• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA

STRATEGI

PENGELOLAAN

KHDTK KEPAU JAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

(2)

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN KHDTK KEPAU JAYA

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hidayah dan karunia-Nya maka penyusunan Buku "Rencana Strategis Pengelolaan KHDTK Kepau Jaya" dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan buku ini adalah sebagai acuan dan pemandu arah dalam mewujudkan pengelolaan dan pengembangan fungsi KHDTK. Pengelolaan KHDTK yang berfungsi secara optimal dalam mendukung kegiatan litbang yang berorientasi pada manfaat adalah harapan yang ingin dicapai sehingga secara umum dapat mendukung tugas pokok dan fungsi BPTSTH sebagai lembaga penelitian.

Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. Masih terdapat kekurangan dalam penyusunan buku ini sehingga kami harapkan kritik dan usulan untuk perbaikannya. Semoga buku ini memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Kuok, Desember 2013

Kepala Balai,

Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut., M.Si NIP.19710410 199803 1 003

(3)

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

ISBN : 978-602-19318-6-8

Dipublikasikan :

Kementerian Kehutanan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

Jl. Raya Bangkinang-Kuok-Km.9 Bangkinang 28401 Kotak Pos 4/Bkn-Riau telp. (0762)-7000121 fax. (0762)-21370

Tahun 2013

Ahmad Gadang Pamungkas, S.Hut. M.Si 1. Pebriyanti Kurniasih, S.Sos

2. Ahmad Junaedi, S.Si 3. Sudarmalik, S.Hut, M.Si 4. Saepul Iksan

Dr. Eka Novriyanti, S.Hut, M.Si.

Ady Iskandar, S.Hut., MP Deni Hernawan

Meilastiti Mulya Wijaya, S.Hut. Saepul Iksan Charles Manullang Penanggung Jawab Penulis Editor Redaktur Sekretariat Redaksi Tata Letak Sumber Foto

(4)

1.1 Latar Belakang

Latar belakang ini berisi hal yang terkait dengan realita yang mendasari perlunya penyusunan rencana strategi KHDTK Kepau Jaya pada wilayah yang telah terokupasi menjadi perkebunan kelapa sawit. Dengan dasar bahwa okupasi kawasan oleh masyarakat merupakan tindakan yang melanggar hukum dan pembuatan sertifikat hak milik (SHM) adalah cacat hukum maka dalam pengelolaan KHDTK yang terokupasi tersebut perlu terlebih dahulu ditegaskan bahwa KHDTK beserta sumber daya alam yang ada di dalamnya adalah milik negara dan lahan yang telah terokupasi harus kembali ke negara.

Pengelola KHDTK harus tetap memperhatikan fungsi sebagai hutan penelitian dan tidak merubah fungsi awalnya sebagai hutan produksi. Di sisi lain, kenyataan di lokasi KHDTK Kepau Jaya, terjadi perubahan tutupan lahan secara ilegal menjadi perkebunan kelapa sawit, baik yang dilakukan pada skala perusahaan atau skala kecil oleh masyarakat. Walaupun kelapa sawit merupakan jenis tanaman primadona di Propinsi Riau yang diyakini mampu menambah pendapatan masyarakat maupun daerah, tidak seharusnya seluruh tutupan lahan di KHDTK Kepau Jaya dirubah menjadi kelapa sawit. Salah satu alternatif pemecahan atas situasi di lapangan sebagaimana tergambar diatas maka perlu dibuat suatu rencana strategis pengelolaan sumber daya alam di KHDTK Kepau Jaya.

1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan Rencana Strategi Pengelolaan KHDTK Kepau Jaya adalah memberikan dasar bagi pengelola kawasan yang telah diokupasi menjadi perkebunan kelapa sawit dengan tetap mempertahankan status kawasan sebagai kawasan hutan penelitian.

BAB I.

PENDAHULUAN

DAFTAR

ISI

1

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN KHDTK KEPAU JAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

BAB I Pendahuluan

BAB II Studi pendahuluan

BAB III Situasi Terkini KDHTK Kepau Jaya

BAB IV Rencana Strategi Pengelolaan KDHTK Kepau Jaya BAB V Penutup Daftar Pustaka 1 3 6 11 15 16

(5)

3

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN KHDTK KEPAU JAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

2

BAB II.

STUDI PENDAHULUAN

Studi pendahuluan ini dilakukan melalui tinjauan pustaka berupa jurnal ilmiah, makalah dan surat kabar baik online maupun cetak terhadap kasus-kasus serupa yang terjadi di KHDTK. Studi pendahuluan dilakukan guna mencari informasi tentang pola gangguan yang pernah terjadi pada beberapa KHDTK di Nusantara serta melihat pola pemecahan masalah yang diambil berdasarkan akar permasalahan yang ada.

Matriks berikut menjelaskan beberapa pola permasalahan dan solusi yang diambil guna menyelesaikannya di beberapa KHDTK:

(6)

5

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN KHDTK KEPAU JAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

4

Studi pendahuluan ini dilakukan melalui tinjauan pustaka berupa jurnal ilmiah, makalah dan surat kabar baik online maupun cetak terhadap kasus-kasus serupa yang terjadi di KHDTK. Studi pendahuluan dilakukan guna mencari informasi tentang pola gangguan yang pernah terjadi pada beberapa KHDTK di Nusantara serta melihat pola pemecahan masalah yang diambil berdasarkan akar permasalahan yang ada.

Matriks berikut menjelaskan beberapa pola permasalahan dan solusi yang diambil guna menyelesaikannya di beberapa KHDTK:

Dari matriks tersebut secara garis besar gangguan yang terjadi di KHDTK oleh masyarakat disebabkan karena pengelolaan KHDTK yang belum melibatkan masyarkat sekitarnya, belum terakomodirnya kepentingan masyarakat yang membutuhkan lahan sebagai sumber matapencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup membuat masyarakat melakukan penggarapan lahan di KHDTK.

Ada beberapa KHDTK yang melakukan pengelolaan partisipatif yang melibatkan masyarakat sekitarnya. Sistem pengelolaan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan mewujudkan pengelolaan hutan lestari. Beberapa KHDTK tersebut diantaranya adalah KHDTK Borisallo di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Pengelolaan KHDTK Borissalo melibatkan masyarakat sekitar yang memanfaatkan lahan di bawah tegakan eucalyptus deglupta sebagai penyusun tegakan utama dengan menanam tanaman coklat dan kopi melalui model agroforestry. Kondisi biofisik di areal KHDTK cukup sesuai untuk pengembangan tanaman coklat dan kopi dengan model agroforestry dengan tegakan utama tanaman eucalyptus deglupta. Kondisi biofisik di areal KHDTK cukup sesuai untuk pengembangan tanaman coklat dan kopi melalui model agroforestry dengan tegakan utama tanaman eucalyptus deglupta. Pengaturan jenis dan proposi tanaman sela dengan model agroforestry dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan model agroforestry untuk meningkatkan pendapatan masyarakat ini antara lain kontribusi pendapatan dari tanaman pokok kehutanan tidak ada, rendahnya pengetahuan masyarakat dalam hal budidaya tanaman, dan kendala permodalan usaha tani.

KHDTK Permasalahan Solusi yang diambil

KHDTK Hutan Penelitian Hambala-kabupaten Sumba Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur (Jurnal Analisis

Kebijakan Kehutanan Vol. 5 No. 3, Desember 2008 : 165 - 178).

Konteks konflik utama adalah konflik kebijakan (policy

conflict) antara penge lola

KHDTK (BPK Kupang) dengan Pemerintah Daerah K abupaten Sumba

Timur. Konteks konflik lainnya adalah konflik pemanfaatan sumber daya hutan antara masyarakat

dengan pengelola. Aktor - aktor yang terlibat adalah BPK Kupang, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur dan masyarakat sekitar kawasan hutan penelitian

Resolusi konflik yang disarankan adalah pembentukan pertemuan formal antara pemerintah daerah dengan pihak pengelola, kompromi kebijakan pengelolaan kawasan dan tata batas ulang kawasan yang bersifat permanen

Hutan Penelitian Sebulu di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur (Cifor, 2005).

Konflik di Hutan Penelitian Sebulu terjadi karena tidak diakomodirnya s eluruh kepentingan masyarakat dalam pengelolaan hutan penelitian, terdapatnya ladang -ladang milik masyarakat pada saat hutan penelitian tersebut ditetapkan menjadi hutan penelitian, pengukuran tata batas tanpa melalui tahap sosialisasi, sebagian masyarakat sekitar merasa tidak mendapat manfaat serta kurangnya dukungan pengelolaan dari pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa konflik tidak akan terjadi jika BP2KK dalam pengelolaan Hutan Penelitian Sebulu selain untuk kepentingan penelitian juga

mengintegrasikan kepentingan -kepentingan para pihak dalam kegiatannya.

Melakukan pemetaan ladang -ladang milik masyarakat di dalam kawasan Hutan Penelitian Sebulu.

Memperbolehkan masyarakat melakukan perladangan di sepanjang kiri kanan jalan Laspirun di dalam kawasan Hutan Penelitian Sebulu. Memberikan bantuan bibit kehutanan dan bantua n teknis bagi masyarakat yang memerlukan.

Memperbanyak kegiatan penelitian

di Hutan Penelitian Sebulu. Penelitian diutamakan pada kegiatan

pengembangan perhutanan sosial (social forestry) yang lebih banyak melibatkan masyarakat seperti dalam pembuatan plot- plot hutan kemasyarakatan dan kajian bentuk

kemitraan yang disepakati. KHDTK Rarung di Kabupaten

Lombok Tengah Propinsi NTB (Jurnal penelitian s osial ekonomi vol 8 no 1 maret 2011 hal 19-33).

Masalah yang dihadapi dan sulit diatasi ada lah pencurian kayu di KHDTK Rarung karena berbatasan langsun dengan masyarakat. KHDTK Rarung dipandang sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Eksploitasi terhadap sumber daya alam di KHDTK Rarung semakin meningkat dikarenakan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat dan adanya perubahan pola hidup masyarakat yang semakin konsumtif.

Menerapkan pola pengelolaan dan pelestarian hutan melalui pola sosial forestry. Pola ini dikembangkan dengan sasaran mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

(7)

7

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN KHDTK KEPAU JAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

6

Gambar 1. Penutupan lahan KHDTK Kepau Jaya

BAB III.

KONDISI TERKINI

KHDTK KEPAU JAYA

Rencana strategi pengelolaan KHDTK didasarkan pada kondisi penutupan lahan terkini di KHDTK Kepau Jaya. Kondisi KHDTK berdasarkan penutupan lahan dibedakan menjadi 3(tiga) yaitu :

a. Penutupan berupa tanaman perkebunan kelapa sawit dan karet.

Penutupan kawasan berupa tanaman kelapa sawit ini berada pada kawasan yang telah diokupasi oleh masyarakat. Masyarakat yang melakukan perambahan ini adalah masyarakat tempatan dan masyarakat pendatang. Masyarakat tempatan ini adalah masyarakat yang berasal dari sekitar Kecamatan Siak Hulu dan Perhentian Raja. Perambahan ini terjadi pada tahun 1999 – 2000 an.

Okupasi kawasan hutan ini terjadi didorong oleh adanya masa konsesi bagi Hak Pengusaha Hutan (HPH) dan belum diterbitkannya ijin Hutan Tanaman Industri (HTI). Pada kondisi demikian dan adanya era reformasi menyebabkan kebebasan masyarakat untuk melakukan okupasi lahan. Okupasi lahan terjadi karena masyarakat menganggap lahan tersebut adalah lahan adat yang menjadi hak mereka. Okupasi lahan seperti tersebut di atas juga dilakukan oleh masyarakat pendatang, yaitu masyarakat transmigran jawa aceh yang berasal dari Aceh. Masyarakat pendatang ini mulai berdatangan sejak tahun 1992. Oleh pemerintah masyarakat transmigrasi ini disediakan lahan untuk bertempat tinggal dan berladang seluas 2 ha per kepala keluarga. Lokasi pemukiman dan ladang masyarakat pendatang ini berada di tepi kawasan KHDTK. Okupasi lahan oleh masyarakat tempatan memicu masyarakat pendatang untuk ikut serta melakukan hal serupa dengan motivasi awal hanya menumpang menanam kelapa sawit karena mereka sudah mengetahui dan menyadari bahwa lahan tersebut adalah

lahan negara.

b. Penutupan berupa Semak Belukar

Penutupan kawasan berupa semak belukar. Kawasan ini pada umumnya didominasi oleh jenis rumput rumputan dan paku pakuan. Kawasan ini sangat rawan dengan ancaman masyarakat yang siap mengokupasi. Perkiraan luasan area ini adalah 14 ha.

c. Penutupan berupa Hutan sekunder

Penutupan berupa tanaman kehutanan terdiri dari jenis gaharu dan bintangur, mahang, gerunggang, dan pulai. Tanaman tersebut adalah tanaman dari kegiatan penelitian tim peneliti BPTSTH Kuok yang dilakukan di KHDTK Kepau Jaya di tahun 2008 dan 2010. Pada tahun 2010, BPTSTH Kuok juga menjalin kerjasama dengan Balai Benih Dinas Kehutanan dan BPDAS Indragiri Hulu melakukan penanaman tanaman kehutanan di KHDTK Kepau Jaya. Kegiatan ini dilaksanakan di lahan seluas kurang lebih 25 ha dengan jenis tanaman campuran. Pada proses pelaksanaan tidak jarang tanaman penelitian dan tanaman kerjasama mengalami gangguan dari masyarakat.

Kondisi KHDTK Kepau Jaya berdasarkan penutupan lahan secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.

(8)

9

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN KHDTK KEPAU JAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

8

Sedangkan tanaman hasil kegiatan BPTSTH yang terdapat di KHDTK Kepau Jaya dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Lokasi Tanaman Areal KHDTK Kepau Jaya pada tahun 2010

Peta lokasi tanaman areal KHDTK Kepau Jaya tersebut diambil terakhir kali pada tahun 2010. Saat ini kondisinya hampir seluruh tutupan lahan telah berubah menjadi tanaman sawit, semak belukar dan karet. Hanya tersisa sekitar 24 ha yang potensial sebagai plot penelitian karena tutupan lahan yang masih berupa hutan sekunder dan semak belukar.

Saat ini, KHDTK Kepau Jaya seluas 1.072 ha, dibagi menjadi 3 blok pengelolaan oleh pengelola. Blok A seluas kurang lebih 300 ha. Blok B seluas kurang lebih 550 ha, dan blok C seluas kurang lebih 170 ha. Blok A merupakan blok yang telah dilakukan kegiatan pengelolaan sampai dengan saat ini.

Pada blok A terdapat lokasi kerjasama antara pengelola dengan BPDAS Indragiri Rokan dan Balai Benih Dinas Kehutanan Propinsi Riau. Pada blok A juga terdapat lokasi penelitian tim peneliti BPTSTH Kuok. Namun, pada blok A ini sejak tahun 2005 mulai terjadi okupasi oleh masyarakat pendatang yang menjadikannya sebagai lahan berkebun tanaman sawit.

Pada blok B tutupan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit skala perusahaan.

Sejak tahun 2005, pada blok ini PT Central Lubuk Sawit membangun perkebunan sawit skala perusahaan beserta sarana prasana berupa pemukiman karyawan. Sampai saat ini masih diperkarakan legalitas pendirian perusahaan sawit di atas lahan KHDTK. Blok B merupakan blok penyelesaian perkara antara pihak pengelola dengan pimpinan perusahaan sawit PT Central Lubuk Sawit.

Blok C merupakan blok yang pertama kali diokupasi oleh masyarakat tempatan. Diperkirakan okupasi terjadi sejak tahun 1999. Hal ini dapat dilihat dari usia tanaman sawit dan karet yang sudah memasuki usia tua.

Sementara itu bila dilihat dari pola okupasi lahan dan kepemilikan lahan okupasi tersebut dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Pelaku okupasi lahan merupakan masyarakat tempatan.

Masyarakat yang melakukan okupasi lahan ini berasal dari masyarakat tempatan yaitu dari Desa Lubuk Sakat, Kepau Jaya dan Pantai Raja. Masyarakat yang melakukan okupasi lahan ini selalu menggunakan argumen bahwa kawasan yang diokupasi adalah tanah ulayat mereka. Okupasi ini marak terjadi pada tahun 1999 dan awal tahun 2000.

Kondisi kawasan hutan yang diokupasi tersebut saat ini telah menjadi perkebunan kelapa sawit. Bila dilihat dari kepemilikan lahan hasil okupasi tersebut maka saat ini kawasan yang telah diokupasi ini terbagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu perkebunan kelapa sawit yang dijual kepada perusahaan sawit PT. Central Lubuk Sawit dan perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh masyarakat luar desa Lubuk Sakat dan Kepau Jaya. Pengalihan status kepemilikan lahan okupasi masyarakat ini melalui transaksi jual beli. Status lahan okupasi tersebut memiliki karakteristik kepemilikan yang berbeda, dimana pada lahan okupasi yang dijual kepada PT Central Lubuk Sawit telah menjadi perkebunan yang dikelola secara profesional dan saat ini telah diterbitkan sertifikat oleh Pimpinan perusahaan tersebut. Sementara itu lahan okupasi yang dijual kepada masyarakat di luar Desa Lubuk Sakat dan Kepau Jaya belum disertifikatkan karena mereka menyadari bahwa lahan yang dibeli adalah kawasan hutan dan jual beli hanya di dasari pada kuitansi jual beli saja.

b. Pelaku okupasi lahan adalah masyarakat Pendatang.

Pelaku okupasi yang berasal dari luar adalah masyarakat Jawa Aceh. Masyarakat yang melakukan okupasi ini adalah masyarakat yang membutuhkan lahan untuk kehidupan mereka dan pelaku okupasi ini mengetahui bahwa kawasan yang mereka kelola adalah kawasan hutan. Dengan berdalih hanya menumpang menanam sawit di kawasan hutan, mereka memberanikan diri untuk merambah kawasan hutan. Sampai saat ini

(9)

11

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN KHDTK KEPAU JAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

10

lahan yang mereka kelola belum ada sertifikat kepemilikan. Tindakan mereka dilatarbelakangi oleh pengetahuan mereka akan status kawasan hutan serta dari melihat masyarakat tempatan (Desa Pantai Raja, Desa Lubuk Sakat dan Desa Kepau Jaya) melakukan perambahan terlebih dahulu dengan dalih memanfaatkan tanah adat mereka. Luas kawasan hutan yang diokupasi oleh masyarakat pendatang Jawa Aceh ini seluas kurang lebih 300 ha dan berada di sekitar Kantor Jaga KHDTK Kepau Jaya.

Berdasarkan gambaran tersebut maka kondisi KHDTK dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Diagram kondisi terkini KHDTK Kepau Jaya

Grafik tersebut menunjukkan bahwa beberapa pihak yang berkegiatan di kawasan KHDTK Kepau Jaya adalah buruh tani tanaman kelapa sawit, perusahaan kelapa sawit yang mengokupasi lahan dan masyarakat yang mengokupasi dan mengelola kebun kelapa sawit hasil okupasinya secara mandiri. Sementara itu pihak lain yang memiliki kegiatan aktif di KHDTK Kepau Jaya adalah BPTSTH Kuok (Kementerian Kehutanan), Dinas Kehutanan Propinsi Riau, dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Indragiri Rokan.

BAB IV.

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN

KHDTK KEPAU JAYA

Rencana Strategi pengelolaan KHDTK Kepau Jaya adalah :

1. Penegasan batas areal kerja KHDTK Kepau Jaya. Penegasan batas areal kerja

KHDTK Kepau Jaya didasari pada anggapan bahwa masyarakat sekitar KHDTK telah mengetahui bahwa KHDTK adalah lahan milik negara namun mereka belum mengetahui batasan-batasan kawasan KHDTK Kepau Jaya. Perlu menjadi catatan bahwa meskipun demikian, lahan-lahan di luar KHDTK apabila posisinya masih berada di dalam kawasan hutan maka statusnya masih merupakan kawasan hutan.

2. Pengelolaan sumber daya alam KHDTK Kepau Jaya.

Pengelolaan sumber daya alam KHDTK hendaknya dilakukan dengan memperhatikan arahan silvikultur yang disesuaikan dengan kondisi tutupan lahan di KHDTK Kepau Jaya. Pengelolaan sumber daya alam KHDTK Kepau Jaya dapat dilakukan secara kolaborasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat sekitar dengan catatan tidak berbenturan dengan peraturan-peraturan perundangan yang berlaku serta disesuaikan dengan kondisi terkini masyarakat di sekitar KHDTK Kepau Jaya.

3. Penelitian dan Pengembangan hasil penelitian di KHDTK Kepau Jaya.

Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung proses penghutanan kembali KHDTK Kepau Jaya.

Rencana strategis tersebut terdiri atas beberapa rencana operasional yaitu :

1. Penegasan batas kawasan KHDTK Kepau Jaya

Tujuan rencana ini adalah membangun kesadaran masyarakat tentang kawasan KHDTK Kepau Jaya yang memiliki tata batas, baik secara de fakto maupun de jure. Beberapa kegiatan penegasan batas kawasan adalah :

(10)

13

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN KHDTK KEPAU JAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

12

a. Sosialisasi batas kerja KHDTK Kepau Jaya kepada aparatur pemerintah dan masyarakat sekitar KHDTK Kepau Jaya. Pada sosialisasi ini juga perlu ditegaskan bahwa lahan ini adalah lahan milik negara. Pengelolaan KHDTK Kepau Jaya didasari pada data kesesuaian lahan, kesesuaian jenis tanaman dan kondisi tanah agar hasil pertumbuhan baik.

b. Penandaan ulang batas KHDTK Kepau Jaya. Penandaan ulang batas KHDTK Kepau Jaya dilakukan sebagai tindak lanjut dari kegiatan sosialisasi batas kerja KHDTK Kepau Jaya. Hal ini perlu dilakukan mengingat pal batas di areal kerja KHDTK sudah banyak yang hilang.

2. Pengelolaan Sumber daya alam KHDTK Kepau Jaya

Tujuan rencana pengelolaan KHDTK Kepau Jaya adalah untuk mendapatkan manfaat hutan secara optimal dan berkelanjutan. Rencana pengelolaan ini didasarkan pada kondisi tutupan lahan yang terdapat dalam KHDTK Kepau Jaya yang terdiri atas tutupan berupa hutan sekunder gambut, semak belukar dan tanaman kelapa sawit. Penyusunan dan pelaksanaan kegiatan ini tidak melakukan perubahan pada kondisi hutan yang ada, namun berupaya untuk memperbesar tutupan lahan untuk meningkatkan manfaat hutan. Rencana kegiatan pengelolaan sumber daya alam KHDTK Kepau Jaya tertuang dalam Peta Rencana Pembuatan Blok dan Petak Areal KHDTK Kepau Jaya sebagaimana terlampir. Adapun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :

1. Tutupan lahan berupa hutan gambut sekunder

Tutupan lahan hutan merupakan hutan gambut sekunder terdiri atas jenis-jenis pohon meranti (Shorea sp), rengas (Melanorrhea wallichii), mahang (Macaranga sp) dll serta berbagai jenis anggrek dan kantung semar.

Pada hutan yang relatif masih alami ini, arahan silvikulturnya adalah dominan secara alami (natural regeneration), dan pada hutan sekunder arahannya adalah dominan secara alami akan tetapi perlu intervensi silvikultur yang terbatas (Assited natural regeneration) seperti dengan cara pengkayaan jenis, pengaturan muka air dan pencegahan kebakaran.

Pengelolaan kawasan KHDTK Kepau Jaya yang memiliki tutupan lahan berupa hutan gambut sekunder dapat dikembangkan dengan melakukan penanaman pengayaan (enrichment plantation) untuk meningkatkan potensi tegakan yang ada saat ini. Kawasan hutan gambut

sekunder ini juga dapat dikembangkan menjadi lokasi wisata ilmiah. Aktivitas wisata dalam kawasan KHDTK yang dikembangkan ini dapat berupa wisata sosial masyarakat dan wisata ilmiah hutan serta menjadi obyek penelitian kehutanan dan penelitian upaya penyelesaian konflik agraria. Pembangunan KHDTK Kepau Jaya sebagai lokasi wisata ilmiah didasarkan pada kondisi kawasan KHDTK memiliki keunikan ekosistem hutan alam gambut dan berada tidak jauh dari Pekanbaru serta kondisi masyarakat pelaku okupasi.

Pada kawasan hutan sekunder ini dilakukan penataan areal dengan memberi label pohon-pohon yang terdapat di areal serta membuat jogging track dengan lebar 1,5 m sebagai akses untuk menikamati kawasan hutan. Pengembangan wisata ilmiah ini dapat dilakukan dengan kerjasama antara BPTSTH Kuok dengan BPDAS Indragiri Rokan, BKSDA Riau, Dinas Kehutanan Kampar (Propinsi Riau) dan Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar (Propinsi Riau).

2. Tutupan lahan berupa semak belukar.

Tujuan pengelolaan lahan dengan tutupan semak belukar adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan melakukan penanaman. Tutupan lahan ini berada berdampingan dengan hutan alam sekunder yang didominasi oleh jenis-jenis rumput-rumputan dan paku-pakuan.

Arahan silvikultur pada area ini adalah dengan melakukan rehabilitasi (rehabilition) melalui penanaman secara aktif jenis-jenis pohon asli gambut.

Rencana pengelolaan kawasan dengan tutupan semak belukar ini dapat dilakukan dengan pembuatan hutan dengan pola tanaman campuran jenis-jenis pohon endemik setempat. Sebagai pilihan jenis pohon yang meliputi gaharu (Aquilaria molluccensi), Jelutung (Dyera

castula Hook), meranti (shorea sp), ramin (Gonystylus bancanus), jenis-jenis

buah-buahan endemik Riau yang memiliki kekhasan dan khasiat obat diantaranya buah manggis, duwet dll. Pola tanam ini bertujuan untuk menyelamatkan plasma nutfah buah-buahan lokal yang ada di Riau yang dimasa mendatang dapat menjadi contoh pola peningkatan produktivitas lahan.

Pembuatan tanaman dengan pola tanaman campuran ini merupakan bagian dari riset yang dapat dikembangkan oleh BPTSTH Kuok. Untuk mewujudkan rencana tersebut, pembuatan hutan campuran ini dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan Balai Pengelolaan

(11)

15

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN KHDTK KEPAU JAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

14

Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Indragiri Rokan, Dinas Kehutanan Propinsi Riau maupun dengan Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar (Propinsi Riau)

3. Tutupan lahan berupa tanaman perkebunan

Pada area ini tanaman perkebunan terdiri dari jenis kelapa sawit dan jenis karet. Tanaman kelapa sawit di lokasi ini terdiri dari sawit muda usia < 10 tahun dan sawit tua usia >10 tahun. Tutupan lahan berupa kelapa sawit memiliki luasan wilayah yang dominan dibanding dengan tanaman kehutanan dan semak belukar. Arahan silvikultur untuk tanaman sawit muda dan tua disarankan untuk melakukan rehabilitasi bertahap melalui penanaman tanaman hutan untuk menggantikan tanaman kelapa sawit masyarakat.

Jenis yang akan ditanam di KHDTK Kepau Jaya disesuaikan dengan kondisi gambut dan fungsi KHDTK. Berdasarkan hasil analisa tanah dan pengamatan langsung yang dilakukan oleh tim peneliti BPTSTH Kuok, kategori gambut di KHDTK Kepau Jaya termasuk kategori dangkal yang masih termasuk dalam kategori baik. Dengan katagori gambut yang baik, maka semua jenis tanaman asli gambut potensial untuk ditanam dan tumbuh baik di KHDTK Kepau Jaya. Jenis yang dapat dipilih adalah jenis penghasil kayu serat seperti mahang (macaranga sp), gerunggang

(Cratoxylon arborescens), terentang (Camnosperma auriculata), Skubung (Macaranga gigantea), dan Sesendok (Endospermum malaccences) (Junaedi et al., 2011, Junaedi & Aprianis, 2010, Suhartati et al, 2011). 3. Penelitan dan Pengembangan hasil penelitian di KHDTK Kepau Jaya

Tujuan rencana ini adalah mengelola KHDTK Kepau Jaya sebagai lokasi kegiatan penelitian dan pengembangan hasil penelitian yang berkaitan dengan tupoksi Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan serta pendukung proses penghutanan kembali KHDTK Kepau Jaya.

(12)

17

RENCANA STRATEGI PENGELOLAAN KHDTK KEPAU JAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

16

BAB V.

PENUTUP

Rencana strategi pengelolaan sumber daya alam KHDTK dilakukan dengan memperhatikan arahan silvikultur yang disesuaikan dengan kondisi tutupan lahan di KHDTK Kepau Jaya. Kondisi tutupan lahan di KHDTK Kepau Jaya terdiri atas tutupan berupa hutan gambut sekunde , semak belukar dan tanaman kelapa sawit. Pada tutupan lahan hutan gambut sekunder, kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penanaman pengayaan (enrichment plantation) untuk meningkatkan potensi tegakan yang ada saat ini serta dapat dikembangkan menjadi lokasi wisata ilmiah. Pada tutupan lahan semak belukar, kegiatan yang dapat dilakukan berdasarkan arahan silvikultur adalah rehabilitasi (rehabilition) melalui penanaman secara aktif jenis-jenis pohon asli gambut yang dilakukan dengan pembuatan hutan dengan pola tanaman campuran jenis-jenis pohon endemik setempat. Pada tutupan lahan berupa tanaman perkebunan, kegiatan yang dapat dilakukan berdasarkan arahan silvikultur untuk tanaman sawit muda dan tua adalah rehabilitasi bertahap melalui penanaman tanaman hutan untuk menggantikan tanaman kelapa sawit masyarakat. Masyarakat harus merelakan pokok tanaman sawit miliknya ditebang untuk secara bertahap dipergunakan sebagai area penanaman tanaman kehutanan. Jenis yang akan ditanam di KHDTK Kepau Jaya disesuaikan dengan kondisi gambut dan fungsi KHDTK seperti mahang (macaranga sp), gerunggang (Cratoxylon arborescens), terentang

(Camnosperma auriculata), Skubung (Macaranga gigantea), dan Sesendok (Endospermum malaccences) (Junaedi et al., 2011, Junaedi & Aprianis, 2010, Suhartati et al, 2011).

DAFTAR

PUSTAKA

Junaedi, A. S. Rahmayanti, A.B Siswanto dan Sunarto. 2011. Uji Kesesuaian Jenis

Alternatif Penghasil Kayu Pulp di Lahan Gambut. Laporan Hasil Penelitian.

BPTSTH Kuok.

Junaedi, A. Y. Aprianis. 2010. Sifat kayu geronggang sebagai jenis pulpabe alternative

pada lahan gambut. Buletin Hasil hutan 16 (3): 153-161. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Kusumedi, Priyo. 2005. Pemetaan Partisipatif di KHDTK Borisallo. Jurnal Penelitian Sosial dan ekonomi Kehutanan vol. 2 No. 4 Desember 2005 hal 349.365.

Kadir, Abdul W dan Nurr Hayati. 2011. Upaya peningkatan Pendapatan Massyarakat

Melalui Agroforestry pada Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Borisallo. Jurnal

penelitian sosek vol 8 no 3 September 2011, hal 231-249.

Sumanto, Edi S dan Sujarwo Sujatmoko. 2008. Kajian konflik pengelolaan KHDTK Hutan

Penelitian Hambala- Sumba Timur. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan vol 5 no 3

Desember 2008 hal: 165-178.

Suhartati, Y. Aprianis, E. Nurrohman. Eksplorasi dan Persyaratan Tumbuh Jenis

Alternatif Penghasil Kayu Pulp di Sumatera. 2011. BPTSTH Kuok.

Wiati B Catur. 2005. Konflik Penguasaan Lahan di Hutan Penelitian Sebulu Kabupaten

(13)

KEMENTERIAN KEHUTANAN

Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan

BPTSTH

18

Yudilastiantoro. C. 2011. Faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap luas

lahan garapan di KHDTK Rarung, Lombok Nusa Tenggara Barat. Jurnal penelitian

Gambar

Gambar 1. Penutupan lahan KHDTK Kepau Jaya
Gambar 2. Lokasi Tanaman Areal KHDTK Kepau Jaya pada tahun 2010
Grafik  tersebut  menunjukkan  bahwa  beberapa  pihak  yang  berkegiatan  di  kawasan  KHDTK  Kepau  Jaya  adalah  buruh  tani  tanaman  kelapa  sawit,  perusahaan  kelapa  sawit  yang  mengokupasi  lahan  dan  masyarakat  yang  mengokupasi  dan  mengelola

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penjadwalan back up data menggunakan metode incremental backup dilakukan setiap 3 hari sekali dimana setiap data baru atau yang mengalami perubahan data di back up

Tungau kuning memiliki bercak berwarna merah pada ujung kepalanya yang merupakan salah satu adaptasi dari tungau tersebut pada tanaman cabai karena pada tanaman terong tidak

19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia ( Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO) yang mewajibkan sertifikasi ISPO

IF =&gt; berisi syarat atau kondisi yang harus dipenuhi agar keadaan seperti yang terdapat dalam main clause induk kalimat bisa terwujud. Ada 3 bentuk Conditional Sentences, yaitu

BNI00000034729 Muhammad Fauzan NasrullahJl Gang Semeru no.95 002 Kampung Enam Tarakan Timur Kota Tarakan Kalimantan Utara 10220... ANGGREK 015 Karang Anyar Tarakan Barat Kota

UD. Jayadi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang makanan ringan yakni dengan mengolah buah-buahan menjadi keripik. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2005, perusahaan

tak terlupakan.. Kontribusi Media Pembelajaran, Motivasidan Kondisi Tempat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan