• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata kunci: Kopi, nanokomposit, nanohybrid, nanofiller, perubahan warna ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata kunci: Kopi, nanokomposit, nanohybrid, nanofiller, perubahan warna ABSTRACT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA PADA PERMUKAAN

RESIN KOMPOSIT NANOFILLER DAN NANOHYBRID

SETELAH PERENDAMAN KOPI

Sean Otista Hananta, Gatot Sutrisno, Dini Asrianti

Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia

ABSTRAK

Penampilan estetik yang baik mendorong pengembangan bahan resin komposit untuk meningkatkan performa estetiknya. Inovasi terbaru dari bahan resin komposit adalah nanokomposit yang terdapat dalam dua jenis yaitu nanofiller dan nanohybrid. Namun ketahanan keduanya terhadap zat warna minuman kopi masih diperdebatkan. Penelitian ini membandingkan perubahan warna permukaan resin komposit nanofiller dan nanohybrid setelah perendaman kopi. 18 sampel resin komposit nanofiller dan 18 sampel resin komposit

nanohybrid dibagi menjadi kelompok yang dipoles dan direndam dalam kopi, tidak dipoles

dan direndam dalam kopi, dan direndam dalam larutan saline selama 56 hari. Pengukuran perubahan warna menggunakan Vita Easyshade Classic yang diurutkan berdasarkan value. Data dianalisis menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann-Whitney Test. Didapatkan perubahan warna pada nanohybrid lebih kecil dibandingkan nanofiller, baik pada kelompok yang dipoles maupun kelompok yang tidak dipoles, dan secara statistik terdapat perbedaan bermakna (p<0,05). Maka disimpulkan resin komposit nanohybrid memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap zat warna dibandingkan resin komposit nanofiller.

Kata kunci: Kopi, nanokomposit, nanohybrid, nanofiller, perubahan warna

ABSTRACT

Good aesthetic appearance encourages the development of composite resin material to improve aesthetic performance. The latest innovation of composite resin material is nanocomposite, which has two types; nanofiller composite resin and nanohybrid composite resin. However, surface color resistancy of both composites to coffee drinks are still in debate. This study compared surface color discoloration of nanofiller and nanohybrid resin composites after immersion in coffee. 18 nanofiller composite resin and 18 nanohybrid composite resin were divided into polished group and coffee immersion, unpolished group and coffee immersion, and saline immersion group for 56 days. Color changes were measured using Vita Easyshade Classical sorted by value. Data was analyzed statistically by Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann-Whitney Test. The color changes on nanohybrid is smaller than on nanofiller in both polished and unpolished groups, and the difference was statistically significant (p<0.05). Therefore nanohybrid composite resin has better color resistance than nanofiller composite resin.

(2)

PENDAHULUAN

Resin komposit merupakan material restorasi dengan warna yang hampir sama dengan warna gigi asli dan dapat mengembalikan fungsi.1,2 Resin komposit terdiri dari empat komponen utama yaitu matriks polimer organik, partikel inorganik filler ,coupling agent dan

initiator accelerator system. Menurut ukuran fillernya, resin komposit dapat diklasifikasikan

menjadi makrofil, mikrofil, hybrid dan nanofil.3,4

Untuk mencapai fungsi estetik, kesesuaian warna antara gigi dengan resin komposit penting untuk diperhatikan.2,3,5,6 Menurut penelitian sebelumnya, restorasi resin komposit akan mengalami perubahan warna seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, pada beberapa kasus diperlukan penggantian restorasi resin komposit setelah pemakaian beberapa waktu. Hal ini bertujuan untuk memperoleh penampilan estetik yang bagus.2,7

Perubahan warna pada resin komposit dipengaruhi oleh beberapa faktor.3 Faktor yang mempengaruhi perubahan warna resin komposit dapat dibedakan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.2,6,8 Faktor intrinsik merupakan perubahan warna yang dikarenakan oleh material resin komposit itu sendiri, misalnya perubahan pada matrik resin komposit.2,8 Pada kondisi ini perubahan warna yang terjadi sering dikaitkan dengan reaksi dari tertiary amines yang menyebabkan perubahan warna dari keputihan menjadi kekuningan.9 Menurut penelitian lainnya, perubahan warna karena faktor intrinsik terjadi secara kimia karena adanya oksidasi pada amine accelerator, struktur polimer matrik, dan gugus metakrilat yang tidak terpolimerisasi,6 atau polimerisasi yang tidak sempurna.2

Sedangkan faktor ekstrinsik merupakan perubahan warna yang disebabkan oleh lingkungan di luar restorasi resin komposit tersebut, seperti pewarnaan yang disebabkan oleh adsorpsi atau retensi zat warna dari material eksogen.8 Perubahan warna ekstrinsik ini disebabkan oleh pola makan, kebiasaan merokok serta keadaan oral hygiene yang buruk. Perubahan warna karena faktor ekstrinsik ditentukan oleh komposisi dan ukuran dari filler resin komposit, yang juga menentukan kehalusan permukaan restorasi.6

Penelitian mengenai perubahan warna yang terjadi pada material resin komposit yang disebabkan oleh kopi dan teh menyatakan bahwa minuman menyebabkan perubahan warna restorasi dan warna gigi menjadi kuning keabuan.6,8 Selain itu, beberapa penelitian lain juga menyebutkan bahwa kopi menghasilkan perubahan warna yang lebih dibandingkan dengan teh, cola maupun air.10

Adanya keinginan pasien untuk mendapatkan penampilan estetik yang baik mendorong pengembangan bahan resin komposit dalam usaha memperkecil faktor perubahan

(3)

warna intrinsik dan ekstrinsik.1,2,3,11,12 Inovasi terbaru dari bahan resin komposit adalah penggunaan teknologi nano pada komposit sehingga menghasilkan nanokomposit dengan kualitas permukaan yang lebih baik.11,12 Nanokomposit ini memiliki kemampuan muat filler sampai dengan volume 69% ( v/v ) dan berat 84% ( w/v ).13

Penelitian terdahulu melaporkan bahwa perendaman resin komposit nanofiller di dalam kopi selama 48 jam menunjukkan adanya perubahan warna yang bermakna.14,15 Penelitan lain juga melaporkan bahwa resin komposit microhybrid (Filtek Z250 3M ESPE®) menunjukan perubahan warna yang lebih sedikit dibandingkan dengan nanokomposit (Filtek Supreme®, Tetric EvoCeram®, Premise®) setelah perendaman dengan cola.7 Sedangkan pada penelitian lainnya, dikatakan bahwa resin komposit nanohybrid (Amaris®) mempunyai kestabilan warna yang hampir sama dengan resin komposit microhybrid (Filtek Z250 3M ESPE®).16 Berdasarkan temuan tersebut, penelitian ini hendak mengetahui apakah resistensi restorasi resin komposit nanofiller lebih baik dari nanohybrid setelah perendaman kopi.

TINJAUAN TEORITIS Matriks Polimer Organik

Saat ini cross-linked matrix of dimethacrylate monomers (aromatic dimethacrylates) merupakan matriks polimer organik yang paling banyak digunakan. Monomer ini banyak digunakan karena memiliki optical, mechanical dan clinical properties yang optimum. Akan tetapi, monomer ini agak kental sehingga harus dicampur dengan monomer pengencer low

molecular-weight agar didapatkan konsistensi yang tepat untuk digabungkan dengan filler.4

Polimer matriks resin komposit memiliki kemampuan untuk menyerap air dari lingkungan oral. Akibat penyerapan air tersebut, terjadi penambahan volume resin komposit. Akan tetapi hal ini belum dapat mengimbangi proses shrinkage pada saat polimerisasi. Selain itu, kemampuan polimer matrik resin komposit untuk menyerap air menyebabkan penurunan kekerasan dari permukaan resin komposit, serta penurunan ketahanan terhadap pemakaian pembersih mulut yang mengadung alkohol dan asam fluoride. Alkohol merupakan pelarut bis-GMA, sedangkan asam flouride meningkatkan penguraian partikel filler.17

Partikel Filler Inorganik

Filler berfungsi untuk memperkuat matriks resin, memberikan tingkat translusensi

yang cukup, dan mengontrol volume shrinkage dari komposit selama polimerisasi. Kemunduran pada ikatan antara filler dan polimer dengan jumlah air yang diabsorpsi dapat

(4)

diminimalkan dengan menggunakan silane coupling agent. Jika suatu tumpatan resin komposit menyerap air dari lingkungan mulut, maka tumpatan ini akan mengalami perluasan yang dapat mengurangi tegangan yang timbul karena polimerisasi. Akan tetapi absorpsi air merupakan proses yang berjalan lebih lambat dibandingkan dengan polimerisasi shrinkage.4

Kelarutan resin komposit dalam air bervariasi dari 0.25–2.5 mg/ mm3. Polimerisasi yang tidak sempurna karena kurangnya intensitas dan lama penyinaran dapat menyebabkan bertambah besarnya absorbsi air, kelarutan, serta perubahan warna tumpatan.4

Nanofiller

Nanofiller komposit terdiri dari nanopartikel berukuran 1-100 nm yang terdapat pada

matriks resin. Dengan menggunakan nanopartikel ini, komposit akan memiliki translusensi yang tinggi dan karena ukuran nanopartikel yang mendekati ukuran molekul polymer maka keduanya akan dapat berinteraksi dalam tingkat molekul pada resin matrik. Terdapat dua jenis nanopartikel yang disintesis untuk komposit nanofiller.4,13 Jenis pertama terdiri dari nanomerik partikel dengan dasar monodisperse non-aggregates dan non-agglomerated partikel yang berasal dari silika atau zirkonia. Jika hanya partikel nanomer yang digunakan, maka komposit akan memiliki rheological properti yang buruk. Untuk mengatasi kekurangan ini maka terdapat nanofiller jenis kedua yang disebut nanokluster. Nanokluster terbuat dari oksidasi nanomerik untuk membentuk clusters dimana ukuran partikel diatur distribusinya. Nanokluster merupakan sintesis dari silika ataupun campuran oksidasi silika dan zirkonia. Ukuran partikel pada nanocluster adalah 5-75 nm.

Pada nanokluster, nanopartikel berdiri sebagai partikel mandiri seperti gerombolan buah anggur. Cluster ini dapat berukuran dari 100 nm hingga 0.6 µm. Nanofiller komposit terdiri dari kombinasi nanomerik dan nanokluster.

Komposit nanofiller memiliki beberapa keuntungan. Dengan menggunakan nanokomposit, dapat diperoleh permukaan yang halus dan ketahanan poles yang lama. Selain itu, nanofiller memberikan translusensi yang baik. Hal ini disebabkan ukuran filler yang lebih kecil daripada gelombang cahaya sehingga didapatkan bayangan dan keopakan untuk restorasi gigi dengan range yang luas. Nanokomposit ini memiliki kenampakan seperti email gigi asli.4

Nanohybrid

Nanohybrid adalah campuran dari nanopartikel dengan microhybrid. Nanohybrid memiliki

(5)

Kehalusan permukaan dan keausan ditentukan oleh besarnya partikel filler.4 Nanohybrid terdiri dari partikel besar 0.4-5 µm dan nanopartikel dengan ukuran 1-100 nm.

Menurut penelitian de Moraes RR et al tentang kekasaran permukaan sebelum dan sesudah abrasi dengan sikat gigi, penyerapan air, dan kelarutan resin komposit, nanohybrid mempunyai sifat yang lebih inferior daripada nanofiller komposit (Supreme XT®). Bila dibandingkan dengan microhybrid, maka nanohybrid memiliki kualitas yang sama atau sedikit lebih bagus. Diperkirakan pada kondisi klinis, nanohybrid resin tidak dapat memberikan hasil yang sama dengan nanofillered material.18

Nanohybrid dan nanofiller dapat menjadi tumpatan dengan estetika yang baik. Akan

tetapi, nanohybrid memiliki kemungkinan yang lebih besar akan kehilangan partikel berukuran besar saat proses pengerjaaan. Maka penggunaan nanohybrid dapat meningkatkan kemungkinan kehilangan permukaan yang halus seperti pada nanofiller.13

Perubahan Warna pada Resin Komposit

Resin komposit merupakan bahan tumpatan dengan clinical aesthetica yang bagus karena memiliki warna mirip dengan gigi asli. 19Tetapi perubahan warna pada permukaan tumpatan resin komposit resin komposit merupakan hal yang tidak dapat dihindari.2,7 Hal tersebut disebabkan oleh permukaan restorasi resin komposit yang tidak halus setelah pemolesan, sehingga makanan dan zat warna dapat beretensi pada permukaan kasar tersebut.13 Kekasaran permukaan resin komposit dipengaruhi oleh jenis partikel filler yang digunakan. Untuk mengurangi perubahan warna yang terjadi maka dikembangkan resin komposit dengan

filler yang lebih kecil.20,21

Semakin kecil ukuran filler, semakin halus permukaan resin komposit. Maka perubahan warna akan semakin sulit untuk terjadi. 19,20,21,22 Selain itu urethane dimethacrylate (UDMA) pada resin komposit memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap zat penyebab perubahan warna daripada Bis-GMA maupun TEGDMA.

Berdasarkan penelitian Ertas et al, air memiliki kemampuan untuk memberikan perubahan warna paling kecil. Perubahan warna akibat air lebih sedikit daripada akibat cola, sementara perubahan warna akibat cola lebih sedikit daripada akibat teh, dan perubahan warna akibat the lebih sedikit dibandingkan dengan akibat kopi. Terakhir, anggur merah merupakan minuman yang menyebabkan perubahan warna paling banyak.23

(6)

Kopi

Kopi merupakan minuman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Akibat perubahan pola hidup, pola konsumsi kopi di Indonesia mulai berubah dari kopi tubruk menjadi kopi instan, khususnya pada kawula muda dan masyarakat perkotaan.24

Kopi mengandung kafein, caffeol, asam cafetenic, asam chlorogenic, guaiacol,

hypoxanthine, putescine, scopoletin, spermidine, gula, tannin, teobromin, teofilin, tiamin dan trigonelline.17 Komponen dari kopi yang mempengaruhi resin komposit adalah asam klorogenat dan zat tanin. Asam klorogenat memiliki kemampuan merusak permukaan resin komposit, sedangkan zat tanin merupakan zat warna pada kopi yang menyebabkan perubahan warna resin komposit menjadi lebih kehitaman.25,26 Menurut Guler et al lama waktu rata-rata masyarakat untuk minum secangkir kopi adalah 5-10 menit.25,27

Pengukuran Perubahan Warna

Warna yang terlihat merupakan hasil dari refleksi atau transmisi berkas sinar putih. Berdasarkan salah satu hukum Grassman, mata manusia dapat membedakan warna menjadi tiga parameter warna. Tiga parameter warna ini adalah panjang gelombang yang dominan (hue), refleksi cahaya gelap terang (value), dan saturasi warna (chroma).4,28

Panjang gelombang dominan (hue) adalah panjang gelombang antar 400 nm – 700 nm. Panjang gelombang pendek (400 nm) memiliki warna ungu dan panjang gelombang panjang (700 nm) memiliki warna merah. Hue digunakan untuk menggolongkan warna gigi ke dalam golongan A,B,C,D dalam VITAPAN®.28

Refleksi cahaya gelap terang (value) adalah urutan warna dari gelap ke terang. Warna hitam memiliki nilai value sebesar 0, sedangkan putih memiliki nilai value sebesar 100. Nilai

value menunjukkan kualitas dari keterangan cahaya dalam skala abu-abu.4

Saturasi warna (chroma) adalah perbedaan derajat kepekaan dari suatu warna. Chroma dapat ditentukan setelah penentuan hue. Beberapa contoh chroma yaitu merah muda, hijau tua atau biru muda. (4) Chroma digunakan untuk menggambarkan kepekatan warna dalam satu golongan misalnya A1,A2,A3,A4 pada VITAPAN® Classical shades.28

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang dilakukan di Laboratorium Dental Material FKG UI. Sampel resin komposit yang digunakan adalah resin komposit nanofiller (Filtek Z350XT®) dan resin komposit nanohybrid (Herculite Precise

(7)

Enamel®). Sampel dibuat menggunakan mold berdiameter 6 mm dan tebal 3 mm. Pemolesan sampel dilakukan menggunakan soft-lex 3M ESPE.

Total sampel yang digunakan adalah sebanyak 36 buah, dimana setiap kelompok terdiri dari 6 sampel gigi. Sampel dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan dibagi menjadi dua, yaitu kelompok perlakuan dengan pemolesan dan kelompok perlakuan tanpa pemolesan.

Kelompok perlakuan IA (nanofiller) dan IB (nanohybrid) diberi penyinaran yang dilakukan di bawah kaca preparat dengan dilapisi dengan mylar strip. Kelompok ini tidak dipoles, kemudian direndam dengan kopi selama 20 menit, dengan pencucian menggunakan air selama 10 detik setiap 10 menitnya. Kelompok perlakuan IIA (nanofiller) dan IIB (nanohybrid) diberi penyinaran secara langsung dengan jarak 3-4 mm. Resin komposit dipoles, kemudian direndam dengan kopi selama 20 menit, dengan pencucian menggunakan air selama 10 detik setiap 10 menitnya.

Kelompok kontrol A (nanofiller) dan kelompok kontrol B (nanohybrid) diberi penyinaran yang dilakukan di bawah kaca preparat dengan dilapisi dengan mylar strip. Resin komposit lalu direndam di dalam saline.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas (resin komposit nanofiller dan resin komposit nanohybrid), variabel terikat (perubahan warna pada permukaan resin komposit

nanofiller dan nanohybrid), dan variabel terkontrol (waktu perendaman sampel, konsentrasi

kopi, penyinaran resin komposit).

Definisi Operasional

Resin komposit nanofiller merupakan resin komposit dengan ukuran filler ≤100 nm.

Resin komposit nanohybrid merupakan resin komposit dengan ukuran filler sebesar 0.4-5

µm dan nanopartikel dengan ukuran 1-100 nm.

Waktu perendaman adalah lamanya waktu yang digunakan untuk melakukan perendaman

sampel resin komposit. Lamanya waktu perendaman disebut cycle. Satu cycle terdiri dari 20 menit perendaman dengan pencucian air selama 10 detik setiap 10 menitnya. Penentuan lamanya waktu perendaman ini mengacu pada keadaan sebenarnya peminum kopi, yaitu dua kali sehari dengan lama minum 10 menit pada setiap satu kali penyajian kopi. Jadi satu cycle perendaman sama dengan diasumsikan sama dengan waktu konsumsi kopi dalam satu hari. Dalam penelitian ini dilakukan sebanyak 56 cycle yang setara dengan 56 hari.

(8)

Konsentrasi kopi merupakan kopi Kapal Api Special Mix sachet (25 mg) yang dilarutkan

dalam air mendidih sebanyak 200 ml. Larutan kopi diganti setiap hari.

Penyinaran resin komposit merupakan penyinaran yang dilakukan menggunakan LED light

curing sesuai dengan spesifikasi pabrik.

Perubahan warna permukaan adalah perbedaan warna pada permukaan resin komposit

yang terjadi sebelum dan sesudah dilakukan perendaman dalam larutan kopi.

Pengukuran perubahan warna merupakan pengukuran dengan menggunakan Vita Easy

Shade Classical. Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah perendaman dalam larutan kopi.

Warna pada Vita Easy Shade diberi skor sebagai berikut; B1=1, A1=2, B2=3, D2=4, A2=5, C1=6, C2=7, D4=8, A3=9, D3=10, B3=11, A3,5=12, B4=13, C3=14, A4=15, dan C4=16. ∆V yang didapat merupakan pengurangan skor warna setelah perlakuan dengan skor warna sebelum perlakuan. Pengukuran dilakukan sebelum perlakuan, kemudian pada hari 1, 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, dan 56.

Pengamatan perubahan warna dilakukan secara langsung menggunakan mata. Pengamatan dilakukan oleh tiga orang pengamat, dan hasil dikalibrasi untuk mendapatkan nilai yang reliable.

Data dianalisa secara statistik dengan menggunakan Wilcoxon dan Mann-Whitney

nonparametric test.

HASIL PENELITIAN

Hasil perubahan warna sebelum dan sesudah perlakuan

Tabel hasil perubahan warna sebelum dan setelah perendaman hari ke–56 pada kelompok resin komposit nanofiller dan nanohybrid dengan pemolesan.

Ket : Hasil uji statistik Wilcoxon ( p < 0,05 )

Tabel perbandingan hasil perubahan warna antara kelompok resin komposit nanofiller dengan resin komposit nanohybrid pada hari ke-56 dengan pemolesan.

Ket : Hasil uji statistik Mann Whitney ( p < 0,05 )

mean ± sb median(min-max) mean ± sb median(min-max)

Kelompok IIA 6 0 0 2,33 ± 0,816 2 ( 2-4 ) 0,2

Kelompok IIB 6 0 0 0,33 ± 0,816 0 ( 0-2 ) 0,317

Setelah perendaman hari ke-56

Kelompok N Sebelum perlakuan p

mean ± sb median(min-max) Kelompok IIA 6 2,33 ± 0,816 2 ( 2-4 ) Kelompok IIB 6 0,33 ± 0,816 0 ( 0-2 )

Setelah perendaman hari ke-56

p 0,006 N

(9)

Setelah perendaman selama 56 hari (8 minggu), terlihat kelompok IIA (nanofiller) mengalami peningkatan warna yang berbeda bermakna dibandingkan dengan kondisi sebelum perlakuan. Akan tetapi tidak terdapat perubahan warna yang berbeda bermakna dibandingkan dengan kondisi sebelum perlakuan pada kelompok IIB (nanohybrid). Terlihat pula perbedaan bermakna perubahan warna antara kelompok IIA dengan kelompok IIB (p <0,05).

Grafik perbandingan perubahan warna resin komposit nanofiller dan resin komposit nanohybrid dengan pemolesan.

Berdasarkan grafik di atas, kelompok Filtek Z350 XT® (IIA; nanofiller) mengalami perubahan warna yang paling signifikan pada hari ke-28 (minggu ke-4) menuju hari ke-42 (minggu ke-6). Setelah itu, terdapat sedikit perubahan warna lebih lanjut hingga hari ke-56. Sedangkan untuk Herculite Precis Enamel® (IIB; nanohybrid) terlihat sedikit perubahan warna pada hari ke-21 (minggu ke-3). Setelah itu, tidak ditemukan adanya perubahan warna hingga akhir waktu eksperimen.

PEMBAHASAN

Perubahan warna yang terjadi pada resin komposit menuntut dokter gigi untuk memilih bahan resin komposit dengan kualitas yang baik. Hal ini ditujukan agar tumpatan dapat bertahan lama dan memiliki keestetikan yang dapat diterima secara klinis. Pemilihan resin komposit memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki pasien, misalnya kebiasaan minum kopi. Menurut penelitian sebelumnya, kopi menyebabkan perubahan warna pada resin komposit karena sifat resin komposit yang menyerap air.23

Menurut Guler et al, gula di dalam larutan kopi dapat meningkatkan perubahan warna dibandingan dengan kopi tanpa gula.27 Dalam penelitian ini, kopi yang digunakan adalah kopi

0 0,5 1 1,5 2 2,5 Filtek Z350 XT Herculite Precis Enamel

(10)

Kapal Api Special Mix sachet yang merupakan campuran antara kopi dan gula. Pemilihan kopi didasari pada keadaan sebenarnya, kopi banyak diminum dengan tambahan gula. Kopi

sachet dipilih karena sebagian besar masyarakat merupakan peminum kopi instant.

Pada penelitian ini, resin komposit nanofiller yang digunakan adalah Filtek Z350 XT® yang merupakan penyempurnaan dari resin komposit Filtek Supreme XT® yang diproduksi oleh 3M ESPE. Sedangkan resin komposit nanohybrid yang digunakan adalah Herculite Precis Enamel® yang diproduksi oleh KERR. Bahan tersebut dijadikan pilihan bahan penelitian atas pertimbangan produk yang sudah dikenal umum di seluruh dunia.

Guler et al menyatakan bahwa permukaan resin komposit yang kasar akan menyebabkan adanya pewarnaan yang lebih besar daripada permukaan yang halus. Pewarnaan ini terjadi secara mekanikal.27 Untuk itu pada penelitian ini dilakukan pemolesan dengan soft-lex 3M ESPE®. Menurut Tate dan Power, alat poles soft-lex® tersebut dapat memberikan efek polishing yang lebih baik dibandingkan alat poles lainnya.29

Perubahan warna yang terjadi diukur menggunakan Vita Easyshade Classical®. Karena subjektivitas penilaian perubahan warna dengan alat ukur ini, maka dilakukan penilaian dari tiga orang pengamat. Hasil pengamatan diambil jika dua dari tiga suara menyatakan hasil yang sama. Jika sampel yang memiliki tiga hasil penilaian yang berbeda, maka dilakukan pengamatan kembali secara bersamaan untuk mengambil keputusan hasil perubahan warna. Penggunaan tiga orang pengamat dimaksudkan untuk mendapat hasil akurat, dengan cara inter rate reliability, dimana apabila beberapa orang diberikan suatu objek untuk dinilai, orang-orang tersebut akan menunjukkan hasil yang sama atau hampir sama.30

Pada penelitian ini terdapat kelompok kontrol negatif yaitu kelompok resin komposit yang tidak dipoles dan direndam saline dimana diharapkan tidak ada perubahan warna, sehingga dapat dilihat adanya perubahan warna jika diberi perlakuan perendaman larutan kopi. Terdapat pula kelompok kontrol positif yaitu kelompok resin komposit yang tidak dipoles dan direndam kopi yang berfungsi sebagai bukti bahwa perlakuan yang dilakukan akan memberikan hasil yang positif. Nilai kedua kelompok kontrol akan dibandingkan dengan kelompok perlakuan untuk melihat perubahan warna yang terjadi.31

Pada sample yang tidak dipoles, digunakan mylar strip unuk finishing. Penggunaan

mylar strip menghasilkan permukaan yang halus. Selain itu, penggunaan mylar strip akan

menghilangkan uncured layer pada permukaan resin komposit. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa walaupun permukaan yang dihasilkan oleh mylar strip sangat halus, permukaan tersebut kaya akan matriks resin. Permukaan dengan tingkat polimerisasi yang

(11)

lebih rendah dapat menghambat peningkatan pewarnaan.32,33 Blaser PK et al dan Gordan VV

et al menunjukan bahwa resin komposit yang disinari di bawah mylar strip memiliki tingkat

polimerisasi yang lebih rendah pada permukaannya dibandingkan dengan yang disinar secara langsung.

Z.Ergucu et al menunjukkan bahwa sampel yang menggunakan mylar strip mengalami perubahan warna yang dikarenakan oleh lapisan permukaan paling luar resin komposit yang kaya akan resin.33 Hasil tersebut sesuai dengan penelitian ini, dimana resin komposit yang disinar di bawah matriks dan tidak dipoles, baik nanofiller maupun

nanohybrid memiliki perubahan warna yang lebih banyak dibandingkan dengan resin

komposit yang dipoles. Perubahan warna yang terjadi pada kelompok nanohybrid (Herculite Precis Enamel®) secara statistik tidak bermakna, tetapi perubahan yang terjadi pada kelompok

nanofiller (Filtek Z350 XT®) secara statistik bermakna dibandingkan dengan kelompok yang dipoles. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perlu dilakukan finishing dan polishing untuk mendapatkan permukaan resin komposit yang lebih tahan terhadap pewarnaan.

Metode perendaman pada penelitian ini mengacu pada keadaan sebenarnya dimana peminum kopi rutin mengonsumsi kopi dua kali sehari, pada pagi serta malam hari. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa lama rata-rata minum kopi adalah sebanyak 5-10 menit setiap kali minum. Maka penelitian ini menggunakan durasi perendaman 2 x 10 menit, dengan pembilasan air selama 10 detik setiap 10 menit. Perendaman sampel dilakukan dalam kondisi kopi yang panas tetapi dengan suhu yang dapat diterima oleh mulut manusia sehingga kondisi perendaman mendekati keadaan sebenarnya. Perendaman sampel dilakukan selama 56 hari dimana pada pengukuran warna dilakukan sebelum perlakuan, pada hari ke-1, 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, dan 56. Metode perendaman ini didasarkan pada penelitian Daru Indrawati I.S yang melakukan perendaman dengan larutan teh selama 5 menit setiap hari selama 28 hari. Penelitian tersebut menyatakan sebagian besar kelompok tidak mengalami perubahan warna setelah perendaman.34 Maka pada penelitian dilakukan perendaman dengan waktu yang lebih lama.

Setelah hari ke-56 pengamatan, terlihat kelompok nanohybrid dengan pemolesan mengalami perubahan warna yang sangat sedikit. Hal ini terkait dengan tingkat absorpsi air dan kelarutan dari resin komposit nanohybrid yang sangat kecil. Secara statistik, perubahan warna yang terjadi setelah perendaman selama 56 hari tidak berbeda bermakna dengan warna awal. Sementara pada kelompok nanofiller dengan pemolesan mengalami perubahan warna yang sangat banyak. Hal ini mungkin disebabkan kelarutan dan absorbsi besar dan berkelanjutan pada dari resin komposit tersebut. Perubahan warna pada kelompok ini secara

(12)

statistik dinyatakan berbeda bermakna. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini sedikit banyak dipengaruhi oleh pengalaman pengamat yang kurang dalam hal pengamatan perubahan warna yang terjadi pada resin komposit.

Resin komposit nanohybrid menunjukan perubahan warna yang lebih sedikit dibandingkan dengan perubahan warna yang terjadi pada nanofiller, baik pada kelompok dengan pemolesan maupun tanpa pemolesan. Menurut penelitian Dietschi et al, perubahan warna yang terjadi berhubungan dengan kandungan resin yang tinggi dan absorpsi air.35

Pada penelitian sebelumnya dikatakan bahwa resin komposit nanohybrid memiliki jumlah matriks 13% dari berat resin komposit, sedangkan resin komposit nanofiller memiliki jumlah matriks 27,5% dari berat resin komposit. Maka resin komposit nanohybrid akan menyerap air lebih sedikit dari pada nanofiller. Penelitian yang dilakukan Sideridou et al sesuai dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini, dimana nanohybrid menunjukkan perubahan warna yang lebih sedikit dibandingkan dengan nanofiller.36 Selain itu, walaupun volume filler pada resin komposit nanofiller dan nanohybrid hampir sama, partikel filler resin komposit nanofiller secara teoritis akan memperlihatkan daerah permukaan total yang lebih besar karena adanya filler silika nonagglomerated yang berukuran 20 nm.36

Perubahan warna pada resin komposit dipengaruhi oleh kelarutan resin komposit tersebut. Kelarutan resin komposit nanofiller lebih tinggi daripada resin komposit nanohybrid karena perbedaan sistem partikel filler. Hal ini disebabkan air yang berkontak dengan permukaan filler silika akan merusak ikatan siloxane yang akan membentuk kelompok-kelompok silanol dan memfasilitasi debonding partikel. Luas permukaan total dari nanofiller lebih luas dari pada nanohybrid. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa partikel komposit

nanofiller larut lebih banyak daripada nanohybrid.37 Semakin besar kelarutannya, semakin besar kemungkinan adanya retensi warna terhadap resin komposit tersebut karena permukaan yang kasar. Hal tersebut mendukung hasil penelitian ini dimana resin komposit nanofiller memiliki perubahan warna yang lebih besar dari pada resin komposit nanohybrid dikarenakan kelarutan nanofiller yang lebih besar dibandingkan dengan nanohybrid.

Perubahan warna juga dipengaruhi oleh kekasaran permukaan dari resin komposit (Morres RR et al) yang mengevaluasi kehalusan permukaan resin komposit sebelum dilakukan abrasi. Resin komposit nanofiller dan resin komposit nanohybrid yang mengandung cluster menunjukan adanya permukaan yang lebih halus dibandingkan dengan resin komposit lainnya. Didapatkan bahwa nanohybrid (Premise®) memiliki permukaan yang lebih halus dibandingkan dengan nanofiller (Filtek Supreme XT®) sebelum dan sesudah dilakukan abrasi dengan sikat gigi. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian ini, dimana

(13)

perubahan warna yang terjadi pada Herculite Precis Enamel (nanohybrid) dengan pemolesan lebih sedikit dibandingkan dengan perubahan warna yang terjadi pada Filtek Z350 XT (nanofiller) dengan pemolesan.18

KESIMPULAN

Perendaman dalam larutan kopi menghasilkan perubahan warna yang signifikan pada resin komposit nanofiller. Akan tetapi, pada resin komposit nanohybrid, perendaman dalam larutan kopi tidak menghasilkan perubahan warna yang bermakna. Resin komposit

nanohybrid (Herculite Precis Enamel®) memiliki perubahan warna yang lebih kecil daripada resin komposit nanofiller (Filtek Z350 XT®), baik tanpa pemolesan (dengan matriks) maupun dengan pemolesan (soft-lex 3M ESPE). Dan perbedaan perubahan warna antara resin komposit nanofiller dan resin komposit nanohybrid secara statistik dinyatakan berbeda bermakna.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, penggunaan resin komposit nanohybrid untuk praktek sehari-hari lebih disarankan, terutama pada penumpatan resin komposit yang membutuhkan estetika tinggi. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan alat ukur dengan standar pengukuran yang sama (spektofotometer), dimana pengukuran dilakukan dalam inkubator pada suhu 370C agar lebih menyerupai kondisi sebenarnya. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan lebih dari satu jenis resin komposit

nanohybrid untuk dibandingkan dengan resin komposit nanofiller dan dengan jumlah sampel

yang lebih banyak sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat.

KEPUSTAKAAN

1. Awliya WD, Al-alwani DJ, Gashmer E S, Al-mandi HB. The Effect of Commonly Used Types of Coffee on Surface Microhardness and Color Stability of Resin-based Composit Restoration.The Saudi Dental Journal. 2010;24(4):177-181

2. Yazici AR, Celik C, Dayangac B, Ozgunaltay G. The Effect of Curing Units and Staining Solutions on the Color Stability of Resin Composites.Operative

(14)

3. Power john M. Composite Restorative Materials. In: Craigh Robert G(Eds).

Restorative Dental Material.11th ed. St. Louis. Missouri: Elsevier.2002.p:232-249

4. Craig, R(Eds). Restorative Dental Materials.13th ed. Missouri: Elsevier.2012.p:161-198.

5. Güler AU,Güler E,Yüce AC,Ertas E. Effects of Polishing Procedures on Color Stability of Composite Resins. J.Oral Sci. 2009 Mar/Apr; 17(2).

6. Domingos PA,Gracia PP,Oliveira AL, Palma RG. Composite Resin Color Stability : Influence of Light Sources and Immersion media. J.Appl. Oral Sci. 2011 May/June; 19 no.3.

7. Al-Shalan T. In Vitro Staining of Nanocomposites Exposed to a Cola Beverage.

Pakistan Oral and Dental Journal. 2009 June;29(1):79-84.

8. Topcu FT,Sahinkesen G,Yamanel K,Erdemir U,Oktay UE,Ersahan S. Influence of Different Drinks on the Colour Stability of Dental Resin Composites. Eur J Dent. 2009 January;3(1):50-56.

9. GalvãoI AP,Jacques LB, Dantas L, Mathias P; André MallmannV. Effect of lipstick on composite resin color at different application times. J. Appl. Oral Sci. ; vol.18 no.6 Bauru Nov./Dec. 2010.

10. Pengaruh Minuman Kopi Ulee kareng terhadap Perubahan Warna pada Resin Komposit Konvensional dan Nano Partikel. cited 2012 September 14. Available from: www.scribd.com/dpc/92596681/Bab-1.

11. Khatri, Amit, B. Nandlal. Staining of a Conventional and a Nanofilled Composit Resin Exposed In Vitro to Liquid Ingested by Children. International Journal of Clinical

Pediatric Dentistry. 2010 September-December;3(3):183-188.

12. Jung.M, K.Eichelberger,J. Klimek. Surface Geometry of Four Nanofiller and One Hybrid Composite After One Step and Multiple Step Polishing. Operative Dentistry. 2007;32-4,347-355.

13. Kaur P, Reena Luthra , Puneet. A Step Towards Improved Restorative Dentistry. 2011; 3(4): p. 28-31.

14. Martina DT, Wignyo Hadriyanto MS , A.lskandar Wahid SU. Stabilitas Warna Resin Komposit Nanofiller Yang Dipoles Dengan Polishing Liquid dan Polishing Brush.

Jurnal Kedokteran Gigi. 2011; II (4).

15. Park JK. Effect of staining solutions on discoloration of resin nanocomposites. Am J

(15)

16. Ibrahim MAM, Bakar WZW,Husein A. A comparison of staining resistant of two composite resins. Archives of Orofacial Sciences. 2009; 4(1): p.13-16.

17. J.O'Brien W. Dental Material an Their Selection. 2002. p.205-128.

18. De Moraes RR, Gonçalves Lde S, Lancellotti AC, Consani S, Correr-Sobrinho L, Sinhoreti MA. Nanohybrid Resin Composites: nanofiller loaded materials or traditional microhybrid Resin?. Oper Dent. 2009 Sep-Oct; 34(5):551-7.

19. Damanik A. Derajat Perubahan Warna resin Komposit Supranano dan Nanohibrid

oleh minuman Kopi. [Tesis]. 2010 Juli.

20. Noort RV.Introduction to Dental Materials. 3rd ed. United Kingdom: Elsevier; 2007. 21. Deubert LW JC. Tooth Coloured Filling Materials in Clinical Practice. 2nd ed.

Bristol: Wright PSG; 1982.

22. Fontes ST, Fernandez MR, Moura CM, Meireles SS. Color Stability of a Nanofilled Composite:Effect of different immersion media. J Appl Oral Sci. 2009; 17 (5): p. 388-391.

23. Erta E , Guler AU, Yucel AAN, Koprulu H, Guler E. Color Stability of Resin Composites After Immersion in Different Drinks. Dent Mater J. 2006 June; 25 (2): p. 371-6.

24.

http://www.aeki-aice.org/index.php?option=com_content&view=article&id=5&Itemid=11&lang=in. 2011. Diunduh pada 7 September 2012.

25. Rizky M, Yuliati A, Munadziroh E. Deteksi Perubahan Warna Resin Komposit Setelah Direndam Larutan Kopi Menggunakan Sensor Optik Fotodioda. Material

Dental Journal. 2009 July-December; 1 no 2: p. 45-50.

26. Tse SY. Cholinomimetic compound distinct from caffein contained in coffee.

J.Pharm.Sci. 1992; 81 (5): p. 449-52.

27. Guler AU, Yilmaz F, Kulunk T, Guler E, Kurt S. Effect of Different Drinks On Stainability of Resin Composite Provisional Restorative Materials. The Journal of

Prosthetic Denstistry. 2005; 94 (2): p. 118-24.

28. Setiati HD. Pengaruh minuman bersoda dan berwarna terhadap perubahan warna resin komposit nanohibrida. [Skripsi].2011 December.

29. Tate WH, Powers. Surface roughness of xomposites and hybrid ionomers. Oper Dent. 1996; 21 (2):53-58.

30. http://changingminds.org/explanations/research/design/types_reliability.htm.Diunduh pada 20 November 2012.

(16)

31. http://answers.yahoo.com/question/index?qid=20100701143625AATr7iQ.2009. Diunduh pada 20 November 2012.

32. Rueggeberg FA & Margeson DH (1990). The effect of oxygen inhibition on unfilled/filled composite system. Journal of Dental Research.. 69(10) 1652-1658. 33. Indrawati D.I.S . Pengaruh Teh Terhadap Perubahan warna Permukaan Tumpatan

Resin Komposit Mikrofil; 1990.

34. Z Ergucu, LS Turkun, A Aladag. color stability of nanocomposites polished with one step systems. Operative Dentistry. 2008; 33-4, 413-420.

35. Farahanny W. Perbedaan Diskolorasi Resin Komposit Yang Dipolis Dan Tidak Dipolis Pada Perendaman Larutan Kopi Hitam dan Kopi Krimer. 2009.

36. Sideridou ID, Karabela MM, Vouvoudi Ech. Physical properties of current dental nanohybrid and nanofill light-cured resin composites. Dent Mater. 2011 June; 27(6):598-607.

37. Da Silva EM, Almeida GS, Poskusi LT, Guimaraes JG. Relationship between the degree of conversion, solubility adn salivary sorption of a hybrid and a nanofillerd resin composit: influence of the light-activation mode. J appl.Oral Sci. 2008; 16(2):161-6.

Gambar

Tabel hasil perubahan warna sebelum dan  setelah perendaman hari  ke–56 pada kelompok resin komposit  nanofiller dan nanohybrid dengan pemolesan
Grafik perbandingan perubahan warna resin komposit nanofiller dan resin komposit nanohybrid dengan  pemolesan

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini saran yang peneliti paparkan yaitu (1) Penggunaan model active learning dengan metode ccrossword puzzle mampu menarik perhatian serta semangat siswa

KELAS/ SEMESTER STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA KEWIRAUSAHAAN/ EKONOMI KREATIF GAGASAN KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR Kelas

demik dari PGI yang nantinya akan menjadi masukan bagi Kemenag dalam merancang RUU PUB tahun 2016 nanti. Tidak hanya membahas mengenai ma­ sukan akademik, SAA juga membuat pernyataan

Kemampuan membuat kutipan pada Mendeley sebanyak 100% telah dapat menggunakannya, serta peserta tertarik menggunakannya dalam penulisan tugas akhir karya ilmiah..

Pada peta tutupan lahan dapat dilihat vegetasi yang terdiri dari (pohon, belukar, perkebunan, dan pertanian campuran) tersebar di merata di Kelurahan Satria hal

Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai siswa yang belum mencapai nilai 66 ( KKM ). Oleh karena itu, peneliti mengadakan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru kelas

Sebagian besar polimer sintetik dihasilkan melalui proses polimerisasi reaksi rantai yang sering disebut polimerisasi adisi.Inisiator organik seperti benzoil peroksida

a) Komisi VI DPR RI mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh pihak PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang telah berhasil menyelesaikan pembangunan Jalan Tol