• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR DETERMINAN TERHADAP LAMA PEMBERIAN ASI PENUH DI KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR DETERMINAN TERHADAP LAMA PEMBERIAN ASI PENUH DI KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR DETERMINAN TERHADAP LAMA PEMBERIAN ASI PENUH DI KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU PROVINSI

SULAWESI TENGAH

DETERMINANT FACTORS IN DURATION OF FULL BREAST FEEDING IN NORTH PALU DISTRICT PALU CITY CENTRAL

SULAWESI PROVINCE

Arie Maineny, M.Tahir Abdullah, dan Alimin Maidin

Konsentrasi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi:

Arie Maineny

Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Universitas Hasanuddin Jl. Bulu Masomba No.46 Lasoani Palu Timur Sulawesi Tengah HP : 081354477222

(2)

Abstrak

Pemberian ASI penuh adalah pemberian ASI oleh ibu kepada bayinya secara penuh dan tanpa makanan/minuman pendamping lain atau susu formula. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pola pemberian ASI pada bayi ; 2) melihat perbedaan pengaruh variabel determinan terhadap lamanya pemberian ASI penuh. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Palu Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Observasional Analitik dengan rancangan cross sectional study. Jumlah sampel 340 responden. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan Kaplan Meier dan Multivariat dengan Cox Proportional Hazard. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan lama pemberian ASI penuh pada variabel pengetahuan, dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan. Dimana pada variabel pengetahuan lama pemberian ASI penuh pada ibu dengan pengetahuan baik adalah 3,4 bulan, dan pengetahuan kurang yaitu 2,7 bulan. Pada variabel dukungan suami, ibu yang mendapatkan dukungan memberikan ASI penuh hingga usia 3,5 bulan dan yang tidak mendapatkan dukungan yaitu hingga usia 2,7 bulan. Sedangkan pada variabel dukungan tenaga kesehatan, ibu yang mendapatkan dukungan, memberikan ASI penuh hingga usia bayi 3,7 bulan, dan yang tidak mendapatkan dukungan yaitu hingga usia 2,3 bulan. Hasil analisis lanjut menunjukkan variabel yang nyata berbeda dalam mempengaruhi lama pemberian ASI penuh adalah dukungan tenaga kesehatan. Kesimpulan : Ada perbedaan lama pemberian ASI penuh pada variabel pengetahuan, dukungan suami/keluarga dan dukungan tenaga kesehatan.

Kata kunci : pemberian ASI penuh, faktor determinan.

Abstract

Full Breast Feeding is breastfeeding by mothers to their babies in full and without food/drink another companion or formula. The study aims to: 1) find out the pattern of breast fedding in infant ; 2) to see the different influence of determinant variables on the duration of full breast fedding.The research was conducted in North Palu District, Palu City Central Sulawesi Province. It was conducted as an Analytical Observational Research using the design of Cross Sectional Study. There were 340 respondents as samples. The data analysis was performed by using univariate, bivariate with Kaplan Meier, and multivariate with Cox Propotional Hazard. The results reveal that there is a difference in the duration of full breast feeding in terms of the variables of knowledge, husband’s support and the support of health workers. Where the variables knowledge of breastfeeding mothers with the full knowledge of both was 3.4 months, and the lack of knowledge of 2.7 months. On the variable support of her husband, mother get full support breastfeeding until the age of 3.5 months and were not getting the support that until the age of 2.7 months. While the variable support of health workers, mothers who received support, providing fully breastfed infants up to the age of 3.7 months, and are not getting the support that until the age of 2.3 months. Further analysis reveals that the variables which have marked diffrence in ihe duration of full breast feeding is support health workers. Conclusion: There are differences in the duration of full breastfeeding knowledge variables, support the husband / family and support health workers.

(3)

PENDAHULUAN

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif. ASI selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak azasi bayi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya (Afifah, 2007). Menyusui adalah salah satu intervensi yang paling efektif untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas masa kanak-kanak. Lebih dari 13 % dari kematian balita dapat dihindari secara global setiap tahun dengan mempromosikan ASI eksklusif (Baskoro A, 2008). World Health Organization (WHO) tahun 2002 dalam dokumen Global Strategy for

infant and Young Child Feeding (IYFC) merekomendasikan pola pemberian makan terbaik bagi

bayi dan anak sampai usia 2 tahun. Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor : 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada bayi di Indonesia, yang menetapkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikannya kepada semua ibu yang baru melahirkan (Depkes RI, 2007). Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah : (1) komitmen ibu untuk menyusui, (2) pemberian ASI secara dini (early initiation) yang dimulai di tempat bersalin, (3) teknik dan posisi menyusui yang benar baik untuk ibu maupun bayi, (4) menyusui atas permintaan bayi (on demand), dan (5) diberikan secara eksklusif. (Roesli U, 2009).

WHO melaporkan bahwa pemberian ASI tanpa makanan pendamping ASI pada bayi usia 4-6 bulan masih sangat rendah dibeberapa negara Asia, di Banglades hanya 10 %, Maldives 10 %, Myanmar 14-63 %, India 1-35 %, Sri Lanka 17-57 % dan Thailand 4 %. Di Swedia persentase pemberian ASI saja sebagai makan utama bayi sebesar 51 % pada bayi 2 bulan, 30 % pada bayi 4 bulan dan 1.8 % pada bayi 6 bulan (Aarts, 2005). Di Amerika Serikat (AS) proporsi menyusui eksklusif adalah 47 % pada bayi 7 hari, 32 % pada bayi 2 bulan, 19 % pada bayi 4 bulan dan 10 % pada bayi usia 6 bulan (Li, 2008). Di Kanada 22 % ibu yang berusia 15 - 49 tahun menyusui anaknya kurang dari 3 bulan dan 35 % menyusui anaknya sampai dengan usia 3 bulan (Palda, 2004). Penelitian Cernades, dkk (2005) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap ibu terhadap menyusui dengan durasi pemberian ASI Eksklusif. Penelitian Espinoza (2007) di Nicaragua juga menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepercayaan ibu terhadap prevalensi pemberian ASI eksklusif. Dan penelitian yang dilakukan oleh Mardeyanti (2007) di RSUD DR. Sardjito Yogyakarta menunjukkan bahwa proporsi Ibu yang tidak patuh memberikan

(4)

ASI eksklusif pada ibu yang bekerja adalah 60 % dengan risiko 1,5 kali dibandingkan ibu yang tidak bekerja (RR; 1,5; CL 95%; 1,16 – 1,94).

Di Banglades, hanya 14 % bayi baru lahir yang mendapatkan ASI tanpa MPASI sampai dengan usia 3 bulan. Median lamanya pemberian ASI eksklusif 3,67 bulan dan 69,9 % ibu di Banglades telah memberikan makanan tambahan sebelum bayi mereka mencapai usia 6 bulan. Ibu dengan pendidikan menengah keatas cenderung mengakhiri pemberian ASI pada bayinya 80 % dibanding dengan ibu yang berpendidikan lebih rendah dan ibu tanpa pendidikan formal (Giashuddin et all, 2004). Ada sejumlah kelompok yang rentan berisiko untuk tidak melanjutkan menyusui atau tidak mau menyusui sama sekali, seperti ibu muda, orang-orang dengan pendidikan kurang, wanita yang merokok, perempuan yang tidak menunjukkan sikap positif untuk menyusui (atau yang tidak yakin dalam memberikan ASI kepada bayi mereka) dan wanita yang berasal dari keluarga di mana belum ada budaya menyusui (Foster DA, 2006). Penelitian Li, dkk (2008) menunjukkan bahwa ibu-ibu sering mempunyai persepsi persediaan ASI mereka sedikit dalam banyak kasus, hal ini dapat disebabkan kurangnya pengetahuan tentang proses normal laktasi. Taveras, dkk (2003) mengatakan bahwa dukungan petugas kesehatan dalam mempromosikan pentingnya menyusui dapat bermanfaat untuk kelanjutan pemberian ASI eksklusif.

Pada tahun 2010 cakupan ASI eksklusif di Propinsi Sulawesi Tengah sebesar 36,2%. Kecamatan Palu Utara secara adminitratif terdiri dari 8 Desa/Kelurahan. Kelurahan Mamboro merupakan Desa yang memiliki jumlah bayi (0 – 12 bulan) terbanyak sebesar 1.639 jiwa (4,21%) setelah Kelurahan Pantoloan sebesar 1.726 (4,44%), kemudian diikuti Kelurahan Taipa sebesar 1.026 jiwa (2,63%) (Data Rekam Medik Puskesmas Mamboro, 2012). Berdasarkan cakupan Pemberian ASI eksklusif pada tahun 2012 di kelurahan Mamboro dari jumlah bayi yang mencapai usia 6 Bulan (≤ 6 bulan) hanya 33,3% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dari total jumlah bayi 510. Dan di Kelurahan Taipa hanya 28% dari total jumlah bayi 349. Kelurahan Mamboro dan Kelurahan Taipa secara geografis merupakan Kelurahan yang berada di Pinggiran Kota, namun akses untuk mendapatkan sarana dan fasilitas kesehatan sangatlah mudah. Adat Istiadat di Kelurahan Mamboro dan Taipa mengatur pembagian peran dalam rumah tangga dimana laki-laki sebagai pimpinan dalam rumah tangga dan merupakan pengambilan keputusan yang paling dominan. Masyarakat Kelurahan Mamboro dan Taipa hidup secara berkelompok-kelompok dimana dalam berkelompok-kelompok tersebut terdapat anak beranak, kakak beradik, sanak saudara,

(5)

sehingga adat istiadat yang ada sudah melekat. Dari hal tersebut peneliti tergerak melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pola pemberian ASI dan melihat perbedaan lama pemberian ASI penuh.

METODE Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain “Studi potong lintang” (Crossectional Study) yang merupakan salah satu jenis rancangan penelitian yang sifatnya analitik dan termasuk dalam jenis rancangan penelitian observasional. Desain ini dimaksudkan untuk mempelajari dinamika dan variasi variabel yang termuat dalam judul penelitian “Analisis faktor determinan terhadap lama pemberian ASI penuh di Kecamatan Palu Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Faktor determinan yang tergabung dalam pemberian aASI penuh adalah: pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, pekerjaan, keterpaparan media, dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan sedangkan variabel dependennya adalah pemberian ASI penuh.

Populasi dan Sampel Penelitian

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 12 bulan yang berada di Kecamatan Palu Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah periode Januari sampai dengan Desember 2012. Sampel yang ditarik dari populasi penelitian disusun sebagai berikut ini. a) Unit observasi adalah ibu yang memiliki anak usia 0 – 12 bulan di Kecamatan palu Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, b). Unit analisis adalah variabel independen maupun variabel dependen yang melekat pada unit observasi sesuai dengan yang telah ditetapkan pada tujuan khusus penelitian. c). Besar Sampel dihitung dengan menggunakan rumus sampel untuk penelitian kesehatan dengan populasi (N) diketahui, seperti yang diperkenalkan oleh Stanley Lemeshow, dkk , 1997, dan d). Teknik penarikan sampel adalah teknik non probability sampling, yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu, dimana responden yang dipilih dianggap paling tahu dengan kriteria yang telah ditentukan.

Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dari tanggal 5 Maret sampai dengan 8 Mei 2013, di Kecamatan Palu Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.

(6)

Kontrol Kualitas

Tujuan pelaksanaan kontrol kualitas ialah untuk melakukan penilaian awal terhadap nilai ketepatan dan konsistensi instrumen atau kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Pelaksanaannya dilakukan di Kecamatan Palu Timur Kelurahan Kawatuna. Jumlah responden yang diwawancarai sebesar 30 orang.

HASIL

Sebagian besar ibu menyusui memiliki latar belakang pendidikan terakhir yakni pendidikan tinggi (SMA – Perguruan Tinggi) (55,6%), pengetahuan baik (51,5 %), sikap positif (57,6 %), tidak percaya terhadap mitos tentang ASI dan menyusui (58,8 %), tidak bekerja (82,9%), terpapar media (56,8 %), mendapat dukungan dari suami (51,8 %), dan mendapat dukungan tenaga kesehatan (55,6 %)

Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalarn menghadapi masalah, terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Rata-rata lama pemberian ASI penuh untuk ibu dengan tingkat pendidikan rendah yaitu 2,9 bulan, sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu 3,2 bulan.

Pengetahuan

Pengetahuan kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang didasari dengan pemahaman yang tepat akan menumbuhkan perilaku baru yang diharapkan. Khususnya kemandirian dalam pemberian ASI eksklusif. Rata-rata lama pemberian ASI penuh untuk ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang ASI dan menyusui yaitu 3,4 bulan dan ibu yang memiliki pengetahuan kurang yaitu 2,7 bulan.

Sikap

Sikap positif dalam pemberian ASI akan menumbuhkan perilaku yang positif mengarah kepada pemberian secara baik dan benar. Rata-rata lama pemberian ASI penuh untuk ibu yang memiliki sikap positif tentang menyusui yaitu 3,2 bulan dan ibu yang memiliki sikap negatif tentang menyusui yaitu 2,9 bulan.

(7)

Kepercayaan

Kepercayaan atau keyakinan merupakan tahap selanjutnya dari perilaku, jika pengetahuan dan sikap sudah diwujudkan dalam bentuk kepercayaan maka biasanya perilaku akan sulit diubah. Rata-rata lama pemberian ASI penuh untuk ibu yang tidak percaya terhadap mitos-mitos tentang ASI dan menyusui yaitu 3,2 bulan dan ibu yang percaya terhadap mitos-mitos tentang ASI dan menyusui yaitu 2,8 bulan.

Pekerjaan

Penelitian dibeberapa negara ibu yang bekerja diluar rumah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya persentase menyusui. Rata-rata lama pemberian ASI penuh untuk ibu yang tidak bekerja yaitu 3,1 bulan sedangkan ibu yang bekerja yaitu 2,9 bulan.

Keterpaparan Media

Informasi antara ASI dan susu formula belum seimbang di tengah masyarakat. Iklan susu formula di berbagai media massa sangat berpotensi merusak pemahaman ibu tentang perlunya ASI bagi bayi. Rata-rata lama pemberian ASI penuh untuk ibu yang terpapar media yaitu 3,1 bulan dan ibu yang tidak terpapar media yaitu 2,9 bulan.

Dukungan Suami / Keluarga

Dukungan suami dalam memotivasi ibu untuk menyusui sangat memegang peranan yang penting buat lamanya ibu menyusui. Rata-rata lama pemberian ASI penuh untuk ibu yang mendapat dukungan dari suami yaitu 3,5 bulan dan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari suami yaitu 2,7 bulan.

Dukungan Tenaga Kesehatan

Dukungan Tenaga Kesehatan adalah Informasi dan promosi serta bantuan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Adanya dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dapat memberi rasa percaya diri pada ibu dan pernyataan pengambilan keputusan untuk menyusui. Rata-rata lama pemberian ASI penuh untuk ibu yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan yaitu 3,7 bulan dan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan yaitu 2,3 bulan.

Analisis Bivariat

Hasil analisis untuk melihat Pola Pemberian ASI di Kecamatan Palu Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 menunjukkan peluang bayi untuk tidak mendapatkan ASI penuh pada bulan pertama adalah 22%. Sebaliknya, peluang bayi untuk mendapatkan ASI penuh pada bulan pertama adalah 78%. Sedangkan bayi yang tetap mendapatkan ASI penuh pada bulan

(8)

ke 6 sebesar 4% serta setengah dari jumlah bayi sudah tidak mendapatkan ASI penuh setelah usia 3,4 bulan (Tabel 1). Hasil analisis bivariat pengetahuan terhadap terhadap pemberian ASI penuh memperlihatkan nilai p = 0,004 (signifikan), ini berarti ada perbedaan pengetahuan terhadap pemberian ASI penuh. Dukungan suami memperlihatkan nilai p = 0,001 (signifikan), ini berarti ada perbedaan dukungan suami terhadap pemberian ASI penuh. Dukungan Tenaga Kesehatan memperlihatkan nilai p = 0,000 (signifikan), ini berarti ada perbedaan dukungan tenaga kesehatan terhadap pemberian ASI penuh (Tabel 2). Hasil analisis bivariat pendidikan terhadap pemberian ASI penuh memperlihatkan nilai p = 0,135 (tidak signifikan), ini berarti tidak ada perbedaan pendidikan terhadap pemberian ASI penuh. Sikap memperlihatkan nilai p = 0,646 (tidak signifikan), tidak ada perbedaan sikap terhadap pemberian ASI penuh. Kepercayaan memperlihatkan nilai p = 0,088 (tidak signifikan), ini berarti tidak ada perbedaan kepercayaan terhadap pemberian ASI penuh. Pekerjaan memperlihatkan nilai p = 0,701 (tidak signifikan), ini berarti tidak ada perbedaan pekerjaan terhadap pemberian ASI penuh. Keterpaparan media memperlihatkan nilai p = 0,868 (tidak signifikan), ini berarti tidak ada perbedaan keterpaparan media terhadap pemberian ASI penuh (Tabel 3).

Analisis Pengaruh secara simultan (Multivariat) faktor determinan terhadap Pemberian ASI Penuh

Hasil analisis multivariat memperlihatkan bahwa dari kedelapan variabel yang memberikan pengaruh dominan terhadap pemberian ASI Penuh adalah variabel dukungan tenaga kesehatan. Hasil analisis lama pemberian ASI penuh menggunakan metode Cox Proportional

Hazard pada variabel independen, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap lama pemberian ASI penuh pada ibu berdasarkan dukungan tenaga kesehatan. Ibu yang mendapatkan dukungan tenaga kesehatan lebih lama 1,4 bulan dalam pemberian ASI penuh dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan. Dimana dengan tingkat keyakinan 95%, ibu yang mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan memiliki probabilitas untuk tetap memberikan ASI penuh sebesar 0,1 hingga 0,5 kali daripada ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan (Tabel 4).

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara pengetahuan, dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan terhadap lama pemberian ASI penuh di Kecamatan Palu Utara Kota Palu

(9)

Provinsi Sulawesi Tengah. Pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner dan wawancara yang telah dilakukan rata-rata ibu dengan pengetahuan baik memperoleh informasi dari kegiatan penyuluhan maupun konsultasi tentang menyusui baik itu dari bidan maupun kader posyandu. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aysu, dkk (2007), bahwa pentingnya konseling menyusui selama beberapa bulan pertama sangat diperlukan untuk mencapai sukses menyusui jangka panjang seperti yang diinginkan. Sebagian besar ibu yang menyusui lebih dari enam bulan memperoleh dukungan dari suami untuk tetap memberikan ASI. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner dan wawancara yang dilakukan bahwa rata-rata ibu yang memberikan ASI penuh lebih lama adalah ibu yang mendapatkan dukungan dari suami baik berupa dukungan instrumental, dukungan emosional, dukungan penilaian, serta dukungan informasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nemeh, dkk (2009), Ibu lebih cenderung berniat untuk menyusui jika mereka mendapat dukungan dari suami mereka. Adanya dukungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dapat memberi rasa percaya diri pada ibu dan pernyataan pengambilan keputusan untuk menyusui. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner dan wawancara bahwa rata-rata ibu yang memberikan ASI penuh lebih lama adalah ibu yang memeriksakan kehamilan dan melahirkan pada tenaga kesehatan, mendapatkan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), mendapatkan bantuan dari tenaga kesehatan berupa informasi tentang ASI eksklusif dan menyusui. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Hoyer, et all (2006) di Slovenia yang menyimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara pendidian kesehatan dan motivasi yang diberikan bidan dengan Keberhasilan menyusui eksklusif.

Variabel yang menunjukkan tidak adanya perbedaan terhadap lama pemberian ASI penuh adalah pendidikan. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara tingkat pendidikan ibu dengan lama pemberian ASI penuh. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden, ibu dengan tingkat pendidikan tinggi sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang pentingnya memberikan ASI kepada bayi jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah, namun perbedaan tersebut tidak bermakna, sehingga tidak terdapat perbedaan dalam pemberian ASI penuh antara ibu yang berpendidikan tinggi dengan ibu yang berpendidikan rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Valeria (2008) di Skotlandia, menyimpulkan bahwa ibu dengan pendidikan tinggi memungkinkan untuk

(10)

mengetahui lebih banyak tentang manfaat menyusui. Sikap, Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara sikap ibu dengan lama pemberian ASI penuh. Jika dilihat dari tingkat pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan pada kenyataannya ibu dengan sikap positif sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang pentingnya memberikan ASI kepada bayi jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki sikap negatif, namun perbedaan tersebut tidak bermakna. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kepercayaan ibu dengan lama pemberian ASI penuh. Rata – rata ibu yang percaya terhadap mitos tentang ASI masih kurang memberikan ASI penuh karena masih mempercayai tradisi dan kebudayaan yang dilakukan secara turun temurun seperti pemberian pisang, madu, pada bayi dibawah usia 6 bulan serta pemahaman yang salah tentang payudara dan cara menyusui, namun perbedaan tersebut tidak bermakna. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan lama pemberian ASI penuh pada pekerjaan ibu, rata – rata ibu yang bekerja cenderung memberikan susu formula kepada bayinya karena anak ditinggal di rumah ketika ibu bepergian sehingga memberikan susu formula sebagai pengganti ASI hingga ibu kembali kerumah. Banyak pula ibu yang tidak bekerja memberikan susu formula kepada anaknya karena merasa anaknya tidak kenyang jika hanya diberikan ASI saja. Pola pikir ini kurang lebih dipengaruhi juga oleh faktor pengetahuan ibu tentang pentingnya menyusui. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardeyanti (2007) di RSUD DR. Sardjito Yogyakarta, yang menyimpulkan bahwa Proporsi Ibu yang tidak patuh memberikan ASI eksklusif pada ibu yang bekerja adalah 60 % dengan risiko 1,5 kali dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara keterpaparan media dengan lama pemberian ASI penuh. Secara teori pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jumli, dkk (2011) di Tasikmalaya, Penelitian ini menunjukkan bahwa paparan iklan susu formula berdampak sebesar 4% untuk menurunkan status pemberian ASI secara eksklusif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Peluang bayi untuk mendapatkan ASI penuh pada bulan pertama adalah 78 %. Sedangkan bayi yang tetap mendapatkan ASI penuh pada bulan ke 6 sebesar 4 % serta setengah dari jumlah bayi sudah tidak mendapatkan ASI penuh setelah usia 3,4 bulan. Ada perbedaan lama pemberian

(11)

ASI penuh berdasarkan pengetahuan ibu, dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan. Tidak ada perbedaan lama pemberian ASI penuh berdasarkan pendidikan, sikap, kepercayaan, pekerjaan ibu dan keterpaparan media.

Meningkatkan peranan petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan dan konsultasi tentang pentingnya pemberian ASI penuh kepada anggota masyarakat, khususnya kepada ibu-ibu menyusui.

DAFTAR PUSTAKA

Aarts, C, et al, (2005). How exclusive is exclusive breast feeding ? A comparison of data since

birth with current status data. International Journal of

Epidemiology,29:1041-1046.(http://www.Internationalbreastfeeding journal.com/content/7/1/17, diakses 18 Januari 2013).

Afifah, DN, (2007). Faktor-faktor yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI

Eksklusif. (http://eprints.undip.ac.id/1034/, diakses 26 November 2012).

Aysu, et al, (2007). How to Achieve Long-Term Breast-Feeding: Factors Associated with Early

Discontinuation. Public Health Nutrition. 11(11): 1173–1179.

Baskoro, A, (2008). ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta : Banyu Media

Cernadas, et al, (2005). Maternal and Perinatal Factors Influencing the Duration of Exclusive

Breastfeeding During the First 6 Months of Life. J Hum Lact; 19:2.

(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12744530, diakses 27 November 2012).

Data Rekam Medik Puskesmas Mamboro, (2012). Cakupan ASI eksklusif 2012.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2007). Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan

Konseling Menyusui dan Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui. (http://www.gizi.net/,

diakses 27 November 2012).

Espinoza, H, (2007). The Relationship Between Family Structure and Exclusive Breastfeeding

Prevalence in Nicaragua. Salud Publica de Mexico, 44(6): 499-507.

(http://www.docstoc.com/docs/50534387/The-relationship-between-family-structure-and-exclusive-breastfeeding, diakses 16 januari 2013).

Foster DA, McLachlan HL, and Lumley J, (2006). Factors Associated With Breastfeeding At Six

Months Postpartum In A Group Of Australian Women. International Breastfeeding Journal. (http:// www.internationalbreastfeedingjournal.com, diakses 28 November,

2012).

(12)

Giashuddin, M.S., & Kabir, M, (2004). Duration of Breast-feeding in Bangladesh. Indian J Med Res , 119: 267-272. (http:// www. researchgate. net/ publication /8466408_Duration_of_ breast-feeding in_Bangladesh, diakses 15 Januari 2013).

Hoyer dan Hovart, (2006). Factors Affecting Breastfeeding Practies:Applying a Concept

framework. The NSW Public Health Bulletin, 16 (3-4), 52-55.

(www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16106273, diakses 29 November 2012).

Jumli, Hidayanti L, Lina N, (2010). Studi Beberapa Karakteristik Keluarga dalam Penggunaan

Susu Formula untuk Balita di Kota Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia,

FKM UNSIL, ISSN 1693-9654 Vol 6 No 1 Maret 2010 (http:// journal.unsil. ac.id/jurnal/prosiding/ 9/9lilik_unsil%283%29.pdf.pdf, diakses 18 Januari 2013).

Li R, Fein BS, Chen J, Grummer-Strawn ML, (2008). Why Mothers Stop Breastfeeding : Mothers

Self-reported Reasons For Stopping During The First Year.

(http://pediatrics.aappublications.org, diakses 28 November 2012).

Mardeyanti, (2007). Hubungan Status Pekerjaan Dengan Kepatuhan Ibu Memberikan ASI

Eksklusif Di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta. (http://etd.ugm.ac.id/index, diakses 28

November, 2012).

Nemeh, et al, (2009). Factors Affecting Intention to Breastfeed Among Syrian and Jordanian Mothers: a Comparative Cross-Sectional Study. International Breastfeeding Journal 2010, 5:6

Palda, V.A., Guise, J.M., & Wathen, C.N, (2004). Interventions to promote breast-feeding:

applying the evidence in clinical practice. Canadian Medical Association Journal, 170(6):

976-978. (www.cmaj.ca diakses 16 Januari 2013).

Roesli, U., (2009). Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidiya.

Taveras, et al, (2003). Clinician support and psychosocial risk factors associated with

breastfeeding discontinuation. Pediatrics,112, 108-115. (www.Pediatricsdigest.mobi/

content/112/1/108.full, diakses 16 Januari 2013).

Valeria, Skafida, (2008). The Relative Importance of Social Class and Maternal Education for Breast-Feeding Initiation. Public Health Nutrition. 12(12): 2285 – 2292.

(13)

LAMPIRAN

Tabel 1. Pola Pemberian ASI di Kecamatan Palu Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013 Interval Start Time Number Entering Interval Number of Teminal Events Proportion Terminating Proportion Surviving Cumulative Proportion Surviving at End of Interval Median 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 340 266 218 183 148 120 85 13 5 2 2 1 74 48 35 35 28 35 72 8 3 0 1 1 0,22 0,18 0,16 0,19 0,19 0,29 0,85 0,62 0,60 0,00 0,50 1.00 0,78 0,82 0,84 0,81 0,81 0,71 0,15 0,38 0,40 1.00 0,50 0,00 0,78 0,64 0,54 0,44 0,35 0,25 0,04 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 3,37

Sumber : Data primer

Tabel 2. Perbedaan Pemberian ASI penuh Berdasarkan Pengetahuan Ibu, Dukungan Suami dan Dukungan Tenaga Kesehatan di Kecamatan Palu Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013

Variabel Uji Chi-Square df p

Pengetahuan

Dukungan Suami

Dukungan Tenaga Kesehatan

Log Rank (Mantel – Cox) Breslow

Tarone – Ware

Log Rank (Mantel – Cox) Breslow

Tarone – Ware

Log Rank (Mantel – Cox) Breslow Tarone – Ware 8,476 7,141 7,651 10,181 9,108 9,835 26,952 28,975 28,945 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0,004 0,008 0,006 0,001 0,003 0,002 0,000 0,000 0,000 Sumber : Data primer

(14)

Tabel 3. Perbedaan Pemberian ASI penuh Berdasarkan Pendidikan, Sikap, Kepercayaan, Pekerjaan Ibu, dan Keterpaparan Media di Kecamatan Palu Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013

Variabel Uji Chi-Square df p

Pendidikan Log Rank (Mantel – Cox) Breslow Tarone – Ware 2,239 1,863 1,973 1 1 1 0,135 0,172 0,160

Sikap Log Rank (Mantel – Cox)

Breslow Tarone – Ware 0,211 0,754 0,535 1 1 1 0,646 0,385 0,465 Kepercayaan Log Rank (Mantel – Cox)

Breslow Tarone – Ware 2,911 2,251 2,462 1 1 1 0,088 0,133 0,117 Pekerjaan Log Rank (Mantel – Cox)

Breslow Tarone – Ware 0,147 1,288 0,877 1 1 1 0,701 0,256 0,349 Keterpaparan Media Log Rank (Mantel – Cox)

Breslow Tarone – Ware 0,027 0,428 0,143 1 1 1 0,868 0,513 0,705 Sumber : Data primer

Tabel 4. Hasil Akhir Analisis Multivariat dengan Cox Proportional Hazard Lama Pemberian ASI penuh di Kecamatan Palu Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013

Sumber : Data primer

Variabel B SE p Wald 95% CI Lower Upper Pendidikan Pengetahuan Sikap Kepercayaan Pekerjaan Keterpaparan Media Dukungan Suami Dukungan Tenaga Kesehatan 0,088 - 0,110 0,061 -0,148 -0,116 0,008 -0,048 -0,419 0,120 0,121 0,119 0,123 0,163 0,112 0,130 0,128 0,463 0,364 0,606 0,232 0,478 0,945 0,714 0,001 0,539 0,824 0,266 1,429 0,503 0,005 0,134 10,720 0,863 0,706 0,842 0,677 0,647 0,809 0,739 0,512 1,381 1,136 1,343 1,099 1,227 1,256 1,230 0,845

Gambar

Tabel  2.  Perbedaan  Pemberian  ASI  penuh  Berdasarkan  Pengetahuan  Ibu,  Dukungan  Suami  dan  Dukungan  Tenaga Kesehatan  di Kecamatan  Palu  Utara Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2013
Tabel  4.  Hasil  Akhir  Analisis  Multivariat  dengan  Cox  Proportional  Hazard  Lama  Pemberian  ASI  penuh  di  Kecamatan  Palu  Utara  Kota  Palu  Provinsi  Sulawesi Tengah Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuisioner, data yang terkumpul selanjutnya diolah menggunakan teknik analisis regresi linier Hasil

Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan membahas mengenai regenerasi vegetasi strata pohon yang mendominasi pada Kawasan Wisata Hapanasan untuk masa yang akan datang dan

Konsentrasi asam sulfat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif antara profitabilitas dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham.. Dengan menggunakan taraf signifikan sebesar 5%

Dari Pasal 28 (2) huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tersebut dapat ditafsirkan bahwa terhadap suami istri yang bertindak dengan niat baik dalam arti

Keadaan wanita di Indonesia memang tidaklah sempurna, akan tetapi meraka di sini relative tidak mengalami apa yang diderita oleh saudara-saudara kaum wanita Muslim dibelahan dunia

Peningkatan besar arus akan sebanding dengan besar tegangan dikarenakan peran pelipatgandaan elektron saat timbul lucutan plasma dimana elektron akan bergerak

Oleh karena itulah perbuatan zina yang dilakukan oleh orang telah menikah (Zina muhshan) termasuk salah satu dari tiga orang yang darahnya diharamkan. Diriwayatkan oleh