedua pada saat badannya telah normal maka ukuran denyut jantung pada saat itulah disebut normal atau disebut basisi denyutan nadi.

Dari kelima jenis tata cara penentuan rating diatas dalam pengamatan ini yang digunakan adalah jenis “westinghouse system of rating” dengan tujuan agar penilaian prestasi kerja yang dilakukan lebih objektif terhadap masalahnya. Karena dengan cara penyesuaian ini lebih memepertimbangkan banyak faktor dari pada yang lainnya serta lebih terperinci.

Untuk dapat mengadakan perhitungan maka kelonggaran melepas lelah terdiri dari:

- Kelonggaran tetap, senantiasa diberikan sebagai dasar minimum

- Tambahan variabel, diberikan tergantung dari keadaan atas sifat pekerja

Jika angka-angka yang diberikan diatas digunakan maka kelonggaran dasar minimum tetap menjadi 9% untuk pria (5% untuk kebutuhan pribadi ditambah 4% kelonggaran keletihan dasar) dan 11% untuk wanita.

2.6. Sistem Kerja

Sistem kerja adalah suatu sistem dimana komponen-komponen kerja seperti manusia (operator), mesin dan/atau fasilitas kerja lainnya, material serta lingkungan kerja fisik akan berinteraksi.25)

Mendapatkan sistem kerja yang lebih baik dari sistem kerja yang telah ada atau memiliki sutu sistem kerja yang diajukan merupakan salah satu hal yang ingin dicapai dengan mempelajari teknik tata cara kerja. Kemampuan untuk membentuk atau menciptakan cara-cara kerja yang baik merupakan kebutuhan utama dalam kegiatan di atas yaitu mencari satu sistem kerja yang baik dari yang lainnya, karena dari alternatif-alternatif cara-cara kerja yang baiklah diadakan pemilihan tersebut dan bukan dari cara kerja yang dibentuk dari sembarangan.

2.7. Perbaikan Sistem Kerja

Perbaikan sistem kerja berisi prinsip-prinsip untuk mendapatkan perbaikan sistem kerja yang efisien dan sistem kerja yang baik, seorang perancang kerja harus dapat menguasai dan mengendalikan faktor-faktor yang membentuk suatu sistem kerja. Faktor-faktor tersebut bila dilihat dalam kelompok besarnya terdiri atas pekerja, peralatan dan mesin, serta lingkungannya. Dengan demikian diharapkan para perancang pekerja dapat menyusun suatu sistem kerja yang antara lain terdiri dari gerakan-gerakan yang baik yaitu gerakan yang memberikan hasil kerja yang baik, misalnya gerakan yang dapat mengakibatkan waktu pengerjaan yang singkat. Sedangkan ekonomi gerakan berisi prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam sistem kerja yang baik.26)

Dari hal diatas jelas bahwa di dalam memperbaiki suatu sistem kerja ada 4 macam komponen sistem kerja yang harus dipelajari guna memperoleh sistem kerja yang sebaik-baiknya meliputi:27)

a. Komponen Material: Bagaimana cara menempatkan material, jenis material

yang mudah diproses dan lain-lain.

b. Komponen Manusia: Bagaimana sebaiknya postur orang pada saat bekerja agar

mampu memberikan gerakan-gerakan kerja yang efektif dan efisien. c. Komponen Mesin : Bagaimana desain dari mesin / peralatan kerja.

d. Komponen Lingkungan: Bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik tempat

operasi kerja tersebut dilaksanakan.

2.8. Kelelahan

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahati. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu :

1. Kelelahan otot: merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot

2. Kelelahan umum: biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk

bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni; intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan; sebab-sebab mental; status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean,1993).

2.9. Antropometri

Antropomentri merupakan kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia (ukuran, volume dan berat) serta penerapan dari data tersebut untuk perancangan fasilitas atau produk.

Pengukuran antropometri terbagi atas dua bagian yaitu : 1. Antropometri Statis

Antropometri statis disebut juga dengan pengukuran dimensi struktur tubuh. Antropometri statis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi standar dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain berat badan, tinggi tubuh ukuran kepala, panjang lengan dan sebagainya.

2. Antropometri Dinamis

Antropometri disebut juga dengan pengukuran dimensi fungsional tubuh. Disini pengukuran dilakukan terhadap dimensi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan yang harus disesuaikan.

2.9.1. Cara Pengukuran dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dimensi Tubuh Manusia.

Dalam antropometri, dimensi yang diukur diambil secara linear dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu dan tubuh harus dalam keadaan diam.

Media sederhana yang dilakukan untuk keperluan mengukur bentuk dan ukuran tubuh mjanusia antara lain meliputi:

1. Spreading and sliding calipers, digunakan untuk mengukur dalam jarak pendek misalnya untuk megukur tebal badan.

2. Antropometer berupa tongkat meteran dengan dua palang dimana palang yang

satu posisinya tetap sementara palang yang lain bisa digerakkan. 3. Tapes, untuk mengukur dalam arah melingkar atau keliling.

4. Kursi ergonomis, untuk mengukur dimensi tubuh manusia dalam posisi duduk.

5. Timbangan untuk mengukur berat badan.

Dimensi atau ukuran tubuh tiap manusi berbeda-beda, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain1:

1. Keacakan/Random

Walaupun dalam satu kelompok populasi terdapat manusia dengan jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaan yang sama, pasti terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara individu yang satu dengan yang lainnya.

2. Jenis Kelamin

Pada umumnya laki-laki memilki dimensi tubuh yang lebih besar, kecuali bagian dada dan pinggul. Selain itu pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya dibandingkan wanita.

3. Suku Bangsa

Variasi dimensi tubuh terjadi karena pengaruh etnis. Meningkatnya jumlah migrasi dari suatu negara ke negara lain juga akan mempengaruhi antropometri secara nasional.

4. Usia

Pada umumnya bertambahnya umur manusia akan menyebabkan semakin berkembangnya ukuran tubuh. Ukuran tubuh berkembang dari saat lahir sampai

umur ± 20 tahun untuk pria dan ± 17 tahun untuk wanita. Dimensi tubuh

manusia akan berkurang setelah umur 60 tahun. Setelah mengijak usia dewasa, tinggi badan manusia memiliki kecenderungan untuk menurun yang disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang dan gerakan tangan dan kaki.

5. Pakaian

Karena terjadinya perbedaan iklim/musim menyebabkan manusia memakai pakaian tertentu sehingga merubah dimensi tubuh, misalnya pada waktu musim dingin menyebabkan orang memakai pakaian tebal dan ukuran relatif besar.

6. Faktor Kehamilan pada Wanita

Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti bila dibandingkan dengan antara wanita yang hamil dengan wanita yang tidak hamil.

7. Cacat Tubuh secara Fisik

Berikut ini beberapa penjelasan dan gambar pengukuran dimensi struktur tubuh dan dimensi fungsional tubuh, sebagai berikut :

1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (struktural body dimensions). - Tubuh diukur dalam posisi tidak bergerak (static anthropometri).

- Meliputi : berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk,

- Percentile : 5-th dan 95-th percentile.

Gambar 2.1. Pengukuran Dimensi Struktur Tubuh dalam

Dokumen terkait