• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN PROGRAM PENGABDIAN

KEPADA MASYARAKAT

GERAKAN SOSIAL KAMPANYE PRO LIFE DAN LINGKUNGAN HIDUP DI KAWASAN PANTAI KUTA BADUNG BALI

Tim Dosen;

Tedi Erviantono, S.IP, M.Si (NIP. 197605022009121002) Ketua Dr. Piers Andreas Noak, S.H, M.Si (NIP. 196302171988031001) Anggota Muhammad Ali Azhar, S.IP., M.A (NIP. 197803232010121003) Anggota

Bandiyah, S.Fil., M.A (1981090320101010021) Anggota

Dr. Drs. I Ketut Putra Erawan, M.A, (196503291990031001)Anggota Kadek Dwita Apriyani, S.Sos, M.IP, Anggota

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Pengabdian : Gerakan Sosial Pro-Life dan Lingkungan Hidup Di Kawasan Pantai Kuta Badung

2. Ketua Tim

a. Nama lengkap : Tedi Erviantono, S.IP, M.Si b. Jenis kelamin : Pria

c. NIP : 197605022009121002 d. Pangkat/golongan : III b

e. Jabatan fungsional : Lektor

f. Fakultas/PS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/ Ilmu Politik g. Alamat : Kampus Soedriman Denpasar Jl. PB Soedirman h. Telepon/fax/e-mail : 0361-225378/no. HP

i. Anggota Tim pengabdian : 5 orang

j. Jumlah biaya yang diajukan : Rp. 5.000.000,00 (Lima Juta Rupiah)

Denpasar, 23 Oktober 2015 Mengetahui,

Ketua Program Studi Ketua Ilmu Politik

Dr.Piers Andreas Noak, S.H M.Si Tedi Erviantono, S.IP., M.Si NIP.196302171988031001 NIP.197605022009121002

Menyetujui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana

Dr. Drs. IGPB Suka Arjawa, M.Si NIP. 196407081992031003

(3)

A. Judul : Gerakan Sosial Pro-Life dan Lingkungan Hidup Di Kawasan Pantai Kuta Badung

B. Latar Belakang

Salah satu dampak globalisasi adalah tergerusnya nilai-nilai lokal dan penghargaan atas hak asasi manusia. Hal yang harus diantisipasi adalah dampak globalisasi ini akan membawa ekses negatif bagi masyarakat sekitar. Salah satu wilayah yang seringkali tergerus adanya dampak globalisasi ini adalah kawasan Pantai Kuta Bali. Bali merupakan barometer pariwisata Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa Bali masih menjadi tujuan utama pariwisata di Indonesia. Berbagai objek dan daya tarik wisata ditawarkan dari objek wisata alam, wisata budaya, dan minat khusus. seperti Pantai Kuta, Pantai Sanur, Bedugul, Tanah Lot sebagai daya tarik wisata alam. Ngaben , tari kecak, dan upacara-upacara adat masyarakat Bali sebagai daya tarik wisata budaya. Bali juga mampu mengakomodir semua segmentasi pasar dari kalangan backpacker hingga segmentasi pasar dari kalangan atas secara ekonomi.

Baru-baru ini muncul permasalahan kepariwisataan di Bali, terjadinya dekonstruksi budaya mengarah pada komersialiasi dalam kegiatan kepariwisataan di Bali khususnya permasalahan eksploitasi objek-objek pariwisata. Salah satunya di kawasan pariwisata Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Mulai tergerusnya budaya masyarakat Desa yang diakibatkan arus pariwisata yang bersinergis dengan globalisasi merupakan konsekuensi yang tidak bisa ditolak oleh objek wisata manapun. Akan tetapi hal ini menjadi ironi apabila kegiatan pariwisata kemudian menjadi pemicu untuk mendobrak tatanan masyarakat (budaya asli) yang mengandung perilaku luhur dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan pembangunan masyarakat selama beberapa dekade, ada kecenderungan negara-negara yang sedang berkembang dalam menentukan pilihan perspektif yang digunakan mengikuti arus global. Dengan posisi Indonesia sebagai negara berkembang, globalisasi merupakan keharusan dengan landasan kebutuhan ekonomi masyarakat bisa dipenuhi. Khusus dibidang pariwisata masuknya wisatawan asing dipercayai mampu menambah devisa negara (Soetomo, 2011).

Pada kasus Kuta, dampak negatif dari globalisasi tampak di sepanjang ruas-ruas jalan di kawasan industri pariwisata Kuta yang didominasi atau tertutup oleh bangunan-bangunan komersial dan turistik. Kondisi ini diterima sebagai sebuah kenyataan hidup dalam bentang

(4)

kawasan wisata dan merupakan sebuah pilihan ekonomis, dengan pertimbangan segala konsekuensi sosial, budaya dan nilai moral, sebagai dampak dan pengaruh langsung kebijakan yang diberlakukan di kawasan ini (Darmadi, 2011).

Pariwisata Bali bukan hanya menghadapi tantangan globalisasi, permasalahan lingkungan merupakan sesuatu yang tidak bisa dikesampingkan. Penurunan kualtias lingkungan di Bali terjadi akibat kegiatan pariwisata konvensional atau mass tourism. Berkembangnya industri pariwisata konvensional berasosiasi pada perubahan dan penurunan kondisi lingkungan. Perubahan lingkungan terjadi pada lingkungan alam maupun lingkungan buatan, seperti perubahan flora dan fauna, sampah non organik, berkurangnya luas sawah di Bali, serta polusi visual yang dihasilkan dari kegiatan promosi-promsi pariwisata (Sunarta, 1997).

Perkembangan ilmu pariwisata satu dekade ini memunculkan gagasan ekowisata yang merupakan bagian dari pariwisata berkelanjutan. Perhatian ekowisata yang menekankan pada nilai-nilai konservasi dari lingkungan dan budaya lokal, multiplier effect bagi masyarakat, dan partisipasi masyarakat dianggap konsep kekinian yang bisa meminalisir dampak negatif dari kegiatan pariwisata. Penekanan terhadap nilai-nilai lokal dan masyarakat memberikan gambaran bahwa pentingnya peran besar desa sebagai representasi dari kegiatan sosio-kultural dari masyarakat dalam kawasan tertentu.

Pada dasarnya Bali memiliki Desa Adat atau Desa Pakraman yang memiliki hak dan kewajiban dalam mengatur kehidupan sosial masyarakat diwilayahnya. Berbeda dengan daerah lain seperti di Jawa, Desa Adat di Bali memiliki landasan hukum yang mengacu pada Perda Bali No 06 tahun 1986 tentang Desa Adat. Darmadi (2011) berpendapat Desa adat sebagai lembaga tradisional otonom, komunitas budaya, tradisional, kesatuan masyarakat hukum adat, dan identitas kolektif masyarakat Bali. Bila ditinjau dari pendapat ini, Desa Adat atau Desa Pakraman Memiliki peran besar dalam pembangunan pariwisata di Bali.

Desa Adat atau Pakraman mampu menjadi entitas utama dalam mengembangkan pariwisata didaerahnya yang mengacu pada peraturan adat desa mereka (awig-awig ) sekaligus menjaga ruang-ruang budaya. Desa Pakraman masih berpengang teguh pada falsafah Hindu Tri Hita Karana, yaitu tiga unsur kebahagiaan. Konsep ini terbagi menjadi tiga yang pertama Parhyangan –hubungan baik manusia dengan Tuhan-, Palemahan –hubungan baik manusia dengan lingkungan-, Pawongan –hubungan baik manusia dengan manusia-.

(5)

Ketiga landasan ini dipercayai mampu membawa masyarakat Bali mencapai kebahagiaan yang hakiki. Konsep Tri Hita Karana diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan individu maupun kelompok berlandaskan pada hal tersebut. Mengembalikan Bali yang lebih ramah bisa melalui cara mengaktifkan kembali peran-peran Desa Adat sebagai "pengendali" utama setiap kegiatan kepariwisataan untuk mempertahankan kaidah-kaidah atau nilai-nilai luhur masyarakat Bali. Dengan begitu perangaruh negatif pariwisata bisa diminimalisir. Hal ini sesuai dengan konsep pariwisata berkelanjutan yang saat ini menjadi perhatian UNWTO untuk mengurangi dampak negatif pariwisata.

Salah satu yang mengemuka sebagai dampak negative ini adalah ketiadaan penghargaan atas HAM terutama terjadi kebiasaan seks bebas dan resiko kehamilan di luar nikah yang berakhir pada pengguguran kandungan. Tema inilah yang akan disuarakan dalam tema ini adalah penyuluhan akan pentingnya gerakan sosial pro life (kehidupan) dengan membagikan kondom kepada wisatawan sekaligus disertai dengan aksi bebersih lingkungan.

C. Tujuan

1. Sebagai aktifitas mengkampanyekan pro life di kalanganm wisatawan maupun penduduk di sekitar Kuta sebagai antisipasi perbenturan budaya.

2. Memperkuat sistem pelembagaan lokal khususnya penghargaan terhadap sesame dan lingkungan.

D. Manfaat

 Menciptakan kondisi keseimbangan hidup dalam konsep Tri Hita Karana yang harus senantiasa didengungkan dalam setiap aktifitas kepariwisataan di Bali.

 Mendorong masyarakat untuk senantiasa menyuarakan gerakan Pro-Life dan mencintai lingkungan dalam setiap aspek kepariwisataan di Bali.

E. Target Kegiatan

 Terpalikasinya informasi, mengenai pentingnya gerakan Pro Life dan mencintai lingkungan untuk kejaminan konsep dan ajaran Tri Hita Karana sebagai nafas hidup penyelenggaraan kepariwisataan di Bali.

(6)

F. Waktu dan pelaksanaan Kegiatan

Tanggal Kegiatan Sasaran Lokasi Kegiatan

23 Oktober 2015

Kampanye Pro Life dan Aksi Bersih Pantai Kuta

Mahasiswa, Pelaku Wisata dan Wisatawan

Pantai Kuta Bali

G. Time Schedule

Adapun time schedule persiapan hingga pertanggungjawaban Pengabdian Masyarakat ini adalah sebagai berikut :

No. Jenis Kegiatan 8 s.d 10 – 10 - 2015 20 s.d 21 – 10- 2015 22 - 10 - 2015 23 – 10 -2015 1) Rapat Persiapan 2) Pembentukan panitia 3) Persiapan pelaksanaan Pengabdian 4) Distribusi Tugas Panitia 5) Pelaksanaan Kegiatan 6) Pelaporan Kegiatan (LPJ) H. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Udayana didahului dengan pengarahan dari pihak dosen. Acara dilaksanakan pada 23 Oktober 2015. Pada kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dan dosen dari seluruh angkatan Program Studi Ilmu Politik. Kegiatan ini telah mendapatkan ijin dari pihak kelian adat dan dinas Kuta. Adapun wilayah yang dijadikan lokasi kegiatan ini adalah Pantai Kuta pada sisi utara. Mahasiswa diawali dengan briefing jenis-jenis sampah yang dibersihkan oleh kelian Kuta. Pada briefing ini, peserta dijelaskan mengenai Kondisi sampah kiriman di pantai Kuta setiap tahun cukup mengkhawatirkan.

Pemerintah selama ini salah mengelola penanggulangan sampah dan tiak pernah menyentuh akar masalah. Permasalahan utama, tidak terkelolanya Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di 3 kabupaten di Bali. Sungai hanya menjadi tempat pembuangan sampah, itu didorong oleh arus dari barat menuju timur dan itu terkumpul di Kuta.

(7)

Pemungutan Sampah oleh Peserta Pengabdian

Setiap harinya hampir 10 sampai 15 ton sampah kiriman yang memenuhi pesisir pantai Kuta. Hal itu tentu mengganggu aktivitas wisatawan yang sedang berlibur di Kuta. Pantai Kuta dan sekitarnya selalu penuh dengan sampah setiap akhir tahun sejak tahun 2012 hingga saat ini. Selain penjelasan diatas, di saat briefing dikemukakan pula bahwa sampah-sampah itu pada umumnya adalah sampah-sampah kiriman akibat fenomena angin musim barat yang bertiup dari wilayah barat ke timur. Selama angin musim barat berembus, Pantai Kuta dan sekitarnya akan selalu menjadi tempat menumpuknya sampah kiriman dari laut dan muara sungai-sungai terdekat. Mengingat lokasinya berada di teluk, Pantai Kuta dan sekitarnya menjadi titik berkumpulnya sampah kiriman dari berbagai daerah di Pulau Bali dan Pulau Jawa.

Beberapa kondisi pencemaran sampah kiriman di Pantai Kuta dan sekitarnya sebagai berikut:

1. Fenomena alam kiriman sampah ke Pantai Kuta mulai bulan Desember 2014 dan diperkirakan akan terus berlangsung hingga bulan April 2015;

2. Total sampah sampai ahir Januari 2014 sebanyak ± 1700 ton, dengan rata-rata timbulan sampah ± 30 ton/hari;

3. Pantai yang terkena dampak sampah kiriman sepanjang ± 16 km berada di 13 pantai yaitu Pantai Canggu, Seseh, Pererenan, Batu Belig, Petitenget, Seminyak, Legian, Kuta, Jerman, Kelan, Kedonganan, Jimbaran dan Dreamland;

4. Sampah didominasi batang kayu dan bambu yang berukuran besar dan panjang serta sampah plastik rumah tangga

(8)

Selama ini upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Badung beberapa diantaranya adalah pengambilan sampah dilakukan setiap harinya dengan menggunakan 4 wheel loader dan truk sampah dengan melibatkan sekitar 1000 personil yang terdiri dari pemda, masyarakat dan kalangan perhotelan. Selain itu, sejak tahun 2013, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Badung telah menyiapkan standar operasional dalam mengatasi sampah, yakni membentuk Unit Reaksi Cepat yang bekerja sama dengan desa adat Kuta.

Kaprodi Ilmu Politik memimpin Pemungutan Sampah

Sampah kiriman ke Pantai Kuta dan sekitarnya merupakan fenomena alam yang pasti datang setiap tahunnya, untuk itu diperlukan penanganan yang proaktif. Hal ini harus dipikirkan tidak hanya oleh pemerintah kabupaten, tetapi juga oleh propinsi dan pusat. Semua pihak harus turut berpartisipasi termasuk pihak swasta yakni pengelola akomodasi pariwisata di Kuta. Langkah preventif atau pencegahan juga perlu dilakukan, misalnya dengan tidak membuang sampah ke sungai dan menjaga kebersihan sungai di masing-masing kabupaten. Hal ini semakin menegaskan bahwa persoalan lingkungan tidak hanya dibatasi oleh batas-batas administrasi. Sampah-sampah yang telah terkumpul tersebut kemudian diangkut oleh kendaraan eskavator ke sebuah tempat penampungan sementara di depan Setra Kuta.

Berdasarkan atas kenaikan volume sampah ini lah maka, dibutuhkan partisipasi dari masyarakat sekitar termasuk kalangan civitas akademik dalam hal ini Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Udayana mengadakan gerakan kebersihan pantai sekaligus mengkampanyekan kesadaran pro life di warga sekitar Kuta. Kebersihan dimulai di

(9)

wilayah Paling Timur dan berakhir di kawasan Pantai Kuta Tengah. Acara diakhiri dengan doa bersama dan makan siang bersama.

I. Penggunaan dana

J. Penutup

Demikian laporan pertanggungjawaban pengabdian masyarakat ini dibuat, atas kerja sama dan bantuannya kami ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, 23 Oktober 2015 Hormat kami

Kaprodi Ilmu Politik FISIP Unud, Ketua Panitia,

Dr. Piers Andreas Noak, SH, M.Si Tedi Erviantono, S.IP., M.Si NIP.196302171988031001 NIP. 197605022009121002

Mengetahui,

Dekan FISIP Unud,

Dr. Drs. I Gst. Pt. Bagus Suka Arjawa, M.Si NIP. 196407081992031003

Jenis Pengeluaran Jumlah Total

1. Spanduk Rp. 150.000 x 2 buah

Rp. 300.000

2. Konsumsi

132 kotak snack peserta 132 nasi kotak peserta

Rp. 10.000 Rp. 25.000 Rp. 1.320.000 Rp. 3.300.000 3. Cetak Foto Rp. 2.000 x 30 lembar Rp.60.000 4. Persiapan (Foto Copy, dan surat

menyurat) Rp 200 x 50 lembar Rp. 1000 x 10 lembar Rp. 10 000 Rp. 10.000 TOTAL Rp. 5.000.000

(10)

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

Pose Bersama dengan Tim Pengabdian yang Berada di Sisi Barat Pantai Kuta

(11)

Pantai Kuta Bebas Sampah Plastik

Referensi

Dokumen terkait

Penyinaran dengan sinar UV juga dapat menurunkan konsentrasi larutan metilen biru melalui mekanisme reduksi gugus kromofor seperti ikatan rangkap dalam struktur heterosiklik

Pada penelitian ini akan dibuat kecap dan terasi dengan menggunakan bahan baku ikan seluang (Rasbora argyrotaenia) yang berasal dari ikan air tawar dan ikan teri

Pembelajaran model SiMaYang tipe II memiliki kepraktisan yang tinggi dilihat dari hasil keterlaksanaan dan respon siswa saat pembelajaran pada kedua kelas replikasi ada pada

Antitesis Objek dalam Seni Patung, diajukan oleh Ardiansyah, NIM 0711829021, Program Studi Seni Rupa Murni, Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia

yang besar, semua kondisi menunjukan bahwa semua fase kerosene hamper semuanya mengalir menuju side arm (100%) sedangkan pada hambatan downstream 50% (gambar 4.b) pada semua

Sebanyak 60,5% responden atau 107 orang peternak sapi perah di Dusun Krajan Desa Kemiri tidak melakukan pengelolaan limbah ternak dengan baik, padahal pada

Data yang dibutuhkan untuk menentukan tinggi dan periode gelombang signifikan yaitu data kecepatan angin selama 10 tahun (1996- 2005).. Kecepatan angin yang digunakan

Pati terbagi menjadi dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dengan struktur makromolekul linier yang dengan iodium