• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE PADA PROYEK RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE PADA PROYEK RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR – RC 091380

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN

ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE

PADA PROYEK RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA

MUHAMMAD RIDHA

NRP 3108100646

Dosen Pembimbing :

M. Arif Rohman, ST. MSc

Yusronia Eka Putri RW, ST. MT

JURUSAN TEKNIK SIPIL

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2011

(2)

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE PADA PROYEK RUMAH

SAKIT HAJI SURABAYA

Nama Mahasiswa : Muhammad Ridha

NRP : 3108.100.646

Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

: :

M. Arif Rohman, ST. MSc Yusronia Eka Putri RW, ST. MT Abstrak

Keberhasilan suatu proyek dapat diukur dari dua hal, yaitu keuntungan yang didapat serta ketepatan waktu penyelesaian proyek (Soeharto,1997). Keduanya tergantung pada perencanaan yang cermat terhadap metode pelaksanaan, penggunaan alat dan penjadwalan. Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang menggunakan peralatan berat diperlukan perencanaan yang akurat agar bisa dicapai suatu proyek dengan biaya dan waktu pelaksanaan yang optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu analisa terhadap pemakain alat berat yang akan digunakan, sehingga dapat dihasilkan alternatif alat berat yang tepat untuk pembangunan suatu proyek. Salah satu pekerjaan yang penting dalam pembangunan proyek adalah pekerjaaan pembetonan. Untuk itu diperlukan pemilihan peralatan berat yang tepat untik pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Pada Proyek Pembangunan Gedung IGD, Bedah Sentral dan Rawat Inap Maskin RSU Haji Surabaya peralatan yang digunakan untuk pekerjaan struktur atau beton adalah tower crane (TC) dan Concrete Pump (CP), sedangkan Mobile Crane(MC) sendiri direncanakan sebagai pengganti tower crane dalam pelaksanaan pekerjaan struktur. Langkah perhitungan dibagi menjadi dua tahap, yaitu perhitungan waktu pelaksanaan peralatan dan perhitungan biaya peralatan. Dalam menghitung waktu pelaksanaan langkah yang diambil adalah menghitung dan menentukan beban kerja alat, kapasitas dan produktivitasnya dari perlatan yang digunakan. Sedangkan dalam menentukan biaya pelaksanaan yang diperhitungkan adalah biaya sewa, biaya mobilisasi dan demobilisasi, biaya peralatan penunjang serta biaya operasi alat yang meliputi bahan bakar, pelumas, pemeliharaan dan operator. Dari perhitungan waktu dan biaya pelaksanaan alat dan ditinjau dari segi waktu dan biaya pelaksanaan.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk pemakain kombinasi tower crane dan Concrete Pump dalam pelaksanaan pekerjaan struktur atas adalah 533,84 jam dengan biaya Rp. 739.810.713,00, sedangkan waktu yang diperlukan untuk pemakain kombinasi mobile crane dan Concrete Pump dalam pelaksanaan pekerjaan struktur atas adalah 695,19 jam dengan biaya Rp. 524.097.713,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu tercepat untuk pekerjaan pengecoran dan pengangkat material adalah kombinasi Tower Crane dan Concrete Pump dengan selisih 161,35 jam dan biaya termurah adalah kombinasi Mobile Crane dengan selisih biaya Rp. 215.713.000,00.

Alat Berat, Biaya, dan Waktu, Tower Crane, Mobil Crane, Concrete Pump, Mobilisasi dan Demobilisasi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan suatu proyek dapat diukur dari dua hal, yaitu keuntungan yang didapat serta ketepatan waktu penyelesaian proyek Soeharto (1997). Keduanya tergantung pada

perencanaan yang cermat terhadap metode pelaksanaan, penggunaan alat dan penjadwalan. Pemilihan peralatan yang tepat memegang peranan yang sangat penting. Peralatan dianggap memiliki kapasitas tinggi bila peralatan tersebut menghasilkan produksi yang tinggi atau optimal tetapi dengan biaya yang rendah. Alat konstruksi atau sering juga disebut dengan alat berat menurut Asiyanto (2008), merupakan alat yang sengaja diciptakan/ didesain untuk dapat melaksanakan salah satu fungsi/ kegiatan proses konstruksi yang sifatnya berat bila dikerjakan oleh tenaga manusia, seperti : mengangkut, mengangkat, memuat, memindah, menggali, mencampur, dan seterusnya dengan cara mudah, cepat, hemat dan aman.

Alat Berat yang sering dipakai dalam pelaksanaan proyek bangunan gedung antara lain : Tower Crane (TC), Concrete Pump (CP), Material Lift (ML) , Mobil Crane (MC), Truck Mixer (TM), dan lain – lain. Masing – masing alat tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda dari segi kapasitas operasi dan pembiayaan yang dikeluarkan. Pelaksanaan pembangunan suatu proyek dapat menggunakan alat berupa tower crane untuk pelaksanaan struktur seperti pengecoran sedangkan pada proyek lain dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu tidak dikehendaki penggunaan tower crane tetapi dapat menggunakan gabungan alat concrete pump, material lift untuk pelaksanaan strukturnya, yaitu concrete pump untuk pengecoran, material lift untuk mengangkat material.

Rumah Sakit Haji Surabaya merupakan salah satu dari banyak rumah sakit di Surabaya. Gedung IGD, Bedah Sentral dan Rawat Inap Maskin Rumah Sakit Haji Surabaya merupakan gedung baru yang akan didirikan sebagai fasilitas kesehatan bagi masyarakat umum khususnya masyarakat dari golongan menengah ke bawah atau kurang mampu karena banyaknya pelanggan dari golongan tersebut yang mengunjungi rumah sakit haji sehingga membuat pihak rumah sakit menambahkan fasilitasnya. Pada Pembangunan Gedung IGD, Bedah Sentral dan Rawat Inap Maskin Rumah Sakit Haji Surabaya dimungkinkan untuk menggunakan alat berat seperti tower crane, mobil crane, material lift, concrete pump, excavator dan alat berat lainnya yang biasa digunakan pada suatu proyek pembangunan gedung.

Pembangunan Rumah Sakit Haji sendiri berada pada area rumah sakit yang masih aktif melakukan kegiatannya sehingga dibutuhkan penyelesaian yang cepat untuk mengurangi intensitas gangguan pada saat pelaksanaan pembangunannya. Saat ini pembangunan gedung IGD, Bedah Sentral dan Rawat Inap Maskin Rumah Sakit haji Surabaya direncanakan menggunakan tower crane sebagai alat pengangkatan dan pemindahan material pada pekerjaan struktur. Pada penelitian tugas akhir ini dianalisa pemakaian alat berat tower crane dengan mobil crane sebagai alat pengangkatan dan pemindahan material, pemakaian mobil crane sendiri selain memiliki sebuah crane sebagai alat pengangkat atau pemindah material, mobil crane mampu berpindah tempat atau bermobilitas dalam melakukan pengangkatan maupun pemindahan material sehingga penggunaan mobil crane dimungkinkan lebih cepat pada saat pelaksanaan pekerjaan struktur. Mengacu pada kondisi tersebut masing – masing alat mempunyai kelebihan dan kekurangan serta memiliki pertimbangan – pertimbangan tertentu dalam pemilihan peralatan, sehingga diharapkan dapat mencari hasil terbaik yang ditinjau dari segi waktu dan biaya pelaksanaan.

Dengan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh hasil yang tepat yang dilihat dari segi waktu dan biaya pemakaian alat berat crane untuk proses pengangkatan dan pemindahan material bagi proyek pembangunan Gedung IGD Bedah Sentaral dan Rawat Inap Maskin Rumah Sakit Haji Surabaya.

(3)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Berapa biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaaan struktur dengan menggunakan pemakaian mobil crane?

2. Bagaimana memilih alat berat yang paling efisien menurut biaya dan waktu pada proyek pembangunan Gedung IGD, Bedah Sentral dan Rawat Inap Maskin Rumah Sakit Haji Surabaya?

1.3. Tujuan Tugas Akhir

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Mengetahui biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan tower crane.

2. Mengetahui biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan mobil crane.

3. Mengetahui pemakaian alat berat yang paling efisien dari segi waktu dan biaya.

1.4. Batasan Masalah

Dalam penulisan tugas akhir ini batasan masalah yang diambil adalah :

1. Analisa terhadap Penggunaan peralatan dimulai pekerjaan struktur pada lantai satu sampai dengan lantai enam. 2. Alat berat yang diamati yaitu kombinasi pemakaian tower

crane, dan concrete pump dengan kombinasi pemakaian mobil crane , dan concrete pump karena kombinasi alat berat tersebut biasa atau lazim digunakan pada suatu proyek pembangunan gedung.

3. Posisi tower crane disesuaikan dengan posisi peralatan yang sebenarnya di lokasi proyek, sedangkan untuk posisi peralatan alternatifnya yaitu mobile crane direncanakan sesuai dengan lahan yang tersedia di lokasi proyek

4. Analisa terhadap penggunaan alat-alat berat berdasarkan kapasitas dan mekanisme kerja operasinya.

5. Perhitungan peralatan berdasarkan jam kerja, waktu dan biaya (sewa dan operasionalnya).

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari tugas akhir ini adalah : 1. Dapat diketahuinya pemilihan peralatan berat yang tepat

sesuai dengan kondisi proyek.

2. Masukan bagi Tugas Akhir lanjutan di bidang alat berat konstruksi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proyek Konstruksi

Proyek adalah suatu aktifitas yang bertujuan untuk mewujudkan sebuah ide atau gagasan menjadi menjadi suatu kenyataan fisik. Bisa dikatakan bahwa proyek adalah proses untuk mewujudkan sesuatu yang tidak ada menjadi ada dengan biaya tertentu dan dalam batas waktu tertentu (Nugraha dkk,1985).

Menurut Soeharto (1995), proyek memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

a. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. b. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam

proses mencapai tujuan.

c. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.

d. Non rutin, tidak berulang – ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

5.2. Konsep Biaya

2.2.1 Biaya Proyek

Biaya proyek merupakan hal yang penting selain waktu, kedua hal ini berkaitan erat dan dipengaruhi oleh metode

pelaksanaan, pemakaian peralatan, bahan, dan tenaga kerja yang dipakai. Dengan adanya persaingan harga dalam suatu tender maka perlu adanya estimasi yang tepat dan akurat, dan harus dimulai sejak pelaksanaan tender dimulai, sebab biaya yang disetujui dalam kontrak tidak dapat diubah tanpa adanya sebab yang tepat. Untuk itu diperlukan perhitungan analisa, dan pengalaman kerja yang banyak supaya tidak mengalami kerugian di kemudian hari.

Menurut Ervianto (2002), Biaya konstuksi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung, sebagai berikut :

1. Biaya Langsung

Adalah biaya yang langsung berhubungan dengan konstruksi atau bangunan yang didapat dengan mengalikan volume pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan tersebut. Biaya langsung terdiri atas :

a. Biaya bahan bangunan b. Upah Buruh

c. Biaya Peralatan 2. Biaya Tak Langsung

Adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya tak langsung meliputi :

a. Biaya overhead, adalah biaya untuk menjalankan suatu usaha di lapangan.

b. Biaya tak terduga, adalah biaya untuk kejadian yang mungkin terjadi atau tidak terjadi.

c. Keuntungan, adalah hasil jerih payah keahlian ditambah hasil dari faktor resiko.

2.2.2 Biaya Peralatan

Biaya peralatan meliputi biaya sewa alat, biaya mobilisasi dan demobilisasi, biaya erection (Pasang), biaya dismantle (bongkar), biaya peralatan penunjang serta biaya pengoperasian alat, yaitu :

1. Pembelian bahan baker Dimana:

FOM = Faktor operasi mesin/siklus waktu operasi FW = Faktor waktu/ waktu efisiensi operasi

PB = Kondisi standart pemakaian bahan bakar per DK - bensin = 0,06 gal /DKRG = 0,3 liter / DK / jam - Diesel = 0,04 gal /DKRG = 0,2 liter / DK /jam DK = standar mesin

2. Pembelian pelumas

Jumlah minyak pelumas yang digunakan oleh mesin akan berubah –ubah terhadap ukuran mesin. Kebutuhan pelumas tiap jamnya berbanding lurus dengan kekuatannya :

Q =

t

C

DKxf 

5

,

195

Q = jumlah pemakaian galon perjam

DK = daya kuda standart mesin C = kapasitas karter mesin

f = faktor pengoperasian

t = lama penggunaaan pelumas

3. Biaya Operator

Biaya operator meliputi upah serta biaya ekstra untuk asuransi bila ada. Biaya operator perjam dapat dihitung dengan pendekatan rumus (Sulistiono, 1996 : 154 )

4. Biaya Perbaikan

Biaya perbaikan ini merupakan biaya perbaikan dan perawatan alat sesuai dengan kondisi operasinya. Makin keras alat bekerja per jam makin besar pula biaya operasinya.

5. Biaya Pembelian Suku Cadang

Biaya pembelian suku cadang merupakan biaya yang dikeluarkan di lapangan apabila terjadi kerusakan/penggantian komponen peralatan pada saat pelaksanaan pekerjaan.

(4)

6. Mobilisasi dan Demobilisasi

Biaya mobilisasi dan mobilisasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat mendatangkan peralatan ke tempat tujuan dan mengembalikan ke tempat asal peralatan.

7. Dan lain-lain.

5.3. Konsep Waktu

Perencanaan merupakan bagian terpenting untuk mencapai keberhasilan proyek konstruksi. Pengaruh perencanaan terhadap proyek konstruksi akan berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri. Proses perencanaan nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan kegiatan estimasi dan penjadwalan dan selanjutnya sebagai tolak ukur untuk pengendalian proyek. Penjadwalan adalah kegiatan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan dan urutan kegiatan serta menentukan waktu proyek dapat diselesaikan.

1. Penjadwalan dibutuhkan untuk membantu:

a. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan proyek.

b. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.

c. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.

d. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan cara hal-hal kritis pada proyek

2. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat jadwal pelaksanaan proyek :

a. kebutuhan dan fungsi proyek tersebut. Dengan selesainya proyek itu proyek diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.

b. keterkaitannya dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek selanjutnya.

c. alasan sosial politik lainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah.

d. kondisi alam dan lokasi proyek.

e. keterjangkauan lokasi proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya.

f. ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan, dan material pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya proyek tersebut.

g. kapasitas atau daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung.

h. produktivitas sumber daya, peralatan proyek dan tenaga kerja proyek, selama operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang memenuhi aturan teknis. i. cuaca, musim dan gejala alam lainnya.

j. referensi hari kerja efektif.

2.4 Alat Berat

2.4.1 Pemilihan Alat Berat

Menurut Benjamin (1991), Pemilihan peralatan untuk suatu proyek harus sesuai dengan kondisi dilapangan, agar dapat berproduksi seoptimal dan seefisien mungkin. Faktor – faktor yang mempengaruhi yaitu :

1. Spesifikasi alat disesuaikan dengan jenis pekerjaanya, seperti pemindahan tanah, penggalian , produksi agregat, penempatan beton.

2. Syarat – syarat kerja serta rencana kerja yang tertulis dalam kontrak.

3. Kondisi lapangan, seperti keadaan tanah, keterbatasan lahan.

4. Letak daerah/ lokasi, meliputi keadaan cuaca , temperature, angin, ketinggian, sumber daya.

5. Jadwal rencana pelaksanaan yang digunakan.

6. Keberadaan alat untuk dikombinasikan dengan lat yang lain.

7. Pergerakan dari peralatan, meliputi mobilisasi dan demobilisasi.

8. Kemampuan satu alat untuk mengerjakan bermacam – macam pekerjaan.

2.4.2 Sumber Peralatan

Dalam pelaksanaan pembangunannya, suatu proyek dapat memperoleh peralatan dengan jalan menyewa maupun membeli. Pada kondisi tertentu, pembelian perlatan akan menguntungkan secara financial, sedangkan pada kondisi yang lain akan lebih ekonomis dan efisien untuk menyewanya.

Terdapat tiga alternatif dalam kepemilikan alat, yaitu: 1. Membeli alat konstruksi, umumnya untuk peralatan dengan

pemakaian yang rutin sehingga dengan membeli alat maka biaya penggunaan alat per jamnya akan lebih rendah. 2. Menyewa peralatan konstruksi (biasanya dengan perjanjian

leasing). Umumnya untuk peralatan konstruksi yang hanya digunakan untuk pekerjaan dengan waktu relatif singkat. Dengan menyewa,biaya penggunaan alat per jamnya akan lebih tinggi tetapi resiko terhadap kontraktor lebih rendah. 3. Menyewa peralatan konstruksi dan merencanakan akan

membelinya kelak. Umumnya disebabkan kondisi keuangan yang kurang memungkinkan untuk membeli peralatan. Tetapi diharapkan bila kondisi keuangan dimasa mendatang diperkirakan membaik, maka alternatif pembelian dapat dilakukan.

2.4.3 Data Peralatan

2.4.3.1 Tower Crane

2.4.3.1.1 Definisi

Menurut Rostiyanti (2002), Tower Crane merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertikal dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang gerak terbatas. Disebut Tower karena memiliki rangka vertikal dengan bentuk standard dan ditancapkan pada perletakan yang tetap. Fungsi utama dari tower crane adalah mendistribusikan material dan peralatan yang dibutuhkan oleh proyek baik dalam arah vertikal ataupun horizontal. Tower crane merupakan peralatan elektromotor, artinya menggunakan listrik sebagai penggeraknya. Tenaga gerak tersebut diperoleh dari PLN maupun generator set.

2.4.3.1.2 Jenis Tower Crane

Menurut Rostiyanti (2002), Jenis jenis tower crane dibagi berdasarkan cara crane tersebut berdiri Yaitu :

1. Free Standing Crane

Crane yang berdiri bebas (free standing crane) berdiri di atas pondasi yang khusus dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai ketinggian yang besar maka kadang – kadang digunakan pondasi dalam seperti tiang pancang.

2. Rail Mounted Crane

Penggunaan rel pada rail mounted crane mempermudah alat untuk bergerak sepanjang rel tersebut. Tetapi supaya tetap seimbang gerakan crane tidak dapat terlalu cepat. Kelemahan dari crane tipe ini adalah harga rel yang cukup mahal, rel harus diletakkan pada permukaan yang datar sehingga tiang tidak menjadi miring.

3. Climbing Tower Crane

Crane ini diletakkan didalam struktur bangunan yaitu pada core atau inti bangunan. Crane ini bergerak naik bersamaan dengan struktur naik. Pengangkatan crane dimungkinkan dengan adanya dongkrak hidrolis atau hydraulic jacks. Dengan lahan terbatas maka alternative penggunaan crane climbing

4. Tied In Crane

Crane tipe ini mampu berdiri bebas pada ketinggian kurang dari 100 meter. Jika diperlukan crane dengan ketinggian lebih dari 100 meter, maka crane harus

(5)

ditambatkan atau dijangkar pada struktur bangunan. Fungsinya untuk menahan gaya horizontal.

( a ) F re e S ta n d in g C ra n e ( b ) T ied in C ra n e

( c ) C lim b in g C ra n e

Gambar 2.1. Jenis – jenis Tower Crane

(a)Free Standing Crane,(b)Tied in Crane, (c)Climbing Crane

2.4.3.1.3 Bagian – bagian Tower Crane

Tiga tipe tower crane tersebut memiliki komponen – komponen yang mempunyai fungsi yang sama yaitu :

keterangan: a. base b. base section c. mast section d. climbing frame e. support seat f. cat head g. jib h. counter jib i. counter weight j. cabin set k. trolley l. hook a b e l c d k g f j i h 1. Base

Merupakan tempat kedudukan tower crane berfungsi menahan gaya aksial dan gaya tarik di balok beton / tiang pancang.

2. Base Section

Bagian /segmen paling dasar dari badan tower crane yang langsung dipasang / dijangkar ke pondasi.

3. Mast Section

Bagian dari badan tower crane yang berupa segmen kerangka yang dipasang untuk menambah ketinggian tower crane.

4. Climbing Frame

Bagian dari tower crane yang berfungsi sebagai penyangga saat penambahan mast.

5. Support Seat

Merupakan kedudukan /tumpuan yang menyokong slewing ring dalam mekanisme putar, terdiri dari bagian atas (upper) dan bagian bawah (lower).

6. Slewing Ring

Mast yang ikut berputar 360 , berperan dalam mekanisme putar.

7. Slewing Mast

Mast yang ikut berputar bersama jib, terletak dibawah cat head

8. Cat Head

Puncak tower crane yang berfungsi sebagai tumpuan kabel penahan jib dan counter jib.

9. Jib

Lengan pengangkut beban dengan panjang bermacam – macam tergantung kebutuhan

10. Counter Jib

Lengan penyeimbang terhadap beban momen lattie jib 11. Counter Weight

Blok beton yang merupakan pemberat, yang dipaksa pada ujung counter jib.

12. Cabin set

Ruang Operator pengendali tower crane. 13. Acces Ladder

Tangga vertical yang berfungsi sebagai akses bagi operator menuju cabin set, terletak dibagian dalam mast section 14. Trolley

Alat untuk membawa hook sehingga dapat bergerak secara horizontal sepanjang lattice jib.

15. Hook

Alat Pengait beban yang terpasang pada trolley.

2.4.3.1.4 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja tower crane terdiri dari : 1. Hoising Mechanism ( mekanisme angkat )

Mekanisme ini digunakan untuk mengangkat beban. Gerakan ini adalah gerakan naik/ turun beban yang telah dipasang pada kait diangkat atau diturunkan dengan menggunakan drum/hook, dalam hal ini putaran drum disesuaikan dengan drum/hook yang sudah direncanakan. Hook digerakkan oleh motor listrik dan gerakan drum/hook dihentikan dengan rem sehingga beban tidak akan naik atau turun setelah posisi yang ditentukan sesuai dengan yang direncanakan

2. Slewing Mechanism ( mekanisme putar )

Mekanisme ini digunakan untuk memutar jib dan counter jib sehingga dapat mencapai radius yang diinginkan. 3. Trolley Traveling Mechanism ( mekanisme jalan trolley )

Mekanisme ini digunakan untuk menjalankan trolley maju dan mundur sepanjang jib.

4. Traveling Mechanism ( mekanisme jalan )

Mekanisme ini digunakan untuk menjalankan bogie (kereta) untuk traveling tower crane.

2.4.3.1.5 Metode Pelaksanaan

Penggunaan Tower Crane melibatkan proses 1. Mobilisasi

Proses pemindahan/pengangkutan komponen - komponen tower crane dari pool ke lokasi proyek.

2. Erection

Proses merakit komponen dasar dari tower crane. 3. Operasional

4. Dismalting

Proses pembongkoran/pelepasan komponen tower crane sehingga dapat dilakukan demobilisasi.

5. Demobilisasi

Proses pemindahan/pengangkatan komponen – komponen tower crane dari lokasi proyek ke pool.

2.4.3.1.6 Kapasitas Alat

Besarnya muatan yang dapat diangkat oleh tower crane telah diatur dan didapatkan dalam manual operasi tower crane yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat tower crane tersebut. Prinsip dalam penentuan beban yang bias diangkat adalah berdasarkan prinsip momen. Jadi pada jarak dan ketinggian tertentu tower crane memiliki momen batas yang tidak boleh dilewati. Panjang lengan muatan dan daya angkut muatan merupakan suatu perbandingan yang bersifat linear. Perkalian panjang lengan dan daya angkat maksimum pada setiap titik adalah sama dan menunjukkan kemampuan momen yang bias diterima oleh tower crane tersebut.

(6)

2.4.3.2 Mobil Crane

2.4.3.2.1 Definisi

Mobile crane merupakan sebuah truck yang telah terpasang sebuah alat crane yang bisa digunakan untuk melakukan pengangkatan material baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau melakukan mobilitas. Mobil crane merupakan alat berat yang menggunakan bahan bakar dalam melakukan aktivitas pergerakannya seperti halnya kendaraan berat lainnya.

2.4.3.2.2 Jenis –jenis Mobile Crane

Menurut Rostiyanti (2002), Jenis – jenis dari mobil crane adalah :

1. Crawler Crane

Tipe ini mempunyai bagian atas yang dapat bergerak 360 . Dengan roda besi/crawler maka crane tipe ini dapat bergerak di dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya.

2. Rough Terrain Crane

Merupakan alat angkut peralatan berat beroda empat yang terbuat dari karet yang bergerigi seperti halnya crawler crane biasa digunakan pada lokasi bermedan berat.

3. Teleskopik Crane

Merupakan Sebuah crane teleskopik yang terdiri dari sejumlah tabung dipasang satu di dalam yang lain yang bersistem tenaga hidrolik dan memperpanjang dan memperpendek panjang total boom. Teleskopik crane sering digunakan untuk proyek-proyek konstruksi jangka pendek.

Gambar 2.3

Jenis – jenis Mobile Crane (a) Crawler Crane, (b) Rough Terrain Crane,

(c)Teleskopik Crane

2.4.3.2.3 Kapasitas Alat

Kapasitas crane tergantung dari beberapa faktor. Yang perlu diperhatikan adalah jika material yang diangkut oleh crane melebihi kapasitasnya maka akan terjadi jungkir/roboh (Rosiyanti, 2002 ). Oleh karena itu berat material yang diangkut sebaiknya sebagai berikut :

1. Untuk mesin beroda crawler adalah 75% dari kapasitas alat. 2. Untuk mesin beroda ban karet adalah 85%, dari kapasitas

alat.

3. Untuk mesin yang memiliki kaki (outringger) adalah 85% dari kapasitas alat.

Sedangkan faktor luar yang harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas alat adalah berikut ini :

1. Ayunan angin terhadap alat.

2. Ayunan beban pada saat dipindahkan. 3. Kecepatan pemindahan material. 4. Pengereman mesin dalam pergerakannya.

2.4.3.2.4 Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja mobile crane terdiri dari : 1. Hoising mechanism ( Mekanisme angkat )

Mekanisme ini digunakan untuk mengangkat beban.

2. Slewing mechanism ( Mekanisme putar )

Mekanisme ini digunakan untuk memutar jib dan counter jib sehingga dapat mencapai radius yang diinginkan. 3. Traveling mechanism ( Mekanisme jalan )

Mekanisme ini digunakan untuk menurunkan beban yang telah diangkat.

2.4.3.3 Concrete Pump

2.4.3.3.1 Definisi

Concrete pump merupakan alat untuk menuangkan beton basah dari truck mixer ke tempat yang ditentukan. Concrete pump digunakan pada saat pengecoran balok, kolom, plat. Concrete pump banyak digunakan dalam pengecoran karena (Benjamin, 1991) :

1. Concrete pump dalam pelaksanaanya lebih halus dan lebih cepat dibanding metode lain.

2. Concrete pump dilengkapi dengan pipa delivery, sehingga sangat flexible untuk menempatkan beton segar dilokasi yang tidak dapat dijangkau oleh alat lain.

Atau dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini :

Gambar 2.4

Concrete Pump

2.4.3.3.2 Jenis concrete Pump

Berdasarkan jenis pompanya terdapat tiga macam concrete pump, yaitu :

1. Piston Pump

Menggunakan langkah piston untuk menghisap beton basah dari corong penerima (langkah hisap) dan mengeluarkannya melalui katup pengeluaran (langkah buang) ke pipa delivery.

2. Pneupatic Pump

Menggunakan udara yang dimampatkan untik menghisap beton dan mengeluarkannya dari pembuluh tekan ke pipa delivery.

3. Squezze – pressure Pump

Menggunakan roda penggiling ( roller ) untuk menghisap beton basah. Memampatkannya, dan mengeluarkannya ke pipa delivery.

2.4.3.3.3 Penempatan Alat

Dalam menentukan letak concrete pump, yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Terdapat ruang yang cukup untuk penyangganya ( outrigger ).

2. Terletak pada permukaan tanah yang horizontal dan solid / padat.

3. Terletak di posisi yang meminimumkan geraknya. 4. Terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh truck mixer.

2.4.3.3.4 Kapasitas Alat

Kapasitas dari concrete pump tergantung pada : 1. Jenis concrete pump

Masing – masing pabrik pembuatnya mengeluarkan tipe dengan kapasitas cor yang berbeda – beda.

2. Panjang Pipa

Semakin panjang pipa kapasitas cornya semakin kecil. 3. Diameter pipa

Semakin besar diameter pipa makan semakin kecil kapasitas cornya.

4. Nilai Slump

(

(

(7)

Semakin besar nilai slump maka kapasitas cornya semakin besar

2.4.3.4 Truck Mixer

Truck mixer adalah alat yang digunakan untuk membawa campuran beton basah dari pabrik pembuatan readyix (Batching Plan) ke lokasi poyek dengan sostem bak yang terus berputar dengan kecepatan yang sudah diatur sedemikian rupa supaya campuran beton selama dalam perjalanan tidak berkurang kualitasnya. Kapasitas truck mixer yang digunakan adalah 5m3. Perhitungan biaya truck mixer berdasarkan harga beli tiap meter kubinya.

Gambar 2.5

Truck Mixer 2.4.3.5 Concrete Bucket

Concrete bucket adalah yang digunakan untuk membawa atau menampung campuran beton dari truck mixer yang kemudian didistribusikan ke lokasi pengecoran baik oleh tower maupun mobile crane. Kapasitas concrete bucket yang digunakan diantaranya adalah 0,5 – 0,8 m3. Perhitungan biaya genset berdasarakan dengan harga beli.

Gambar 2.6

Concrete Bucket 2.4.3.6 Generator Set ( Genset )

Generator Set merupakan alat pembangkit tenaga listrik dengan mesin diesel. Generator ini digunakan sebagai sumber listrik untuk tower crane, selain dapat digunakan sebagai sumber listrik untuk penerangan pada lokasi proyek. Generator yang digunakan adalah dengan kapasitas 150 KVA. Perhitungan biaya genset berdasarkan dengan harga sewa perbulan.

Gambar 2.7

Generator Set

2.5 Produktivits ( Kapasitas Operasi ) Peralatan

2.5.1 Dasar – dasar Perhitungan Produksi

Dalam Merencanakan proyek yang dikerjakan dengan alat – alat berat, suatu hal yang sangat penting adalah menghitung kapasitas operasi peralatan tersebut. Hal ini karena kapasitas

operasi merupakan komponen utama dalam perhitungan waktu pelaksanaan disamping beban kerja alat ( volume pekerjaan ). Pada umumnya peralatan yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Peralatan bertenaga non mesin

Adalah peralatan yang dalam melakukan fungsinya menggunakan tenaga manusia.

2. Peralatan bertenaga mesin

Adalah peralatan yang dalam melakukan fungsinya menggunakan tenaga mesin.

Terdapat beberapa metode dalam menentukan kapasitas operasi peralatan, yaitu :

1. Kapasitas Angkat

Perhitungan kapasitas angkat didasarkan pada:

a. Volume yang dikerjakan persiklus waktu dan jumlah siklus dalam satu jam.

Rumus produksi perjam (Rochmanhadi : 1984).

xE

Cm

qx

Q

60

Dimana : Q = Produksi perjam

q = produksi dalam satu siklus

cm = waktu siklus

E = efisien kerja

b. Daya kuda ( Horse Power )

1 Hp = 4575 kgm / menit ( Soedrajat, 1994 ) Kemampuan orang adalah 1/6 daya kuda ( HP )

Kemampuan peralatan mesin tergantung dari spesifikasi peralatan.

2. Kapasitas Cor ( Concrete Pump )

Langkah – langkah dalam menentukan delivery capacity adalah

a. Menentukan Horizontal Equivalent Length, yaitu perkalian panjang pipa dengan faktor horizontal conversion. Harga untuk horizontal conversion dapat dilihat dalam Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.

b. Dengan melihat Gambar 2.5 grafik hubungan antara delivery capacity dengan Horizontal Transport Distance sesuai dengan nilai slump dan diameter pipanya maka besarnya delivery capacity dapat ditentukan.

c. Mengalikan produktivitas per jam (delivery capacity) dengan faktor efisiensi kerja yang tergantung pada kondisi operasi dan pemeliharaan mesin.

Tabel 2.1

Horizontal Conversion Table of Boom Pipe Boom

Position

Horizontal equivalent length (m)

Symbol Slump 5 – 10 cm Slump 11 – 17 cm Slump 18 – 23 cm Horizontal 94 94 94 LBH 45o 109 115 118 LB45 Vertical 109 116 121 LBV

Sumber : Instruction Manual For Concrete Pump Model IPF90B-5N21

(8)

Tabel 2.2

Horizontal Conversion Table of Transport Pipe

Item Unit DimensionNominal

Horizontal equivalent length

Symbol Slump 5 – 10 cm 11 – 17 cmSlump 18 – 23 cmSlump Upward Pipe Per 1 m 100 A 125 A 150 A 2 3 3.5 2.5 3.5 4.5 3 4 5.5 V Taper Pipe Per 25 A 175 A – 150 A 150 A – 125 A 125 A – 100 A 3 T

Bent Pipe Per 90o 4

R

Fleksibel

Hose Per 1 m 2 F

Sumber : Instruction Manual For Concrete Pump Model IPF90B-5N21

Sumber : Instruction Manual For Concrete Pump Model IPF90B-5N21

Gambar 2.8

Grafik Delivery Capacity

Sebagai pedoman dasar untuk menghitung produksi suatu pekerjaan dilaksanakan dengan bantuan peralatan adalah sebagai berikut Masalah kuantitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan persediaan, antara lain :

1. Menentukan beberapa faktor yang berpengaruh pada perhitungan produksi dari peralatan berdasarkan tipe dan ukuran peralatan yang dipilih antara lain :

a. Kapasitas standart produksi peralatan

Dengan ditentukan tipe dan ukuran peralatan dapat diketahui kemampuan kapasitas produksi dan komponen peralatan untuk menangani pekerjaan. b. Biaya operasi dan perawatan peralatan

Ukuran mesin dipakai sebagai dasar untuk menghitung konsumsi bahan bakar, dan bahan pelengkap lainnyabdalam proses produksi yang mempengaruhi perhitungan biaya harga satuan pekerjaan dengan bantuan peralatan.

c. Kecepatan dalam berbagai gerakan operasi peralatan

Dengan diketahui besarnya kecepatan dalam berbagai gerak operasi peralatan dapat ditentukan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan dalam satu siklus pekerjaan.

d. Biaya mobilisasi dan demobilisasi

Biaya mobilisasi dan demobilisasi akan

mempengaruhi perhitungan harga satuan produksi. 2. Menentukan pengaruh sifat fisik material terhadap

produksi. Material pada pekerjaan konstruksi memerlukan suatu proses yang sangat dipengaruhi oleh sifat – sifat dan metode penanganan material sehingga dalam perhitungan terhadap peralatan volume pekerjaan harus dikalikan dengan faktor yang disebut dengan faktor konvesi yang tergantung dari jenis material dan metode penanganannya.

3. Menentukan pengaruh pada realisasi pelaksanaan pekerjaan dengan bantuan peralatan.

Dalam melaksanakan proses produksi pada dasarnya peralatan akan berkaitan dengan unsure mesin, manusia dan keadaan alam. Ketiga unsure tersebut akan mempengaruhi kinerja peralatan sehingga harus diperhitungkan dalam perhitungan produksi peralatan dengan suatu faktor yang disebut “faktor koreksi”.

2.5.2 Metode Perhitungan Produksi

Ada tiga faktor yang harus dilihat dalam menghitung produksi peralatan persatuan waktu, yaitu :

1. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi adalah kemampuan peralatan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam satu siklus lintasan operasi, dinyatakan dalam satuan volume tergantung dari jenis pekerjaan, cara penanganan material dan peralatan yang dipakai, yang dirumuskan sebagai berikut :

Produksi per Satuan Waktu ( Rochmanhadi : 1984, 12) : Q = q x N x Efisiensi Kerja

Dimana : Q = produksi per satuan waktu

q = kapasitas produksi peralatan per satuan waktu

N =

S

W

T

.

(jumlah trip per satuan waktu) T = satuan waktu ( jam , menit, detik ) w.s = waktu siklus

Ek = efisiensi kerja 2. Volume pekerjaan

Volume pekerjaan adalah jumlah kapasitas pekerjaan yang harus diselesaikan dalam setiap pekerjaan. 3. Waktu siklus

Jumlah waktu dalam satu waktu yang dipakai pada operasi individual atau kombinasi dengan peralatan lain tiap satu siklus yang tergantung pada :

a. Lintasan operasi

b. Kecaepatan pada berbagai gerakan c. Tinggi pengangkatan

d. Kehilangan waktu untuk percepatan dan

perlambatan e. Waktu menunggu

f. Waktu yang dihabiskan untuk pindah posisi ke posisi berikutnya, dan sebagainya

4. Efisiensi Kerja

Efisiensi kerja dinyatakan dalam suatu besaran faktor koreksi (Fk) yang merupakan suatu faktor yang diperhitungkan pengaruh unsur yang berkaitan dengan mesin, manusia dan keadaan cuaca dan faktor waktu kerja efektif terhadap pengoperasian peralatan yang dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini :

(9)

Baik Sekali Baik Sedang Jelek

Baik Sekali 0,84 0,81 0,76 0,70

Baik 0,75 0,75 0,71 0,65

Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60

Jelek 0,68 0,61 0,57 0,52

Kondisi Tata Laksana Kondisi Pekerjaan

Sumber : Rochmanhadi, (1984) 2. Faktor waktu kerja efektif

Kondisi Waktu Kerja Efektif Efisiensi Kerja

Baik Sekali 55 menit/jam 0,92

Baik 50 menit/jam 0,83

Sedang 45 menit/jam 0,75

Jelek 40 menit/jam 0,67

Sumber : Rochmanhadi, (1984)

3. Faktor keadaan cuaca

Keadaan Cuaca Efisiensi Kerja

Cerah 1,0

Cuaca debu/Mendung / Gerimis 0,8

Sumber : Rochmanhadi, (1984) 4. Faktor ketrampilan dan crew

Ketrampilan Operator dan Crew Efisiensi Kerja Sempurna 1,00 Rata -rata baik 0,75 Kurang 0,60

Sumber : Rochmanhadi, (1984) BAB III METODOLOGI

3.1. Umum

Penelitian ini berupa analisa perbandingan pemakaian alat berat tower crane dan mobil crane untuk pekerjaan konstruksi pada proyek bangunan. Permodelan penggunaan alat berat dilakukan dalam tinjauan biaya dan waktu. Metodologi tugas akhir ini akan dimulai berdasarkan jenis data dan tahapan pelaksanaan. Bagan dari metodologi pada tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 flowchart

3.2 Alur Penyelesaian Penelitian Tugas Akhir

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai maka berikut adalah tahapan-tahapan dari penelitian Tugas Akhir ini.

3.2.1 Studi literatur dan lapangan

Penggunaan literatur yang menunjang antara lain: buku tentang peralatan, buku petunjuk penggunaan alat berat, brosur dan lain – lain, sehingga dapat dipelajari dan diketahui cara penggunaan dan spesifikasinya alat berat yang digunakan. Setelah itu perlu dilakukan pengamatan dan wawancra di lapangan untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja dan penempatan alat berat tersebut di lapangan.

3.2.2 Studi Peralatan

Mempelajari dengan detail hal-hal yang berhubungan dengan peralatan berat agar dapat mengetahui definisi, cara kerja ,bagian-bagian , mekanisme kerja, dan tata letak atau penempatan peralatan berat TC, MC, dan CP di lapangan.

3.2.3 Pengumpulan Data

Data – data yang berkaitan dengan permasalahan yang ada, tidak hanya berasal dari proyek tetapi juga dari sumber lain sehingga memberikan informasi yang dibutuhkan. Adapun Data yang berasal dari proyek yang bersangkutan antara lain :

- Gambar struktur proyek

- Volume pekerjaan

- Jenis dan spesifikasi peralatan berat yang dipakai

-3.2.4 Menentukan Metode Pelaksanaan

Menentuan metode pelaksanaan pekerjaan antara

penggunaan alat berat tower crane dan mobile crane berpengaruh terhadap waktu dan biaya pelaksanaan di lapangan.

3.2.5 Menganalisa dan mengolah data

- Melakukan perhitungan volume pekerjaan struktur atas meliputi pekerjaan kolom, plat, balok, tangga dan shearwall

- Menentukan posisi titik pusat pengecoran atau pusat segmen serta jarak perpindahan material dan penempatan material dari lokasi proyek dan peralatan - Melakukan perhitungan biaya peralatan

Biaya peralatan yang dapat dihitung berdasarkan

lamanya peralatan tersebut beroperasi untuk

menyelesaikan pekerjaan.

Yang termasuk dalam biaya peralatan adalah :

1. Biaya sewa

2. Biaya operasional, upah operator dan yang terdiri dari pemakaian bahan bakar, minyak pelumas, upah operator dan crew pendukung peralatan.

3.2.6 Perhitungan waktu dan biaya pelaksanaan

Setelah diketahui volume pekerjaan, posisi dan biaya peralatan maka waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan untuk penggunaan TC, MC dan CP dapat diperoleh.

3.2.7 Membandingkan Hasil Dari Perhitungan

Setelah waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan dari kedua alat berat diperoleh, maka dibandingkan antara kedua alat berat tersebut manakah yang paling efisien dari segi waktu dan biaya. 3.2.8 Kesimpulan

Gambar. 3.1

Flow Chart Metodologi Studi Lapangan

a. Wawancara

b. Mengamati cara kerja, letak dan spesifikasi alat

Perhitungan Waktu dan Biaya Pelaksanaan

Menghitung waktu pelaksanaan dan biaya penggunaan TC, MC dan CP

Mulai

Pengumpulan Data Proyek Studi Peralatan

Definisi, cara kerja, bagian – bagian TC,MC,CP

Studi Literatur

a. Manajemen Konstruksi b. Perhitungan biaya pelaksanaan dengan menggunakan alat berat

Menganalisa dan Mengolah Data

Perhitungan volume pekerjaan, menetukan titik pusat segmen pekerjaan, jarak perpindahan, biaya peralatan

Kesimpulan

Menentukan Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Membandingkan hasil perhitungan kombinasi antara

TC,CP dan MC,CP

Gambar. 3.1

(10)

BAB IV

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1 Umum

Pada perencanaan penggunaan peralatan tower crane dan mobile crane dalam pembangunan Gedung IGD, Bedah Sentral dan Rawat Inap Maskin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang terletak di daerah Surabaya timur. Di sebelah kanan kiri lokasi proyek yang akan dibangun terdapat bangunan rumah sakit yang masih aktif, sehingga kenyamanan pengunjung yang datang di sekitar lokasi proyek perlu diperhatikan.

Pada pelaksanaan pembangunan proyek ini menggunakan peralatan berat salah salah satunya diantaranya adalah tower crane sebagai kondisi existing di lapangan. Dimana peralatan ini difungsikan sebagai pengangkat dan pemindah material dan perancah serta alat untuk melakukan pekerjaan pengecoran. Dari kondisi tersebut maka perlu dianalisa alternatif lain sebagai pembanding dalam penggunaan peralatan tower crane khususnya pada pekerjaan struktur, yaitu mobile crane. Dimana alat ini juga mempunyai kemampuan baik mengangkat, memindah maupun untuk pekerjaan pengecoran struktur, selain itu mobile crane memiliki mobilisasi dalam menjangkau lokasi yang akan dituju dengan merencanakan metode kerjanya yang disesuaikan lokasi pekerjaan.

4.2 Gambaran Umum Proyek

Nama Proyek : Pembangunan Gedung IGD,

Bedah Sentral dan Rawat Inap Maskin Rumah Sakit Umum Haji Surabaya

Lokasi : Jl. Manyar Kertoadi

Pemilik Proyek : Rumah Sakit Umum Haji

Surabaya Konsultan Perencana : PT. Isoplan

Kontraktor Pelaksana : Adhi - Anak Negeri, JO

Project Manager : Ir. Hari Mulyawan

Fungsi Bangunan : Rumah Sakit

Lingkup Pekerjaan : Struktur atas meliputi balok, plat, kolom, dan tangga.

Struktur Bangunan : Cor setempat / Convensional

Luas Tanah : 4190 m²

Panjang Bangunan : ±100 m

Lebar Bangunan : ±18 m

Jumlah Lantai : 6 Lantai

Tinggi perLantai : ±4m

Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Gambar layout denah, dan tampak pada lampiran tugas akhir

4.3 Data Volume Pekerjaan Proyek

Semua data volume pekerjaan proyek ini didapatkan dari kontraktor pelaksana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1.a Volume Pekerjaan Kolom

PENGECORAN ( M3 ) TULANGAN ( KG ) BEKISTING ( KG ) PERANCAH ( KG )

I 1 KOLOM A 1 18,81 6324,50 4278,01 2087,31 2 18,81 6324,50 5018,66 2448,69 B 1 20,50 5409,13 1473,09 1848,00 C 1 11,46 4175,66 3676,24 1549,80 2 11,46 4175,66 3496,91 1474,20 2 KOLOM A 1 16,11 4328,74 4392,63 2087,31 2 16,11 4328,74 5153,12 2448,69 B 1 17,83 4499,67 2863,73 1848,00 C 1 12,66 3434,78 4161,77 1549,80 2 12,66 3434,78 3958,75 1474,20 3 KOLOM A 1 16,11 3647,65 4064,04 2087,31 2 16,11 3647,65 4767,64 2448,69 B 1 16,39 3648,12 2649,50 1848,00 C 1 12,66 2722,08 3850,44 1549,80 2 12,66 2722,08 3662,61 1474,20 4 KOLOM A 1 16,11 3245,33 3972,69 2087,31 2 16,11 3245,33 4660,48 2448,69 B 1 16,39 3437,91 2589,95 1848,00 C 1 12,66 2643,25 3763,90 1549,80 2 12,66 2643,25 3580,29 1474,20 5 KOLOM A 1 16,11 3024,42 3973,15 2087,31 2 16,11 3024,42 4661,02 2448,69 B 1 16,39 2874,04 2590,25 1848,00 C 1 11,46 2223,14 3764,34 1549,80 2 11,46 2223,14 3580,71 1474,20 6 KOLOM A 1 7,76 1416,27 3512,89 2087,31 2 7,76 1416,27 4121,07 2448,69 B 1 16,19 3140,03 2290,19 1848,00 C 1 11,31 2196,07 3328,26 1549,80 2 11,31 2196,07 3165,91 1474,20

NOLANTAI PEKERJAANSEGEMEN ZONA VOLUME PEKERJAAN

Tabel 4.1.b Volume Pekerjaan Balok

PENGECORAN ( M3 ) TULANGAN ( KG ) BEKISTING ( KG ) PERANCAH ( KG ) 2 BALOK A 1 47,78 9486,20 4392,63 6925,04 2 56,05 11128,53 5153,12 8123,96 B 1 31,50 3266,47 2863,73 3299,33 C 1 38,28 8151,82 4161,77 6944,80 2 44,90 7754,17 3958,75 6606,03 3 BALOK A 1 42,80 8374,21 4064,04 6925,04 2 50,20 9824,02 4767,64 8123,96 B 1 29,73 2883,57 2649,50 3299,33 C 1 42,63 7196,25 3850,44 6944,80 2 40,55 6845,21 3662,61 6606,03 4 BALOK A 1 42,80 8640,73 3972,69 6925,04 2 50,20 10136,69 4660,48 8123,96 B 1 29,73 2975,34 2589,95 3299,33 C 1 42,63 7425,28 3763,90 6944,80 2 40,55 7063,07 3580,29 6606,03 5 BALOK A 1 43,71 8640,73 3973,15 6925,04 2 51,28 10136,69 4661,02 8123,96 B 1 34,70 2975,34 2590,25 3299,33 C 1 43,00 7425,28 3764,34 6944,80 2 40,91 7063,07 3580,71 6606,03 6 BALOK A 1 42,36 7107,48 3512,89 6925,04 2 49,69 8337,99 4121,07 8123,96 B 1 63,06 2447,39 2290,19 3299,33 C 1 69,39 6107,70 3328,26 6944,80 2 66,00 5809,77 3165,91 6606,03 NO LANTAI PEKERJAAN SEGEMEN ZONA VOLUME PEKERJAAN

(11)

Tabel 4.1.c Volume Pekerjaan Plat

PENGECORAN ( M3 ) TULANGAN ( KG ) BEKISTING ( KG ) PERANCAH ( KG )

2

PLAT

A

1

54,66

9486,20

4392,63

6925,04

2

64,12

11128,53

5153,12

8123,96

B

1

25,20

3266,47

2863,73

3299,33

C

1

50,01

8151,82

4161,77

6944,80

2

47,57

7754,17

3958,75

6606,03

3

PLAT

A

1

49,55

8374,21

4064,04

6925,04

2

58,12

9824,02

4767,64

8123,96

B

1

21,33

2883,57

2649,50

3299,33

C

1

50,01

7196,25

3850,44

6944,80

2

47,57

6845,21

3662,61

6606,03

4

PLAT

A

1

49,55

8640,73

3972,69

6925,04

2

58,12

10136,69

4660,48

8123,96

B

1

21,33

2975,34

2589,95

3299,33

C

1

50,01

7425,28

3763,90

6944,80

2

47,57

7063,07

3580,29

6606,03

5

PLAT

A

1

51,01

8640,73

3973,15

6925,04

2

59,84

10136,69

4661,02

8123,96

B

1

21,33

2975,34

2590,25

3299,33

C

1

50,01

7425,28

3764,34

6944,80

2

47,57

7063,07

3580,71

6606,03

6

PLAT

A

1

37,43

7107,48

3512,89

6925,04

2

43,92

8337,99

4121,07

8123,96

B

1

35,88

2447,39

2290,19

3299,33

C

1

91,62

6107,70

3328,26

6944,80

2

87,16

5809,77

3165,91

6606,03

NO LANTAI PEKERJAAN SEGEMEN ZONA

VOLUME PEKERJAAN

Tabel 4.1.d Volume Pekerjaan Tangga

PENGECORAN ( M3 ) TULANGAN ( KG ) BEKISTING ( KG ) PERANCAH ( KG ) IV 1 TANGGA A 2 3,92 235,10 237,32 242,40 B 1 5,23 313,68 386,37 363,60 C 1 3,92 235,10 248,76 242,40 2 TANGGA A 2 3,62 237,28 237,32 242,40 B 1 4,83 316,59 386,37 363,60 C 2 3,62 237,28 248,76 242,40 3 TANGGA A 2 3,62 237,28 237,32 242,40 B 1 4,83 316,59 386,37 363,60 C 2 3,62 237,28 248,76 242,40 4 TANGGA A 2 3,62 237,28 237,32 242,40 B 1 4,83 316,59 386,37 363,60 C 2 3,62 237,28 248,76 242,40 5 TANGGA A 2 3,62 237,28 237,32 242,40 B 1 4,83 316,59 386,37 363,60 C 2 3,62 237,28 248,76 242,40 6 TANGGA A 2 0,00 0,00 0,00 0,00 B 1 4,83 311,88 386,37 363,60 C 2 3,62 233,75 248,76 242,40 NO LANTAI PEKERJAAN SEGEMEN ZONA VOLUME PEKERJAAN

Tabel 4.1.e Volume Pekerjaan Shearwall

PENGECORAN ( M3 ) TULANGAN ( KG ) BEKISTING ( KG ) PERANCAH ( KG )

V 1 SHEARWALL A 2 48,04 7631,93 4029,08 588,00

NO LANTAI PEKERJAAN SEGEMEN ZONA VOLUME PEKERJAAN

4.4 Penggunaan Tower Crane

4.4.1 Spesifikasi Peralatan Tower Crane

Penentuan tipe dan jenis peralatan ( spesifikasi peralatan ) merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum menghitung kapasitas operasi peralatan dan waktu pelaksanaan, serta biaya pelaksanaan.

Spesifikasi dari tower crane yang digunakan adalah tipe Free Standing Crane karena tipe tower crane ini mampu berdiri bebas dengan pondasi khusus untuk tower crane itu sendiri : dengan Lifting capacity ; 2,4 ton di ujung jib dan maximum capacity ; 8 ton dan memiliki jib radius 61,5 m yang karena mampu menjangkau 100% area proyek. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada brosur tower crane pada lampiran tugas akhir.

4.4.2 Rencana Penempatan Tower Crane

Penempatan alat yang tepat pada lokasi proyek akan dapat memperlancar kegiatan proyek. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menganalisa kondisi lokasi proyek, diantaranya jalur mobilisai alat tersebut terhadap perencanan tata letak atau penempatan baik itu penimbunan material, gudang, kantor dan lainnya. Dimana penempatan alat ini harus mampu dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam proses pelaksanaan proyek tersebut.

Posisi operasional tower crane adalah penempatan tower crane pada suatu lokasi proyek untuk melakukan pekerjaan pengangkatan, pengecoran dan lain – lain. Dimana radius perputaran dari tower crane tersebut dapat mampu menjangkau seluruh lokasi proyek sehingga tower crane dapat menyelesaikan pekerjaan sefektif mungkin.

Menurut (Nugraha dkk,1985), dalam menentukan tata letak alat tower crane harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut ini :

1. Arah gerak atau lintasan tower crane sebaiknya sejajar dengan arah memanjang dari bangunan.

2. Harus tersedia ruang cukup untuk proses erection dan dismantling.

3. Dengan ukuran tower crane yang minimum, radius dan tinggi dan dapat menjangkau 100 % area gedung. Letak tower crane direncakan sebagai berikut :

1. Letak crane tepat ditengah – tengah bangunan dari posisi memanjang, karena pada posisi tersebut tower crane dapat menjangkau 100 % area bangunan dengan jib radius yang minimum.

2. Tower crane berada di samping kanan bangunan dari tampak utara dengan free standing setinggi 50 m supaya tidak membentur bangunan lain pada saat proses kerja.

3. Jarak tower crane dari bangunan disesuaikan dengan data teknis dari tipe tower crane yang digunakan. Pada tugas akhir ini letak penempatan tower crane sendiri sesuai dengan kondisi eksisting di lapangan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini

(12)

Gambar 4.1 Layout Posisi Penempatan Tower Crane

4.4.3 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur dengan Tower Crane

Sebelum pekerjaan struktur ini dilakukan, perancah atau scafolding sampai dengan pembekistingan harus sudah selesai terlebih dahulu.

Pada pekerjaan ini tower crane tidak banyak mengalami kesulitan dari perencanaan posisi penempatan truck mixer sampai pendistibusiannya.

Pekerjaan yang perlu dipersiapkan dan direncanakan pada penggunaan tower crane adalah :

1. Perencanaan posisi untuk tower crane pada lokasi proyek.

2. Pekerjaan pondasi untuk tower crane.

3. Pengadaan alat bantu diantaranya concrete bucket dan generator genset.

4. Menghitung volume pekerjaan struktur(selain pondasi). Serta jarak jarak terhadap posisi tower crane.

5. Perencanaan letak dari penimbunan material, direksi keet, gudang dan lainnya, serta jalur keluar – masuknya truck mixer dan posisinya.

6. Mengurutkan pekerjaan struktur sedemikian rupa dari lantai 1 sampai dengan lantai 6.

4.5 Alur Metode Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas

Dengan Menggunakan Tower Crane

4.5.1 Pekerjaan Pengangkatan Tulangan

Tulangan diambil pada tempat pembesian (tanah), yaitu level ± 0,00. Fabrikasi tulangan dilakukan di atas ( dimasing – masing lantai ) sehingga diangkat di atas dalam bentuk besi potongan, kecuali untuk pekerjaan kolom, fabrikasi dilakukan di bawah ( di tempat pembesian ). Jarak angkatnya berbeda – beda sesuai dengan ketinggian lantai.

4.5.2 Pekerjaan Pengangkatan Bekisting

Bekisting yang tersedia ada dua set, yaitu set I dipakai untuk lantai 1, 3, dan 5 sedangkan untuk set II dipakai untuk lantai 2, 4, dan 6. Untuk bekisting kolom diangkat dan diletakkan dilantai itu sendiri, sedangkan untuk bekisting plat dan balok diangkat diletakkan dilantai dibawahnya. Jarak angkatnya berbeda – beda sesuai dengan ketinggian lantai.

4.5.3 Pekerjaan Pengangkatan Perancah

Perancah ( scaffolding, pipe support, horybeam ) yang tersedia adalah 2 set. Untuk pipe support ( pekerjaan kolom ), set I untuk kolom lantai 1, 3, dan 5 sedangkan untuk set II dipakai untuk lantai 2, 4, dan 6. Untuk scaffolding ( pekerjaan balok ) set I untuk kolom lantai 1, 3, dan 5 sedangkan untuk set II dipakai untuk lantai 2, 4, dan 6. Untuk horybeam ( pekerjaan plat ) set I untuk kolom lantai 1, 3, dan 5 sedangkan untuk set II dipakai untuk lantai 2, 4, dan 6. Letak scaffolding dan horybeam ada pada lantai dibawahnya sedangkan untuk pipe support ada pada lantai itu sendiri. Jarak angkatnya berbeda – beda sesuai dengan ketinggian lantai.

4.5.4 Pekerjaan Pengecoran

Pada proses pengecoran beton segar diambil dari tanah yaitu dari level ± 0,00 sehingga jarak pengangkatan beton pada pekerjaan kolom, balok , plat, tangga dan shearwall berbeda – beda sesuai dengan ketinggian lantai

Pengecoran dilakukan dengan peralatan tower crane yang dilengkapi dengan concrete bucket dan concrete pump. Disini peralatan tower crane digunakan hanya untuk pekerjaan kolom sedangkan untuk plat dan balok menggunakan concrete pump.

MULAI

PENULANGAN KOLOM PEMBUATAN BEKISTING KOLOM,

PLAT DAN BALOK

PEMASANGAN BEKISTING PENGECORAN PEMBONGKARAN BEKISTING KOLOM PEMASANGAN BEKISTING BALOK DAN

PENULANGAN BALOK DAN PLAT PENGECORAN BALOK DAN PLAT PEMBONGKARAN BEKISTING BALOK DAN PLAT

CURING / PERAWATAN SELESAI

Gambar 4.2 Diagram alur pelaksanaan pekerjaan struktur atas

Adapun langkah – langkah metode pelaksanaan pekerjaan disini yang diambil sebagai contoh adalah pekerjaan pengecoran dengan menggunakan tower crane, sebagai berikut :

1. Proses Muat

penuangan beton ready mix dari truck mixer ke dalam bucket yang disediakan.

2. Proses Pengangkatan

Dalam proses pengangkatan terdapat beberapa proses yaitu :

a. Proses Hoisting (angkat)

= lokasi existing = lokasi yang dikerjakan = radius dari tower crane Keterangan

(13)

Yaitu proses pengangkatan bucket beton yang telah berisi beton basah ready mix ditunjukkan pada Gambar 4.3.

b. Proses Slewing (putar)

Yaitu proses perpindahan/perputaran lengan crane (jib), yang mengangkat bucket beton telah yang sudah berisi beton basah ready mix ke area yang akan dicor ditunjukkan pada Gambar 4.4.

c. Proses Trolley (jalan)

Yaitu proses untuk memindahkan bucket beton yang telah berisi beton basah ready mix sepanjang lengan Tower crane (jib) secara horizontal atau maju dan mundur ditujukkan pada Gambar 4.5. d. Proses Landing (Turun)

Yaitu proses penurunan bucket beton yang telah berisi beton basah ready mix untuk dituangkan ke lokasi/tempat yang akan dicor ditunjukkan pada Gambar 4.6.

3. Proses Pembongkaran

Yaitu proses pembongkaran/Penuangan beton ready mix ke dalam/area yang akan di cor.

4. Proses Kembali

Yaitu proses setelah beton basah ready mix dituangkan ke area yang akan dicor, kemudian bucket beton kembali untuk mengambil beton basah ready mix di truck mixer.

Gambar 4.3 Proses Hoisting atau Pengangkatan

Gambar 4.4 Proses Slewing atau Putar

Gambar 4.5 Proses Trolley atau Jalan

Gambar 4.6 Proses Landing atau Turun Sumber gambar diambil dari proses pengamatan dilapangan

4.6 Penggunaan Mobile Crane

4.6.1 Spesifikasi Peralatan Mobile Crane

Spesifikasi dari mobil crane yang digunakan adalah tipe Rough Terrain Crane karena memiliki jib yang mampu menjangkau hampir semua bangunan : dengan Lifting capacity ; 1.2 ton di ujung jib dan maximum capacity ; 2.8 ton dan memiliki jib radius max 26,2 m.

4.6.2 Rencana Penempatan Mobil Crane

Penempatan operasional mobil crane adalah penempatan mobile crane pada suatu lokasi proyek untuk melakukan pekerjaan pengangkatan maupun pengecoran, dimana radius muatan atau jangkauannya terbatas sehingga posisi mobil crane akan terus berpindah sesuai dengan lokasi pekerjaan yang mampu dijangkau oleh mobil crane. Sebelum penentuan tata letak dari mobile crane terlebih ditentukan jalur lintasan dari mobile crane. Letak penempatan mobile crane direncanankan sendiri sesuai pengamatan kondisi proyek dan dapat dilihat pada Gambar 4.7

Gambar 4.7 Layout Posisi Penempatan Mobil Crane = lokasi yang dikerjakan = lokasi Existing = arah gerak mobile crane Keterangan

(14)

4.6.3 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Dengan Mobile Crane Sebelum pekerjaan struktur ini dilakukan, perancah atau scaffolding sampai dengan pembekistingan harus sudah selesai terlebih dahulu.

Pada pekerjaan ini mobile crane harus memiliki metode kerja baik dalam perencanaan penempatan posisi mobile crane, truck mixer dan pekerjaan yang harus dikerjakan terlebih dahulu.

Pekerjaan yang perlu dipersiapkan dan direncanakan pada penggunaan mobile crane adalah :

1. Perencanaan posisi untuk mobile crane terhadap lintasannya pada lokasi proyek.

2. Pengadaan alat bantu diantaranya concrete bucket. 3. Menentukan segmen-segmen pekerjaan

4. Menghitung volume pekerjaan struktur serta tik pusat dari segmen dan jarak terhadap posisi mobile crane. 5. Perencanaan letak dari penimbunan material, direksi

keet, gudang dan daerah mobilisasi mobile crane, serta jalur keluar – masuknya truck mixer dan posisinya. 6. Mengurutkan pekerjaan struktur sedemikian rupa dari

lantai 1 sampai dengan lantai 6 dan atap.

4.6.4 Alur Metode Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas

dengan menggunakan Mobile Crane

Alur Metode pelaksanaan pekerjaan struktur dengan menggunakan Mobile disini sama halnya dengan metode pelaksanaan Tower Crane.

Adapun langkah – langkah pelaksanaan pekerjaan disini yang diambil sebagai contoh adalah pekerjaan pengecoran struktur atas dengan menggunakan mobile crane, sebagai berikut :

1. Proses Muat

penuangan beton ready mix dari truck mixer ke dalam bucket yang disediakan.

2. Proses Pengangkatan

Dalam proses pengangkatan terdapat beberapa proses yaitu :

a. Proses Hoisting (angkat)

Yaitu proses pengangkatan bucket beton yang telah berisi beton basah ready mix ditunjukkan pada Gambar 4.8.

b. Proses Slewing (putar)

Yaitu proses perpindahan/perputaran lengan crane (jib), yang mengangkat bucket beton telah yang sudah berisi beton basah ready mix ke area yang akan dicor ditunjukkan pada Gambar 4.9.

c. Proses Landing (Turun)

Yaitu proses penurunan bucket beton yang telah berisi beton basah ready mix untuk dituangkan ke lokasi/tempat yang akan dicor ditunjukkan pada Gambar 4.10.

3. Proses Pembongkaran

Yaitu proses pembongkaran/Penuangan beton ready mix ke dalam/area yang akan di cor.

4. Proses Kembali

Yaitu proses setelah beton basah ready mix dituangkan ke area yang akan dicor, kemudian bucket beton kembali untuk mengambil beton basah ready mix di truck mixer.

Gambar 4.8 Proses Hoisting atau Pengangkatan

Gambar 4.9 Proses Slewing atau Putar

Gambar 4.10 Proses Landing atau Turun Sumber gambar diambil dari proses pengamatan pekerjaan

pembongkaran bangunan eksisting dilapangan

BAB V

ANALISA WAKTU DAN BIAYA

5.1 Perhitungan Waktu Dan Biaya Pelaksanaan Dengan

Tower Crane

5.1.1 Perhitungan Waktu Tower Crane

Perhitungan waktu pelaksanaan tower crane dan mobile crane tergantung pada:

1. Volume material yang diangkat

Material yang akan diangkat yaitu : beton segar, bekisting, tulangan, scaffolding, tulangan , horybeam, pipe support.

2. Produksi per jam

Produktifitas standar dari tower crane dan mobile crane didasarkan pada volume yang dikerjakan persiklus waktu dan jumlah siklus dalam satu jam

Yang dimaksud satu siklus adalah urut – urutan pekerjaan yang dilakukan tower crane dan mobile crane dalam satu kegiatan produksi, yaitu :

1. Muat 2. Angkat 3. Bongkar 4. Kembali

5.1.1.1 Perhitungan Produksi Dalam Satu Siklus

Yang dimaksud dengan produksi dalam satu siklus disini adalah volume material yang akan diangkut tower crane untuk satu kali pengangkatan. Untuk mendapatkan produksi dalam satu siklus adalah dengan melakukan pengamatan dilapangan. Sebagai contoh untuk pekerjaan pengecoran, produksi dalam satu siklusnya adalah kapasitas bucketnya 0,8 m3. Untuk pengangkatan tulangan, bekisting, scaffolding, horybeam dan pipe support diakumulasikan ke kg. Untuk mengetahui produksi per siklus penggunaan tower crane dan mobile crane dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan 5.2 di bawah ini :

(15)

Tabel 5.1 Produksi Per Siklus Tower Crane

NO PEKERJAAN PRODUKSI SATUAN

1 Pengecoran 0,8 m³ 2 Pengangkatan Material - Tulangan 500 kg - Bekisting 1300 kg - Scafolding 1650 kg - Horybeam 625 kg - Pipe Support 1400 kg

Sumber : Asumsi di lapangan

Tabel 5.2 Produksi Per Siklus Mobile Crane

NO PEKERJAAN PRODUKSI SATUAN

1 Pengecoran 0,5 m³ 2 Pengangkatan Material - Tulangan 500 kg - Bekisting 1200 kg - Scafolding 1200 kg - Horybeam 625 kg - Pipe Support 1200 kg

Sumber : Asumsi di lapangan

5.1.1.2 Perhitungan Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan oleh tower crane dan mobile crane untuk menyelesaikan kegiatan produksi, meliputi waktu muat, waktu angkat, waktu bongkar dan waktu kembali.

Sulit untuk mendapatkan waktu standar sesuai dengan waktu sebenarnya. Hal itu karena banyaknya kondisi yang menyebabkan ketidakseragaman dari waktu siklus kondisi tersebut adalah :

1. Kondisi cuaca : seperti angin, hujan, siang malam 2. Kondisi alat : seperti merk, usia, perawatan

3. Kondisi tenaga kerja : seperti ketrampilan operator, kecepatan pekerja, kedisplinan, fisik pekerja.

4. Komunikasi antara operator dengan pekerja ditempat pemuatan dan pelepasan material.

1. Perhitungan Waktu Pengangkatan

Waktu pengangkatan oleh tower crane dihitung berdasarkan jarak tempuh dan frekuensi alat melakukan pulang, pergi dan waktu untuk bongkar muat dimana waktu tersebut tergantung berdasarkan waktu hoisting, slewing, trolley dan landing. Perhitungan jarak tempuh atau perletakkan material didasarkan pada titik pusat pada segmen – segmen yang telah ditentukan.

Setelah diketahui titik pusat per segmen dari perletakkan material atau titik pusat masing – masing kolom pada proses pengecoran kolom, maka dapat di hitung waktu pengangkatan dengan menggunakan tower crane berdasarkan waktu hoisting, slewing, trolley dan landing. 2. Perhitungan Waktu Kembali

Waktu kembali adalah waktu yang diperlukan tower crane untuk kembali ke posisi semula sehingga dapat dilakukan pemuatan kembali. Besarnya waktu kembali dipengaruhi oleh kecepatan dan jarak hoisting, slewing, trolley dan jarak landing.

3. Perhitungan Waktu Muat dan Bongkar a. Pekerjaaan Pengecoran

Waktu muat adalah waktu untuk mengisi concrete bucket dengan beton basah dari truck mixer, yang besarnya tergantung pada volume dari concrete bucket. Sedangkan waktu bongkar adalah waktu untuk menuangkan beton basah dari concrete bucket yang besarnya tergantung pada jenis pekerjaannya. Untuk

mendapatkan waktu bongkar muat dengan melakukan pengamatan di lapangan.

b. Pekerjaan pengangkatan material

Besarnya pengangkatan material ( tulangan, bekisting, scaffolding, horrybeam, dan pipe support ) tergantung pada volume dalam satu siklus, jenis material, serta ketrampilan pekerjanya. Dengan asumsi 6 orang untuk muat dan bongkar. Besarnya waktu muat bongkar ( Soedradjat : 1994, 11 ) :  Tulangan Muat : 0,3 jam/ton/orang Bongkar : 0,2 jam/ton/orang  Bekisting Muat : 0,3 jam/ton/orang Bongkar : 0,2 jam/ton/orang  Scafolding Muat : 0,2 jam/ton/orang Bongkar : 0,1 jam/ton/orang

5.1.1.3 Perhitungan Waktu Pelaksanaan Tower Crane

Tower Crane digunakan pada pekerjaan struktur pengecoran, pengangkatan bekisting dan Scafolding dari lantai 1 sampai dengan lantai 6. Pada pekerjaan ini tower crane dilengkapi dengan concrete bucket dan genset.

Pemilihan peralatan tower crane didasarkan pada beban maksimum dan radius terjauh dari jarak tower crane tersebut. Dari gambar letak tower crane diketahui dengan jarak atau radius terjauh sebesar 55 meter, sehingga dipilih tower crane dengan lengan 5 meter dengan ujung beban maksimum 2300 kg, sehingga pada pengecoran dipakai concrete bucket dengan kapasitas 1 m3atau 1000 liter, dimana BJ beton yang dipakai 2400 kg/m3, maka beban yang diangkat sebesar 0,8 m3 x 2400kg/m3 = 1920 kg.Dengan beban angkat pada pekerjaan struktur tiap segmen adalah 2400 kg maka kecepatan tower crane pada waktu pergi adalah sebagai berikut :

Kecepatan hoisting = 80 m/menit

 Kecepatan selwing = 0,6 rpm = 216˚/ menit

 Kecepatan trolley = 25 m/menit

 Kecepatan landing = 80 m/menit

Sedangkan kecepatan tower crane pada waktu kembali adalah sebagai berikut :

 Kecepatan hoisting = 120 m/menit

 Kecepatan selwing = 0,6 rpm = 216˚ / menit

 Kecepatan trolley = 50 m / menit

 Kecepatan landing = 120 m / menit

Adapun contoh perhitungan waktu pengecoran untuk pekerjaan kolom pada lantai 1 pada As C-1 adalah sebagai berikut:

 Volume Kolom = 1,20 m3

 Posisi Kolom = ( 99 ;11,725 ) m

 Posisi Tower Crane = ( 48,75 ; 18,755 ) m  Posisi Truck Mixer = ( 99 ; 24,225 ) m

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kanagarian Sontang Cubadak memanfaatkan 6 species tumbuhan yang digunakan dalam 3

Terapi antibiotik dapat diberikan dalam pengobatan DBD jika terdapat infeksi sekunder yang disebabkan oleh adanya translokasi bakteri dari saluran cerna dan hal ini

Dengan dasar tersebut penggunaan teknologi Web Rich Application (RIA) yang kini telah menjadi salah satu platform yang memiliki banyak keuntungan akan sangat tepat

Peme- rintah merupakan kelas yang mendominasi dalam pengelolaan pasar sehingga segala atu- ran dan kebijakan yang dibuat pemerintah harus diikuti oleh

(bahkan anda bisa melakukannya di tepi pantai jika anda mau!) Tetapi untuk mendapatkan uang yang banyak melalui bisnis gaya pos ini, anda perlu mengetahui RAHASIA

Realized rate of return adalah return yang terjadi, merupakan tingkat return yang telah benar-benar diperoleh investor. Istilah requaired rate of return tidak dikenal

Desa Perigi Kecil terletak di daerah bantaran muara Sungai Martapura atau dikenal dengan nama Muara Mantuil. Daerah ini memiliki prevalensi tertinggi anak dengan status gizi buruk.

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database