• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pembahasan Jurnal "Work-Family Conflict Among Members of Full-Time Dual-Earner Couples"

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Pembahasan Jurnal "Work-Family Conflict Among Members of Full-Time Dual-Earner Couples""

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SEMINAR MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PEMBAHASAN JURNAL ILMIAH “WORK-FAMILY CONFLICT AMONG

MEMBERS OF FULL-TIME DUAL-EARNER COUPLES: AN EXAMINATION OF FAMILY LIFE STAGE, GENDER, AND AGE”

Diajukan sebagai tugas mata kuliah

Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia (MNM401)

Oleh:

MOCHAMMAD IRFAN KURNIA

041511233232

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA 2017

(2)

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... 2 BAB I ... 3 PEMBAHASAN TOPIK ... 3 1.1. PENDAHULUAN ... 3 1.2. URGENSI PENELITIAN ... 3 1.3. HIPOTESIS ... 4 BAB II ... 6 METODOLOGI ... 6 1.1. PARTISIPAN ... 6 1.2. UKURAN ... 6 BAB III ... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

3.1. HASIL ... 8

3.2. PEMBAHASAN ... 8

BAB IV ... 10

ARTIKEL PENDUKUNG ... 10

4.1. KONFLIK KELUARGA, FLEKSIBILITAS KERJA, DAN PRAKTIK ORGANISASI ... 10

4.2. MEMOTIVASI KARYAWAN ... 10

4.3. KEPUASAN HIDUP KARYAWAN ... 10

4.4. KONFLIK DAN KESEHATAN ... 11

(3)

3

BAB I

PEMBAHASAN TOPIK

1.1. PENDAHULUAN

Berdasarkan data dari 2008 National Study of the Changing Workforce, artikel ini mempelajari hubungan antara jenis kelamin, usia, dan konflik kerja-keluarga (work-family conflict) sepanjang 6 tahap hidup kerja-keluarga. Subjek studi terdiri dari 690 karyawan yang telah menikah dan bekerja 35 jam atau lebih dalam seminggu. Konflik kerja-keluarga juga terhubung dengan tahapan keluarga, dengan konflik paling sedikit terjadi pada tahap empty nest (belum memiliki anak) dan paling banyak terjadi ketika anak paling muda di rumah tangga berusia kurang dari atau sama dengan 5 tahun. Perbedaan jenis kelamin juga diobservasi. Pria lebih banyak mengalami interferensi pekerjaan dengan keluarga daripada perempuan ketika anak paling muda sedang memasuki masa remaja. Wanita secara keseluruhan lebih banyak mengalami interferensi keluarga dengan kerja daripada pria. Hasil studi yang berkenaan dengan jenis kelamin dan usia menunjukkan pola yang berbeda, bahwa tahapan keluarga tidak semata-mata berhubungan dengan usia. Kesimpulannya, hasil studi ini mengindikasikan jenis kelamin, usia, dan tahapan keluarga berhubungan dengan konflik kerja-keluarga (Allen & Finkelstein, 2014).

1.2. URGENSI PENELITIAN

Meskipun studi tentang konflik kerja-keluarga (Work-family Conflict— WFC) tumbuh pesat beberapa dekade terakhir, studi ini jarang dilakukan dari perspektif tahap kehidupan (Baltes & Young, 2007).

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji WFC dari perspektif tahap hidup dengan mempertimbangkan tahapan keluarga, jenis kelamin, dan usia, melalui sampel pasangan yang sama-sama bekerja 35 jam atau lebih dalam

(4)

4

seminggu. Dengan mengikutsertakan jenis kelamin dan tahapan keluarga, studi ini mencoba untuk menunjukkan pemahaman yang lebih lengkap terkait kapan dan

kepada siapa perbedaan WFC ada. Perubahan demografi membuat kisaran usia

dan tahapan keluarga menjadi lebih luas dalam pekerja penuh-waktu, sehingga ada urgensi untuk lebih memahami tantangan dan keuntungan daripada bekerja lebih lama, tidak hanya dari perspektif organisasi, tetapi juga dari perspektif karyawan itu sendiri (Allen & Finkelstein, 2014).

1.3. HIPOTESIS

Beberapa riset mengindikasikan bahwa kekhawatiran kerja-keluarga menurun sepanjang tahapan hidup. Data dari 2002 National Study of the Changing

Workforce mengindikasikan bahwa mengelola pekerjaan, permintaan pribadi, dan

keluarga dianggap mudah atau sangat mudah untuk 69% pekerja berusia 60 tahun atau lebih tua, dibanding 41% pekerja muda (Roundtree, 2004).

Berdasarkan data tersebut mengenai tahapan keluarga dan life course

theory, muncullah hipotesis berikut.

Hipotesis 1: Ada perbedaan dalam WIF/FIW sepanjang tahapan keluarga. Terlebih, WIF/FIW lebih rendah dalam tahap awal dibanding tahapan saat keluarga memiliki anak.

*WIF = Work Interference with Family *FIW = Family Interference with Work

Transisi menjadi orang tua cenderung menghasilkan peran pekerjaan dan keluarga yang berbeda untuk pria daripada wanita. Para Ibu cenderung lebih menanggung lebih banyak beban terkait mengurus anak daripada Ayah (Parke, 2000; Phares, Fields, & Kamboukos, 2009).

Riset juga menunjukkan rasio pekerjaan rumah untuk Ibu meningkat sebagaimana usia anak naik sementara Ayah tetap konsisten (Craig & Sawrikar, 2009).

(5)

5

Maka, uji interaksi antara jenis kelamin dan tahapan keluarga yang mempertimbangkan tanggung jawab pekerjaan dan keluarga dibutuhkan. Sebagai tambahan, karena negara-negara memiliki budaya dan faktor kebijakan yang berbeda, yang dapat mempengaruhi WFC. Maka muncullah hipotesis berikut:

Hipotesis 2: Ada interaksi antara tahapan keluarga dan jenis kelamin dalam WIF/FIW. Jenis kelamin lebih berperan dalam WIF/FIW ketika keluarga mencapai tahapan ketika memiliki anak.

Rumusan Masalah

Hipotesis 1 dan 2 mempertimbangkan tahapan keluarga dan jenis kelamin tanpa referensi langsung pada usia. Allen dan Finkelstein mengembangkan dua pertanyaan riset untuk menguji peran usia dalam tahapan keluarga dan untuk menentukan apakah usia berpengaruh dalam tahapan keluarga.

Pertanyaan #1: Apa hubungan antara usia partisipan dan WIF/FIW dalam tiap tahapan keluarga?

Pertanyaan #2: Apakah pola hubungan usia dan jenis kelamin pada konflik kerja-keluarga mencerminkan pola hubungan tahapan keluarga dan jenis kelamin pada konflik kerja-keluarga?

(6)

6

BAB II

METODOLOGI

1.1. PARTISIPAN

Data diambil dari 2008 National Study of the Changing Workforce (NSCW). Survey NSCW dilakukan berdasarkan probabilitas acak yang distratifikasi dengan sampel daerah di Amerika Serikat (Aumann & Galinsky, 2011).

Survey dilakukan melalui telepon dari November 2007 hingga April 2008 dengan total 3.502 wawancara yang masing-masing berdurasi rata-rata 50 menit. Tingkat respons sebesar 54,6%. Studi ini tidak mengikutsertakan wirausahawan. Sampel juga dibatasi pada pasangan menikah yang keduanya bekerja 35 jam atau lebih setiap minggunya, dan memiliki anak. Alhasil, ada 690 responden yang terdiri dari 344 pria (49,9%) dan 346 wanita (50,1%). Rata-rata usia adalah 42,51 tahun (Standar Deviasi = 11,18). Rata-rata jam kerja adalah 47,34 jam (Standar Deviasi = 10,14). Rata-rata pendapatan keluarga sebesar $109,395 (Standar Deviasi = 67,095).

1.2. UKURAN

Interferensi Kerja pada Keluarga / Work-interference with Family (WIF) diuji melalui pertanyaan “Seberapa sering anda tidak merasa senang di rumah karena pekerjaan anda?” Respon diberikan melalui skala 5-poin yang berkisar dari sangat sering ke tidak pernah. Nilai yang tinggi menandakan lebih banyak suasana hati yang tidak senang. Koefisien a = 0,87.

Interferensi Keluarga pada Pekerjaan / Family interference with Work (FIW) diuji melalui pertanyaan “Seberapa sering kehidupan keluarga dan pribadi anda membuat anda tidak semangat bekerja?” Respon diberikan melalui skala

(7)

5-7

poin yang berkisar dari sangat sering ke tidak pernah. Nilai yang tinggi menandakan lebih banyak suasana hati yang tidak senang. Koefisien a = 0,83.

Tahapan keluarga. Allen dan Finkelstein membuat 6 kategori keluarga yang mirip sebagaimana diidentifikasi oleh Baltes dan Young (2007) dan Erickson et al. (2010). Tahapan-tahapan ini diberi label: 1) Pembentukan (establishment, partisipan dibawah usia 35 dan tanpa anak; n = 71), 2) Anak Sangat Muda (partisipan dengan anak termuda dibawah usia 3 tahun; n = 84), 3) Anak Usia Pra-sekolah (partisipan yang memiliki anak berusia 3-5 tahun; n = 81), 4) Anak Usia Sekolah Dasar (partisipan yang memiliki anak berusia 6-12 tahun; n = 164), 5) Anak Remaja (partisipan dengan anak berusia 13-18; n = 192), dan 6) Empty Nest (partisipan berusia lebih dari 54 tahun dan tidak memiliki anak; n = 99).

Jenis Kelamin diberi kode 1 untuk Pria dan 2 untuk Wanita.

Usia Partisipan dibuatkan variabel 4-kategori: <30, 30—39, 40—49, 50>. Ras diberikan kode 1 untuk kulit putih, 2 untuk etnis lain.

Beberapa faktor lain yang dipertimbangkan adalah jumlah tahun yang sudah diabdikan untuk bekerja, total pemasukan tahunan keluarga, jumlah orang dalam keluarga. Juga prioritas peran hidup didasari dua pertanyaan (Seberapa sering anda merasa lebih memprioritaskan kerja dibanding keluarga? Dan pertanyaan Seberapa sering anda memprioritaskan keluarga dibanding pekerjaan?) dengan skala 5-poin. Nilai tinggi menandakan prioritas lebih besar pada pekerjaan.

(8)

8

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. HASIL

Berkenaan dengan WIF (interferensi kerja pada keluarga) konsisten dengan hipotesis 1. Tahapan keluarga memiliki dampak yang signifikan dan konsisten dengan hipotesis 2. Uji Least Significance Difference (LSD) karya Fisher digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan mean signifikan.

Partisipan pada tahapan Empty Nest melaporkan lebih sedikit WIF (M = 2,38) daripada partisipan di tahapan keluarga yang lainnya (M berkisar dari 2,63 hingga 2,94). Hasil ini menunjukkan bahwa WIF lebih sedikit terjadi ketika tidak ada anak di dalam rumah tangga, entah belum lahir atau sudah meninggalkan rumah (untuk kuliah atau berkeluarga).

Uji t menunjukkan perbedaan signifikan ketika ada anak berusia remaja, Pria (M = 2,77) merasakan lebih banyak WIF dibanding Wanita (M = 2,56).

Pertanyaan Riset No. 1 berfokus pada hubungan antara umur partisipan dan WIF/FIW di dalam tahapan keluarga. Korelasi parsial antara usia dan WIF/FIW dihitung dalam tiap tahapan keluarga. Tidak ada korelasi yang signifikan antara usia dan WIF pada tiap tahapan kerja kecuali pada tahap Empty

Nest (kelompok usia 55 hingga 91; M = 59,54, SD = 4,70).

3.2. PEMBAHASAN

Tahapan keluarga sangat berpengaruh pada konflik kerja-keluarga (WFC). Untuk interferensi kerja pada keluarga (WIF), hasil temuan menunjukkan bahwa individu pada tahap Empty Nest memiliki WFC paling sedikit daripada tahpaan keluarga yang lain.

Menjadi orang tua remaja memiliki tantangan yang unik (Riina & McHale, 2014; Steinberg, 2001). Sebagaimana remaja mulai mencari otonomi terhadap diri sendiri, dan mengikuti perilaku berisiko (seperti mencoba alkohol). Hal ini

(9)

9

membuat permintaan kerja dan beban kerja yang diterima memberikan hal negatif kepada Ayah karena tidak sehatnya hubungan dengan anak. Updegraff, McHale, Crouter, dan Kupanoff (2001) menemukan bahwa Ibu cenderung lebih mengetahui dan lebih mampu mengamati pertumbuhan anak remaja daripada Ayah.

(10)

10

BAB IV

ARTIKEL PENDUKUNG

4.1. KONFLIK KELUARGA, FLEKSIBILITAS KERJA, DAN

PRAKTIK ORGANISASI

Beberapa dekade sebelumnya, ketertarikan pada topik konflik kerja-keluarga dan kebijakan organisasi yang dapat meningkatkan konflik tersebut tumbuh pesat (Kossek et al., 2011).

Fleksibilitas kerja sebagai potensi untuk mereduksi konflik kerja-keluarga menjadi perhatian, namun potensinya bisa dibilang terbatas. Hubungan fleksibilitas dengan konflik kerja-keluarga memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menjadi solusi. Praktik organisasi yang mengedepankan dukungan terhadap karyawan bisa jadi lebih menguntungkan daripada fleksibilitas kerja (Allen et al., 2013).

4.2. MEMOTIVASI KARYAWAN

Karena adanya hubungan langsung antara employee enrichment dan komitmen, sangat penting untuk menumbuhkan aktivitas yang memperkaya mental karyawan. Supervisi yang bersifat suportif dan hubungan mitra kerja yang positif dapat membantu karyawan dalam menurunkan konflik kerja-keluarga (Wayne, Matthews, Casper, & Allen, 2013).

4.3. KEPUASAN HIDUP KARYAWAN

Faktanya, manajer lebih tertarik dalam bagaimana kehidupan karyawan dan perilaku yang baik berdampak pada perilaku kerja sehingga mereka bisa merancang strategi dan kebijakan SDM yang lebih baik. Manajer harus mengerti kondisi dimana keluaran positif timbul dari kepuasan hidup karyawan (Qu & Zhao, 2011).

(11)

11

4.4. KONFLIK DAN KESEHATAN

Meskipun WIF dan FIW berhubungan dengan kondisi kesehatan yang umum. Harus dijelaskan bahwa ada bukti-bukti yang semakin jelas bahwa tiap konflik membawa hubungan yang berbeda terhadap kesehatan. Konflik antara pekerjaan dan keluarga dapat membawa impedimen terhadap identitas diri.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sanjaya (2011) keunggulan Creative Problem Solving antara lain: 1. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. Dapat menantang kemampuan

This is to be achieved by discussing, firstly, the rise of Big Data surrounding the renewable energy system, secondly, the identification of renewable energy sector as

tidak tepat, karena anak dengan umur yang sama belum tentu berat badan sama dan LPT sama. o Perhitungan

Keputusan ini diambil karena BlackBerry itu sendiri sedang mengalami kondisi ketidakpastian yang disebabkan dengan semakin ketatnya saingannya yaitu Android, iOS serta Windows

Penekanan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu pada faktor fisiologis terutama pada antropometrik atlet Scorpio club bandung terhadap kemampuan Shooting

Universitas Padjadjaran (Jl. Raya Bandung-Sumedang KM 21 Jatinangor-Sumedang) Email: malik_ahh@yahoo.co.id 6 pelayanan kesehatan berikutnya, serta dapat digunakan

Sinyal kecepatan komponen zonal yang berpengaruh kuat terhadap SPL di JAW1 hingga SMB terjadi pada periode 51,6 minggu dimana koherensinya melebihi 0,93 dengan beda fase

Untuk menyuguhkan tontonan yang mampu mengulas lebih dalam suatu kebudayaan dan memberikan pengetahuan yang lebih luas, Penulis memilih program dokumenter dalam