• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Supardi SDN 2 Watulimo, Trenggalek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Supardi SDN 2 Watulimo, Trenggalek"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 2 WATULIMO TRENGGALEK PADA BIDANG STUDI IPA MATERI KONDUKTOR DAN

ISOLATOR PANAS MELALUI METODE EKSPERIMEN SEMESTER I TAHUN 2013/2014

Oleh: Supardi

SDN 2 Watulimo, Trenggalek

Abstrak. Secara umum tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi konduktor dan isolator panas dengan menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas VI SDN 2 Watulimo Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek pada siswa Kelas VI Semester I bidang studi IPA materi Konduktor Dan Isolator Panas tahun 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai bulan November 2013. Berdasarkan data hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan diterapkannya proses pembelajaran dengan metode Eksperimen maka prestasi belajar IPA materi Konduktor Dan Isolator Panas pada siswa kelas VI SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014 semester I dapat meningkat secara signifikan. Hal ini didukung dengan peningkatan nilai rata-rata pada setiap siklusnya, mulai dari sebelum siklus nilai rata-rata siswa 62,86 dengan ketuntasan belajar 52,38%, pada siklus pertama nilai rata-rata meningkat menjadi: 71,43 dengan ketuntasan belajar 76,19%, dan pada siklus kedua nilai rata-rata meningkat menjadi: 83,33 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 100,00%.

Kata Kunci: IPA, Metode Eksperimen

Bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari gejala alam melalui proses dan pengembangan serta sikap ilmiah. Proses ilmiah didasari dengan cara berfikir logis berdasarkan fakta - fakta yang mendukung. Sikap ilmiah nampak pada sikap jujur dan Objektif dalam mengumpulkan fakta dan menyajikan hasil analisis proses dan pengembangan dalam mempelajari fenomena-fenomena alam.

Dalam proses pembelajaran IPA, pe-nanaman konsep yang baik dan benar sangat diperlukan, karena IPA merupakan ilmu pengetahuan berkelanjutan dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi. Konsep IPA di tingkat dasar menentukan penguasaan

kon-agar mutu proses pembelajaran dapat di-tingkatkan.

Untuk meningkatkan mutu pendidi-kan tersebut peserta didik harus terus belajar, karena belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Salah satu pertanda seorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya pe-rubahan pada tingkat pengetahuan, keteram-pilan dan sikapnya. Selain itu untuk me-ningkatkan mutu pendidikan juga menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD yang merupakan ujung tombak dalam

(2)

pendi-131

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Fungsi dari mata pelajaran IPA yang diberikan di Sekolah Dasar adalah: (a) Mem-beri pengetahuan mengenai berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari; (b) Mengembangkan ketrampilan proses; (c) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkat-kan kualitas kehidupan sehari-hari; (d) Me-ngembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempe-ngaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfa-atannya bagi kehidupan sehari-hari; (e) Mengembangkan kemampuan untuk mene-rapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi.

Proses pembelajaran merupakan su-atu kegiatan untuk melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat mem-bantu para siswa untuk mencapai tujuan pendidikan agar dapat membantu para siswa menuju pada perubahan tingkah laku, baik intektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu makhluk sosial. Tujuan dari suatu proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan dan mencapai suatu peningkatan hasil belajar.

Guru diharapkan dapat menggunakan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan belajar mengajar, yang diharapkan yang menekankan pada pembelajaran siswa aktif dan bermakna. Guru harus mampu untuk mengembangkan strategi, metode dan pen-dekatan agar terjadinya proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga

proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

Namun dilihat dari tingkat keberha-silan siswa dalam pembelajaran, masih perlu adanya evaluasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan siswa diperoleh data bahwa nilai siswa masih banyak yang berada di bawah KKM. Dari hasil pengamatan peneliti dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Watulimo Trenggalek, diperoleh permasalahan antara lain: (1) selama proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas, guru yang banyak berbicara dan menyampaikan informasi; (2) metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi sehingga siswa pasif dan semangat belajar rendah; (3) ketika mengajar guru kurang memanfaatkan alat peraga yang ada; (4) alat-alat percobaan pembelajaran IPA belum digunakan secara Optimal. Konsep IPA yang diperoleh siswa hanyalah melalui penguasaan hapalan saja, bukan suatu proses penemuan dari diri siswa sendiri.

Hal ini disebabkan karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru ku-rang menerapkan strategi dan pendekatan yang sesuai dengan karekteristik belajar sis-wa usia Sekolah Dasar (SD), misalnya dalam pelaksanaan pembelajaran kurang didukung dalam penggunaan strategi, pendekatan, metode, media dan strategi pembelajaran yang sesuai sehingga kurang membangkitkan semangat siswa untuk belajar.

Untuk alternatif permasalahan terse-but perlu tindakan strategis, sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, sehingga menumbuhkan keaktifan, tanggung jawab baik individu maupun kelompok, dan membangkitkan sua-sana yang menyenangkan. Oleh karena itu,, penulis berupaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui

(3)

perbaikan pembelajaran. Dari berbagai lite-ratur ditemukan salah satu metode pem-belajaran yang relevan dan dianggap efektif, yaitu dengan metode eksperimen.

Metode eksperimen adalah cara pe-nyajian bahan pelajaran, dimana yang sis-wanya melakukan percobaan dengan me-ngalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari dimulai dari pengertian yang sederhana yaitu sebagai metode sistematis yang membangun hubungan fenomenal se-bab akibat (Sukardi, 2008:179). Metode Eks-perimen merupakan cara yang efektif untuk menolong siswa dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti ”apakah”, ”dengan cara apa”, ”bagaimana”, ”dengan cara yang bagaimana!”, dan lainnya. Metode eksperimen yang dimaksud adalah bahwa guru harus melibatkan siswa untuk melakukan percobaan untuk mencari jawab-an terhadap permasalahjawab-an yjawab-ang diajukjawab-an. Eksperimen merupakan situasi pemecahan masalah yang di dalamnya berlangsung pengujian hipotesis, dan terdapat variabel-variebel yang dikontrol secara kuat (Mulyasa, 2010:110). Dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu cara penyajian materi pelajaran di mana siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hu-kum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu: (1) agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang telah diperoleh; (2) Melatih peserta didik merancang, mempersi-apkan, melaksanakan dan melaporkan perco-baan; (3) Melatih peserta didik menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data

Tujuan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA adalah: (a) agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, in-formasi atau data yang telah diperoleh; (b) melatih peserta didik merancang, mempersi-apkan, melaksanakan dan melaporkan perco-baan; (c) Melatih peserta didik menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan. Ber-dasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui eksperimen itu diharapkan dapat mengembangkan pikiran dan pe-ngetahuan siswa, sehingga siswa tidak hanya mendengarkan ataupun mendapatkan pe-ngetahuan hanya dari guru, tetapi mereka bisa mengembangkan pengetahuannya de-ngan melihat secara langsung melalui per-cobaan yang dilakukannya (Winataputra, 1992: 219).

Dalam pelaksanaannya (Soetomo, 1993: 165), metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan metode eksperimen yaitu: (1) siswa dapat belajar melalui pengalaman langsung; (2) siswa langsung memperoleh pengalaman dan kete-rampilan dalam melakukan ekperimen; (3) siswa belajar berpikir melalui konsep-konsep metode ilmiah; dan (4) siswa dapat mem-pertinggi partisipasi siswa baik secara individu atau kelompok. Sedangkan kele-mahan metode eksperimen adalah: (1) terba-tasnya alat-alat yang tersedia; (2) kurangnya pengetahuan dan pengalaman guru yang melakukan eksperimen; dan (3) kadang-kadang anak belum pernah melakukan eks-perimen sehingga guru menemui kesulitan dalam melaksanakan eksperimen.

(4)

133

tahun pelajaran 2013/2014 semester I dalam menerapkan metode Eksperimen untuk meningkatkan prestasi belajar pada bidang studi IPA materi Konduktor Dan Isolator Panas; (2) Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA materi Konduktor Dan Isolator Panas pada siswa kelas VI semester I SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan metode Eksperimen. METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksa-nakan di SDN 2 Watulimo Kecamatan Watu-limo Kabupaten Trenggalek pada siswa Kelas VI Semester I bidang studi IPA materi Konduktor Dan Isolator Panas tahun 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Peneliti disini merupakan guru kelas VI di SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek berkolaborasi dengan guru kelas IV. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai bulan Novem-ber 2013.

Prosedur penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan bertanya siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil observasi awal siswa dan guru, maka refleksi awal diperlukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan bertanya siswa di dalam kelas. Dengan ber-patokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur: (1) Perencanaan (Planning); (2) Pelaksanaan (Action); (3) Pengamatan (Observasi); (4) Refleksi (Reflection).

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu: (1) Lembar Observasi; (2) Lembar

Tes; (3) Dokumentasi Siswa; (4) Lembar Angket; (5) Daftar Nilai.

Pendekatan penelitian yang diguna-kan dalam Penelitian Tindadiguna-kan kelas ini yaitu penelitian kualitatif, maka data yang ter-kumpul dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif.

Untuk nilai ulangan harian, nilai yang telah diperoleh dikonsultasikan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang berlaku pada pembelajaran tersebut dan untuk bidang studi IPA nilai KKM sebesar 70. Sedangkan hasil belajar yang menunjuk-kan kemampuan siswa dianalisis berdasarmenunjuk-kan kriteria ketuntasan belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN Refleksi Awal

Peneliti bersama mitra guru menga-dakan pengamatan dikelas VI tentang renda-hnya nilai mata pelajaran IPA dan faktor-faktor penyebabnya. Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI terutama pada mata pelajar IPA. Hal ini disebabkan pada siswa kelas VI saat proses pembelajaran minat belajar masih kurang dan cenderung pasif, dalam hal ini guru kurang memperhatikan metode pembelajaran yang sedang diterapkan sehingga perlu diadakan penelitian untuk memperoleh metode baru yang sesuai dengan siswa kelas VI.

Siklus Pertama

Planning (Perencanaan)

Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I ini membahas materi Konduktor Dan Isolator Panas dengan rencana kegiatan sebagai berikut: (a) Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran, yaitu Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang meliputi: definisi pokok bahasan,

(5)

penjabaran pokok bahasan, penerapan pokok bahasan pada kelas atau kehidupan sehari-hari dan yang memuat soal-soal; (b) Guru mempersiapkan instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru dan siswa, lembar angket minat siswa dan catatan lapangan; (c) Guru media pembelajaran untuk melakukan eksperimen; (d) Guru membuat perangkat sistem penilaian.

Action (Pelaksanaan)

Setelah tahap perencanaan selesai dilakukan tahap selanjutnya yaitu melaksa-nakan tindakan sesuai dengan perencanan. Siklus I ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 30 Oktober 2013. Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Pada kegiatan awal guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai benda-benda konduktor dan isolator dalam kehidupan sehari-hari; (b) Setelah melakukan Tanya jawab guru mem-berikan penjelasan tentang benda-benda yang tergolong konduktor dan isolator; (c) Guru membagi siswa kedalam beberapa ke-lompok. Dan meminta setiap kelompok sis-wa untuk mengeluarkan alat dan bahan yang telah dibawa. Guru menjelaskan prosedur kerja percobaan; (d) Guru meminta siswa melakukan percobaan seperti yang telah dijelaskan; (e) Guru meminta siswa menja-wab pertanyaan yang berkaitan dengan hasil percobaan; (f) Guru meminta siswa membuat laporan tertulis dan dibacakan di depan kelas; (g) Guru meminta siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan hasil per-cobaan yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya; (h) Guru membimbing siswa

siswa. Dan membimbing siswa untuk mem-buat rangkuman.

Observasi (Pengamatan)

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti berperan sebagai guru kelas VI dan menyampaikan materi pembelajaran, se-dangkan mitar guru sebagai pengamat/ obser-ver, yaitu mengamati proses pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas VI. Dari hasil observasi tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: (a) Guru selalu memanajemen kelas, membimbing siswa dalam melakukan eksperimen dan dalam menarik kesimpulan, dan melakukan penilaian berkelanjutan. Dari hasil ini diperoleh persentase aktivitas guru sebesar 67,86%; (b) Siswa mempersiapkan alat-alat yang diperlukan saat eksperimen dan melakukan eksperimen sesuai dengan petunjuk guru, membuat laporan hasil praktikum dan mempresentasikannya di depan kelas, dapat menyelesaikan tugas tepat waktu, dan menjaga kebersihan tempat prak-tikum. Dari hasil ini diperoleh persentase aktivitas siswa sebesar 68,75%; (c) Hasil Tes Akhir pembelajaran IPA dengan menggunakan metode percobaan/eksperimen pada materi konduktor dan isolator panas mengalami peningkatan yang cukup berarti dalam prestasi belajar, nilai rata-rata yang diperoleh ialah: sebelum siklus 62,86 (Rendah) sedangkan pada siklus I meningkat menjadi: 71,43 dengan ketuntasan belajar 76,19% atau sebanyak 16 siswa sedangkan yang belum tuntas 5 siswa dengan persentase 23,81%.

Refleksi

(6)

membe-135

sesuai dengan rencana walaupun belum sempurna; (2) Siswa masih banyak yang belum memahami jalannya metode eksperimen; (3) Suasana kelas masih gaduh belum mengarah pada suasana yang hidup dalam proses belajar mengajar; (4) Siswa masih sedikit yang bertanya, sehingga guru banyak memberikan penjelasan

Siklus Kedua

Planning (Perencanaan)

Pada siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus satu, dengan materi yang sama yaitu tentang Konduktor Dan Isolator Panas. Selain itu berdasarkan pada temuan siklus I, maka langkah perencanaannya perlu tambahan yang meliputi: (a) Penggunaan bahasa yang komunikatif saat proses proses belajar ber-langsung; (b) Mengurangi dominasi guru; (c) Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi.

Action (Pelaksanaan)

Setelah tahap perencanaan selesai dilakukan tahap selanjutnya yaitu melaksa-nakan tindakan sesuai dengan perencanan. Siklus II ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 November 2013. Adapun lang-kah-langkah pembelajaran pada siklus II ada-lah sebagai berikut: (a) Pada kegiatan awal guru meminta siswa untuk memperhatikan gambar benda-benda perlengkapan memasak. Dan bertanya kepada siswa benda-benda tersebut terbuat dari apa, logam atau nonlogam; (b) Setelah melakukan tanya jawab guru mengingatkan kembali tentang konduktor dan isolator pada pertemuan sebe-lumnya; (c) Guru memberikan penjelasan tentang manfaat benda-benda yang tergolong konduktor dan isolator; (d) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Dan

meminta setiap kelompok siswa untuk mengeluarkan alat dan bahan yang telah di-bawa. Guru menjelaskan prosedur kerja per-cobaan; (e) Guru meminta siswa melakukan percobaan seperti yang telah dijelaskan; (f) Guru meminta siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan hasil percobaan; (g) Guru meminta siswa membuat laporan ter-tulis dan dibacakan di depan kelas; (h) Guru meminta siswa menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan hasil percobaan yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya; (i) Guru membimbing siswa membuat kesimpu-lan berdasarkan hasil percobaan; (j) Pada akhir pembelajaran guru memberikan peng-hargaan atas hasil kerja siswa. Dan mem-bimbing siswa untuk membuat rangkuman. Observasi (Pengamatan)

Hasil Observasi selama proses pem-belajaran pada siklus II adalah dapat dike-tahui bahwa siswa yang tuntas belajar men-capai 21 siswa atau sebesar 100,00% dengan rata-rata nilai hasil belajar sebesar 83,33, hal ini sudah memenuhi standar ketuntasan klasikal. Sehingga dalam siklus II secara klasikal siswa telah mencapai tuntas belajar. Refleksi

Dalam refleksi ini observasi member-ikan data tentang pelaksanaan pembelajaran. Data yang tersedia kemudian dianalisis: (a) Proses belajar mengajar sudah berjalan sesuai dengan rencana dan berjalan dengan sempurna; (b) Siswa sudah dapat memahami konsep IPA dengan mudah dengan diterapkannya metode eksperimen; (c) Sua-sana kelas menjadi suaSua-sana lebih hidup; (d) Siswa sudah mulai berminat dan sudah ter-biasa bertanya kepada guru.

(7)

Aktivitas pembelajaran baik itu akti-vitas guru maupun aktiakti-vitas siswa setelah peneliti memberikan perbaikan dalam me-nyampaikan pembelajaran IPA materi kon-duktor dan isolator panas menggunakan metode Eksperimen menunjukkan perkem-bangan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase aktivitas guru pada si-klus I sebesar 67,86% meningkat menjadi 82,14% pada siklus II. Artinya setiap tindakan perbaikan pembelajaran yang dilak-sanakan oleh guru mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran guru dalam menerap-kan metode yang digunamenerap-kan yaitu metode Eksperimen.

Untuk aktivitas siswa setelah guru mene-rapkan metode Eksperimen dalam pembela-jaran IPA pada materi konduktor dan isolator

panas ternyata mampu meningkatkan kualitas aktivitas pembelajaran siswa di ke-las. Hal ini dapat dilihat dari perolehan per-sentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 68,75% meningkat menjadi 87,50% pada siklus II. Artinya siswa mampu menerima dan melaksanakan tindakan perbaikan pem-belajaran yang diberikan oleh guru.

Pada hasil nilai sebelum siklus diper-oleh nilai rata-rata: 62,86 dengan ketuntasan belajar 52,38%, pada siklus pertama nilai rata-rata meningkat menjadi: 71,43 dengan ketuntasan belajar 76,19%, dan pada siklus kedua nilai rata-rata meningkat menjadi: 83,33 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 100,00%, untuk dapat lebih jelasnya penulis telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada Gambar 2.

Gambar 1 Peningkatan Hasil Belajar dan Ketuntasan Siswa

68.75 87.50 67.86 82.14 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 Siklus I Siklus II Aktivitas Siswa Aktivitas Guru 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 62.86 71.43 83.33 52.38 76.19 100.00 NILAI RATA-RATA KETUNTASAN

(8)

137

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan diterapkannya proses pembelajaran dengan metode Eksperimen maka prestasi belajar IPA materi Konduktor Dan Isolator Panas pada siswa kelas VI SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014 semester I dapat meningkat secara signifikan. Hal ini didukung dengan peningkatan nilai rata-rata pada setiap siklusnya, mulai dari sebelum siklus nilai rata-rata siswa 62,86 dengan ketuntasan belajar 52,38%, pada siklus pertama nilai rata-rata meningkat menjadi: 71,43 dengan

ketuntasan belajar 76,19%, dan pada siklus kedua nilai rata-rata meningkat menjadi: 83,33 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 100,00%.

Saran

Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan dan sesuai dengan pelajaran, memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS yang melibatkan kegiatan metode Eksperi-men, serta memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan model pembelajaran meto-de Eksperimen.

DAFTAR RUJUKAN

Abror, Abd. Rachman. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Irawan, Prasetya dkk. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: STIA – LAN.

Mulyasa. 2010. Praktik penelitian tindakan kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurkancana, W. dan Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sardiman. 1995. Variasi Motivasi. Jakarta: Gramedia.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar interaksi belajar mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Sukardi. 2008. Metodologi penelitian pendidikan, kompetensi dan praktiknya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sumantri, Mulyani, & Johar Permana. 1999.

Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Suryabrata, Sumadi. 1983. Proses Belajar

Mengajar Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Winataputra. 1992. Strategi belajar mengajar IPA. Jakarta: Depdikbud.

Winkel. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Gambar

Gambar 1 Peningkatan Hasil Belajar dan Ketuntasan Siswa 68.7587.5067.8682.140.0020.0040.0060.0080.00100.00Siklus ISiklus II Aktivitas SiswaAktivitas Guru 20.0040.0060.0080.00100.00 62.86 71.43 83.3352.3876.19 100.00 NILAI RATA-RATAKETUNTASAN

Referensi

Dokumen terkait

Diase merupakan kelas enzim yang dapat mengkatalisis reaksi pemutusan ikatan kimia dari suatu molekul. #elas ini memiliki beberapa subkelas dari 1' dan subkelas )),

Dari hasil analisis pe- nanganan simpang dengan penerapan lampu lalu lintas bersinyal metode MKJI 1997 diatas menunjukan bahwa Simpang Tugu Baron Surakarta Berdasarkan nilai

Penundaan di jalur tidak kritis tidak akan menunda waktu penyelesaian proyek, sejauh penundaan tidak melebihi waktu slack untuk setiap aktivitas tidak kritis. Penentuan jalur

Ketika sebuah alat ukur yang bersifat dualistik akan tetapi sifat tersebut tidak dilibatkan dalam model yang diuji, maka indeks kecocokan model yang dihasilkan

c. Memberi pelatihan pembuatan kerajinan tangan berbahan stik cream berupa vas bunga pada anak- anak dan remaja di Dusun Bantal Watu 2, Sumberwungu,

Tuti Hayati, 2013 : 71) mengemukakan bahwa observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis terhadap

Kesalahan sintaksis bahasa Prancis yang terdapat dalam hasil karangan mahasiswa meliputi kesalahan pada pembentukan frasa nomina, frasa verba, frasa depan, penggunaan dan pola

Dalam analisis dilakukan perhitungan distribusi energi termal nuklir untuk dikonversi menjadi kukus untuk process steam berbagai proses yang beroperasi pada temperatur di