1
ETNOBOTANI DALAM UPACARA PERNIKAHAN ADAT MINANG
KABAU DI KANAGARIAN SONTANG CUBADAK KECAMATAN
PADANG GELUGUR KABUPATEN PASAMAN
Hidayati
1), Des M
2)Rizki
1),
1)
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
2)Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang
Hidayatiiid20@gmail.com
ABSTRACT
One of culture in Kanagarian Sontang Cubadak is Minang culture. Minang culture has wedding ceremony which is still done. For continuity the process, society used plant in wedding ceremony. To know the type, meaning and the way of using plant in culture ceremony, it’s done etnobotani research in wedding ceremony. This research was done in May-June 2016 in Kanagarian Sontang Cubadak Distric Padang gelugur Pasaman. Sample Identification was done in botani Laboratorium botani STKIP PGRI West Sumatera. This research using survey method with interview technique to elder of village and society. Based on the research result was gotten 6 species of plant which was used in 3 culture wedding ceremony that still exist until now. That plant has meaning like relation to culture, sibling relation, and estetika related. The way of plant use in culture of wedding ceremony generally in uncooked.
Keyword: Etnobotani, Culture Ceremony, Nagari Sontang Cubadak
PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan yang turun temurun dalam memanfaatkan tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan tumbuhan ini disebut dengan istilah Etnobotani. Istilah etnobotani diciptakan oleh Harshbarger pada tahun 1895. Etnobotani adalah suatu ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa yang primitif. Etnobotani merupakan cabang ilmu yang interdisipliner, yaitu mempelajari hubungan manusia dengan tumbuhan dan lingkungannya. Etnobotani mempelajari bagaimana pandangan kelompok masyarakat tentang alam melalui saringan kepercayaan, pengetahuan dan tujuan, dan bagaimana mereka mengimajinasikan penggunaannya, pengolahan dan peluang pemanfaatan sumberdaya khususnya sumber daya tumbuhan (Suryadarma, 2008).
Salah satu unsur kebudayaan daerah yang bersifaf universal adalah unsur yang berkenaan dengan upacara adat di suatu daerah. Tiap daerah tersebut memiliki berbagai macam acara atupun ritual-ritual dalam kebudayaan mereka masing-masing (Sundari, 2011). Upacara adat merupakan suatu upacara yang
dilakukan secara turun temurun, yang terkait pada aturan tertentu berdasarkan adat istiadat. Misalnya upacara perkawinan adat Minangkabau yang masih menggunakan berbagai macam acara dalam pelaksanaan prosesi adat yang dilakukan.
Setiap daerah memiliki upacara adat perkawinan Minangkabau yang berbeda namun tidak meninggalkan unsur adat istiadatnya. Perbedaan ini terjadi karena adanya kebiasaan dari disuatu daerah yang turun temurun dilakukan.Upacaraperkawinanan Minangkabau tidak dikenal mas kawin, yang ada adalah uang jemputan dari pihak keluarga perempuan kepada pihak keluarga laki-laki. Prosesi pernikahan adat minangkabau terdiri dari jopuik manjopuik, pinang maninang, batuka tando, akad nikah,baralek gadang, jalang manjalang dan sebagainya (Amir, 2011).
Sejalan dengan perkembangan waktu dan budaya modern, kekayaan leluhur ini semakin di tinggalkan dan dilupakan. Budaya tradisional yang disinyalir banyak memiliki kearifan lingkungan telah mengalami erosi yang dasyat, sehingga sebagian besar dari generasi sekarang sudah tidak mengetahui dan tidak peduli lagi dengan warisan leluhur. Oleh sebab itu diperlukan upaya penggalian adat
2
istiadat dan budaya untuk memperkuat basis msyarakat dalam menjaga kebudayaan mereka (Rahyuni dkk, 2013).
Kenagarian Sontang cubadak yang merupakan salah satu Kanagarian yang terdapat di Kecamatan Padang Gelugur, Kabupaten Pasaman,yang mana masyarakatnya memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan dalam prosesi upacara adat perkawinan yang masih dilaksanakan hingga saat ini.Tahapan prosesi upacara perkawinan yang dilakukan tidak semua nya dilaksanakan, ada acara yang ditinggalkan. Hal ini eret kaitannya efisiensi waktu, biaya, tenaga, tempat tinggal maupun keberadaan pemuka adat (Maulidah, 2015).
Secara etnobotani belum diketahui jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam prosesi upacara adat perkawinan, belum mengetahui makna yang terdapat dari setiap tumbuhan yang digunakan tiap prosesi upacara adat, dan belum mengetahuibagaimana cara penggunaan tumbuhan pada tiap-tiap prosesi upacara adat tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai species tumbuhan, makna, dan cara penggunaan tumbuhan dalam upacara adat perkawinan Minang di Kanagarian Sontang Cubadak.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016, pada 4 jorong yang ada diKanagaraian Sontang cubadak Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman.Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara, buku lapangan, penggaris, pensil, camera digital, label gantung, label herbarium, lakban, kantong plastik ukuran 50 kg, karung plastik ukuran 50 kg, parang, gunting tanaman, kardus tebal, kertas koran, tali rafia, kertas kalkir, kertas monting, jarum jahit, dan bahan yang digunakan yaitu spesimen tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat dan alkohol 96%.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan cara observasi, dan wawancara. Teknik wawancara dengan menggunakan kuisioner tertutup dan kuisioner terbuka. Dalam kuisioner tertutup jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih dari alternatif yang telah disediakan. Sedangkan
pada kuisioner terbuka jawaban tidak di tentukan terlebih dahulu. Responden berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya yang sesuai dengan pandangan dan kemampuan masing-masing (Yusuf, 2007). Penetapan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pemilihan informan dengan pertimbangan tertentu (Rugayah dkk, 2004). Adapun kriteria responden yang diwawancarai yaitu orang yang dianggap paling tahu tentang upacara adat tersebut. Responden yang dipilih untuk di wawancarai yaitu ninik mamak dan masyarakat. Setelah data yang terkumpul, dilakukan pengoleksian spesimen tumbuhan yang diambila langsung di lokasi tumbuhnya dengan dibantu oleh seorang informan, kemudian spesimen di foto dan diidentifikasi.
HASIL
Hasil penelitin yang telah dilakukan didapatkan bahwa upacara adat perkwinan Minang di Kanagarian Sontang Cubadak terdiri dari 3 tahapan, yaitu duduak niniak, batimbang tando, dan malam ba ina. Pada tahap duduak niniak mamak menggunakan 4 species tumbuhan, tahap batimbang tando menggunakan 4 species tumbuhan, sedangkan pada tahap malam ba inai hanya menggunakan 2 species tumbuhan saja. Dari keseluruhan tahapan prosesi upacara adat perkawinan minang di Kanagarian Sontang Cubadak Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman terdapat 6 species tumbuhan dengan 6 familia, yang dapat dilihat pada tabel 1. Makna tumbuhan yang digunakan digunakan dalam upacara adat perkawinan Minang di Kanagarian Sontang Cubadak Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman dapat dilihat pada tabel 2, sedangkan cara penggunaan tumbuhan dalam upacara adat perkawinan Minang di Kanagarian Sontang Cubadak Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman dapat dilihat pada tabel 3.
3
Tabel 1. Species tumbuhan yang digunakan dalam upacara adatperkawinan Minang di Kanagarian Sontang Cubadak Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman.
No Species Familia Habitus
1 Areca catechu L. Arecaceae Pohon
2 Lawsonia inermis L. Lythraceae Perdu
3 Piper betle L. Piperaceae Perdu
4 Uncaria gambir (Hunter) Roxb. Rubiaceae Perdu
5 Citrus aurantifolia (Cristm. & penz.) Swingle. Rutaceae Pohon
6 Nicotiana tabacum L. Solanaceae Perdu
Tabel 2. Makna tumbuhan yang digunakan dalam upacara adatperkawinan Minang di Kanagarian Sontang Cubadak Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman.
No Species Makna
1 Areca catechu L. Kelengkapan hidup manusia dalam
bermasyarakat dan beradat
2 Lawsonia inermis L. Mengungkapkan kasih sayang keluarga
3 Piper betle L. Manusia memiliki darah dan kekerabatan
yang kuat
4 Uncaria gambir (Hunter) Roxb. Kelengkapan adat
5 Citrus aurantifolia (Cristm. & penz.) Swingle.
Pewangi inai
6 Nicotiana tabacum L. Kelengkapan adat
Tabel 3.Cara penggunaan tumbuhan dalam upacara adatperkawinan Minang di Kanagarian Sontang Cubadak Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman.
No Species Bagian
yang digunakan
Cara Penggunaan
1 Areca catechu L. Buah Disusun di atas piring untuk di
perlihatkan ke ninik mamak sebagai pembuka acara
2 Lawsonia inermis L. Daun Digiling halus untuk mewarnai
kuku pengantin
3 Piper betle L. Daun Disusun di atas piring untuk di
perlihatkan ke ninik mamak sebagai pembuka acara 4 Uncaria gambir (Hunter) Roxb. Daun Disusun di atas piring untuk di
perlihatkan ke ninik mamak sebagai pembuka acara 5 Citrus aurantifolia (Cristm. & penz.)
Swingle.
Buah Diperas dan diambit ekstraknya untuk pewangi inai
6 Nicotiana tabacum L. Daun Disusun di atas piring untuk di
perlihatkan ke ninik mamak sebagai pembuka acara
PEMBAHASAN
Tabel 1 dapat dilihat bahwa spesies tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat perkawinan minang ada 6 species dengan 6 familia. Species tumbuhan yang paling sedikit digunakan dalam tiap prosesi upacara adat yaitu Lawsonia inermis L. dan Citrus
aurantifolia (Cristm. & penz.) Swingle yang hanya digunakan dalam prosesi malam bai inai.Berdasarkan bentuk hidup (habit), tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat yang ditemukan terdiri dari 2 kelompok habitus yaitu pohon dan perdu. Keseluruh kelompok bentuk hidup tumbuhan ini, yang banyak
4
dimanfaatkan yaitu tumbuhan yang habitnya perdu sebanyak 4 species. Sedangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Rahyuni (2013) pada upacara adat perkawinan suku Tajio di desa Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong ditemukan 32 species tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat. Perbedaan ini terjadi karena pada memiliki urutan prosesi yang lebih banyak sehingga tumbuhan yang digunakan juga lebih banyak.
Tabel 2 dapat dilihat tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat memiliki makna dalam upacara tersebut. Masing-masing tumbuhan memiliki makna yang didasarkan pada kepercayaan masyarakat setempat. Ada 3 kelompok makna dari tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat di Kanagarian Sontang Cubadak yaitu makna terkait adat istiadat, makna terkait hubungan kekeluargaan, dan makna estetika. Makana terkait adat istiadat, menjelaskan suatu kelengkapan adat yang harus ada dan dijalankan sesuai dengan hukum adat yang berlaku. Misalnya Uncaria gambir (Hunter) Roxb, Areca catechu L., Nicotiana tabacum L. Makna terkait hubungan kekeluargaan mengambarkan hubungan persaudaraan dan kekerabatan antar sesama kelompok keluarga. Misalnya Piper betle L., dan Lawsonia inermis L, sedangkan makna makna terkait estetika menggambarkan nilai-nilai seni dari prosesi upacara adat yang dilakukan.Estetika merupakan unsur minor yang berperan sebagai pelengkap dan tidak diwajibkan untuk selalu ada di dalam pelaksanaan upacara adat misalnya Citrus aurantifolia (Cristm. & penz.) Swingle. Berbeda dengan yang ditemukan Maulidah (2015) pada upacara adat perkawinan horja haroan boru di Padangsidimpuan juga ada 5 kategori makna yaitu, makana terkait adat istiadat, makna terkait hubungan kekeluargaan, makna terkait hubungan sosial, makna terkait doa dan makna terkait estetika.
Tabel 3 dapat dilihat cara penggunaan tumbuhan dalam prosesi upacara adat. Cara penggunaan ini tergantung pada prosesi upacara adat yang dilakukan. Tumbuhan yang digunakan pada umumnya berupa tumbuhan yang digunakan dalam keadaan mentah. Tepapi tumbuhan ini ada yang digunakan dalam bentuk utuh misalnya daun Uncaria gambir (Hunter) Roxb, buah Areca catechu L., daun Nicotiana tabacum L., dan daun Piper betle L. Yang disusun diatas piring sebagai pembuka acara. Sedangkan tumbuhan yang dihaluskan
yaitu daun Lawsonia inermis L. Ada juga yang penggunakan ekstrak dari tumbuhan tersedebut dengan cara memerasnya contohnya buah Citrus aurantifolia (Cristm. & penz.) Swingle. Sesuai dengan penggunaan tumbuhan adat yang digunakan dalam upacara batagak penghulu masyarakat Minangkabau oleh Sundari (2011).
Upacara adat perkawinan Minang di Kanagarian Sontang Cubadak Kabupaten Pasaman ini adas tahapan prosesi upacara yang ditinggalkan karena adanya alasan-alasan tertentu seperti penghematan waktu, biaya, dan tenaga. Sehingga species tumbuhan yang digunakan juga berkurang. Hal ini dapat dilihat dari urutan prosesi upacaranya yang sedikit dibanding dengan prosesi perkawinan Minang yang sebenarnya. Berdasarkan pendapat responden yang diwawancarai dahulunya upacara perkawinan Minang terdiri dari duduak mniniak mamak, ba anta ba japuik, batimbang tando, manata kado, malam ba inai, dan adat panggilan suruik. Yang masih bertahan hingga saat ini yaitu duduak niniak mamak, batimbang tando, dan malam ba inai.
Duduak Niniak Mamak
Acara ini dilakukan untuk memberitahu kepada ninik mamak dan keluarga bahwa anak perempuan akan ada yang meminang. Dalam acara ini juga menyatakan kepeda ninik mamak bahwa acara pernikahan akan di urus oleh ninik mamaknya. Tumbuhan yang digunakan dalam acara ini yaitu Piper betle L., Areca catechu L., Nicotiana tabacum L., dan Uncaria gambir (Hunter) Roxb., dan bahan lain yang digunakan yaitu sadah. semua bahan akan disusun di atas piring yang akan di perlihatkan kepada ninik mamak bahwa acara akan dimulai.
Batimbang Tando
Selanjutnya keluarga laki-laki mendatangi keluarga perempuan untuk meminang. Setelah pinangan diterima maka dilanjutkan ke prosesi batimbang tando sebagai simbol pengikat perjanjian antara pihak laki-laki dan perempuan.Tumbuhan yang digunakan dalam acara ini yaitu Piper betle L., Areca catechu L., Nicotiana tabacum L., dan Uncaria gambir (Hunter) Roxb., dan bahan lain yang digunakan yaitu sadah.
Dalam acara batimbang tando akan dihdiri orang tua, kerabat, dan ninik mamak
5
dari kedua belah pihak. Laki-laki akan memberikan kain sarung kepada prempuan sebagai tandanya dan perempuan akan memberikan kain panjang kepada laki-laki sebagai tandanya pula. Penetapan tanggal pernikahan, dan menentukan pesta yang akan dilakukan apakah itu pesta kecil, menengah, dan besar akan ddibicarakan pada tahap ini.
Malam Ba Inai
Malam sebelum akad nikah, calon pengantin wanita akan di beri inai pada telapak, jari-jari kuku tangan dan kakinya. Adapun tumbuhan yang digunakan yaitu Lawsonia inermis
L.dan Citrus aurantifolia (Cristm. & penz.) Swingle.Tradisi ini disebut malam bainai, yang tujuannya sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari keluaga. Keesokan harinya pihak laki-laki akan datang kerumah perempuan untuk melangsungkan akad nikah. Setelah acara akad nikah akan diadakan pesta baralek, dimana kedua pengantin akan bersanding di pelaminan. Pada sore harinya kedua pengantin akan di arak keliling kampung dengan pakaian adat. Acara ini akan di iringi dengan musik Gondang, maka selesailah acara pernikahan.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kanagarian Sontang Cubadak memanfaatkan 6 species tumbuhan yang digunakan dalam 3 prosesi upacara adat perkawinan yang masih bertahan hingga saat ini.Tumbuhan ini digunakan dalam upacara duduak niniak mamak, batimbang tando, dan malam ba inai.Tumbuhan tersebut memiliki makna berupamakna yang terkait adat istiadat, hubungan kekeluargaan, dan makna terkait estetika. Cara penggunaan tumbuhan dalam upacara adat padaumumnya dalam keadaan mentah.
SARAN
Baiknya perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang etnobotani pada berbagai bidang, untuk menjaga kelestarian tumbuhan dan pengembangan ilmu etnobotani yang lebih baik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimaksih penulis ucapkan kepada bapak Nasrul Rajo Junjungan, Albizar, Muslim Rajo Indo, dan Mulyadi sebagai ninik mamak yang telah ikut membantu dalam pengambilan data penelitian. Selanjutnya kepada Anggun Sophiaatas bantuan dan kerjasamanya selama pengeringan spesimen dan identifikasi sampel penelitian di Laboratorium Botani STKIP PGRI Sumbar Padang.
DAFTAR PUSTAKA
Amir. 2011. Adat Mianangkabau Pola Dan Tujuan Hidup Orang Minang. Citra Harta Prima : Jakarta. Maulidiah, R. 2015. Etnobotani Upacara Adat
Perkawinan Haorja Haroan Boru Masyarakat Suku Batak Angkola Di Padangsidimpuan. Skripsi. Jurusan Biologi. Fmipa. Universitas Andalas Padang. Rahyuni, E. Yniati dan R. Pitopang. 2013.
“Kajian Etnobotani Tumbuhan Ritual Suku Tajiodi Desa Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong”. Jurnal of natural science, 2(2):46-54. Rugayah, E.A. Widjaja, Praptiwi dan E.B
Walujo. 2004. Pedoman pengumpulan data keanekaragaman flora. Puslit Biologi-LIPI : Bogor. Sundari, W.S. 2011. Perbandingan Etnobotani
Upacara Adat Batagak Penghulu Masyarakat Minangkabau Di Sumateta Barat. Skripsi. Jurusan Biologi. FMIPA. Universitas Andalas Padang.
Supriatna, J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obar Indonesia: Jakarta.
Suryadarma, IGP. 2008. Etnobotani. Diktat Kuliah. Program Studi Pendidikan Biologi FMIPA. Universitas Yogyakarta.
Yusuf, A.M. 2007. Metodologi Penelitian Dasar-Dasar Penyelidikan Ilmiah. Universitas Negeri Padang Press: Padang