• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaksanana undang-undang tersebut. Peraturan Pemerintah yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaksanana undang-undang tersebut. Peraturan Pemerintah yang"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai pelaksanaan dari Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikeluarkan Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanana undang-undang tersebut. Peraturan Pemerintah yang telah dikeluarkan dan harus segera dilaksanakan penyesuaian-penyesuaian aturan dibawahnya adalah Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan mengatur tentang stndar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, stadar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Dalam aturan tersebut ditetapkan pula kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan/akademik.

Pada dasarnya gerak dan langkah pendidikan Indonesia tidak dapat diabaikan dari kebijakan utama dalah menetapkan program prioritas di bidang pendidikan, diantaranya pemutusan wajib belajar dasar sembilan tahun, peningkatan mutu pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan, pendidikan dan penguasaan ilmu pendidilan dan teknologi, dan peningkatan kinerja tenaga pendidikan atau keterkaitan dan kesepadaan (link and match)

(2)

Dengan kesunguhan upaya pemerintah dan partisipasi aktif seluruh masyarakat pembangunan pendidikan nasional telah mencapai peningkatan pertumbuhan dan perkembangan secara kuantitatif dan kualitatif yang cukup berarti. Hal ini di indikasikan dengan menurunya angka buta huruf, meningkatnya angka partisipasi kasa/ dan murni di semua jenjang dan jenis, serta jumlah lulusan di semua jenjang keberhasilan ini memberikan sumbangan yang cukup berarti.

Kenyataan yang lain Indonesia juga dihadapkan kepada tantangan global. Era global menuntut sumber daya manusia yang handal dengan memiliki keungulan kompetitif, paling tidak memiliki keunggulan di bidang akademik dan keterampilan teknis.

Persoalan pendidikan pada hakikatnya bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab birokrasi, melainkan tanggung jawab banyak unsur, terutama pihak-pihak yang berkepentingan di dalam proses pendidikan di sekolah tersebut. Dengan demikian debirokrasi pendidikan perlu dilakukan terutama dalam rangka melibatkan semua urusan yang berkepentingan dengan peningkatan mutu pendidikan Kesadaran ini berkonsekuensi logis bagi terciptanya keikutsertaan pihak non pemerintah yang secara moral dan sosial bertanggung jawab akan kelangsungan proses pendidikan bagi anak bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pemberdayaan peserta didik sehingga peserta didik dituntut menjadi manusia-manusia yang makin cerdas.

Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.

(3)

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang

Pembelajaran berbasis mencari informasi merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Siswa diberi kesempatan dan kebebasan untuk mencari informasi sebagai sumber belajar. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, jadi siswa lebih proaktif untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil

Dalam hal ini, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi, tetapi justru siswa yang aktif mencari informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.

(4)

Di samping itu, guru juga dapat mengembangkan kemandirian dan kemampuan siswa dalam melakukan apresiasi pada informasi yang diperolehnya. Apresiasi merupakan suatu bentuk untuk memperoleh, menghayati, menilai, dan menghargai terhadap sesuatu hal, terutama yang terkait dengan pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan mampu memberikan respon balik terhadap materi pembelajaran secara aktif, tidak harus menunggu informasi dari guru.

Dari uraian tersebut, peneliti mengangkat judul penelitian ini, tentang ”Model Pembelajaran Berbasis Mencari Informasi dalam Peningkatan Kemndirian Kemampuan Berapresiasi di SMA Negeri 1 Jogonalan Jogonalan”

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Pembelajaran berbasis informasi belum dikembangkan pada sekolah secara konvensional. Mengingat, tiap-tiap sekolah belum memenuhi syarat untuk itu, terutama terkait dengan fasilitas pembelajaran yang sampai saat ini belum merata.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan dua rumusan permasalahan penelitian.kedua rumusan masalah penelitian disampaikan di bawah.

1. Bagaimana model implementasi pembelajaran berbasis mencari informasi yang mengarah pada peningkatan kemandirian kemampuan berapresiasi di SMA Negeri 1 Jogonalan?

(5)

2. Bagaimana kondisi pengalaman pola hidup dan prestasi akademik siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dari pelaksanaan pembelajaran berbasis mencari informasi di SMA Negeri 1 Jogonalan?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan pengembangan pembelajaran berbasis mencari informasi.

2. Tujuan Khusus

a. Model implementasi pembelajaran berbasis mencari informasi yang mengarah pada peningkatan kemandirian kemampuan berapresiasi di SMA Negeri 1 Jogonalan

b. Kondisi pengalaman pola hidup dan prestasi akademik siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dari pelaksanaan pembelajaran berbasis mencari informasi di SMA Negeri 1 Jogonalan

D. Manfaat

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat, antara lain : 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan informasi tentang model pembelajaran berbasis mencari informasi dalam peningkatan kemandirian kemampuan berapresiasi di SMA Negeri 1 Jogonalan

(6)

b. Dapat diperguanakan sebagai bahan penelitian berikutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat dipergunakan sebagai bahan kajian tentang model pembelajaran berbasis mencari informasi dalam peningkatan kemndirian kemampuan berapresiasi.

b. Dapat diperguanakan sebagai bahan implementasi pembelajaran tentang model pembelajaran berbasis mencari informasi dalam peningkatan kemndirian kemampuan berapresiasi.

(7)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

Maka pelajaran bahasa dan sastra Indonesia diberikan kepada siswa pendidikan untuk membekali siswa dan merefleksi berbagai bahasa Indonesia. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memilki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.Guna mengantisipasi dan agar kelak dapat ikut bermain dalam era globalisasi, maka perlu pembentukan pola hidup siswa.

Pembentukan pola hidup siswa merupakan nilai kependidikan atas yang sangat mendasar. Dikatakan sangat mendasar, karena sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Keberhasilan seseorang dalam kehidupan banyak bergantung pada kemantapan nilai itu dalam dirinya. Karena itu, nilai pembentukan pola hidup siswa perlu ditumbuhkembangkan melalui tatanan kehidupan di sekolah menengah atas. Tatanan kehidupan di sekolah menengah atas secara formal yang paling dominant adalah perpelajaranan .Sehingga praktik perpelajaranan di sekolah menengah atas idealnya dapat meningkatkan pembentukan pola hidup siswa. Akan tetapi, sinyalemen bahwa sebagian praktik perpelajaranan di sekolah menengah atas belum secara serius

(8)

dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang sahih untuk memberikan peluang siswa belajar cerdas, kritis,kreatif, dan memecahkan masalah. Sebagian besar praktik praktik perpelajaranan di sekolah menengah atas masih menggunakan cara-cara lama yang dikembangkan dengan menggunakan, atau berdasarkan pengalaman singkat.

Perpelajaranan ”Bahasa Indonesia” yang diupayakan guru mata pelajaran bahasa Indonesia belum menunjukkan sebagai suatu proses pembentukan pola hidup siswa.Proses perpelajaranannya masih sebatas sebagai proses transfer of knowledge .bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan guru dari pada kebutuhan siswa. Hal ini didukung hasil pengamatan awal yaitu adanya kecenderungan guru dalam memilih dan menggunakan metode mengajar bersifat spekulatif, yang beraakibat kegiatan perpelajaranan berkurang menarik, tidak menantang, dan sulit mencapai target.

Persoalan di atas sangat sulit dipecahkan dengan segera, membiarkan persoalan tersebut berlarut-larut tanpa ada penyelesaikan merupakan tindakan tidak bijaksana. Oleh karena itu untuk mengatasi persoalan tersebut, salah satu cara bisa dilakukan adalah mengkaji secara mendalam persoalan tersebut berdasarkan rujukan filosofis atau teori yang valid dan penelitian. Sehingga di sekolah menengah atas pada umumnya dan khususnya di SMA Negeri 1 Jogonalan Jogonalan Kabupaten Klaten diharapkan ada pemabaharuan pembelajaran dengan model yang inovatif.

(9)

Bertolak dari pemikiran diatas, penelitian memberikan alternatif pengembangan model pembelajaran berbasis mencari informasi. Model pembelajaran berbasis mencari informasi diyakini dapat memberi peluang mahsiswa untuk terlibat dalam diskusi, berpikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri (Zaini,dkk;2005:51).

Hakekatnya model pembelajaran berbasis mencari informasi disamping memperoleh pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh pengalaman atau terlihat secara mental.Meskipun model pembelajaran berbasis mencari informasi mengutamakan peran aktif siswa, buka berarti guru tidak berpartisipasi, sebab dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai perancang, fasilitator, dan pembimbing proses pembelajaran.

Secara umum, penelitian dan pengembangan ini bertujuan menghasilkan suatu model pembelajaran bagi pembentukan pola hidup siswa dalam mata kulaih “Bahasa Indonesia “di sekolah menengah atas.secara khusus, tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian dan pengembangan ini – yaitu (1) Menghasilkan suatau model pembelajaran yang cocok bagi pembentukan pola hidup siswa dalam mata kulaih “Bahasa Indonesia “ dilihat dari kesesuaian desainnya dengan kaidah-kaidah pembelajaran dan keterlaksanaan atau kelayakan implementasinya oleh guru dengan sarana pendukung yang tersedia dan (2) mengetahui dampak dari penerapan model pembelajaran berbasis mencari informasi informasi dalam mata kulaih “Bahasa Indonesia

(10)

“dilihat dari pemahaman pola hidup dengan indicator (a)menunjukkan kesadaran sendiri,(b) mendemontrasikan kerja mandiri, (c) menggunakan pendekatan yang obyektif dalam memecahkan masalah,(d) memelihara kebiasaan hidup sehat, dan (e) menerapkan pola kerja dalam kegiatan kelompok..

Tataran teoritis, hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan bermanfaat mengembangkan prinsip-prinsip mengenai penerapan model pembelajaran berbasis informasi dalam mata kulaih “Bahasa Indonesia “ , terutama berkaitan dengan pembentukan pola hidup mahsiswa. Hal ini semakin Urgen bagi keperluan kajian teoritis manakala dikaitkan dengan masih minimnya bahan referensi yang membahas tentang penerapan model pembelajaran bagi pebentukan pola hidup dalam implementasi pengajaran bahasa Indonesia.

Secara praktis, studi ini dapat dimanfaatkan lembaga pendidika LPTK/sekolah maupun guru/Guru.Lembaga pendidikan LPTK/ Sekolah dapat memanfaatkan hasil studi ini untuk pengembangan kompetensi para calon guru / para guru di bidang pembelajaran. Kompetensi dalam bidang pembelajaran merupakan kebutuhan yang mendesak, karena pembelajaran bermutu merupakan jantungnya pendidikan secara umum. Para guru/guru dapat memanfaatkan model produk studi ini untuk penyelenggaraan layanan pembelajaran bagi pembentukkan pola hidup siswa / siswa. Dan desain modelnya dapat diaplikasikan untuk pengembangan desain model pembelajaran mata pelajaran lebih lanjut.

(11)

2. Apresiasi Ssatra Indonesia a. Pengertian Apresiasi Ssatra

Setiap individu pada dasarnya memiliki bakat alam bakat itu dapat berkembang jika proses kreatif diasah dan senantiasa ditempa dengan baik. Ibarat mata pisau yang akan menjadi lebih tajam jika selalu dipakai dan diasah.Artinya seseorang akan berkembang dengan bakat alam yang dimilikinya, jika ia tidak hanya menggunakan filosofi sebagai gudang semata, tempat penampungan ilmu pengetahuan .Tetapi secara sadar dan vital yang mendasari sebagai pabrik proses pencerahan penting sekalijika keduanya berjalan senergi, niscaya bakat alam dan intelektualisme menjadi bagian yang tidak terpisahkan .Begitu pula proses apresiasi sastra itu istilah penyair Subagio Sastrawardoyo memadukan unsur keterpaduan kesengajaan keinginan untuk memahami makna diri.

Aminudin menyatakan pada hakekatnya pembelajaran Apresiasi Ssatra Indonesia adalah memperkenalkan kepada siswa nilai-nilaia yang dikandung karya sastra dan mengajak siswa ikut menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan.

Supriyadi menyatakan bahwa apresiasi adalah kegairahan atau empati kita untuk mengenal nilai merasakan kenikmatan kenikmatan itu timbul karena merasa berhasil dalam menerima pengalaman orang lain serta kekaguman akan kemampuan sastrawan dalam mengarahkan segala alat yang ada pada medium seninya sehingga berhasil

(12)

memperjelas, memadukan dan memberikan makna terhadap pengalaman yang diolahnya.

Maman S Mahayana menyarankan . Apresiasi Ssatra Indonesia di sekolah bertujuan agar siswa menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatakan pengetahuan dan kemampuan bahasa.

Budi Darma, Apresiasi Ssatra meskipun mempunyai objek yang sama dengan kritik sastra berusaha untuk menerima karya sastra sesabagi sesuatu yang layak diterima, didalamnya berusaha untuk menerima nilai-nilai sastra sebagai suatu objek dan itu benar.

b. Sastra

Karya sastra ditinjau dari ragamnya, ada karya sastra fiksi dan nonfiksi. Karya sastra fiksi misalnya puisi, hikayat, fabel, mite, cerita pendek, novel, dan sebagainya. Adapun karya sastra nonfiksi misalnya esai, biografi, autobiografi, dan sebagainya.

Dengan demikian, karya sastra khususnya novel mengandung unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik.

Dalam hubungannya dengan pengajaran sastra di SMU, ditegaskan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan Kurikulum SMA 2004 terdapat pokok bahasan pengantar teori kesusastraan, apresiasi sastra, dan mengarang cerita rekaan. Khusus dalam hubungannya dengan apresiasi sastra merupakan suatu kajian karya sastra yang berupa tanggapan atau penilaian dan penghargaan

(13)

pada karya sastra. Apresiasi mengandung arti tanggapan atau pemahaman yang sensitif terhadap sesuatu. Dengan demikian, apresiasi sastra dapat diartikan sebagai upaya untuk mempelajari, memahami, menanggapi, menghayati, dan menilai suatu karya sastra secara kognitif. Sensitif di sini mengacu pada aspek afektif, yaitu kemampuan kepekaan seseorang dalam menanggapi dan mengapresiasi suatu karya sastra, terutama mengenai unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.

Mengajarkan sebuah karya sastra tidak sama dengan mengajarkan mata pelajaran yang lain pada umumnya, misalnya Biologi, Fisika, Matematika, dan sebagainya, yang sering hanya memindahkan suatu ilmu kepada siswa. Dalam pengajaran karya sastra, seseorang guru sastra harus memiliki pengetahuan yang luas di bidang sastra dan yang paling penting suka mengapresiasi karya sastra, sehingga dalam mengajar tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan sebatas yang ada dalam buku pegangan, namun juga dapat mendorong dan mengaktifkan siswa untuk berkreasi serta membantu siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya melalui media karya sastra.

Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa yaitu pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia. Ada batasan lain yang menyatakan bahwa sastra adalah inspirasi kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk keindahan.

(14)

Teeuw (1978 : 3) dalam Pengantar Teori Sastra, mendefinisikan sebagai berikut

“Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta; akar kata sas-, dalam kata kerja turunan berarti `mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi`. Akhiran -tra biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka dari itu, sas-tra dapat berarti alat untuk memberi mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengarajaran” .

Lebih lanjut, Sumardjo dan Saini (1978 : 3), dalam Apresiasi Kesusastraan, memberikan batasan : sastra adalah ungkapan pengalaman pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

Adapun Satoto (1986 : 24 ) dalam Metode Penelitian Sastra, menegaskan bahwa

“Karya sastra adalah karya fiksi, sedangkan karya fiksi adalah karya imajinasi. Apa yang tersirat di dalam karya sastra jenis fiksi ini mungkin bersumber pada pengalaman batin atau realita pengarang, baik langsung maupun tidak langsung, setelah diolah berdasarkan teknik atau daya imajinasi pengarang”.

Dari batasan-batasan tersebut, terdapat beberapa unsur yaitu : Unsur pertama adalah isi sastra yang merupakan pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat, keyakinan, kepercayaan, dan lain-lain.

(15)

Unsur kedua adalah ekspresi yaitu upaya untuk mengeluarkan sesuatu dari dalam diri manusia.

Unsur ketiga adalah bentuk. Tanpa adanya bentuk, unsur isi yang diekspresikan itu tidak dapat diketahui oleh orang lain.

Unsur keempat adalah bahasa. Bahasa merupakan bahan utama untuk mewujudkan unsur pribadi dalam suatu bentuk yang indah.

Dengan unsur-unsur tadi kiranya dapat dibuat batasan sastra dalam arti yang luas, yang tidak menunjuk kepada nilai atau norma yang menjadi syarat sesuatu karya disebut karya yang baik dan bermutu. Jadi sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

c. Kegiatan Berapresiasi Ssatra

Pada hakekatnya pengajaran sastra adalah menciptakan situasi siswa membaca dan merespon karya sastra serta membicarakan pula bersama=sama . maka kegiatan bersastra meliputi :

1) Mendengarkan, memahami, dan mengapresiasikan ragam karya sastra (puisi, prosa, drama) baik dalam karya asli, saduran maupun terjemahan.

2) Membahas, mendiskusikan ragam karya sastra sesuai dengan isi atau konteks lingkungan dan budaya.

(16)

3) Membaca dan memahami berbagai jenis dan ragam karya sastra mampu melakukan apresiasi secara tepat.

4) Mengekpresikan karya sastra yang diminati dalam karya tulis yang kreatif serta dapat menulis bentuk krtik, esai sastra berdasarkan ragam yang dibaca.

d. Tujuan Pembelajaran Apresiasi Ssatra

Berpegang pada pandangan bahwa kegiatan berapresiasi merupakan proses yang terencana , maka untuk melaksanakan pembelajaran tersebut mmerlukan keterlibatan siswa dalam proses pemerolehan kebermaknaan.Ada beberapa tujuan yang menjadi dasar Pembelajaran Apresiasi Ssatra.

1) Mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai inderawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan dan nilai sosial seperti yang tersirat dalam karya sastra.

2) Menciptakan situasi siswa membaca dan merespon karya sastra serta membicarakan secara bersama-sama (secara diskusi, dilogis, komunikatif)

3) Agar siswa menikmati dan membangun seseorang sehingga menjadi manusia berbudaya.

4) Menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia / siswa memperoleh pengetahuan tentang sastar dan teorinya (nama buku, pengarang, judul dari berbagai angkatan sastra.)

(17)

d. Upaya peningkatan Apresiasi Ssatra

Dalam Pembelajaran bahasa dan Ssatra pada khusunya siswa bukan hanya dituntut untuk memahami teori-teori sastra saja, tetapi siswa lebih dituntut untuk memiliki kemampuan mengapresias9ikan karya sastra wahana yang menampung kefgiatan tersebut meliputi : 1) Pengadaan buku-buku sastra yang cukup. Kehadiran buku-buku

sastra mutlak wajib dipenuhi , agar siswa memiliki kesempatan untuk berakrab dengan karya sastra. Mustahil Pembelajaran Apresiasi SsatraIndonesia akan berhasil sesuai dengan harapan jika siswa tidak berhadapan langsung dengan hasil-hasil karya yang tertuang pada buku tersebut dengan harapan jika siswa tidak berhadapan langsung dengan hasil-hasil karya tertuang pada buku tersebut.

2) Mewajibkan siswa membaca buku-buku sastra dan sekaligus melakukan dialog budaya (berdiskusi, verdeklamasi, bermain peran, meresensi dan lain-lain) dan mengembang kegiatan seni yang lain.

3) Memberiokan alokasi yang cukup, serta pengajaran tidak dipadukan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi diusahakan sebagai mata ajar tersendiri.

4) Mengadakan berbagai (pentas seni) sebagai wahana siswa mengekpresikan (pengembangan kreatif dan Apresiaif)Dialog sastra, Bedah buku dan kegiatan sastra yang lain.

(18)

5) Pembekalan ”sastra” untuk guru-guru / Penggalnagan kedaran akan pentingnya kegiatan sastra agar secara konstruktif selalu di bangun oleh guru-guru bahasa.

3. Konsep Pengembangan dan Tujuan Teoritik a. Konsep Pengembangan

mencari informasi sebagai metode pembelajaran diwali oleh isu/ masalah yang memerlukan suatu pemecahan .Secara berkelompok siswa mencari informasi, kemudian mereka menyimpulkan informasi yang tersedia untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini adalah diskusi kelompok kecil, curah pendapat, dan pemecahan masalah. Model pembelajaran berbasis mencari informasi ini dapat diupakai guru / guru untuk menghidupkan materi perpelajaranan yang dianggap kurang menarik oleh siswa / siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran berbasis mencari informaso dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa /siswa mewngikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia social (Mafune, 2005).

Model pembelajaran berbasis mencari informasi dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab mahasiswa /siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (Controling) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagai pengetahuan,

(19)

serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran (Surtikanti dan Sutama, 2007).

Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model ini, yaitu (1) untuk membentuk pola hidup siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menunju suatu kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung, kreativits, (2) komponen emosional lebih penting dari pada yang rasional,, dan (3) untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosional dan irasional.

Model pembelajaran berbasis mencari informasi yang dipakai dalam penelitian dan pengembangan ini adalah mengadopsi pendapat Zaini (2004:51). Tahapan pembelajarannya seperti disampaikan di di bawah. a. Langkah 1 : Input Substantif

Guru memperkenalkan prosedur informasi sebagai metode pembelajaran. Dalam langkah ini guru mengajukan berbagai tantangan yang merangsang setiap pada suatu kelas harus memecahkan problem dengan cara menyimpulkan informasi yang tersedia.Disini guru sekaligus mengarahkan kelas untuk pembeuatan kelompok dan mencari informasi dari buku, majalah, maupun internet.

b. Langkah 2 : Analogi Langsung

Guru mengajukan pengadaian perencanaan tentang bagaimana menyelesaikan permasalahan. Siswa secara individu

(20)

atau kelompok diminta mendeskripsikan tentang bagaimana melakukan investigasi problem.

c. Langkah 3:Analogi Personal

Guru memberikan tugas kepada setiap siswa untuk membuat pengandaian diri beserta alas an-alasannya, penyelesaian problem yang sedang diabahas.

d. Langkah 4 :Membandingkan Analogi

Pada tahap ini mahesiswa diminta mengidentifikasi dan menjelaskan butir-butir yang sama antara penyelesaian problem hasil kerja kelompok dengan individu.dalam membahas hasil pekerjaan siswa digunakan pendekatan curah pendapat.

e. Langkah 5 : Penyelesaian problem

Dalam penyelesaian problem. Guru mengarahkan anggota kelompok pada penyelesaian tugas yang besifat individu, kemudian disenteseskan sehingga akhir tugas akan terbentuk hasil kesimpulan investigasi yang siap disajikan di depan kelas.

f. Langkah 6 :Eksplorasi

Guru memberikan waktu secara bergantian untuk siap kelompok memaparkan hasil investigasi problem di depan kelas. Tugas kelompok lain ketika satu kelompok presentasi adalah melakukan evaluasi sajian kelompok. Siswa diminta menjelajah terhadap materi yang baru dibahas dengan menggunakan bahasanya sendiri, komentar maupun kritik tertulis dijadikan masukan balik.

(21)

g. Langkah 7 :Memunculkan balik

Pemunculan objek dari investigasi problem yang di bahas , dilakukan evaluasi dalam bentuk diskusi atau curah pendapat.Diskusi evaluasi dimulai mendiskusikan kekuarangan dalam internal kelopok, kemudian berlanjut pada diskusi evaluasi seluruh kelas.

Model pembelajaran berbasis mencari informasi yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini berupa pencarian informasi balik dari buku teks,majalah maupun internet. Langkah-langkah pencarian informasi sebagai metode pembelajaran dapat diilustraikan dalam gambar 1

gambar 1: Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Mencari Informasi

b. Tinjauan Teoritik

Pola hidup merupakan level teratas ranah afektif, mengaplikasikan sikap dan sifat yang memuat prinsip menghargai

Orientasi umum Mencari informasi Perencanaan mengatasi masalah Penyelesaian problem Umpan balik

Pembentukan kesadaran diri, kerja mandiri Pola hidup Objektif dalam pemecahan masalah Siswa Kebiasaan hidup sehat, kerja sama

(22)

diri sendiri, orang lain dan pekerjaan (Zaini , dkk;2002:91). Menghargai diri sendiri dimaksudkan memahami, mengelola dan memanfaatkan serta selalu berusaha meningkatkan kemampuannya. Menghargai orang lain dimaksudkan mosi, pikiran, sifat, san sikap orang lain teruitama yang menyangkut kehidupan, kemudian mengembangkan hubungan saling menguntungkan . Menghargai pekerjaan dimaksudkan merasa senang dan bangga akan pekerjaan serta melaksanakan tugas dengan sepenuh dan setulus hati (Tampubolon, 2001:152)

Indikatot dari pembentukan pola hidup, yaitu (1)menunjukkan kesadaran diri, (2) mendemontrasikan kerja mandiri, (3) menggunakan pendekatan objektif dalam pemecahan masalah, (4) memelihara kebiasaan hidup sehat, dan (5) menerapkan kerja sama dalam kegiatan kelompok (Zaini, dkk; 2002:91).

c. Model Pembelajaran Berbasis Mencari Informasi

Hakikat Model pembelajaran berbasis mencari informasi adalah proses sosiual yang dididalamnya siswa belajar melaui pengalaman fisik maupun secara mental (Zaini, dkk;2004:51) .Pengalaman fisik dalam arti melibatkan siswa dengan objek pembelajaran .Pengalaman mental dalam arti memperhatikan informasi awal yang telah ada pada diri siswa , dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyusun sendiri informasi yang diperolehnya.

(23)

Model pembelajaran berbasis mencari informasi memnugkinkan siswa leluasa dalam mengembangkan potensinya. Siswa dapat berlatoih memadukan konsep yang diperoleh dari penjelasan guru dengan penerapannya. Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas. siswa dapat membuat alternatif untuk mengatasi topik /objek yang dibahas. siswa dapat membuat keputusan berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya, dengan mempertimbangkan niali-nilai yang ada. siswa dapat merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah..

Model pembelajaran berbasis mencari informasi, memberikan keragaman sumber belajar dan memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih sumber belajar yang sesuai. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dalam pengembangan KTSP , yakni berpusat pada peserta didik sebagai pembangun pengetahuan.Artinya upaya untuk mendirikan siswa dalam belajar, berkolaborasi, membantu teman, mengadakan pengamatan, dan penilaian diri untuk suatu refleksi akan mendorong mereka membangun pengetahuannya sendiri.Semua ini baru akan diperoleh melalui pengalaman langsung secara efektif.

Penerapan Model pembelajaran berbasis mencari informasi mengacu panduan, yang disampaikan Zaini,dkk (2004).Penerapan model ini terdiri dari dua dimensi, yaitu penerapan model dalam dimensi desain mpdel pembelajaran yang dilakukan dalam persiapan pembelajaran dan penerapan model dalam dimensi implementasi model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran dikelas.Kedua

(24)

berkaitan karena antara desain dengan implementasi model merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Secara garis besar, ada duakegiatan dalam membuat desaian pembelajaran, Pertama, mengembangkan segenap aspek-aspek pembelajaran, berupa rancangan kegiatan pembelajaran yang memuat rumusan tujuan, uraian materi, prosedur peblejaran, dan teknik penilaian hasil pembelajaran .Kedua, menyiapkan seperangkat media dan sarana pendukung bagi pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas.

Implementasi model pembelajaran merupakan bentuk realisasi terhadap persiapan Pembelajaran yang telah dibuat guru. Dalam konteks pembelajaran yang mengimplementasikan Model mencari informasi terhadap tujuh langkah yang perlu dilakukan dalam merealisasikan desain model yang telah dibuat.

4. Metode Pengembangan dan Implementasi Model a. Metode Pengembangan Model

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Sukmadinata (2005:164) menyebutkan penelitian dan pengembangan suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggung-jawabkan. Langkah-langkah proses penelitian dan pengembagan menunjukan suatu siklus yang diawali dengan adanya kebutuhan,

(25)

permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu.

Pendekatan penelitian dan pengembangan dipandang tepat digunakan dalam penelitian ini, karena tujuan penelitian ini tidak sekedar menemukan profil implementasi model pembvelajaran . namun lebih dari itu yaitu mengembangkan model pembelajaran yang efektif adaptable sesuai kondisi dan kebutuhan nyata.

Subjek penelitian ini adalah guru pengampu dan siswa semester IV yang mengambil mata pelajaran bahasa Indonesia, di SMA Negeri 1 Jogonalan Jogonalan Klaten tahun pelajaran 2007/2008. penelitian ini bukan penelitian populasi, tetapi menggunakan sample.

Pengambilan sample dilakukan dengan (1) memilih secara acak pada saat survai awal sebanyak dua kelas dari empat kelas yang ada masing-masing kelas banyaknya siswa 45 orang, (2)menentukan satu kelas dari dua kelas menjadi subjek penelitian survai awal, sebagai lokasi uji coba terbatas, dan (3) membagi dua kelompok, kelas yang digunakan dalam survai awal yaitu kelas control (kelas yang tidak dijadikan uji coba model) dan kelas eksperimen (kelas yang dijadikan uji coba model) sebagai subjek pada tahap validasi.

Alat pengumpulan data yang dipakai, yaitu angket, observasi kelas, dan penilaian prestasi akademik. Angket dipakai untuk keperluan survai awal, yaitu untuk mengungkap pendapat guru dan siswa tentang pembentukan pola hidup. Panduan observasi kelas

(26)

dipakai untuk keperluan uji coba model maupun validasi model. Panduan observasi ini memuat aspek-aspek performasi guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model mencari informasi. Pedoman penilaian presatsi akademik dibuat dan dikembangkan peneliti berdasarkan indicator pemahaman materi dan sistematika tugas pada mata pelajaran bahasa Indonesia .Semua alat pengumpulan data ini sebelum digunakan divalidasi isi.

Teknik analisis data yang dipakai, yaitu teknik statistic deskriptif “Sebaran Frekuensi”analisis kualitatif, dan Uji t.sebaran frekuensi dipakai untuk menganalisis hasil survey awal, yaitu melihat kecenderungan guru dan siswa tentang pembentukan pola hidup .

Analisis kualitatif dipakai untuk menganalisis hasil pengamatan kelas pada uji coba model maupun validasi model. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan antara kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan guru /. Siswa (das sein) dengan kegiatan – kegiatan yang seharusnya dilakukan guru / Siswa (das solen) pada saat implementasi model. Uji t dipakai untuk menganalisis skor rata-rata prestasi akademik siswa..

b. Implementasi Model

Seperti telah disampaikan pada bagian tmodel pembelajaran berbasis portopolio terdapat tujuh langkah. Guna pengembangan model ini, dalam implementasi pembelajarandikelas ditempuh langkah-langkah sesuai pendapat Borg dan Gall (Sukmadinata, 2005:169) langkah-langkah tersebut disampaikan dibawah.

(27)

a. penelitian dan pengembangan data (Reaarchand information collecting); tahap ini melakukan pengukuran kebutuhan, studi literature survai awal.

b. Perencanaan (planning); Menyusun rencana penelitian, meliputi tujuan yang hendak dicapai , langkah-langkah penelitian , dan analisis data.

c. Pengebangan draf produk (develop preminary from of product); pada tahap ini melakukan , pengembangan bahan pembelajaran , proses pembelajaran dan instrument evaluasi.

d. Uji coba lapangan awal(preliminary field testing) Pada saat uji coba diadakan pengamatan kelas terhadap aktivitas guru dan siswa.

e. merevisi hasil uji coba awal (main product revision)

f. Uji coba lapanagan (main field testing) selama uji coba diadakan pengamatan dan pengukuran terhadap kemampuan kreativitas siswa.

g. Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operasional prodct revision);

h. Uji pelaksaanaan lapangan (operasional field testing) tahap ini biasa disebut uji validasi, dan pada pelaksanaannya diadakan pengamatan maupun pegukuran kemampuan kreativitas siswa i. Penyempurnaan model akhir didasarkan masukan dari data uji

(28)

j. Diseminasi and implemation) tahap akhir penelitioan dan pengembangan, melaporkan hasilnya dalam pertemuan professional dan penerbitan dalam jurnal pendidikan.

Implemantasi model dalam penelitian dan pengembangan mengacu desain model yang telah direncanakan. Implementasi model ini secara diagramatik diilustrasikan gambar 2

Gambar 2. Tahapan Implementasi Model

5. Indikator Kinerja

Secara umum kinerja penelitian dan pengembangan ini, diperolehnya prodiuk model. pembelajaran bagi peningkatan pemahaman konsep ini berupa desain dan implementasi model pembelajaran berbasis portropolio.Indikator kineerjannya dapat diamati / diukur dari aspek aktivitas guru dan siswa dalam unjuk kerja di kelas.,

Survai awal Perencanaan Pengembangan Darf Uji Coba Awal

Revisi Hasil Uji Coba Awal

Uji Coba Validasi

Revisi Hasil Uji Coba Lapangan Uji Coba Lapangan Revisi Produk Akhir Diseminasi Implementasi

(29)

serta prestasi akademik siswa. Prediksi perkembangan indikator kinerja penelitian dan pengembangan ini dapat diilustrasikan pada table 1.

Table 1. Prediksi Perkembangan Indikator Kinerja Penelitian

Penelitian

No Aspek

Awal Pertengahan Akhir

1 Aktivitas Guru Tidak tersedia data Sedang Baik 2 Aktivitas siswa Tidak tersedia data 0,55*) 0,60*) 3 Pola hidup siswa Tidak tersedia data 0,50*) 0,60*) 4 Prestasi akademik siswa 0,25**) 0,60**) 0,75**)

Keterangan:

*) Presentase banyaknya siswa dengan aktivitas baik **) Presentase banyaknya siswa dengan nilai ≥ 60.

6. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Pendidikan nasional dihadapkan pada berbagai kendala. Pemanfaatan teknologi informasi untuk pendidikan merupakan salah satu alteratif untuk mengatasi kendala tersebut dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Seiring perkembangan teknologi informasi di masyarakat, teknologi ini sudah waktunya dimanfaatkan dalam pendidikan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan model belajar berbasis teknologi informasi di masyarakat. Model ini dikelola oleh pihak-pihak terkait mulai dari pengembangan bahan ajar,

(30)

distribusi materi ajar, hingga penggunaan materi ajar. Disamping itu standariasasi perlu dilakukan dalam memberi jaminan mutu.

Teknologi informasi (information technology) mulai berkembang pesat di diawal tahun 1980-an. Pesatnya perkembangan teknologi ini didukung oleh pesatnya perkembangan prosesor (chip) yang berfungsi sebagai otak sebuah komputer pribadi (Personal Computer). Perkembangan teknologi hardware ini diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang software, meskipun perkembangannya jauh di belakang perkembangan hardware.

Pada mulanya, prosesor dan software dirancang untuk sebuah komputer pribadi yang berdiri sendiri (stand alone PC). Namun sejalan dengan perkembangannya, PC-PC tersebut akhirnya dapat diintegrasikan melalui suatu jaringan (network) secara fisik. Sehingga sekarang kita mengenal berbagai jenis jaringan yang mengintegrasikan beberapa buah PC. Contoh jaringan yang sering kita jumpai adalah Local Area Network (LAN), Wide Area Network (WAN), dan Internet.

Jaringan internet merupakan salah satu jenis jaringan yang popular dimanfaatkan, karena internet merupakan teknologi informasi yang mampu menghubungan komputer di seluruh dunia, sehingga memungkinkan informasi dari berbagai jenis dan bentuk informasi dapat dipakai secara bersama-sama. Saat ini telah banyak perusahaan swasta di Indonesia yang menyediakan jasa sambungan internet, misalnya IndoInternet, Radnet, D-Net, Idola, dan lain-lain. Perusahan lain seperti PT Pos Indonesia yang juga menjadi penyedia jasa sambungan ke internet (Wasantara-Net) yang membuka cabang di setiap kota, yang kemudian menjadi pengembangan Nusantara 21. Nusantara 21

(31)

adalah jalan raya lintasan informasi yang menghubungkan seluruh kawasan nusantara dengan bandwidth yang sangat besar, sehingga memungkinkan pertukaran informasi dalam berbagai bentuk (teks, grafis, suara dan video) dapat terjadi dengan cepat.

a. Beberapa Kendala dan Potensi Pengembangan

Pemanfaatan teknologi informasi, khususnya internet di kalangan institusi pendidikan pada berbagai jenjang dan jenis nampaknya masih belum merata, kecuali pada sekolah menengah atas umumnya telah akses dengan teknologi internet ini.

Pada jenjang dan jalur pendidikan lain di mana proses belajarnya relatif masih konvensional (tatap muka), yang sesungguhnya sudah tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan pendidikan untuk masyarakat yang semakin kompleks, memerlukan inovasi dan media yang mampu menangulanginya.

Keterbatasan ini dikarenakan oleh beberapa kendala, di antanya. Pertama, kendala dari pihak pemerintah yaitu terbatasnya dana untuk menambah lahan, gaji tenaga pengajar, serta terbatasnya sumber daya manusia yang akan menjadi pengajar pada institusi yang akan dibangun. Kedua, kendala dari pihak peserta belajar (masyarakat) itu sendiri yaitu, selain jauhnya jarak tempat tinggal dengan pusat sekolah, juga sebagian besar di antara mereka telah bekerja

Kehadiran teknologi informasi, merupakan solusi yang dapat mengatasi kendala yang dihadapi oleh dunia pendidikan sebagaiman tersebut di atas. Pernyataan tersebut cukup beralasan, karenal pertama,

(32)

hampir dapat dipastikan bahwa setiap kantor telah memiliki dan menggunakan komputer. Demikian juga pada setiap keluarga, terutama diperkotaan komputer sudah menjadi fasilitas biasa dan dapat dioperasikan oleh hampir semua anggota keluarga. Jumlah keluarga yang mempunyai komputer menunjukan peningkatan sebagai hasil kemajuan dari perkembangan ekonomi. Ini berarti bahwa jumlah masyarakat yang mempunyai akses terhadap komputer meningkat dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, program pendidikan berbasis komputer dapat dikembangkan untuk kelompok (masyarakat) ini.

Kedua, proses penyampain materi ajar yang akan ditransformasikan kepada peserta belajar dapat lebih efektif dan efisien, karena di Indonesia sudah banyaknya dibuat software pendidikan oleh para pakar komputer, walaupun tergolong pada fase “early stage” dan bersifat sporadis dan belum terkoordinir dengan baik. Saat ini suda banyak software pendidikan yang bermutu atas, namun biasanya software tersebut adalah buatan luar negeri sehingga muncul kendala baru yaitu masalah bahasa inggris. Beberapa contoh software pendidikan yang dikenal diantaranya: computer assisted instruction (CAI), yang umumnya software ini sangat baik untuk keperluan remedial. intelligent computer assited instructional (ICAL), dapat digunakan untuk material tau konsep. Computer assisted training (CAT), computer assisted design (CAD), computer assisted media (CAM), dan lain-lain.

Kedua alasan tersebut di atas sangat masuk akal , karena kalau dikaji dari konsep karateristik inovasi (Everett Rogers, 1981) baik dari

(33)

aspek keuntungan relatif (relative advantage), kesepadanan (compability), kompleksitas (complexity), kemungkinan dapat dicoba (triability), kemungkinan dapat diamati (obsevability), perubahan pendidikan dengan pendekatan teknologi informasi serta memperhatikan potensi-potensi yang ada dalam masyarakat sangat mungkin dilakukan.

b. Penerapan Teknologi Informasi dalam Pendidikan

Mengingat tofografi dan demografi penduduk Indonesia yang kurang menguntungkan, maka kita sudah saatnya memikirkan sistem pendidikan yang dapat dijangkau oleh penduduk paling terpencil dan paling minim sumber dayanya. Dilihat dari upaya penerapan teknologi tersebut, sungguh banyak potensi yang dapat dijadikan modal dasar penerapan informasi dalam pendidikan masyarakat.

Ada beberapa alasan yang dapat diangkat, bahwa teknologi informasi dapat diterapkan dalam pendidikan masyarakat, di antaranya: Pertama, karena alasan masyarakat sudah banyak yang memiliki komputer sendiri. maka memungkinkan dikembangkannya Paket belajar Personal-Interaktif. Paket ini dilakukan dengan cara memanfaatkan software pendidikan seperti; Computer Assisted Instructional (CAI) atau Computer-Based Training (CBT). Pada pemanfaatan jenis ini, informasi atau materi ajar dikemas dalam suatu software. Peserta belajar dapat belajar dengan cara menjalankan program komputer atau perangkat lunak tersebut di komputer secara mandiri dan di lokasi masing-masing. Melalui paket

(34)

program belajar ini peserta dapat melakukan simulasi atau juga umpan balik kepada peserta ajar tentang kemajuan belajarnya.

Kedua, karena alasan negara Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang tersebar dalam wilayah yang sangat luas, serta dihuni oleh lebih dari 200 juta pendiuduk dengan distribusi secara tidak homogen. Kondisi ini memang disadari kendala ketika akan diterapkan system pendidikan konvensional (tatap muka). Maka teknologi informasi yang mungkin diterapkan untuk kondisi tersebut adalah melalui jaringan internet. Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet ini yang salah satunya adalah system “dot.com educational system” (Kardiawarman, 2000). Paradigma ini dapat mengitegrasikan beberapa system seperti; (1) paradigma virtual teacher resources, yang dapat mengatasi terbatasnya jumlah guru yang berkualitas, sehingga siswa tidak haus secara intensif memerlukan dukungan guru, karena peranan guru maya (virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh system belajar tersebut. (2) virtual school system, yang dapat membuka peluang menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan atas yang tidak memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan paradigma ini daya tampung siswa tak terbatas. Siswa dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja, dimana saja, dan darimana saja. (3) paradigma cyber educational resources system, atau dot com leraning resources system. Merupakan pedukung kedua paradigma di atas, dalam membantu akses terhadap artikel atau jurnal elektronik yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet.Semua paradigma tersebut di atas dapat diintegrasikan kedalam suatu system pendidikan jarak jauh (distance

(35)

educational) dengan pemanfaatan teknologi internet. Salah satu bentuk pemanfatan teknologi internet pada pendidikan jarak jauh adalah pengajaran berbasis Web yang dikenal dengan istilah e-Learning. Melalui media ini proses belajar dapat dijalankan secara on line atau di-down-load. Untuk keperluan off line. Peserta didik dapat mengakses system kapan saja dibutuhkan dan sesering mungkin (time independence), tidak terbatas pada jam belajar dan tidak tergantung pada tempat (place independence). Fungsi lain yang dapat digunakan untuk proses belajar tersebut melalui e-mail atau grup diskusi, yang dapat berinteraksi dan mengirimkan naskah secara electronic. Pada sekolah menengah atas, pemanfaatan teknologi informasi telah dibangun dalam suatu system yang disebut e-University (electronic university). Pengembangan e-University ini bertujuan mendukung penyelenggaraan pendidikan sehingga dapat menyediakan layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya baik di dalam (internal) maupun diluar (eksternal) sekolah menengah atas tersebut.

Ketiga, karena alasan untuk kesamaan mutu dalam memperolah materi, dikembangkan paket belajar terdistribusi. Materi ajar dapat dikemas dalam bentuk Webpage, ataupun program belajar interaktif (CAI atau CBT). Materi belajar kemudian di tempatkan disebuah server yang tersambung ke internet sehingga dapat diambil oleh peserta ajar baik memakai Web-Browser ataupun File Transport

Melalui pemanfaatkan teknologi informasi (Komputer), seolah-olah materi ajar dapat diakses oleh siapa saja dan kapan saja. Akses terhadap materi ajar sebenarnya dapat diatur bila dikehendaki karena tersedia

(36)

fasilitas pengaman di mana hanya orang yang telah mendaftar saja yang bisa mengakses materi ajar tersebut.

Mengingat negara bertanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka negara perlu menyediakan materi ajar dengan mempekerjakan pakar yang mempunyai dedikasi atas untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Mahalanya biaya honor dan pembuatan materi ajar bukan masalah, karena dapat dijustifikasi, apabila materi ajar tersebut dapat dipakai oleh segenap anggota masyarakat di Indonesia. Ada dua materi ajar yang dapat dikembangkan: pertama, materi yang dapat dikembangkan adalah Materi untuk Tutor (pendamping warga belajar) paket A dan paket B, sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuannya seiring dengan perkembangan zaman. Kedua, materi ajar yang akan dikonsumsi oleh warga belajar (masyarakat luas). Materi ajar ini adalah materi ajar yang dapat memberdayakan masyarakat, seperti keterampilan praktis yang segera dapat diterapkan nyata. Sebagai contoh; untuk daerah wisata, materi ajarnya kiat menjajakan souvenir. Begitu pula untuk para nelayan di daerah pantai, untuk pengrajin, atau ibu rumah tangga dan

Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal

(37)

dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang

7. Pemikiran tentang Belajar Mencari Informasi a. Proses belajar

1) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri

2) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru 3) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan

4) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

5) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

6) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide

7) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.

b. Transfer Belajar

(38)

2) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)

3) Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

c. Siswa sebagai Pembelajar

1) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru

2) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting

3) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.

4) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

d. Pentingnya lingkungan Belajar

1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.

2) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya

(39)

3) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar

4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

e. Hakekat Pembelajaran

Pembelajarn adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

Jadi, intinya hakekat pembelajaran berbasis mencari informasi, antara lain mencakup :

a. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.

(40)

b. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

1) Pemilihan informasi berdasarkan kebutuh-an siswa 2) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

3) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/-masalah yang disimulasikan

4) Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa

5) Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang

6) Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)

7) Perilaku dibangun atas kesadaran diri

8) Keterampilan dikem-bangkan atas dasar pemahaman 9) Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri

10) Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tsb keliru dan merugikan

8. Impolementasi Kurikulum

Pembelajaran berbasis mencari informasi dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan pembelajaran berbasis mencari informasi dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.

(41)

a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya

b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik c) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

d) Ciptakan masyarakat belajar

e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

9. Tujuh Komponen Pemebelajaran Mencari Informasi a. Konstruktivisme

1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal

2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan

b. Inquiry

1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman 2) Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis c. Questioning (Bertanya)

1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa

2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

(42)

d. Learning Community (Masyarakat Belajar)

1) sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar

2) bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri 3) tukar pengalaman

4) berbagi ide

e. Modeling (Pemodelan)

1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar

2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya f. Reflection ( Refleksi)

1) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari 2) Mencatat apa yang telah dipelajari

3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok g. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)

1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa 2) Penilaian produk (kinerja)

3) Tugas-tugas yang relevan dan mencari informasi

h. Karakteristik Pembelajaran Pembelajaran Mencari Informasi 1) Kerjasama

2) Saling menunjang

3) Menyenangkan, tidak membosankan 4) Belajar dengan bergairah

(43)

6) Menggunakan berbagai sumber 7) Siswa aktif

8) Sharing dengan teman 9) Siswa kritis guru kreatif

10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain

11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

i. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Mencari Informasi

Dalam pembelajaran mencari informasi, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran mencari informasi. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk

(44)

pembelajaran mencari informasi lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis mencari informasi adalah sebagai berikut. 1) Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan

kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standara Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar

2) Nyatakan tujuan umum pembelajarannya 3) Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu 4) Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa

5) Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran berbasis mencari informasi dalam peningkatan kemandirian kemampuan berapresiasi merupakan model pembelajaran yang saat ini dikembangkan di beberapa sekolah unggulan, karena di sekolah unggulan telah disediakan fasilitas yang memadai, seperti fasilitas internet, televisi, radio, majalah, koran, dan sebagainya.hal ini yang mendorong kompetensi belajar siswa untuk lebih kreatif, mandiri, dan mampu mencari berbagai informasi yang terkait dengan bahan ajar.

Untuk itu, dapat disajikan skema pembelajaran berbasis mencari informasi berikut ini.

(45)

Gambar 3

Kerangka berpikir pembelajaran berbasis mencari informasi Pembelajaran berbasis mencari informasi Guru Siswa Proses Hasil belajar

(46)

BAB III

TEKNIK PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Jogonalan Klaten.

2. Waktu Penelitian

Aktivitas penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama empat bulan, sejak bulan Agustus 2007 sampai dengan bulan Februari 2008.

Tabel 1 Jadwal Penelitian

Waktu Pelaksanaan No. Tahapan

Kegiatan Agus’07 Sept’07 Okto’07 Nov’ 07 Des’07 Jan’08 Feb’08 1 Persiapan

2 Observasi 3 Dokumentasi 4 Angket 5. Konsultasi

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif etnografi yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan.

(47)

Di samping itu, juga memanfaatkan gambar-gambar misalnya foto-foto yang dapat digunakan dalam kelengkapan data Penelitian kualitatif mempunyai lima macam karakter, yaitu : 1) Peneliti sebagai instrumen utama langsung mendatangi sumber data, 2) Data yang kumpulkan cenderung berbentuk kata-kata dari pada angka-angka, 3) Peneliti lebih menekankan proses, bukan semata-mata pada hasil, 4) Peneliti melakukan analisis induktif cenderung mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati, 5) Kedekatan peneliti dengan responden sangat penting dalam penelitian.

Sesuai dengan karakter tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai bagaimana pembelajaran berbasis mencari informasi. Informasi yang digali lewat wawancara mendalam terhadap informan (kepala sekolah, guru, maupun siswa)

Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas rasional sebagai realitas subjektif khususnya warga sekolah. Proses observasi dan wawancara mendalam bersifat sangat utama dalam pengumpulan data..

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi (ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi studi etnografi biasanya

(48)

dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual dan cara-cara hidup (Sukmadinata, 2006: 62).

Etnografi adalah pendekatan empiris dan teoretis yang bertujuan mendapatkan deskripsi dan analisis mendalam tentang kebudayaan berdasarkan penelitian lapangan (fieldwork) yang intensif. Etnograf bertugas membuat thick descriptions (pelukisan mendalam) yang menggambarkan ‘kejamakan struktur-struktur konseptual yang kompleks’, termasuk asumsi-asumsi yang tak terucap dan taken-for-granted (yang dianggap sebagai kewajaran) mengenai kehidupan. Seorang etnografer memfokuskan perhatiannya pada detil-detil kehidupan lokal dan menghubungkannya dengan proses-proses sosial yang lebih luas.

Kajian budaya etnografis memusatkan diri pada penjelajahan kualitatif tentang nilai dan makna dalam konteks ‘keseluruhan cara hidup’, yaitu dengan persoalan kebudayaan, dunia-kehidupan (life-worlds) dan identitas. Dalam kajian budaya yang berorientasi media, etnografi menjadi kata yang mewakili beberapa metode kualitatif, termasuk pengamatan pelibatan, wawancara mendalam dan kelompok diskusi terarah.

Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperlihatkan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam bahasa, dan di antara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata-kata dan

(49)

perbuatan, sekalipun demikian, di dalam masyarakat, orang tetap menggunakan sistem makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain, serta untuk memahami dunia tempat mereka hidup Sistem makna ini merupakan kebudayaan mereka, dan etnografi selalu mengimplikasikan teori kebudayaan (Spradley, 2007: 5).

Beberapa kritik pada etnografi yang patut diperhatikan: Pertama, data yang dipresentasikan oleh seorang etnografer selalu sudah merupakan sebuah interpretasi yang dilakukan melalui mata seseorang (sumber data), dan dengan demikian selalu bersifat posisional. Tapi ini adalah argumen yang bisa diajukan pada segala bentuk penelitian. Argumen ini hanya menunjuk pada ‘etnografi interpretatif’. Kedua, etnografi dianggap hanya sebagai sebuah genre penulisan yang menggunakan alat-alat retorika, yang seringkali disamarkan, untuk mempertahankan klaim-klaim realisnya. Argumen ini mengarah pada pemeriksaan teks-teks etnografis untuk mencari alat-alat retorikanya, serta pada pendekatan yang lebih reflektif dan dialogis terhadap etnografi yang menuntut seorang penulis untuk memaparkan asumsi, pandangan dan posisi-posisi mereka. Juga, konsultasi dengan para ‘subjek’ etnografi perlu dilakukan agar etnografi tidak menjadi ekspedisi pencarian ‘fakta-fakta’, dan lebih menjadi percakapan antara mereka yang terlibat dalam proses penelitian.

(50)

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, sebagaimana dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara yang berbeda. Jadi etnografi tidak hanya mempelajari masyarakat, tetapi lebih dari itu, etnografi belajar dari masyarakat (Spradley, 2007 : 3-4).

Hasil akhir penelitian komprehensif etnografi adalah suatu naratif deskriptif yang bersifat menyeluruh disertai interpretasi yang menginterpretasikan seluruh aspek-aspek kehidupan dan mendeskripsikan kompleksitas kehidupan tersebut

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa kelas XI. Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik “purpose sampling” yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pilihan penelitian tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini terus-menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat purpossive yaitu tergantung pada tujuan fokus suatu saat Dalam hal ini adalah kelas XI A.

(51)

D. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah yang terkait dengan masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu : model pembelajaran berbasis mencari informasi dalam peningkatan kemandirian kemampuan berapresiasi

E. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan analisis dokumen, observasi dan wawancara. Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancar.

Sumber data dan jenis data yang terdiri atas kata-kata dan tindakan, sumber tertulis, foto, dan data statistik. Selain itu masih ada sumber data yang tidak dipersoalkan di sini seperti yang bersifat nonverbal (Moloeng, 2007: 241).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa cara pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan utama yang harus diperhatikan dalam suatu penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknih observasi, wawancara, dan dokumentasi, atas dasar konsep tersebut,

(52)

maka ketiga teknik pengumpulan data di atas digunakan dalam penelitian ini.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat penting. Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan. Ternyata ada beberapa tipologi pengamatan. Terlepas dari jenis pengamatan, dapat dikatakan bahwa pengamatan terbatas dan tergantung pada jenis dan variasi pendekatan (Moloeng, 2007: 242).

Jorgensen dalam Mulyana (2004:164), mengemukakan bahwa metode pengamatan berperanserta dapat didefinisikan berdasarkan tujuh ciri berikut : minat khusus pada makna dan interaksi manusia berdasarkan perspektif orang-orang dalam atau anggota-anggota situasi atau keadaan tertentu, fondasi penelitian dan metodenya adalah kedisinian dan kekinian kehidupan sehari-hari, bentuk teori dan penteorian yang menekankan interpretasi dan pemahaman eksistensi manusia, logika dan proses penelitian yang terbuka, luwes, oportunistik, dan menuntut redefinisi apa yang problematic, berdasarkan fakta yang diperoleh dalam situasi nyata eksistensi manusia, pendekatan dan rancangan yang mendalam, kualitatif, dan studi kasus, penerapan peran partisipan yang menuntut hubungan langsung dengan pribumi lapangan, penggunaan pengamatan langsung bersama metode lainnya dalam mengumpulkan informasi.

Gambar

gambar 1:   Pengembangan  Model  Pembelajaran  Berbasis  Mencari Informasi
Gambar 2. Tahapan Implementasi Model
Table 1. Prediksi Perkembangan Indikator Kinerja Penelitian  Penelitian
Tabel 1  Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan hukum direksi yang tidak mengikat perseroan, dikarenakan yaitu tindakan yang dilakukan berada di luar maksud dan tujuan perseroan dan di luar kewenangan yang

• Jika terdapat pengurus yang sudah tidak menjabat namun belum terakomodir pada dokumen landasan hukum, Penyedia Barang/Jasa wajib mengunggah surat pernyataan pada kolom

Di saat semua orang bisa berbicara dengan mulut dan lidahnya, penata tari ataupun penari bisa menyampaikan sesuatu atau berkomunikasi dengan gerak-gerak yang dilakukan tubuh

Banjir memiliki dua arti yaitu meluapnya air sungai disebabkan oleh debit sungai yang melebihi daya tampung sungai pada keadaan curah hujan yang tinggi, dan arti kedua adalah

Hasil faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi persalinan adalah ibu yang berumur < 20 tahun dan > 35 tahun kemungkinan 2,954 kali mengalami

Dengan merujuk pada penjelasan sebelumnya, dalam penelitian tersebut penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada: pertama adalah menganalisis novel MD dengan

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Layanan Bimbingan yang diberikan Tutor Kepada

Program Bantuan Studi S3 Luar negeri merupakan program bantuan yang diberikan oleh Kementerian Agama RI kepada tenaga pendidik (dosen) dan kependidikan yang berada pada