Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji analisis pengaruh antara metode targhib - tarhib terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak. metodologi yang digunakan merupakan analisis kuanti-tatif berbasis model statistika inferensia dengan menggunakan dengan menggunakan persamaan regresi dan analisis korelasi prod-uct moment dari pearson. hasil penelitian menunjukkan bahwa metode targhib - tarhib memiliki pengaruh yang positif dan signif-ikan terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak.
Keywords: Metode Targhib - Tarhib Motiva-si, Akidah Akhlak
Abstract
The purpose of this study is to examine the influence analysis between targhib - tarhib method of student learning motivation on the subject of moral aqid. the methodology used is a quantitative analysis based on
inferenc-ing statistical model usinferenc-ing usinferenc-ing regression equation and product moment correlation analysis from pearson. the results showed that targhib - tarhib method has a positive and significant influence on students' learn-ing motivation on the subject of moral aqid. Keywords: Targhib - Tarhib Method, Moti-vation, Akidah Akhlak
A. PENDAHULUAN
Proses pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Berkesinambungan dapat diartikan bahwa proses pendidikan berlangsung tanpa batas waktu. Al-Qur'an surat al-Kahfi (18): 60 dan 66 mengisyaratkan:
ِنْيَرْحَبْلا َعَمْجَم َغُلْبَأ ٰىَّتَح ُحَرْبَأ َلَ ُهاَتَفِل ٰىَسوُم َلاَق ْذِإَو اًبُقُح َيِضْمَأ ْوَأ َتْمِّلُع اَّمِم ِنَمِّلَعُت ْنَأ ٰىَلَع َكُعِبَّتَأ ْلَه ٰىَسوُم ُهَل َلاَق
اًدْشُر
PENGARUH METODE TARGHIB - TARHIB TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
(Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Cipasung Kec. Singaparna Kab. Tasikmalaya)
Fuad Hilmi dan Dede Suhana
Sekolah Tinggi Agama Islam Haji Agus Salim Cikarang fuad8680@yahoo.co.id
Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan ber-henti (berjalan) sebelum sampai ke per-temuan dua buah lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun". Musa Berkata kepada Khidhr: "Bolehkah Aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu -ilmu yang telah diajarkan kepadamu?
Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa kedudukan ilmu yang pertama dan utama. Musa as. beserta seorang muridnya melakukan perjalanan yang jauh dan waktu yang lama untuk mencari seorang guru yang berilmu dan ilmunya tersebut belum Musa as. memilikinya. Ia seorang nabi, tetapi ia tetap merasa haus dengan ilmu, sehingga Allah memerintahkan kepadanya untuk belajar kepada Khidhr.
Selain itu, ayat tersebut mengisyaratkan bahwa menuntut ilmu itu selama hayat dikandung badan, sejak dalam buaian sampai akhir hayat. Shahib kitab Ta‘lîm al muta‘alim mengisyaratkan:
ِدـ ْحَّللا ىَلِا ِدـْهَمْلا َنِم َمـْلِعْلا اوُبـُلْطُا Maksudnya adalah bahwa belajar itu sejak kecil sampai mati. Senada dengan hadits tersebut, Ali bin Abu Thalib
mengatakan bahwa keberhasilan dalam menuntut ilmu itu dengan enam hal, salah satunya adalah thûl al-zamân, artinya belajar sepanjang hayat.
Sedangkan berkelanjutan dapat diartikan bahwa proses pendidikan itu berjenjang dan bertahap. Maksudnya bahwa proses pendidikan ketika bayi itu merupakan kelanjutan dari pendidikan ketika dalam kandungan bahkan sejak konsepsi dimulai. Pendidikan pra-sekolah di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Raudlatul Athfal (RA) atau Taman Kanak-kanak (TK) melanjutkan pendidikan dari lingkungan keluarga. Juga lembaga pendidikan dasar, sekolah dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebagai kelanjutan dari pendidikan pra-sekolah dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ataupun Madrasah Tsanawiyah (MTs) merupakan lembaga pendidikan lanjutan dari SD atau MI. Demikianlah selanjutnya, jenjang pendidikan yang lebih atas sebagai penerima produk atau sebagai penerima estapeta out put lembaga pendidikan yang ada di bawahnya.
Kualitas out put atau peserta didik yang dihasilkan dari masing-masing lembaga pendidikan beragam. Kualitas asfek konatif (kemauan untuk bertindak), afektif (perasaan dan sikap), kognitif ( kemapuan berfikir) maupun psikomotor (ketrampilan berbuat)
sangat tergantung kepada potensi peserta didik (input) yang dikembangkan dan dibina, tranformasi (proses) yang dilaksanakan, dan komponen pendidik dan tenaga kependidikan sebagai pelaksana pendidikan. Kualitas dari satu lembaga pendidikan yang ada di tingkat bawah akan sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil pada jenjang pendidikan berikutnya dan lembaga pendidikan di atasnya.
Dalam konsep yang lebih luas, kualitas pendidikan mempunyai makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pendidikan yang menyangkut proses dan atau hasil ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu. Proses pendidikan merupakan suatu keseluruhan aktivitas pelaksanaan pendidikan dalam berbagai dimensi baik internal maupun eksternal, baik kebijakan maupun operasional, baik edukatif maupun manajerial, baik pada tingkatan makro (nasional), regional, institusional, maupun instruksional dan individual, baik pendidikan dalam jalur sekolah maupun luar sekolah. Dalam bahasan ini proses pendidikan yang dimaksud adalah proses pendidikan yang berkualitas ditentukan oleh berbagai faktor yang saling terkait.
Faktor-faktor yang menentukan kualitas proses pendidikan suatu sekolah adalah terletak pada unsur-unsur dinamis yang ada di dalam sekolah itu dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Selain faktor peserta didik, yang sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan adalah faktor metode yang digunakan dan unsur lainnya ialah guru sebagai pelaku terdepan dalam pelaksanaan pendidikan di tingkat institusional dan instruksional.
Dalam konteks yang lebih luas, hasil pendidikan mencakup tiga jenjang yaitu: produk, efek, dan dampak (Mohamad Surya , 2009). Hasil pendidi-kan yang berupa produk, adalah wujud hasil yang dicapai pada akhir satu proses pendidikan, misalnya akhir satu proses instruksional, akhir semester, akhir tahun ajaran, dan akhir jenjang pendidikan (Edward Sallis, 2008). Wujudnya dinyatakan dalam satu satuan ukuran tertentu seperti angka, peringkat, indeks prestasi, Ujian Nasional (UN), dan sebagainya. Sebagai gambaran kualitas hasil pendidikan dalam periode tertentu. Hasil pendidikan berupa efek adalah perubahan lebih lanjut terhadap keseluruhan kepribadian peserta didik
sebagai akibat perolehan produk dari proses pendidikan (pembelajaran) dari satu periode tertentu. Perolehan produk pendidikan yang dinyatakan dalam bentuk hasil belajar seperti angka dalam buku laporan pendidikan, dan sebaginya, seyogianya memberikan pengaruh (efek) terhadap perubahan keseluruhan perilaku atau kepribadian peserta didik seperti dalam pemahaman diri, cara berfikir, sikap, nilai, dan kualitas kepribadian lainnya. Selanjutnya hasil pendidikan yang berupa dampak adalah berupa pengaruh lebih lanjut hasil pendidikan berupa produk dan efek yang diperoleh peserta didik terhadap kondisi dan lingkungannya baik di dalam keluarga ataupun masyarakat secara keseluruhan.
Harapan atau tujuan dari pendidi-kan nasional Indonesia adalah mencer-daskan kehidupan bangsa dan mengem-bangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan ber-taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut merupakan tujuan yang
ideal yang menjadi target sasaran seluruh institusi pendidikan. Salah satu institusi yang mencoba berusaha mewujudkan tujuan tersebut adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Cipasung, yang berlokasi di Jalan KH. Ruhiat Desa Cipakat Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
Madrasah Tsanawiyah Cipasung adalah salah satu institusi penerima estapeta produk dan efek pendidikan, baik dari sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah yang ada di sekitarnya maupun dari luar daerah Kabupaten Tasikmalaya. Idealnya, input peserta didik yang ada di MTs Cipasung harus menunjukkan kondisi efek dan produk yang baik dan bahkan harus semakin baik. Karena lembaga ini mempunyai peran untuk melanjutkan dan meningkatkan hasil yang diperoleh siswa pada jenjang sebelumnya. Sehingga, akan semakin mudah dalam melaksanakan pendidikan, karena inputnya telah membawa bekal pendidikan sebelumnya.
Fenomena di lapangan, tujuan yang begitu ideal belum dapat sepenuhnya tercapai bahkan kebalikannya. Diharapkan produk dan efek dari lembaga pendidikan sebelumnya dapat
membawa dampak yang positif terhadap lembaga atau jenjang berikutnya, malahan menjadi beban berat yang harus dipikul. Seperti melemahnya motivasi belajar peserta didik, prilaku kasar terhadap teman, dan sebagainya. Hal ini teridentifikasi ada beberapa peserta didik, baik kelas 7, 8, atau 9 yang sering bolos sekolah atau tidak masuk sekolah karena bermain bersama teman, baik teman sesekolah maupun teman luar sekolah. Atau ketika waktu masuk kelas pada awal masuk atau setelah istirahat masih banyak peserta didik yang terlambat masuk. Demikian halnya ketika dalam pelaksanaan tadarus al-Qur'ân dan shalat dluha, masih banyak peserta didik yang belum mengikuti program tersebut. Juga ketika diberi tugas oleh guru masih ada siswa yang tidak mengindahkan, ia tidak menyelesaikan tugas tersebut. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan dan pelaksanaan program pendidikan di MTs Cipasung. Efeknya prestasi peserta didik tersebut tidak sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya sebagaimana yang
diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945 dan Undang-undang Pendidikan Nasional, Institusi Madrasah Tsanawiyah
Cipasung mencoba untuk
membangkitkan minat dan memotivasi siswa agar giat lagi belajar sehingga dapat mencapai hasil yang telah ditargetkan. MTs Cipasung sebagai lembaga pendidikan yang berciri khas Islam mencoba mengarahkan dan membina para peserta didik dengan menerapkan konsep pendidikan menurut Al-Qur'ân. Institusi Madrasah Tsanawiyah Cipasung dalam rangka mengantisifasi permasalahan di atas menerapkan metode targhib (penghargaan atau imbalan) dan tarhib (ancaman hukuman). Metode ini dilandasi dengan Al-Qur'ân surat al-‘Ashr (103):1-3: :رصعلا﴿ ِرْصَعْلاَو ١ :رصعلا﴿ ٍرْسُخ ىِفَل َن ٰسنِ ْلْا َّنِإ ٢ ۟اْوَصاَوَتَو ِت ٰحِل ٰ صلا ۟اوُلِمَعَو ۟اوُنَماَء َنْيِذَّلا َّلَِإ :رصعلا﴿ ِرْبَّصلاِب ۟اْوَصاَوَتَو ِّقَحْلاِب ٣
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Dalam surat al-‘Ashr ini dijelas-kan bahwa manusia yang tidak memper-hatikan waktunya, dalam arti yang lebih luas bahwa ia tidak berdisiplin akan men-galami hidup yang penuh dengan keru-gian. Hal ini mengandung unsur tarhib (ancaman hukuman). Selanjutnya dalam ayat ketiga dijelaskan bahwa manusia yang beriman, beramal shaleh, dan yang saling menasehati dalam hak dan kesaba-ran ia akan beruntung. Artinya mengerahkan seluruh aktivitasnya dan umurnya untuk mengabdikan diri kepada Allah swt sebagai tujuan terakhir maka ia tidak akan mengalami kerugian dalam hidup dan kehidupannya. Hal ini mengandung unsur targhib (penghargaan atau imbalan) .
Tinjauan Pustaka
1. Metode Targhib dan Tarhib
a. Pengertian
Kata metode secara etimologi, berasal dari bahasa Greek, yang terdiri dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti
melalui dan hodos berarti jalan atau
cara.
Secara terminologi, Erwati Aziz mengutip pengertian metode dari kamus Webster, ‘metode mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan’. Dalam Kamus Lengkap Psikologi yang merupakan terjemahan dari Dictionary of psychology karya James P. Chaplin, ‘metode adalah prosedur sistematis yang tercakup dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep’. Zuhaerini mengungkapkan, metode adalah seni mendidik atau mengajar atau keahlian di dalam menyampaikan pendidikan atau pengajaran. Selain itu, Muhibbin Syah mengatakan, metode adalah cara melakukan suatu kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep secara sistematis. Sedangkan Ki Hadjar Dewantara menyebut metode dalam
mendidik dengan istilah “peralatan pendidikan”. Di antara alat itu adalah memberi contoh, pembiasaan, perintah, paksaan, dan hukuman. Dengan demikian metode merupakan komponen dalam proses, alat mencapai tujuan, dan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan. Ketika dikaitkan dengan pendidi-kan dan pengajaran, Ahmad Husain al-Liqaniy mengatakan, ‘metode adalah langkah-langkah yang diambil oleh guru guna membantu para murid merealisasi-kan tujuan tertentu’. Senada dengan Ah-mad Husain, Herman H. Horne membat-asi pengertian metode pendidikan se-bagai suatu prosedur dalam mengajar (Muzayyin Arifin, 2005: 91). Beranjak dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa metode itu merupakan jalan atau cara yang mesti ditempuh oleh guru untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu terbentuknya manusia ideal.
Secara bahasa, targhib berarti menginginkan sesuatu dan sangat mengharapkannya dan tarhib berarti menakutkan sesuatu (lid bin Abdurrah-man al-'Akk, 2006: 217). Menurut An-Nahlawi, targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan, kelezatan dan
kenikmatan. Sedangkan tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan atau perbuatan yang telah dilarang Allah. Selain itu juga karena menyepelekan pelaksanaan kewajiban yang telah diperintahkan Allah. Tarhib pun dapat diartikan sebagai ancaman dari Allah untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya melalui penonjolan salah satu sifat keagungan dan kekuatan ilahiah agar mereka teringatkan untuk tidak melakukan kesalahan dan kemaksiatan.
Dari pengertian tersebut di atas dapat dipahami bahwa targhib adalah janji baik yang dapat membahagiakan dan mendorong manusia untuk melakukan aktifitas yang positif dan
targhib adalah ancaman dan hukuman
yang dapat menyengsarakan manusia sehingga terdorong untuk meninggalkan aktifitas yang negatif. Jadi metode
targhib dan tarhib itu adalah cara atau
jalan yang strategis untuk menstimulasi peserta didik melalui janji baik (ganjaran) dan ancaman dan hukuman agar mau belajar dalam rangka membentuk kepribadiannya yang ideal. Dalam pendidikan Barat pun dikenal
metode semisal targhib dan tarhib yaitu metode reward (ganjaran/ imbalan) dan
punishment (hukuman). Terlepas dari
fungsinya, apakah sebagai penguat atau umpan balik (feed back), yang jelas dapat berpengaruh terhadap prilaku seseorang atau peserta didik. Rachlin mengatakan bahwa reward dan punishment akan me-nandai perilaku, membuat orang lebih penuh perhatian, meningkatkan pengawasan diri, dan pemantauan diri (David L. Witson dan Roland G. Tharp, 1985: 190).
Namun demikian, metode targhib-tarhib dalam pendidikan Islam lebih memiliki makna dari apa yang diistilahkan dalam pendidikan Barat dengan imbalan (reward) dan hukuman (punishment). Kelebihan itu bersumber dari karakteristik ketuhanan yang tidak membunuh fitrah manusia dan yang menjadi identitas pendidikan Islam. Kelebihan yang paling penting adalah targhib-tarhib qurani dan nabawi bertumpu pada pemberian kepuasan dan argumentasi. Targhib-tarhib harus menghasilkan buah amaliah dan perilaku. b. Bentuk-bentuk targhib dan tarhib
Dalam Peraturan Pemerintah no-mor 74 tahun 2008 pada bagian
kedelapan pasal 37 sampai 39 memuat tentang kewenangan guru untuk mem-berikan penilaian, penghargaan, dan sanksi kepada peserta didik. Gambaran ringkasnya sebagai berikut:
1) Penilaian yang dimaksud adalah hasil belajar peserta didik.
2) Penghargaan diberikan kepada peserta didik yang berprestasi, baik prestasi akademik maupun non-akademik.
3) Sanksi diberikan kepada peserta didiknya yang melanggar norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan, baik peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang ditetapkan guru, peraturan lainnya dalam proses pembelaja-ran yang berada di bawah kewenangannya. Sanksi tersebut dapat berupa teguran dan atau peringatan, baik lisan maupun tulisan, serta hukuman yang ber-sifat mendidik sesuai dengan kaedah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
1) Bentuk-bentuk targhib (reward) Targhib atau reward merupakan
sesuatu yang memperkuat hubungan stimulus dan respon atau untuk mem-perbesar timbulnya suatu respon (Allyn dan Bacon, 1987: 343). Adapun bentuk
reward bisa berupa materi, seperti
mainan, uang, dan sebagainya. Bisa pula berbentuk abstrak seperti pujian, senyu-man, pendekatan, dan sebagainya. 2) Bentuk-bentuk tarhib (punishment)
Tarhib atau punishment merupa-kan reinforcement (penguatan) negatif, yaitu sesuatu yang dapat memperlemah timbulnya respon. Bentuk punishment dapat berupa fisik, seperti pukulan tetapi tidak sampai melukai dan tidak pada ba-gian wajah. Bisa pula yang berbentuk non-fisik, seperti perkataan yang menjel-ekkan, suara keras, menampilkan mimik marah, mengambil haknya, dan se-bagainya.
Adapun tujuan dari reward dan
punishment adalah untuk memotivasi
ter-jadinya pengulangan dan memperbaiki perilaku yang salah. Dengan demikian
reward dan punishment selalu dilandasi
dengan kasih sayang, penjagaan diri anak, dan jauh dari tindakan kekerasan.
Menurut Abdurahman Saleh Ab-dullah bahwa konsep targhib dan tarhib sebagai suatu stimulasi terhadap sesuatu
yang menyenangkan dan menyakitkan yang akan mendorong peserta didik un-tuk melakukan perbuatan yang baik (Ramayulis, 2004: 168). Ketika anak menunjukkan suatu perilaku yang baik menurut moral harus diberikan pujian, rasa hormat, hadiah (materi), bahkan dorongan agar anak mau mengulanginya kembali. Sebaliknya, ketika anak menunjukkan perilaku yang menyimpang dari moral, perlu adanya perbaikan dari orang tua atau guru berupa celaan atau bahkan pukulan. Akan tetapi, dalam mencela anak, harus dengan cara tidak langsung.
2. Motivasi Belajar Siswa
Keberhasilan dalam pendidikan selain faktor metode dan guru, juga faktor siswa sebagai peserta didik. Salah satu faktor keberhasilan belajar siswa adalah motivasi belajar.
a. Pengertian motivasi belajar siswa
Motivasi adalah proses yang
men-jelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya (Robbins, 2008: 222-232).
Motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman AM, 1992: 73). Moti-vasi berkaitan dengan upaya manajer strategis untuk merangsang dan meng-gerakkan seseorang atau kelompok orang yang dipimpinnya dengan cara menum-buhkan dorongan atau motif untuk terus bekerja dengan baik.
Dari pengertian di atas, dapat digambarkan bahwa motivasi merupakan usaha untuk melakukan sesuatu sehingga dapat membawa beberapa perubahan yang dapat menentukan langkah seseorang dengan mengarah kepada tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan pengertian motivasi yang telah dikemukakan di atas, secara sederhana dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan. Hal tersebut, terlaksa-na kareterlaksa-na dirangsang dari berbagai macam kebutuhan atau keinginan yang hendak dipenuhi.
Satu dari empat model mengajar yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil adalah Behavioral Model (model perilaku), yaitu mengu-sahakan adanya perubahan pada perilaku siswa dan perubahan itu harus bisa
dia-mati. Perubahan perilaku siswa tersebut merupakan hasil belajar (Afifudin, 2008: 152). Belajar adalah aspek dalam proses yang biasa disebut dengan pendidikan. Dikatakan demikan karena belajar meru-pakan rangkaian interaksi proses belajar mengajar.
Abdurrahman mengemukakan bah-wa belajar adalah semua upaya individu memobilisasikan semua sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan ja-waban (respons) yang tepat terhadap problema yang dihadapinya (Abdurrahman, 1996: 97). Belajar bisa juga diartikan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mem-peroleh perubahan tingkah laku yang ba-ru secara keseluba-ruhan sebagai hasil pen-galamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Sobry Sutikno, 2008: 51). Menurut Nashar, belajar ada-lah perubahan tingkah laku dan peru-bahan itu mengarah kepada tingkah laku yang baik yang terjadi melalui latihan atau pengalaman (Nashar, 2004: 49).
Dari pengertian di atas, dapat di-tarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebia-saan dan tingkah lakunya dapat
mengaki-batkan perubahan dalam dirinya berupa penampilan, ilmu pengetahuan atau ke-mahiran yang dapat memenuhi kebu-tuhan hidupnya. Dengan kata lain, belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.
Menurut Keller , 4 kondisi yang harus diperhatikan oleh guru dalam memotivasi siswa agar muncul perilaku belajar, yaitu: minat, relevansi, harapan, dan kepuasan. Adapun prinsip-prinsip belajar di antaranya:
1) Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara siswa dengan lingkungan. 2) Belajar senantiasa harus bertujuan,
terarah dan jelas bagi siswa. Tujuan akan menuntunnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.
3) Belajar paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam diri sendiri.
4) Senantiasa ada rintangan dan ham-batan dalam belajar, karena itu siswa harus mengatasinya secara tepat.
Pandangan di atas memberikan gambaran bahwa prinsip-prinsip belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, dalam belajar per-lu adanya motivasi sebagai daya peng-gerak yang telah menjadi aktif dalam belajar dan dapat menggerakkan segala daya yang ada agar siswa dapat memu-satkan perhatian.
Sardiman AM, mengemukakan bahwa
motivasi belajar adalah merupakan
faktor psikis non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat un-tuk belajar. Menurut Frederick J. Mc. Donald, motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Hakikat subyek didik, yaitu: 1) subyek didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan wa-wasan pendidikan seumur hidup, 2) subyek didik mempunyai potensi, baik fisik maupun psikis yang berbeda-beda, sehingga merupakan insane yang unik, 3) subyek didik memerlukan pembinaan individual dan perlakuan yang manusi-awi, dan 4) subyek didik merupakan in-san yang aktif dalam menghadapi
ling-kungannya.
Salah satu ciri yang penting dari motivasi adalah adanya semangat ter-hadap peserta didik dalam kegiatan-kegiatan belajarnya, seseorang berkeingi-nan untuk melakukan suatu perbuatan dan memberi petunjuk pada tingkah laku. Sardiman AM mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang dapat memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek balajar itu dapat tercapai.
Dari definisi secara terpisah antara motivasi dan belajar serta secara prase yakni motivasi belajar yang telah dikemukakan di atas, penulis menganalisis bahwa dalam pengertian tersebut mengandung aspek:
1) Daya penggerak, baik dari dalam diri maupun dari luar diri, yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
2) Adanya aktivitas, baik psikis maupun fisik
3) Adanya tujuan
Dengan demikian, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai daya pengggerak atau pendorong seseorang baik secara intern ataupun ekstern dan memberikan arah agar orang tersebut melakukan aktivitas psikis dan fisik un-tuk mencapai tujuannya.
Klasifikasi dan fungsi motivasi
Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri.
Dorongan itu ada yang datang dari dalam diri (motivasi internal) dan ada yang da-tang dari luar diri (motivasi eksternal). Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri untuk melakukan beberapa kegiatan yang muncul karena kepent-ingan sendiri, meskipun ada dorongan eksternal. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang melahirkan tinda-kan untuk memperoleh beberapa penghargaan eksternal, baik itu status, pujian, uang, atau insentif lain yang be-rasal dari luar diri kita. Tiga elemen uta-ma dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan. Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas
terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan merupa-kan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usa-hanya.Motivasi yang baik dalam belajar akan menentukan hasil yang baik. Jadi intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan pencapaian prestasi bela-jarnya. Menurut Hersey dan Blancard, bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang itu terjadi karena adanya kebu-tuhan (needs), keinginan (willingness), rangsangan (drive) dan kata hati, baik disadari maupun tidak (S. Koswara, 2007: 76-77).
Sebenarnya, pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motiva-si tersebut. Motivamotiva-si dari luar adalah mo-tivasi yang pemicunya datang dari luar diri individu. Sementara memotivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari ini-siatif diri individu. Dari asumsi-asumsi tersebut di atas, motivasi dilihat dari tujuannya dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu motivasi untuk meraih kenik-matan dan menghindari dari rasa sakit atau kesulitan. Namun ketika ditinjau dari arah munculnya, motivasi itu ada yang timbul karena kesadaran dan ada pula karena pengaruh lingkungan.
Metode Penelitian
Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Penentuan jenis metode penelitian sangat berpengaruh terhadap penentuan keseluruhan instrumen penelitian, baik jenis data, sumber data atau pun alat analisisnya (Sugiyono, 2010: 2).
Secara umum, penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diupayakan untuk mengamati per-masalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek
tertentu. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hub-ungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain. Penelitian ini me-menuhi syarat untuk menggunakan metode deskriptif karena sesuai untuk menggali, mengungkapkan dan menganalisis fenomena empirik yang terjadi pada masa sekarang (Yaya Surya-na, 2009: 105).
1. Teknik pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk mengambil informasi dari terwawancara (Suharsimi Arikunto, 2006: 155). Wa-wancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Wawancara dilaksanakan dengan maksud untuk mendapatkan informasi atau data yang berhubungan dengan kondisi objek-tif lokasi penelitian.
b. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat per-tanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono: 142).
Teknik angket ini digunakan dengan tujuan untuk menggali data ten-tang persepsi siswa terhadap Metode Tar-ghib - Tarhib dan data tentang motivasi belajar pada mata pelajaran Akidah Akhlak di MTs Cipasung. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang dibuat dalam bentuk pilihan ganda. Adapun cara mengidentifikasinya adalah berdasarkan hasil jawaban masing -masing berupa alternatif jawaban a, b, c, d dan e. Pengajuan item angket bersifat positif dan negatif. Nilai angket tersebut akan ditransformasikan ke dalam bentuk simbol angka kuantitatif. Untuk angket yang berorientasi positif, maka sistem penskorannya adalah a=5, b=4, c=3, d=2, e=1, sebaliknya item angket yang berori-entasi negatif sistem penskorannya ada-lah a=1, b=2, c=3, d=4, e=5.
c. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan atau studi doku-menter merupakan suatu teknik pengum-pulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun el-ektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun, dipilih yang sesuai dengan
tujuan dan fokus masalah. Studi kepustakaan dilakukan bertujuan untuk menunjang dan memperkuat hasil penelitian, penulis menggunakan teori-teori dalam buku-buku, diktat dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini baik Variabel X maupun Variabel Y menggunakan analisis kuantitatif dengan perhitungan vaiabel yang target akhirnya untuk menguji hipotesis dan menentukan sejauh mana hubungan kedua variabel terebut. Secara sistematis analisis data kuantiatif, penulis uraikan sebagai berikut:
a. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dilakukan untuk menguji kelayakan instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap objek yang berbeda dengan objek penelitian.
1) Uji Validitas Instrumen Menurut Sugiyono valid adalah dapat mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menghitung validitas instrumen penelitian, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Membuat tabel skor item instrumen penelitian
b. Menghitung nilai SX, SY, SXY, SX2, SY2 untuk tiap item, dengan X
adalah skor item yang akan diuji validitasnya dan Y adalah skor total.
c. Menghitung koefisien korelasi dengan menggunakan rumus ko-relasi product moment :
b. Menginterpretasikan koefisien relasi hitung dengan koefisien ko-relasi tabel pada taraf signifikansi tertentu. Dengan ketentuan :
- Jika rhitung > rtabel maka item
instrumen penelitian dinyatakan valid
- Jika rhitung < rtabel maka item
instrumen penelitian dinyatakan Invalid
2) Uji Reliabilitas Instrumen Menurut Sugiyono instrumen yang
reliabel berarti instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sa-ma. Uji reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan metode belah dua (split-half
meth-od) yaitu pembelahan ganjil-genap
dengan menggunakan rumus Spearman Brown, dengan terlebih dahulu menentukan angka koefisien korelasi ganjil genap dengan rumus sebagai berikut:
Setelah dihitung koefisien
korelasi ganjil genap ( ), maka langkah selanjutnya menentukan koefisien korelasi reliabilitas dengan rumus sebagai berikut:
Jika nilai reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7 maka instrumen penelitian dinyatakan reliabel. Se-baliknya jika nilai reliabilitas kurang dari 0,7, maka instrumen penelitian
dinya-takan tidak reliabel.
b. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Analisis deskriptif dilakukan dengan langkah-langkah:
1) Analisis tiap indikator, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menghitung jumlah skor yang
diperoleh dari tiap-tiap jawaban item dan mengelompokannya sesuai dengan yang diperoleh dari responden
b. Menjumlahkan seluruh jawaban item dalam tiap-tiap indikator kemudian membaginya dengan banyak responden
c. Menghitung jumlah skor indikator dan membaginya dengan jumlah seluruh item serta banyaknya responden secara sistematis dapat dirumuskan:
Setelah diketahui nilai rata-rata dari setiap variabel kemudian proses penafsiran dan interpretasinya sebagai berikut: - 1,00 - 1,79 = Sangat rendah - 1,80 - 2,59 = Rendah
- 2,60 – 3,39 = Cukup atau se-dang
- 3,40 – 4,19 = Tinggi
- 4,20 – 5,00 = Sangat tinggi 2) Penyajian Data
Penulis melakukan penyajian data berupa tabel distribusi frekuensi yang diperoleh melalui kuesioner (angket). Langkah-langkahnya se-bagai berikut:
a) Menghitung jumlah Kelas Inter-val (K), dengan rumus:
b) Menghitung Rentang Data (R) dengan rumus
c) Menetukan Panjang Kelas (P), dengan rumus :
Dimana :
R = Rentang Data K = Kelas Interval
d) Menyusun Interval Kelas Secara teoritis penyusunan ke-las interval dimulai dari data yang terkecil.
3) Pengukuran gejala pusat dengan langkah-langkah sebagai berikut: Langkah-langkah sebagai berikut: a) Menghitung mean (Me),
dengan rumus:
Dimana:
Me = Mean untuk data ber-golong
= Jumlah data/sampel = Produk perkalian
an-tara fi pada tiap
inter-val data dengan tanda Kelas (xi).
tanda kelas (xi)
ada-lah rata-rata dari nilai terendah dan tertinggi setiap interval kelas. b) Menghitung median (Md),
dengan rumus:
Keterangan: Md = Median
median akan terletak
n = Banyak data/jumlah sampel
p = Panjang kelas inter-val
F = Jumlah semua frek-uensi sebelum kelas median f = Frekuensi kelas me-dian
c) Menghitung modus, dengan
rumus :
Dimana: Mo = Modus
b = Batas kelas interval dengan frekuensi terban-yak
p = Panjang kelas inter-val
b_1 = Frekuensi pada kelas
modus (frekuensi pada kelas interval terbanyak) diku-rangi frekuensi ke-las interval terdekat sebelumnya.
B2 = Frekuensi kelas mo-dus dikurangi frek-uensi kelas interval
berikutnya. d) Menentukan kurva
e) Pengukuran variasi kelompok Untuk mengetahui tingkat variasi kelompok data dapat dilakukan dengan melihat rentang data dan standar deviasi (SD) dengan rumus:
SD =
C. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dil-akukan dengan menggunakan Chi Kuadrat (χ2).
Langkah-langkah yang diperlukan adalah: 1) Menentukan rata-rata (mean) 2) Menentukan Standar Deviasi 3) Membuat Daftar Frekuensi
Observasi dan Frekuensi Ekspektasi untuk menghitung nilai Chi Kuadrat (χ2)
4) Menghitung z score untuk tiap nilai nyata dari Daftar Frekuensi Observasi dan Frekuensi Ekspektasi 5) Menentukan luas kurva
normal dari tabel kurva normal
7) Menghitung Chi Kuadrat dengan rumus: χ2 8) Menghitung derajat kebebasan (db), dengan rumus: db =
9) Menentukan nilai Chi Kuadrat tabel pada taraf signifikansi 5%
10) Interpretasi normalitas data dengan membandingkan har-ga Chi Kuadrat Hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Dengan ketentuan: - Jika c2 hitung < c2tabel Distribusi dinyatakan normal - Jika c2 hitung > c2tabel Distribusi dinyatakan tidak normal d. Analisis Regresi dan Korelasi
Analisis parametis digunakan untuk menganalisis data interval atau ra-sio, yang diambil dari populasi yang ber-distribusi normal.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
(a) Analisis Regresi,
langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) Menentukan persamaan
re-gresi, dengan rumus :
Dimana :
= Subjek dalam varia-bel dependen yang dipred-iksikan.
= Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan) = Angka Arah atau
koefisisen regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah gar-is turun.
= Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai ter-tentu.
Harga a dan b dapat dicari dengan rumus berikut:
(2) Menguji Linearitas Regresi Uji linearitas regresi
mak-sudnya adalah apakah garis regresi antara X dan Y membentuk garis linear atau tidak. Langkah-langkah se-bagai berikut: a. Menghitung Jumlah Kuadrat Total JK(T), dengan rumus: b. Menghitung Jumlah Kuadrat koefisien a JK (A), dengan rumus:
c. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi JK(b|a), dengan rumus: d. Menghitung Jumlah Kuadrat Sisa JK(S), dengan rumus: e. Menghitung Jumlah Kuadrat Tuna Cocok JK (TC), dengan rumus:
f. Menghitung Jumlah Kuadrat Galat JK(G), dengan rumus:
g. Menentukan nilai F tuna cocok, dengan rumus:
F = h. Uji Linearitas :
Ho : Regresi Linear dan
Ha : Regresi non-Linear Statistik (F hi-tung) dibandingkan dengan dk pembilang dan dk penyebut (n – k). Untuk menguji hipotesis nol, tolak hipotesis regresi linear, jika statistik F hi-tung untuk tuna cocok yang diperoleh lebih be-sar dari harga F dari tabel menggunakan taraf kesalahan yang dipilih dan dk yang bersesuaian. (b) Analisis Korelasi
Teknik korelasi yang digunakan adalah Teknik Korelasi Product Moment, langkah-langkahnya se-bagai berikut:
(1) Menentukan Hipotesis : Ho : Tidak ada hubungan an-tara variabel X dan variabel Y Ha : Terdapat hubungan anta-ra variabel X dan variabel Y (2) Menghitung harga Korelasi
Product Moment, dengan ru-mus:
(3) Menetukan hargat hitung, dengan rumus:
(4) Menghitung derajat kebebasan (dk), dengan rumus:
dk = n – 2
(5) Pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi: } ) ( . }{ ) ( . { ) )( ( . 2 2 2 2 y y N x x N y x xy N rxy (6) Menentukan koefisien determinasi yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi
(7) Namun untuk menganalisis data nominal dan ordinal dari data yang berdistribusi tidak normal, maka digunakan rumus Spearman rank, dengan langkah sebagai berikut:
1. Menentukan persamaan koefisien korelasi = 1 – Dimana: = Koefisien korelasi spearman rank
2. Uji signifikan Spearman rank, dengan rumus: Zh =
3. Membandingkan harga t
hitung dengan harga t tabel
Kemudian harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan ketentuan:
a) Jika t hitung > t tabel
maka Hipotesis nol ditolak dan Hipotesis Interval Kelas Tingkat
Hub-ungan 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
alternatif diterima b) Jika t hitung < t tabel
maka Hipotesis nol
diterima dan
Hipotesis alternatif ditolak
B. PEMBAHASAN
Mengetahui pengaruh metode tar-ghib - tarhib terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak Kab Taskimalaya maka analisis yang digunakan adalah analisis korelasi dengan menempuh prosedur perhitungan persamaan regresi, linieritas regresi, koefisien korelasi, uji signifikansi ko-relansi, serta menghitung derajat pengaruh variabel X (metode targhib - tarhib) terhadap variabel Y (motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak).
Perhitungan persamaan regresi dilakukan untuk menentukan perkiraan perubahan yang terjadi pada motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak. Perhitungan regresi juga dil-akukan untuk menemukan perubahan yang terjadi itu regresinya memenuh is-yarat linier atau tidak linier. Perhitungan koefisien korelasi dilakukan untuk
menentukan ada atau tidak adanya pengaruh antara metode targhib - tarhib terhadap motivasi belajar siswa pada ma-ta pelajaran akidah akhlak, Sedangkan uji signifikansi korelasi dilakukan untuk menentukan angka korelasi yang di-peroleh memenuhi kriteria signifikansi atau tidak.
Berdasarkan hasil penghitungan dapat diketahui bahwa koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y adalah 0,27. Harga koefisien korelasi tersebut termasuk pada kategori rendah karena terdapat dalam interval 0,20- 0,399. Dalam pengujian hipotesis, dari perhitungan diperoleh thitung sebesar 2,146
lebih besar dibanding ttabel dengan dk 58
pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,002. Oleh karena itu dapat diambil kes-impulan bahwa thitung > ttabel yaitu 2,146 >
2,002. Sehingga Ha diterima yaitu ter-dapat hubungan yang signifikan antara metode targhib - tarhib terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak Kab Taskimalaya.
Berdasarkan hasil perhitungan, dengan harga koefisien korelasi 0,27 didapat kadar pengaruh sebesar 7,29%. Hal ini menggambarkan bahwa metode targhib - tarhib mempengaruhi motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak sebesar 7,29%. Dengan demikian, masih ada 92,71% faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak.
C. KESIMPULAN
metode targhib - tarhib adalah salah satu unsur yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak. Telah dibuktikan dengan diketahuinya derajat pengaruh metode targhib - tarhib dengan variabel motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak sebesar 7,29%. Maka, untuk lebih meningkatkan motiva-si belajar motiva-siswa pada mata pelajaran akidah akhlak hendaknya penggunaan metode targhib - tarhib dalam meningkat-kan dalam proses pembelajaran.
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, Ujung Pandang : CV. Bintang Selatan, 1996
Afifudin, 2008, Perencanaan dan Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Insan Mandiri
Allyn dan Bacon, Psychology, USA, 1987
Al-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung: Diponegoro,
David L. Witson dan Roland G. Tharp, Self-Directed Behavior, California: Wadsworth, Inc., 1985
Departemen Agama RI, Al-Qur'ân dan Terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press, 1989
Edward Sallis; Ahmad Ali Riyadi, Manajemen Mutu Pendidikan, Yogyakarta: IRCiSoD, 2008
Erwati Aziz, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003
Ibrahim bin Ismail, Ta‘lîm al-muta‘alim, Toha Putera: Semarang
Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1981
Khalid bin Abdurrahman al-'Akk, Tarbiyah Al-Abnâ wa al-Banât fi Dlau' al -Qur'ân wa al-Sunnah; Muhammad Halabi Hamdi (penerjemah), Cara Islam Mendidik Anak, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006
Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Karja Ki Hadjar Dewantara, Jogjakarta
Mohamad Surya, Mendidik Guru Berkualitas untuk Pendidikan Berkualitas (Orasi ilmiah dalam Dies Natalis ke 45 Universitas PGRI Yogyakarta (UPY)), 27 Juni 2009
Muhammad bin ‘Ali Syaukany, Fath Qadir, Beirut: Dar al-Fikr, juz 3, 1983
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2005
Nana Syaodih Sukmadinata.
Bimbingan & Konseling “dalam Praktek
Mengembangkan Potensi dan
Kepribadian Siswa”. Maestro. Bandung,
2007
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuam awal dalam Kegiatan Pembelajaran, Jakarta: Delia Press, 2004
Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar, Bandung : Tarsito, 1990
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, Jakarta: Eko Jaya
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004
Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. 2008, Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat
S. Koswara, dkk., Manajemen Strategik Dalam Pengembangan Sistem Pendidikan, Edisi Khusus Kalangan Mahasiswa PPs UNIGAL, 2007
Sambas Ali Muhidin (2009).
Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam Penelitian. (Bandung: Pustaka
Setia
Sardiman AM, 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali
Sobry Sutikno, Landasan Pendidikan, Bandung, Prospect, 2008
Sudjana (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2010
Suharsimi Arikunto. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, Jakarta: CV. Eko Jaya, 2003
William C. Compton, Introduction to Positive Psychology, USA: Thomson Wadsworth, 2005
Yaya Suryana dan Tedi Priatna,
Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Azkia Pustaka Utama, 2009
Yaya Suryana dan Tedi Priatna,
Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Azkia Pustaka Utama, 2009
Zuhairini, Methodik Khusus Pendidikan Agama , Malang: Biro Ilmiah IAIN Sunan Ampel, 1981