1
HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN PENYIMPANGAN PERILAKU PADA REMAJA DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS II B TOMOHON THE CORELATION BETWEEN THE USE OF COPING MECHANISM AND BEHAVIORAL
DEVIATION OF JUVENILE IN THE SPECIAL CLASS DEVELOPMENT INSTITUTE OF SECOND GRADE B TOMOHON
Meity F. Wangemalako,⃰ Tinneke Tololiu,⃰ ⃰ Rooije R.H.Rumende*** ⃰ Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
⃰ ⃰Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon ***Dosen Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRAK
Kenakalan dan kriminalitas remaja di Indonesia mulai dari kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kekerasan psikis meningkat. Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 3145 remaja usia ≤ 18 tahun menjadi pelaku tindak kriminal, tahun 2012 dan 2013 meningkat menjadi 3280 hingga 4123 remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan mekanisme koping dengan penyimpangan perilaku pada remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II.B Tomohon.Metode penelitian ini menggunakan penelitian cross sectional dengan sampel 52 orang berdasarkan kriteria inklusi.Variabel independen adalah penggunaan mekanisme koping sedangkan variabel dependen adalah penyimpangan perilaku pada remaja.Data yang didapat melalui kuesioner yang dibagikan. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi square secara manual ini menunjukan chi square=10,24 dan x² tabel (1%) = 9,210. Hasilperhitungan manual ini menunjukan chi square > dari x² tabel, artinya Penggunaan mekanisme koping berhubungan dengan penyimpangan perilaku pada remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II.B Tomohon.
Kata Kunci:Penggunaan Mekanisme Koping,Penyimpangan Perilaku,Remaja. ABSTRACK
The juvenile delinquency and crime in Indonesia of physical violence, psychological violence and sexual violence increased. In 2015 there were 3145 adolescents aged>18 become criminals, in 2012 hare and 2013 increased to 3280 to 4123 juvenile.This study aims to deremine the correlation with deviant behaviour use coping mechanisms of behavior in juvenile in special class development institute of second grade B Tomohon. This researd method using cross sectional study with a sample of 52 people according to inclusion criteria. The independent variable was the use of coping mechanisms and dependent variable is deviant behavior in juvenile. The obtained through questionnaires.men-data analyzed using chi square test manually statistic show chi and chi square =10,24x² table (1%) =9,210. This calculation result show chi square> chi table, meaning the use of coping mechanisms related with deviant behavior in juvenile in special class development institute of second grade B Tomohon.
Keywords:The use of coping mechanism,Deviant behavior,juvenile PENDAHULUAN
Masa remaja disebut dengan masa pubertas, selain istilah pubertas digunakan istilah adolesens yaitu perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas dan relative belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan (Tarwoto dkk., 2010).
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk geng. Kegiatan atau aktivitas bersama yang dilakukan oleh remaja tersebut terkadang menstimulasi terjadinya suatu perilaku agresif baik fisik maupun verbal
yang ditujukannya kepada diri sendiri maupun orang lain (Ali dan Asrori, 2009). Perilaku agresif merupakan tindakan yang dilakukan untuk menyakiti atau melukai seseorang, yang merupakan suatu luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampakan dalam manusia atau benda dengan unsur kesengajaan yang di ekspresikan dengan kata-kata (Verbal) dan perilaku (Non Verbal) Sudrajat (2011).
Data statistik internasional yang di buat oleh PBB tahun 2012 tentang narkoba dan kejahatan lainnya, Negara dengan tingkat kenakalan remaja tertinggi di dunia adalah Amerika serikat, di Negara ini banyak pembunuhan yang dilakukan oleh remaja
2
setiap tahunnya. Pada tahun 2012 tercatat sebanyak 14.000 atau 33,3% remaja pelaku tindak kriminal, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 18.400 atau 34,5% kasus kriminal baik kekerasan fisik, seksual, psikis yang di lakukan oleh remaja. Badan pusat statistik (BPS, 2015) menunjukan tren kenakalan remaja dan kriminalitas remaja di Indonesia mulai dari kekerasan fisik, kekerasan seksual dan psikis meningkat. Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 3145 atau 26,5% remaja < 18 tahun menjadi pelaku tindak kriminal. Hasil survey di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II.B Tomohon jumlah keseluruhan penghuni yang masi aktif dengan rentang usia remaja berjumlah 52 orang penghuni. Dari 52 orang penghuni didapati kasus antara lain: Kasus pembunuhan 19 orang atau 36,5%, pencabulan 28 orang atau 58,8%, pencurian 3 orang atau 5,7%, human trafficking (perdagangan orang) 1 orang atau 1,9%, sajam atau (panah Wayer) 1 orang atau 1,9%.Pada Prinsipnya penyimpangan perilaku pada remaja dapat diminimalisir dengan usaha-usaha: Pertama, peran keluarga/orang tua memberikan bimbungan bagi anak-anak didalam kegiatan sehari-hari. Baik dalam pengisian waktu senggang, dalam pergaulan maupun dalam kehidupan masyarakat (Darajhat, 2014). Kedua, Melakukan pendekatan melalui agama dalam menjelaskan penyimpangan perilaku pada remaja (perilaku menyimpang, penggunaan narkotik, minuman
keras dan lain-lain) sebaiknya menanamkan ilmu-ilmu agama sejak usia dini (Rizky, 2007). Ketiga, Pendidikan disekolah merupakan lingkungan pergaulan anakyang cukup kompleks.Berbagai hal yang dilakukan guru selaku pndidik dalam upaya mencegah perilaku menyimpang dengan menanamkan nilai-nilai displin, budi pekerti, moral, dan spiritual sesuai agama dan kepercayaannya (Risky, 2011). Keempat, dalam menangani penyimpangan perilaku yaitu penggunaan mekansme koping yang efektif, di dalam mekanisme koping terdapat dua cara yang pertama mekanisme koping jangka panjang dalam dan mekanisme koping jangka pendek (Bell, 2013).
Berbagai solusi diatas peneliti lebih memilih memakai solusi penggunaan mekanisme jangka panjang (metode koping jangka panjang) karena menurut Bell, 2013 metode ini lebih efektif dan realistis mengatasi penyimpangan perilaku pada remaja.
Mekanisme koping jangka panjang memang lebih efektif dibandingkan mekanisme koping jangka pendek, tetapi mekanisme koping jangka panjang ini membutuhkan lebih banyak waktu.Sehingga kebanyakan orang lebih memilih menggunakan mekanisme koping jangka pendek.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Hubungan Penggunaan Mekanisme Koping dengan Penyimpangan Perilaku pada remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II.B Tomohon.
METODE PENELITIAN Penelitian ini di lakukan di Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Kelas II.B Tomohon. Selama 1 Minggu Yaitu di april minggu ke dua dengan menggunakan desain cross sectional Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja yang mulai 12-21 tahun dengan kriteria inklusi remaja yang bersedia diteliti dengan umur 12-21 tahun, sedangkan kriteria eksklusi yang tidak masuk dalam kategori remaja, yang
umurnya di atas 21 tahun atau dibawah 12 tahun. Pada penelitian terdapat variabel ndependen yaitu Penggunaan Mekanisme Koping dan variabel dependen penyimpangan perilaku pada remaja. Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner dengan teknik analisa data di lakukan uji statistik manual dengan uji chi square.
HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
Tabel 1. Karakteristik umur di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II.B Responden berdasarkan Tomohon.
Umur Jumlah Responden %
19-20 tahun 8 3,8%
12-15 tahun 2 15%
3
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa dari 52 responden dalam penelitian ini yangpalingbesar reponden yang berumur 19-21 tahun (80%).
Tabel 2. Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin di Lembaga Pembinaan Khusus AnakKelasII.BTomohon
Jenis Kelamin Jumlah Responden %
Laki-Laki 49 95%
Perempuan 3 5%
.
Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa dari 52 responden dalam penelitian ini yang
palingbesar respondenberjenis kelamin laki-laki (95%).
Tabel 3.Responden Berdasarkan Anak dalam Keluarga di Lembaga Pembinaan Khusus Anak KelasII.BTomohon
Posisi Anak Jumlah Responden %
1-2 49 72%
3-6 3 28%
Berdasarkan tabel 3 Menunjukan bahwadari 52 responden yang paling besar responden dari
posisi anak dalam keluarga anak ke 1-3 (72%).
Tabel 4. Karakterisik Responden Berdasarkan pendidikan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II.BTomohon
Pendidikan Jumlah Responden %
SD 2 3%
SMP 39 57%
SMA 11 38%
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwadari 52 responden yang besar responden
berpendidikan SMP (57%).
Tabel 5. Penggunaan Mekanisme Koping Di Lembaga Anak KelasII.B Tomohon. Penggunaan mekanisme koping Jumlah Responden % 19-20 tahun 8 3,8% 12-15 tahun 2 15% 16-18 tahun 42 80%
Berdasarkan tabel 5 Menunujukan bahwa dari 52 responden dengan penggunaan
mekanismekoping masi dalam kategori baik (76%).
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Penyimpangan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II.BTomohon.
Penyimpangan perilaku Jumlah Responden %
19-20 tahun 8 3,8%
12-15 tahun 2 15%
16-18 tahun 42 80%
Berdasaarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 52 responden penyimpang perilaku
4
2. Analisa BivariatAnalisa bivariat bertujuan untuk melihat hubungan dua variable, yaitu variabel
independen. Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi square.
Tabel 7. Hubungan penggunaan mekanisme kopingdengan penimpangan perilaku di lembaga Pembinaan Khusus Anak kelas II BTomohon.
Penggunaan mekanisme koping Bai
k
% Bur uk
% total %
Penyipangan perilaku Ringan 10 19
% 6 11,5 % 16 30,7% Sedang 32 61 % 3 5,7% 35 67,3% Berat 0 0% 1 1,9% 1 1,9% Total 42 10 52 100% Signifikan X²=0,006 x²=9,210 Berdasarkan table 7 tabulasi silang Hubungan penggunaan Mekanisme Koping dengan Penyimpangan Perilaku pada Remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II.BTomohon.
Variabel penggunaan mekanisme koping Baik 10 orang atau 19% dan variabel Penyimpangan perilaku Ringan 10 orang atau 19% hasil analisis hubungan kedua variabel diatas
dengan menggunakan uji statistic chi square secara manual menunjukan nilai chi square = 10,24,dan x² tabel (1%) = 9,210. Hasil perhitungan manual ini menunjukan chi square > dari x² tabel, artinya penggunaan mekanisme koping berhubungan dengan penyimpangan perilaku di Lembaga PembinaanKhususanak kelas II.B Tomohon dan tingkat signifikan chi square=0,006.
PEMBAHASAN
Hubungan Penggunaan MekanismeKoping Dengan Penyimpngan Perilaku Pada Remaja Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II.B Tomohon.
Hasil analisis hubungan kedua variabel diatas dengan menggunakan uji statistic chi square secara manual menunjukan nilai chi square=10,24 dan x² table (1%) = 9,210. Hasil perhitungan manual ini menunjukan chi square > dari x² tabel, artinya penggunaan mekanisme koping berhubungan dengan penyimpangan perilaku di Lembaga pembinaan khusus Anak Kelas II B Tomohon.
Mekanisme koping berhubungan dengan penyimpangan perilaku pada remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II B Tomohon Asumsi Peneliti Bahwa:
1.Usia
Karena dalam usia ini remaja masi mencari-cari jati diri yang sebenarnya, Sehinggah remaja masi dominan mengikuti atau mencotoh segala perilaku atau tindakan yang baik maupun buruk yang dilihatnya. Berdasarkan gambar 4.2 tabel karakteristik responden berdasarkan umur di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II B
Tomohon.Dapat dilihat diusia 12-15 thn (15%), 16-18 thn (3%), 19-21 thn (80%). Sehingga peneliti berasumsi bahwa kenapa bahwa usia sangat berhubungan dengan penggunaan mekanisme koping dengan penyimpangan perilaku pada remaja.
Remaja madya (Middle adolscece) dengan rentang usia 15-18 tahun seringterjadi penyimpangan perilaku, dimana tanggung jawab hidup yang harus semakin di tingkatkan oleh remaja. Tuntutan peningkatan tanggung jawab tidak hanya datang dari orang tua atau anggota keluarga tetapi juga dari masyarakat sekitarnya.Tuntutan dari orang tua, keluarga atau masyarakat tersebut terkadang memaksakan nilai-nilainya agar dipatuhi oleh remaja tanpa disertai alasan yang masuk akal bagi mereka. Maka akibatnya tidak jarang remaja meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk. Akibatya remaja membentuk nilai-nilainya sendiri yang mereka anggap benar, baik dan pantas dikembangkan mereka sendiri (Gustina, 2011).
5
2. Faktor eksternal (Faktor Keluarga, Faktor Sekolah, Faktor Lingkungan).Kenapa Faktor sekolah sangat berhubungan dengan mekanisme koping dan penyimpangan perilaku pada remaja karena, orang tua tidak dapat memantau langsung remaja tersebut di sekolah, jika remaja yang sudah menggunakan mekanisme koping maladaptive sejak dini, remaja seperti ini merasa bahwa dirinya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini menyebabkan Guru di sekolahpun Tidak Dapat memantau remaja tersebut, karena remaja ini tidak terbuka dengan gurunyanya kerana remaja tersebut beranggapan, dirinya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Berdasarkan gambar 5.2 tentang tabel karakteristik responden melalui pendidikan SD 3%, SMP 57%, SMA 38%, remaja-remaja ini
masi dalam masa sekolah sehinggah peneliti berasumsi bahwa:Kenapa pendidikan sangat berhubungan dengan penggunaan mekanisme koping dengan penyimpangan perilaku pada remaja.
Sekolah merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan remaja. Disekolah remaja menerima pendidikan secara formal, sebagian besar aktivitas lebih ditekankan kepada pembinaan intelektual; Kultural, adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif. ekspresi keramarahan sangat dipengaruhi oleh apa yang diterima dalam suatu budaya, sekola merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan remaja (Yosef, 2007).
KESIMPULAN 1. Penggunaan mekanisme koping pada remaja
di Lembaga pembinaan Khusus Anak Kelas II B Tomohon dalam kategori Baik (1-50%). 2. Penyimpangan perilaku pada remaja di
Lembaga pembinaan Khusus Anak Kelas II B Tomohon dalam kategori sedang (56-75%).
3. Penggunaan mekanisme koping berhubungan dengan penyimpangan perilaku pada remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II B Tomohon.
SARAN 1. Sebagai masukan bagi keluarga responden
lebih menambah pengetahuan tentang hubungan penggunaan mekanisme koping dengan penyimpangan perilaku pada remaja. Fakta yang ditemukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan mekanisme koping yang tidak baik atau maladaptive dapat memicu remaja tersebut melakukan
suatu tindak criminal atau penyimpangan perilaku.
2. Bagi profesi keperawatan dimana harus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan tentang kesehatan psikologis remaja terutama pada remajah yang bermasalah dengan hukum.
DAFTAR PUSTAKA Ali dan Asrori, 2009. Psikologi remaja.
Jakarta: Bumi Aksara
Bell, 2013.Dampak sosio-psiko, Gramedia pustaka utama, Yogyakarta.
Darajhat, 2014. Psikologi Kesehatan wanita Remaja, Menstruasi, Menikah, Cetakan I Nuha Medika, Yogyakarta
Yosef, 2007. Studi tentang makna pnyimpangan perilaku dikalangan remaja, Jurnal Kriminologi Indonesia. Gustina, 2011.pola asuh orang tua dan
perilaku agresif remaja, di STM Raksana, Medan.
PBB, 2012, Social Physchologyas A Social Process, Wodworten Piblishing Company.
Rizky, 2007.Membangun kecerdasan moral, Gramedia Pustaka utama, Jakarta. Risky, 2011. Faktor-Faktor Yang
Menyebabkan remaja Berperilaku Menyimpang. Jember: Universitas Jember.
Sudrajat, 2011.Community Health Nursing: 4th Edition Mosby Co St. Louis Missouri: 167-170.
Tarwoto p, 2010.Kesehatan Remaja Problem dan solusinya, Salemba Medika, Jakarta.