• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANKILOSTOMIASIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANKILOSTOMIASIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANKILOSTOMIASIS Defenisi

Ankilostomiasis adalah penyakit cacing tambang yang disebabkan oleh Ancylostoma duodenale. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang.Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk. Ancylostoma duodenale ditemukan di daerah Mediterenian, India, Cina dan Jepang. Necator americanus ditemukan di daerah tropis Afrika, Asia dan Amerika.

Etiologi

Lima spesies cacing yang termasuk dalam kelompok Soil Transmitted Helminth yang masih menjadi masalah kesehatan, yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma sp). Infeksi cacing tambang masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena menyebabkan anemia defisiensi besi dan hipoproteinemia.

Penyakit cacing tambang disebabkan oleh cacing Necator americanus, Ancylostoma duodenale, dan jarang disebabkan oleh Ancylostoma braziliensis, Ancylostoma caninum, Ancylostoma malayanum. Penyakitnya disebut juga ankilostomiasis, nekatoriasis, unseriasis.

(2)

Daur hidup Ancylostoma duodenale:

Telur  larva rabditiform  larva filariform  menembus kulit  kapiler darah  jantung

kanan  paru  bronkus  trakea  laring  usus halus

Patofisiologi

Telur dihasilkan oleh cacing betina dan keluar memalui tinja. Bila telur tersebut jatuh ke tembat yang hangat, lembab dan basah, maka telur akan berubah menjadi larva yang infektif. Dan jika larva tersebut kontak dengan kulit, bermigrasi sampai ke paru-paru dan kemudian turun ke usus halus; di sini larva berkembang menjadi cacing dewasa (Pohan, 2009). Infeksi terjadi jika larva filariform menembus kulit. Infeksi A.duodenale juga mungkin dengan menelan larva filariform.

Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di dalam tinja dan menetas di dalam

tanah setelah mengeram selama 1-2 hari. Dalam beberapa hari, larva dilepaskan dan hidup

di dalam tanah. Manusia bisa terinfeksi jika berjalan tanpa alas kaki diatas tanah yang

terkontaminasi oleh tinja manusia, karena larva bisa menembus kulit. Larva sampai ke

paru-paru melalui pembuluh getah bening dan aliran darah. Lalu larva naik ke saluran pernafasan

dan tertelan. Sekitar 1 minggu setelah masuk melalui kulit, larva akan sampai di usus. Larva

menancapkan dirinya dengan kait di dalam mulut mereka ke lapisan usus halus bagian atas

dan mengisap darah.

Gejala Klinis

Stadium larva (

Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang disebut grown itch. Perubahan pada paru biasanya ringan.

)

Stadium dewasa (

Gejala tergantung pada spesies, jumlah cacing, dan keadaan gizi penderita (Fe dan Protein). Tiap cacing A.duodenale menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,08-0,34 cc sehari. Biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinofilia. Bukti adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian, tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun

)

Rasa tidak enak pada perut, kembung, sering mengeluarkan gas (flatus), mencret-mencret merupakan gejala iritasi cacing terhadap usus halus yang terjadi lebih kurang dua minggu setelah larva mengadakan penetrasi ke dalam kulit. Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah infestasi cacing dan walaupun diperlukan lebih dari 500 cacing dewasa untuk menimbulkan anemia tersebut tentunya tergantung pada keadaan gizi pasien

Diagnosis

Untuk kepentingan diagnosis infeksi cacing tambang dapat dilakukan secara klinis dan epidemiologis. Secara klinis dengan mengamati gejala klinis yang terjadi pada penderita sementara secara epidemiologis didasarkan atas berbagai catatan dan informasi terkait dengan kejadian infeksi pada area yang sama dengan tempat tinggal penderita periode sebelumnya. Pemeriksaan penunjang saat awal infeksi (fase migrasi larva) mendapatkan: a) eosinofilia (1.000-4.000 sel/ml), b) feses normal, c) infiltrat patchy pada foto toraks dan d) peningkatan kadar IgE. Pemeriksaan feses basah

(3)

dengan fiksasi formalin 10% dilakukan secara langsung dengan mikroskop cahaya. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan N. Americanus dan A. duodenale. Pemeriksaan yang dapat membedakan kedua spesies ini ialah dengan faecal smear pada filter paper strip Harada-Mori. Kadang-kadang perlu dibedakan secara mikroskopis antara infeksi larva rhabditiform (L2) cacing tambang dengan larva cacing strongyloides stercoralis

Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya telur cacing tambang di dalam tinja pasien. Selain tinja, larva juga bisa ditemukan dalam sputum. Kadang-kadang terdapat darah dalam tinja

Pengobatan

Prioritas utama adalah memperbaiki anemia dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi. Pada kasus yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah. Jika kondisi penderita stabil, diberikan obat pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacing tambang. Obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.

Penatalaksanaan

Perawatan umum dilakukan dengan memberikan nutrisi yang baik; suplemen preparat besi diperlukan oleh pasien dengan gejala klinis yang berat, terutama bila ditemukan bersama-sama dengan anemia (Pohan, 2009). Obat untuk infeksi cacing tambang adalah Pyrantel pamoate (Combantrin, Pyrantin), Mebendazole (Vermox, Vermona, Vircid), Albendazole.

Askariasis

Askariasis (ascariasis) adalah infestasi oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides. Ini adalah infestasi cacing yang paling umum, terutama pada lingkungan dengan kebersihan yang rendah, sanitasi yang buruk, dan di tempat-tempat di mana kotoran manusia digunakan sebagai pupuk.

Diperkirakan 1 miliar orang terinfeksi ascariasis di seluruh dunia. Ascariasis terjadi pada orang dari segala usia, meskipun anak-anak terpengaruh lebih parah daripada orang dewasa.

(4)

Etiologi

Askariasis disebabkan oleh mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing gelang. Setelah dikonsumsi, telur menetas dan melepaskan larva cacing gelang dalam usus kecil. Dalam beberapa hari, larva kemudian bergerak melalui aliran darah ke paru-paru, keluar ke atas melalui saluran udara besar paru-paru, dan ditelan kembali ke dalam lambung dan mencapai usus kecil.

Selama gerakan melalui paru-paru larva dapat menghasilkan bentuk yang jarang dari pneumonia yang disebut pneumonia eosinofilik. Setelah mereka kembali di usus halus, larva dewasa menjadi cacing gelang dewasa. Cacing dewasa tinggal di usus kecil di mana mereka bertelur yang dikeluarkan lewat tinja. Mereka dapat hidup 10 – 24 bulan.

Gejala

Perpindahan larva melalui paru-paru bias menyebabkan demam, batuk dan bunyi nafas (bengek). Infeksi usus yang berat bias menyebabkan kram perut dan kadang menyumbat usus. Penyerapan zat makanan yang buruk bias terjadi akibat banyaknya cacing didalam usus. Caicng dewasa kadang menyumbat usus buntu, saluran empedu atau saluran pancreas.

Diagnose

Infeksi oleh cacing dewasa biasanya didiagnosis berdasarkan adanya telur didalam contoh tinja. Kadang didalam tinja atau muntahan penderita ditemukan cacing dewasa didalam dahak ditemukan larva. Jumlah eosinofil didalam darah bias meningkat. Tanda-tanda dan adanya perpindahan parasit bias terlihat pada rontgen dada.

Pengobatan

Diberikan pyrabtel pamoate atau mebendazole. Mebendazole tidak boleh di berikan kepada wanita hamil karena bias membahayakan janin yang di kandungnya.

Pencegahan

Pencegahan meliputi pemeliharaan kebersihan yang baik dan menghindari makan sayuran yang belum di cuci bersih.

(5)

Defenisi

Infeksi Cacing Kremi (Oksiuriasis, Enterobiasis) adalah suatu infeksi parasit yang terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis tumbuh dan berkembang biak di dalam usus. Infeksi biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat terhirup dari udara kemudian tertelan.

Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal.

(6)

Telur dapat bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.

Gejala

Gejalanya berupa:

a. rasa gatal hebat di sekitar anus

b. rewel (karena rasa gatal dan tidurnya pada malam hari terganggu)

c. kurang tidur (biasanya karena rasa gatal yang timbul pada malam hari ketika cacing betina dewasa bergerak ke daerah anus dan menyimpan telurnya disana)

d. nafsu makan berkurang, berat badan menurun (jarang terjadi, tetapi bisa terjadi pada infeksi yang berat)

e. rasa gatal atau iritasi vagina (pada anak perempuan, jika cacing dewasa masuk ke dalam vagina)

f. kulit di sekitar anus menjadi lecet atau kasar atau terjadi infeksi (akibat penggarukan).

Komplikasi

• Salpingitis (peradangan saluran indung telur) • Vaginitis (peradangan vagina)

• Infeksi ulang

Diagnose

Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidu pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak. Telur maupun cacingnya bisa didapat dengan cara menempelkan selotip di lipatan kulit di sekitar anus, pada pagi hari sebelum anak terbangun. Kemudian selotip tersebut ditempelkan pada kaca objek dan diperiksa dengan mikroskop.

Pengobatan

infeksi cacing kremi dapat disembuhkan melalui pemberian dosis tunggal obat anti-parasit mebendazole, albendazole atau pirantel pamoat. Seluruh anggota keluarga dalam satu rumah harus meminum obat tersebut karena infeksi ulang bisa menyebar dari satu orang kepada yang lainnya. Untuk mengurangi rasa gatal, bisa dioleskan krim atau salep anti gatal ke daerah sekitar anus

(7)

sebanyak 2-3 kali/hari. Meskipun telah diobati, sering terjadi infeksi ulang karena telur yang masih hidup terus dibuang ke dalam tinja selama seminggu setelah pengobatan. Pakaian, seprei dan mainan anak sebaiknya sering dicuci untuk memusnahkan telur cacing yang tersisa.

Langkah-langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengendalikan infeksi cacing kremi adalah: a. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar

b. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku c. Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu

d. Mencuci jamban setiap hari

e. Menghindari penggarukan daerah anus karena bisa mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya

f. Menjauhkan tangan dan jari tangan dari hidung dan mulut.

Pencegahan

Sangat penting untuk menjaga kebersihan pribadi, dengan menitikberatkan kepada mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan. Pakaian dalam dan seprei penderita sebaiknya dicuci sesering mungkin.

Trichuriasis

Defenisi

Trichuriasis (trichuris trichiura)Trichuriasis disebabkan oleh trichuris trichiura merupakan nematoda yang hidup dalam cecum dancolon ascending pada tubuh manusia. T. Trichiura menginfeksi manusia melalui pengeluaran embrioyang berbentuk seperti barrel-shaped egg, kemudian larva tersebut menetas menuju usus kecilbagian atas dan penetrasi ke vili usus. Cacing akan perlahan-lahan menuju cecum, dimana ¾ bagian cacing akan tetap didalam mukosa superficial dan sisanya bagian posterior akan berada secara bebasdi lumen. Dalam 1-3 bulan cacing betina akan mulai memproduksi 5.000-20.000 cacing/hari. Setelahdieksresikan ke feses, makan telur embrio cacing akan mulai tumbuh dalam 2-4 minggu jika suhudan kondisi tanah yang optimal.

Trichiuriasis muncul disetiap belahan dunia terlebih lagi didaerah yang kumuh dengan tidakdidukung dengan fasilitas kebersihan yang baik dan tanah yang tercemar kotoran manusia maupun binatang. Trichuriasis merupakan salah satu dari helminthes yang mempunyai prevalensi yang tinggidalam menginfeksi manusia, dengan estimasi i juta orang yang terinfeksi. Trichuriasis paling seringmenginfeksi pada umur 50 15 tahun. Infeksi dapat menular melalui tangan, makanan, ataupunminuman dengan transmisi melalui lalat atau serangga lainnya.

(8)

Manifestasi klinis

Terkadang tidak mempunyai gejala. Pada beberapa orang mempunyai riwayat nyeri dibagiankuadaran kanan bawah atau disekitar periumbilical. Trichuris dewasa biasa menghisap darah0,005ml darah/cacing/hari. Pada anak-anak sering menderita disentri kronis, prolapse rektum,anemia, pertumbuhan yang buruk diikuti dengan penurunan kognitif dan tumbuh kembang anak.Tidak ada eosinofilia yang signifikan.

Diagnosis

Ditemukannya telur T.trichiura pada feses. Telur berbentuk barrel.

Pengobatan

Mebendazole (100mg/po untuk 3 hari atau 500mg po sekali untuk semua umur) merupakan obatyang aman dan efektif. Obat ini menurunkan pengeluaran telur hingga 90-99% dan mempunyaitingkat menyembuhkan 70-90%.

Albendazole (400mg po sekalu untuk semua umur) merupakan alternatif tapi jika infeksi berat makadosis harian albendazole dapat diberikan selama 3 hari.

Nitazonide (100 mg/PO untuk 3 hari untuk anak umur 1-3 tahun, 200mg/PO untuk 3 hari buat anakusia 4-11 tahun, dan 500 mg /po selama 3 hari untuk dewasa) menunjukkan tingakt penyembuhanyang lebih tinggi daripada dosis tunggal albendazole.

Pencegahan

Menjaga kebersihan personal, meningkatkan kondisi lingkungan, dan pengolahan feses manusiayang higienis.

Schistosomiasis (Schistosoma haematobium, S. mansoni, S. japonicum)

Tiga spesies schistosoma tersebut berparasit pada orang, dimana ketiganya struktur bentuknya sama, tetapi beberaopa hal seperti morfologinya sedikit berbeda dan juga lokasi berparasitnya pada tubuh hospes definitif. S. hematobium dan S. mansoni, banyak dilaporkan menginfeksi orang di Mesir, Eropa dan Timur Tengah, sedangkan S. japonicum, banyak menginfeksi orang di daerah Jepang, China, Taiwan, Filippina, Sulawesi, Laos, Kamboja dan Thailand. Cacing betina panjang 20-26 mm, lebar 0,25-0,3 mm; cacing jantan panjang 10-20 mm; lebar 0,8-1 mm.

Daur hidup

Cacing dewasa hidup dalam venula yang mengalir ke organ tertentu dalam perut hospes definitif (orang), yaitu:

S. hematobium, hidup dalam venula yang mengalir ke kantong kencing (vesica urinaria), S. mansoni, hidup dalam venula porta hepatis yang mengalir ke usus besar (dalam hati), S. japonicum, hidup dalam venula yang mengalir ke usus halus.

Cacing betina menempel pada bagian gynecophore dari cacing jantan dimana mereka berkopulasi. Cacing betina meninggalkan tempat tersebut untuk mengeluarkan telur di venula yang lebih kecil. Telur keluar dari venula menuju lumen usus atau kantong kencing. Telur keluar dari

(9)

tubuh hospes melalui feses atau urine dan membentuk embrio. Telur menetas dan kelur “meracidiun” yang bersilia dan berenang dalam air serta bersifat fototrofik. Meracidia menemukan hospes intermedier yaitu pada babarapa spesies siput yaitu:

-S. hematobium: Hospes intermediernya spesies siput: Bulinus sp, Physopsis sp. atau Planorbis sp. -S. mansoni: Hospes intermediernya bergantung pada lokasi mereka hidup yaitu: Biomphalaria alexandria: Di Afrika Utara, Arab Saudi dan Yaman B. Sudanensis, B. rupelli, B. pfeifferi: di bagian Afrika lainnya; B. glabrata: Eropa Barat; Tropicorbio centrimetralis: Di Barzil.

-S. japonicum: hospes intermediernya pada siput Oncomelania.

Setelah masuk kedalam siput meracidium melepaskan kulitnya dan membentuk Sporocyst, biasanya didekat pintu masuk dalam siput tersebut. Setelah dua minggu Sporocyst mempunyai 4 Protonepridia yang akan mengeluarkan anak sporocyst dan anak tersbut bergerak ke organ lain dari siput. Sporocyst memproduksi anak lagi dan begitu seterusnya sampai 6-7 minggu.

Cercaria keluar dari anak sporocyst kemudian keluar dari tubuh siput dlam waktu 4 minggu sejak masuknya meracidium dalam tubuh siput. Cercaria berenang ke permukaan air dan dengan perlahan tenggelam kedasar air. Bila cercaria kontak dengan kulit hospes definitif (orang), kemudian mencari lokasi penetrasi dari tubuh orang tersebut, kemudian menembus (penetrasi) kedalam epidermis dan menanggalkan ekornya sehingga bentuknya menjadi lebih kecil disebut “Schistosomula” yang masuk kedalam peredaran darah dan terbawa ke jantung kanan. Sebagian lain schistosomula bermigrasi mengikuti sistem peredaran cairan limfe ke duktus thoracalis dan terbawa ke jantung. Schistosomula ini biasanya berada dalam jantung sebelah kanan.

Cacing muda tersebut kemudian meninggalkan jantung kanan melalui kapiler pulmonaris dan kemudian menuju jantung sebelah kiri, kemudian mengikuti sistem sirkulasi darah sistemik. Hanya schistosomula yang masuk arteri mesenterika dan sistem hepatoportal yang dapat berkembang. Setelah sekitar tiga minggu dalam sinusoid hati, cacing muda bermigrasi ke dinding usus atau ke kantong kencing (brgantung spesiesnya), kemudian berkopulasi dan memulai memproduksi telur. Seluruhnya prepatent periodnya 5-8 minggu.

Patologi

Efek patologi dari cacing ini sangat bergantung pada spesiesnya. Progresifitas dari penyakit dari ke 3 cacing ini ada tiga fase yaitu:

a. fase awal, selama 3-4 minggu setelah infeksi yang menunjukkan gejala demam, toksik dan alergi.

b. Fase intermediate sekitar 2,5 bulan sampai beberapa tahun setelah infeksi, yaitu adanya perubahan patologi pada saluran pencernaan dan saluran kencing dan waktu telur cacing keluar tubuh.

c. Fase terakhir, adanya komplikasi gastro-intestinal, renal dan sistem lain, sering tak ada telur cacing yang keluar tubuh. Proses permulaan dari fase dari ke 3 spesies cacing ini adalah sama yaitu: Demam yang berfluktuasi, kulit kering, sakit perut, bronchitis, pembesaran hati dan limpa serta gejala diaree.

(10)

Kerusakan yang nyata disebabkan oleh telur cacing, dimana S. mansoni , usus besar lebih terpengaruh. Telur terdapat dalam venula dan submukosa yang bertindak sebagai benda asing, sehingga menyebabkan reaksi radang dengan laukosit dan infiltrasi fibroblast. Hal tersebut menimbulkan nodule disebut pseudotuberkel, karena nodule yang disebabkan reaksi jaringan. Abses kecil akan terbentuk sehingga menyebabkan nekrosis dan ulserasi. Sering ditemuai adanya sel eosinofil dalam jumlah besar dalam darah dan diikuti penurunan jumlah sel radang. Banyak telur terbawa kembali kedalam jaringan hati dan menumpuk dalam kapiler hati sehingga menimbulkan reaksi sel dan terbentuk nodule pseudotuberkel. Hal tersebut menimbulkan reaksi pembentukan sel fibrotik (jaringan ikat) didalam hati dan menyebabkan sirosis hepatis dan mengakibatkan portal hipertensi. Pembengkakan limpa terjadi karena kongesti kronik dalam hati. Krena terjadinya kongesti pembuluh darah viscera mengakibatkan terjadinya ascites. Sejumlah telur cacing dapat terbawa kedalam paru-paru, sistem saraf dan organ lain sehingga menyebabkan terbentuknya pseudotuberkel di setiap lokasi tersabut.

S. japonicum menyebabkan perubahan patologi terutama di dalam intestinum dan hati, mirip dengan yang disebabkan oleh S. mansoni, tetapi lebih parah bagian yang menderita ialah usus kecil. Nodule yang dikelilingi jaringan fibrosa yang berisi telur cacing ditemukan pada jaringan serosa dan permukaan peritonium. Telur cacing S. japonicum terlihat lebih sering mencapai jaringan otak daripada dua spesies lainnya, sehingga menyebabkan gangguan saraf yaitu: koma dan paralysis (99% kasus). Schistosomiasis disebabkan oleh S. japonicum, terlihat lebih parah prognosanya dapat infausta pada infeksi yang berat dan tidak lekas diobati.

Infeksi oleh S. hematobium terlihat paling ringan dibanding dua spesies lainnya. Selama cacing dewasa tinggal didalam venula kantong kencing, gejala yang terlihat adalah adanya gangguan pada sistem urinaria saja yaitu: cystitis, hematuria dan rasa sakit pada waktu kencing. Terjadinya hematuria biasanya secara gradual dan menjadi parah bila penyakit berkembang dengan adanya ulserasi pada dinding kantong kencing. Rasa sakit terjadi akhir urinasi. Perubahan patologi dinding kantong kencing disebabkan oleh reaksi tubuh terhadap telur sehingga membentuk pseudotuberkel, infiltrasi sel fibrotik, penebalan lapisan muskularis dan ulserasi.

Diagnosis

Seperti pada cacing lainnya, diagnosis dilakukan dengan melihat telur cacing dalam ekskreta. Tetapi jumlah telur yang diproduksi caing betina schistosoma sangat sedikit sekali dibanding dengan parasit cacing lainnya yang menginfeksi orang. Hanya sekitar 47% pasien dapat didiagnosis dengan cara smear langsung itupun setelah dilakukan tiga kali smear. Biopsi dapat dilakukan yaitu dengan biopsi rektal, liver dan katong kencing akan mendapatkan hasil yang baik, tetapi hal tersebut berlu keahlian khusus bagi yang melakukannya. Penelitian telah dilakukan dengan metoda imuno-diagnostik, yaitu dengan tes intradermal.

Tes intradermal akan terlihat positif setelah 4-8 minggu setelah infeksi, walaupun pasien mungkin telah sembuh. Hasilnya 97% akuarat dan lebih efisien. Tes juga dapat dilakukan dengan CFT(Complemen fiksasion tes), tetapi hal ini dapat terjadi kros reaksi dengan penyakit shyfilis dan Paragonimus sp, tetapi bila tidak hasilnya dapat 100%.

(11)

Pengobatan

Sulit dilakukan, dan penyakit schistosomiasis ini merupakan penyakit yang cukup bermasalah bagi WHO, karena distribusinya yang sangat luas. Obat yang telah dicoba dan cukup efektif adalah “trivalen organik antimonial” tetapi obat ini sedikit bersifat toksik terhadap orang, sehingga pemebriannya harus hati-hati. Obat lain yang toksik seperti:

-Lucanthone hydroksoid dan miridazole, tetapi obat ini kurang efektif. Obat tersebut hanya menghambat cacing untuk memproduksi telur dan cacing kembali ke hati untuk sementar, suatu saat cacing dapat balik lagi kevenula porta dan memproduksi telur lagi. Beberapa obat yang masih dalam proses penelitian ialah: hycanthone, metriphonat, oxamniquine, praziquantel, menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan untuk lebih efektif.

Pada fase dimana hati sudah mengalami kerusakan, semua obat menjadi berefek kontra-indikatif, mungkin operasi adalah jalan yang terbaik. Pada kasus yang sudah sangat terlambat prognosanya jelek, pengobatan hanya dilakukan sebagai suportif saja.

Kontrol schistosomiasis sangat sulit dilakukan, bergantung pada sosialisasi mengenai sanitasi dan pendidikan masyarakat setempat untuk merubah kebiasaan dan tradisi mereka.

Pemberantasan hospes intermedier dengan moluskisida cukup baik, tetapi untuk hospes intermedier cacing S. japonicus agak sulit karena siput Onchomelania bersifat amfibia dan mereka hanya masuk kedalam air bila akan bertelur saja.

Taenia saginata

Infeksi Cacing Pita Sapi adalah suatu infeksi usus yang disebabkan oleh cacing pita Taenia saginata. Infeksi terutama terjadi di Afrika, Timur Tengah, Eropa Barat, Meksiko dan Amerika Selatan.

Etiologi

Cacing dewasa hidup di dalam usus manusia dan bisa tumbuh sampai sepanjang 450-900 cm. Bagian cacing yang mengandung telurnya (proglotid), ikut terbuang di dalam tinja dan termakan oleh sapi. Telur akan mengeram di dalam sapi dan menyusup ke dalam dinding usus. Kemudian terbawa oleh aliran darah ke otot kerangka badan, dimana mereka akan membentuk kista

(12)

(sistisersi). Manusia terinfeksi bila memakan kista dalam daging sapi mentah atau daging sapi yang belum masak betul.

Gejala

Meskipun infeksi ini biasanya tidak menimbulkan gejala, beberapa penderita merasakan nyeri perut bagian atas, diare dan penurunan berat badan. Kadang-kadang penderita bisa merasakan keluarnya cacing melalui duburnya.

Diagnosa

Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan ditemukannya cacing di dalam tinja. Sepotong selotip ditempelkan di sekeliling lubang dubur, lalu dilepas dan ditempelkan pada sebuah kaca obyek dan diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat adanya telur parasit.

Pengobatan

Diberikan niklosamid atau prazikuantel per-oral. Tinja diperiksa kembali setelah 3 dan 6 bulan untuk memastikan bahwa infeksi telah terobati.

Pencegahan

Infeksi bisa dicegah dengan memasak daging sapi pada suhu minimal 56?Celsius paling tidak selama 5 menit.

Teania Solium

Berukuran panjang kira-kira 2-4 m dan kadang 8 m. Embrio heksakan cacing gelembung (sistiserkus) babi dapat dibedakan dari cacing gelembung sapi, dengan adanya kait- kait di skoleks yang tunggal.Cacing gelembung yang disebut sistiserkus selulosa biasanya ditemukan pada otot lidah, punggung dan pundak babi.Hospes lain kecuali babi adalah monyet, onta, anjing, babi hutan,domba, kucing, tikus dan manusia. Larva tersebut berukuran 0,6-1,8 cm.Bila daging babi yang

(13)

mengandung larva sistiserkus dimakan oleh manusia, dinding kista dicernaa, skoleks mengalami evaginasi untuk kemudian melekat pada dinding usus halus seperti yeyunum.Dalam waktu 3 bulan cacing tersebut menjadi dewasa dan melepaskan proglotid dengan telur.

Sumber penularan taeniasis/sistiserkosis :

a. Penderita Taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid cacing

pita

b. Hewan ( terutama) babi, sapi yang mengandung larva cacing pita (Cysticercus)

c. Makanan/minuman dan lingkungan yang tercemaroleh telur- telur cacing pita.

Cara Penularan

Seseorang bisa terkena infeksi cacing pita (taeniasis) melalui makanan yaitu makanan daging yang mengandung larva, baik larva yang terdapat pada daging sapi(cysticercus bovis) maupun larva taenia solium (cysticerosis cellulose) atau larva taenia asiatica yang terdapat pada daging babi. Sedangkan penularan sisterkosis/neurosisterkosis pada manusia adalah melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh telur cacing taenia solium atau taenia asiatica, Penularann dapat juga terjadi karena autoinfeksi, yaitu langsung melalui ano-oral akibat kebersihan tangan yang kurang dari penderita Taeniasis solium, atau autoinfeksi internal akibat adanya gerakan antiperistatik dari usus maupun pemakaian obat teniacidal. Telur Taenia saginata tidak menimbulkan siterkosis pada manusia.

Diagnosis

Diagnosis Taenia sollium dilakukan dengan menemukan telur dan proglotid.Telur sukar dibedakan dengan telur Taenia saginata.

Diagnosis sistiserkosis kulit dapat dilakukan dengan biopsy pada otot dan secara radiology.Pada jaringan otak dengan computerized thomographycscan (CT Scan) beberapa cara serologi yang dapat digunakan adalah uji hemaglutinasi ccounter imuno electrophoresis, ELISA, EIBT(western blood) dan PCR.Imuno diagnosis juga dilakukan untuk mendeteksi copra antigen.

Pengobatan

Untuk Taeniasis sollium : prazikuantel

Untuk sistiserkosis : prazikuanel,albendazol,dilakukan pembedahan

Umumnya cukup baik,dapat disembuhkan dengan pengobatan.pada sistiserkosis,prognosis tergantung beraat ringannya infeksi dan alat tubuh yang dihinggapi. Bila yang dihinggapi alat penting prognosis kurang baik.

Pencegahan

a. Usaha untuk menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita taeniasis

b. Pemakaian jamban keluarga sehingga tinja manusia tadak dimakan oleh babi dan tidak

mencemari tanah atau rumput

c. Pemelihara sapi atau babi pada tempat yang tidak tercemr atau sapi dikandangkan

sehingga tidak dapat berkeliaran

(14)

d. Pemeriksaan daging oleh dokter hewan/mantri hewan di RPH, sehinga daging yang

mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat(kerjasama lintas sector dengan

dinas peternakan)

e. Daging yang mengandung kista tidaak boleh dimakan.Masyarakat diberi gambaran

tentang bentuk kista tersebut dalam daging, hal ini pernting dalam daerah yang banyak

memotong babi untuk upacara – upacara adat seperti di Sumatra Utara,Balidan Irian Jaya

f. Menghilangkan kebiasaan makan makanan yang mengandung daging setengah matang

atau mentah.

g. Memasak daging sampai matang (diatas 50

0

Cdalam wwaktu cukup lama)atau

membekukan dibawah 10

0

C selama lima hari.Pendekatan ini adayang dapat

diterima,tetapi dapat pula tidak berjalan,karena perubahan yang bertentangan dengan adat

istiadat setempat akanmengalami hambatan.untuk itu kebijaksanaan yang diambil dapat

disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://medicastore.com/penyakit/96/Askariasis_infeksi_cacing_gelang_usus.html 2. http://vetgator.com/infeksi-cacing-pita-atau-taeniasis/

Referensi

Dokumen terkait

Jadi pada triwulan I 2011 dari perhitungan Z-Scorenya menghasilkan nilai Z yang sebesar -1.39 yang berarti bahwa nilai Z<1,88 dan perusahaan mengalami kebangkrutan

Matriks Usulan Kebutuhan Pembiayaan Sektor Pembinaan dan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Tahun : 2018-2022 Kota : Surakarta Anggaran dalam X1000 N O KODE AKUN

Hasil penelitian ini didapat dari peta kesesuaian lahan sawit yang berada di Desa Nunggal Sari Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin yang memiliki jenis tanah Glei dan

Abses septum pada pasien ini telah menimbulkan komplikasi perforasi septum dan telah dilakukan rekonstruksi septum dengan menggunakan graft dari kartilago konka

Mulai edisi Mei 2016 hingga Mei 2017, jurnal SOSIOHUMANIKA telah dikelola oleh para Dosen dari UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) di Bandung, dan diterbitkan oleh Minda

a) Directly reported satisfaction adalah pengukuran kepuasan pasien dengan menanyakan pernyataan-pernyataan kepada responden secara langsung mengenai tingkat kepuasan

Kesadaran yang tinggi dari profesional kesehatan tentang obat-obat yang sering diberikan untuk terapi, serta pengetahuan dokter tentang mekanisme interaksi obat akan sangat

Untuk memperoleh pemahaman yang sama dalam melaksanakan kegiatan dimaksud, maka disusun Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita