BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Peledakan merupakan kegiatan lanjutan kegiatan pemboran. Kegiatan peledakan sangatlah penting dalam kegiatan pertambangan, dikarenakan terkadang terdapat bahan galian yang memiliki tingkat kekerasan batuan yang tinggi, sehingga batuan tersebut tidak dapat dipisahkan hanya dengan menggunakan alat pengeruk. Dikarenakan penggunaan bahan peledak itu berbahaya maka diperlukan teknik dalam penggunaannya, agar pemanfaatannya lebih efisien dan lebih aman. Oleh karena itu, mempelajari teknik peledakan meliputi penggunaan peralatan dan perlengkapan peledakan sangat penting agar dapat menguasai penggunaan bahan peledak dengan baik.
1.2.
Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Maksud dalam pembuatan laporan akhir akhir adalah agar praktikan dapat mengenal dan memahami segala hal yang berkaitan dengan teknik peledakan. Serta untuk memenuhi tugas Praktikum Peledakan pada tanggal 30 November 2015.
1.2.2. Tujuan
Tujuan pada Praktikum Peledakan pada Bab Analisis Fragmentasi Hasil Peledakan adalah:
Agar praktikan memahami fragmentasi hasil peledakan
Agar praktikan dapat mengetahui metode perhitungan prediksi fragmentasi
Agar praktikan dapat mengetahui pengambilan dan pengolahan data fragmentasi batuan dari hasil peledakan secara aktualBAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Fragmentasi Batuan
Fragmentasi batuan adalah suatu istilah untuk menunjukan ukuran setiap bongkah hasil kegiatan peledakan. Penentukan ukuran fragmentasi tergantung pada proses selanjutnya, untuk tujuan tertentu ukuran fragmentasi yang besar atau boulder diperlukan misal untuk penghalang (barrier). Namun tidak sedikit keinginan ukuran fragmentasi yang berukuran kecil karena untuk memudahkan ke proses selanjutnya. Terdapat dua prinsip yang harus digunakan untuk mengontrol ukuran fragmentasi, yaitu tercukupinya jumlah energi yang dihasilkan bahan peledak yang terpakai dalam massa batuan dan pada saat pelepasan energi di dalam massa batuan. Bahan peledak harus ditempatkan dalam suatu konfigurasi geometri sehingga energi yang dihasilkan optimum untuk fragmentasi. Konfigurasi geometri ini biasanya disebut dengan pola peledakan. Ukuran fragmentasi terbersar biasanya dibatasi oleh mangkok alat gali (excavator atau shovel) yang akan memuatnya ke dalam truk dan oleh ukuran gap bukaan crusher.
2.2.
Oversize Batuan
Oversize batuan sangat mempengaruhi dalam meningkatkan efisiensi dari alat muat, alat gali dan proses selanjutnya. Material yang memiliki ukuran besar memerlukan penanganan dalam proses selanjutnya seperti secondary blasting atau rock breaker. Material yang terlalu halus juga akan menyebabkan mudahnya pengaliran material tanpa harus melewati proses crushing dan konsekuensinya dapat menyebabkan choke pada secondary sircut, dan akan mempengaruhi ekonomi pada efisiensi processing.
Ukuran fragmentasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, antara lain sebagai berikut:
a. Oversize, yaitu ukuran-ukuran batuan yang relatif besar (diatas standar yang telah ditentukan) atau sering disebut boulder, dimana diperlukan pemecahan sekunder sebelum melanjutkan menuju proses selanjutnya.
Pada tambang bawah tanah ukuran boulder kurang dari 300 mm, sedangkan pada tambang terbuka ukuran boulder lebih dari 1000 mm. b. Fine, adalah ukuran partikel yang suilt ditangani secara mekanis tetapi
dapat ditangani dengan proses kimia seperti menggunakan proses flotasi. Contohnya batubara atau dolomit yang umumnya memiliki ukuran 6 mm, sedangkan bijih emas berukuran 1 mm.
c. Medium adalah ukuran fragmentasi yang memiliki nilai ekonomis.
Fragmentasi batuan yang terbentuk dari hasil suatu proses peledakan dapat berasal dari:
1. Pecahan yang terbentuk dari rekahan batuan yang disebabkan oleh proses detonator bahan peledak
2. Rekahan atau blok batuan yang terdorong yang disebabkan oleh energi peledakan
3. Kombinasi dari rekahan akibat dari peledakan dan rekahan alami
2.3.
Mekanisme Fragmentasi Batuan
Terdapat beberapa hal penting dalam mekanisme fragmentasi batuan, antara lain sebagai berikut:
1. Gelombang tekan dan tekanan gas berperan penting dalam fragmentasi akibat peledakan.
2. Pembentukan rekahan radial pada dinding lubang ledak merupakan pengkondisian awal akibat gelombang tekan.
3. Pengembangan gas dari detonator bahan peledak menekan rekahan radial untuk terus berekspansi
4. Dalam kondisi tegang rekahan yang ada terus berkembang
2.4.
Model Prekdiksi / Perkiraan Ukuran Fragmentasi
Tingkat fragmentasi batuan dapat diperoleh dari percobaan di lapangan dengan mengevaluasi perubahan variable peledakan. Variabel yang dimaksud adalah sifat-sifat batuan, pola peledakan dan jumlah pengisian bahan peledak. Sebuah model yang banyak digunakan adalah model Kuz-Ram. Kuznetsov (1973) melakukan penelitian tentang fragmentasi. Penelitiannya ini menghubungkan ukuran rata-rata fragmentasi dengan powder factor (TNT) dan struktur geologi. Kuznetsov merumuskan hasil penelitiannya ini ke dalam suatu persamaan Kuznetsov yaitu:
X = A
Vo
q
¿
¿
¿
. Q1/6Dimana: X = Rata-rata ukuran fragmentasi (cm) A = Faktor batuan
1 : Lunak 7 : Agak Lunak 10 : Keras
13 : Keras, sedikit rekahan Vo = Volume batuan (m3)
Q = Jumlah bahan peledak (kg)
Cunningham (1987) memodifikasi persamaan diatas untuk bahan peledak ANFO menjadi:
Xm = A (PF)-0.8 . Qe1/6 115 E ¿ ¿ ¿ Xm = Ukuran rata-rata fragmentasi (cm0 A = Faktor batuan
Qe = Massa bahan peledak PF = Powder Factor (kg/m3)
E = Relative Weight Stregth (RWS) bahan peledak ANFO = 110
TNT = 115
2.5.
Penaksiran
Kurva Distribusi Fragmentasi
Dalam menerapkan Model Kuz-Ram, terdapat batasan-batasan yang harus diperhitungkan agar fragmentasi yang dihasilkan mendekati dengan yang telah direncanakan. Adapun batasan tersebut sebagai berikut:
Perbedaan ratio spasi terhadap burden pemboran tidak melebihi 2.
Penyalaan dan pengaturan waktu peledakan harus diatur sedemikian rupa agar diperoleh fragmentasi yang memuaskan dan tidak terjadi misfire.
Bahan peledak sebaiknya menghasilkan energi yang hampir sama dengan perhitungan kekuatan berat relatifnya.
Harus diperhatikan keberadaan bidang-bidang diskontinu karena fragmentasi juga mempengaruhi oleh tingkat kerapatan diskontinuitas yang ada pada batuan.
2.6. Perhitungan Koefisien Tekstur
Tekstur adalah suatu faktor penting yang dianalisis untuk menentukan kekuatan batuan. Hal tersebut dikarenakan tekstur mempengaruhi perilaku batuan ketika gaya-gaya seperti gaya tekanan, tegang, putar dan geser bekerja. Gaya-gaya ini menyebabkan perubahan susunan geometris di dalam massa batuan karena mengganggu hubungan diantara bagian butiran. Suatu metode untuk menganalisis ciri-ciri tekstur batuan terlah diperkenalkan oleh Howard dan Rowlan (1986).
Dasar utama dari analisis koefisien tekstur batuan meliputi korelasi di antara bentuk butir, orientasi butir, pemanjangan butir dan tingkat pemadatan butir. Interaksi antara komponen-kompenen tersebut memberikan suatu angka menyatakan koefisien tekstur. Howard dan Rowland (1986) memberikan suatu metode penilaian kuantitatif dari tekstur batuan dan menyederhanakannya ke dalam suatu formula seperti terlian pada persamaan dibawah ini:
KT = AW [{ N0/(N0 + N1)} x {1/(FFo)} + {N1/(N0+N1} x AR1 x AF1}]
Ket: KT = Koefisien Tekstur
AW = Pemadatan butir tertimbang
N0 = Jumlah butir yang memiliki aspek ratio di bawah batas
N1 = Jumlah butir yang memliki aspek ratio di atas batas
FFo = Rata-rata matematis dari faktor bentuk diskriminasi AR1 = Rata-rata matematis dari aspek ratio diskirminasi
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN
3.1.
Tugas
PT. Use Bersama TBK merupakan salah satu perusahaan tambang andesit di Jawa Barat yang diketahui memiliki banyak rekahan dengan spesifikasi batuannya dengan nilai SGr 2,55 gr/cc dan SGrstd 160 lb/ft3. Perusahaan ini
menggunakan metoda peledakan dalam pembongkaran/penggaliannya dengan menggunakan ANFO sebagai bahan peledak utamanya yang memiliki spesifikasi Sge 0.85 ton/m3 Sge
std 1.2 gr/cc, VoD 11803 fps dan VODstd 12000 fps. Geometri
peledakan yang digunakan perusahaan tersebut adalah sbb: Burden (B) = 3 m
Spasi (S) = 3.5 m Kedalaman (H)= 12 m Diameter (De) = 3 inchi Stemming (T) = 3 m Tinggi Jenjang= 12 m SubDrill (J) = 0 m
Jika dalam perhitungan di lapangan didapatkan hasil pengambilan data distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Hasil Pengamatan Fragmentasi Hasil Peledakan 1
Ukura n (cm) Section Jumla h Persentas e (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 < 20 8 7 6 5 7 6 8 7 6 10 70 18.37 21-40 15 20 14 22 21 24 15 23 6 12 172 45.14 41-60 8 5 5 4 4 8 5 6 5 4 54 14.17 61-80 9 5 7 7 8 4 4 5 4 5 58 15.22 > 80 3 4 3 2 3 2 2 2 3 3 27 7.08 Rata-rata 381 99.99
Sumber: Hasil Kegiatan Praktikum Laboratorium Peledakan
Tabel 3.2
Hasil Pengamatan Fragmentasi Hasil Peledakan 2
Ukura n (cm) Section Jumla h Persentas e (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 < 20 9 10 8 7 7 5 7 6 8 8 75 17.81 21-40 25 22 30 18 20 20 21 18 19 19 212 50.35
41-60 7 6 6 5 3 7 5 6 6 5 56 13.30
61-80 7 4 8 9 5 6 6 7 5 7 64 15.20
> 80 1 1 2 1 3 1 1 2 1 1 14 3.33
Rata-rata 421 99.99
Sumber: Hasil Kegiatan Praktikum Laboratorium Peledakan
Tabel 3.3
Hasil Pengamatan Fragmentasi Hasil Peledakan 3
Ukura n (cm) Section Jumla h Persentas e (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 < 20 12 15 20 14 14 12 15 17 17 15 151 31.39 21-40 22 22 25 17 19 19 20 23 19 24 210 43.66 41-60 88 5 5 4 4 7 6 6 4 4 53 11.02 61-80 9 5 7 6 5 4 4 6 4 5 55 11.43 > 80 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 12 2.49 Rata-rata 481 99.99
Sumber: Hasil Kegiatan Praktikum Laboratorium Peledakan
Tabel 3.4
Hasil Pengamatan Fragmentasi Hasil Peledakan 1
Ukura n (cm) Section Jumla h Persentas e (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 < 20 25 18 17 17 16 19 19 16 16 15 178 30.90 21-40 21 20 22 24 28 25 25 24 26 25 240 41.67 41-60 10 12 8 7 9 9 7 7 6 7 82 14.23 61-80 7 5 5 6 3 6 7 8 7 7 61 10.59 > 80 1 3 2 1 1 1 3 1 1 1 15 2.60 Rata-rata 576 99.99
Sumber: Hasil Kegiatan Praktikum Laboratorium Peledakan
Tabel 3.5
Hasil Pengamatan Fragmentasi Hasil Peledakan 1
Ukura n (cm) Section Jumla h Persentas e (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 < 20 15 15 13 16 18 12 12 14 15 15 145 23.09 21-40 21 22 22 21 21 22 21 24 27 25 226 35.99 41-60 15 14 14 14 14 14 16 14 15 18 148 23.57 61-80 10 9 9 9 8 8 9 9 8 9 88 14.01 > 80 2 2 5 1 2 1 3 1 3 1 21 3.34 Rata-rata 628 99.99
Sumber: Hasil Kegiatan Praktikum Laboratorium Peledakan
1. Hitung geometri oekedajab oerysagaab tersebut secara teoritis (RL Ash dan CJ Konya)!
2. Analisa mengapa perusahaan tersebut lebih menggunakan geometri peledakan aktual!
3. Hitung prediksi/perkiraan fragmentasi yang akan didapat dari masing-masing metode geometri peledakan (aktual, CJ Konya dan RL Ash) 4. Hitung distribusi fragmentasi hasil peledakan di lapangan
5. Jika ukuran mulut jaw cruhser hanya berukuran 80 cm, berapa presentase batuan yang dapat masuk?
(Note: KBsrd= 30; KSstd= 1.5; KTsrd=0.8; KJstd=0.3)
3.2.
Pembahasan
SGr = 2.55 gr/cc -> 158.87 lb/ft3 SGrstd = 160 lb/ft3 SGe = 0.85 ton/m3 VoD = 11803 fps VoDstd = 12000 fpsGeometri peledakan aktual PC = H – T
= 12 m – 3 m = 9 m Volume= B x S x L
= 3 m x 3.5 m x 12 m = 126 m3
Tonase= Volume x Density = 126 m3 x 2.55 gr/cc = 321.3 ton LD = 0.508 x 32 x 0.85 ton/m3 = 3.8862 kg/m W = LD x PC = 3.8862 ton/m x 9 m = 34.9758 ton PF = w / volume = 34.9758 / 126 = 0.27 kg/m3 1. Perhitungan RL. Ash AF1 = 3
√
SGe x VoD
2SGestd x VoDstd
2 =√
30.85 x 11803
21.2 x 12000
2 = 0.88 AF2 = 3√
SGr std
SGr
=√
3158.87
160
= 1.00 Burden (B) KB = KBstd x AF1 x AF2 = 30 x 0.88 x 1 = 26.4 B =KB x de
12
=
26.4 x 3
12
= 6.6 ft -> 2.01 m Spasi (S) KS = 1.5 x 0.88 x 1 = 1.32 S = 1.32 x 6.6 , = 8.71 ft -> 2.65 m Subdrill (J) KJ = 0.3 x 0.88 x 1 = 0.26 J = KJ x B = 0.25 x 6.6 m = 1.72 -> 0.52 m Stemming (T) KT = 0.8 x 0.88 x 1 = 0.7 T = 0.7 x 6.6 = 4.62 ft -> 1.40 m Powder Column PC = (L + J) – T = (12 + 0.52) – 1.4 = 11.12 m Volume V = B x S x L = 2.01 x 2.65 x 12 = 63.918 m Loading Density LD = 0.508 x De2 x Sge = 0.508 x 3 inch2 x 0.85 gr/cc = 3.89 kg/m W = LD x PC = 3.89 kg/m x 11.12 m = 43.25 kg Tonase= V x SGr = 63.198 x 2.55 ton/m3 = 161.15 ton PF =Volume
W
=63.198 tom
43.25 kg
= 0.68 kg/ton Perhitungan CJ. Konya Burden B = 3 . 1 5 .de
√
3SGe
SGr
= 3 . 1 5. = 6 . 5 5 f t -> 2 m Spacing S = =
12+2(6.55)
3
= 8 . 3 6 f t -> 2 . 5 4 m Subdrilling J = K J x B = 0 . 2 x 6 . 5 5 = 1 . 3 1 f t -> 0 . 4 m Stemming T = K T x B = 0 . 7 x 6 . 5 5 = 4 . 5 8 f t
-> 1 . 4 m Powder Column P C = ( L + J ) – T = ( 1 2 + 0 . 4 ) – 1 . 4 = 1 1 m Volume V = B x S x L = 2 x
2 . 5 4 x 1 2 = 6 0 . 9 6 m 3 Loading Density L D = 0 . 5 0 8 x D e 2 x S g e = 0 . 5 0 8 x 3 2 x 0 . 8 5 = 3 .
8 8 k g / m Berat Handak W = L D x P C = 3 . 8 8 x 1 1 = 4 2 . 6 8 Tonase T o n a s e = V x S G r = 6 0 . 9 6 x 2 .
5 5 = 1 5 5 . 4 5 t o n Powder Factor P F =
W
Volume
=42.68
60.96
= 0 . 7 k g / m 3 Tabel 3.6
Hasil Perbandingan Perhitungan
Aktual dan Teoritis
Sumber: Hasil Kegiatan Praktikum Laboratorium Peledakan
2. Alasan mengapa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan geometri
peledakan aktual adalah karena apabila dilihat batuan galiannya, geometri menggunakan metode RL Ash dan C.J Konya tidak memiliki spasi dan burden yang cukup rapat sehingga akan mempengaruhi fragmentasi yang dihasilkan. Dengan besaran PF 0.27 kg/m3 artinya
untuk memberaikan 1 m3 tanah penutup dibutuhkan bahan peledak
sebanyak 0.27 kg.
3. Prediksi / Perkiraan Ukuran Fragmentasi
Aktual Xm = A (PF)-0.8 . Qe 1/6 (
115
100
)19/30 Xm = 10 (0.28)-0.8 . 34.921/6 (115
100
)19/30 Xm = 56.30 cm R.L. Ash Xm = A (PF)-0.8 . Qe 1/6 (115
100
)19/30 Xm = 10 (0.68)-0.8 . 43.251/6 (115
100
)19/30 Xm = 27.86 C.J. Konya Xm = 10 (0.7)-0.8 . 42.681/6 (
115
100
)19/30 Xm = 27.16 cm Tabel 3.7 Ukuran Fragmentasi Kegia tan Peledakan Ukuran (cm) < 20 21 - 40 41 - 60 60 - 80 > 80 1 70 17 2 54 58 27 2 75 21 2 56 64 14 3 151 21 0 53 55 12 4 178 24 0 82 61 15 5 145 22 6 14 8 88 20 Juml ah 619 10 60 39 3 32 6 88 Pres entasi 24. 9 % 42. 64 % 15. 81 % 13. 11 % 3.5 4 % Sumber: Hasil Kegiatan Praktikum LaboratoriumPeledakan Total Fragmentasi Total Fragmentasi = 619 + 1060 + 393 + 326 + 88 = 2486 Persentase % < 20 =
2486
619
x 100
= 24.9 % % 20 – 40 =1060
2486
x 100
= 42.64 % % 41 – 60 =
2486
393
x 100
= 15.81 % % 61 – 80 =2486
326
x 100
= 13.11 % % > 80 =2486
88
x 100
= 3.54 % % Jaw <80 = 100% - 3.54% = 96.46%
BAB IV
ANALISA
Berdasarkan hasil perbandingan antara geometri peledakan aktual dan geometri peledakan teoritis (RL Ash & CJ Konya), menunjukan bahwa geometri peledakan secara aktual memiliki efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan geometri peledakan secara teoritis. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil perhitungan menggunakan metoda aktual, menunjukan nilai PF yang lebih kecil dibandingkan dengan perhitungan metoda RL Ash dan CJ Konya yaitu sebesar 0.27 kg/m3. Sedangkan untuk perhitungan
metoda RL Ash dan CJ Konya sebesar 0.68 kg/m3 dan 0.70 kg/m3. Yang artinya
untuk memberaikan 1 m3 tanah penutup, diperlukan bahan peledak sebanyak
0.27 kg. Dan Volume yang dihasilkan dengan menggunakan metode aktual sebesar 126 m3 dan tonase sebesar 321.3 ton. Dengan demikian dapat
dikatakan lebih baik dibandingkan menggunakan metoda teoritis maka perusahaan menggunakan geometri peledakan secara aktual
BAB V
KESIMPULAN
Fragmentasi batuan adalah suatu istilah untuk menunjukan ukuran setiap bongkah hasil kegiatan peledakan. Penentukan ukuran fragmentasi tergantung pada proses selanjutnya, untuk tujuan tertentu ukuran fragmentasi yang besar atau boulder diperlukan misal untuk penghalang (barrier).
Ukuran fragmentasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, antara lain sebagai berikut:
a. Oversize, yaitu ukuran-ukuran batuan yang relatif besar (diatas standar yang telah ditentukan) atau sering disebut boulder, dimana diperlukan pemecahan sekunder sebelum melanjutkan menuju proses selanjutnya. Pada tambang bawah tanah ukuran boulder kurang dari 300 mm, sedangkan pada tambang terbuka ukuran boulder lebih dari 1000 mm. b. Fine, adalah ukuran partikel yang suilt ditangani secara mekanis tetapi
dapat ditangani dengan proses kimia seperti menggunakan proses flotasi. Contohnya batubara atau dolomit yang umumnya memiliki ukuran 6 mm, sedangkan bijih emas berukuran 1 mm.
c. Medium adalah ukuran fragmentasi yang memiliki nilai ekonomis.
Fragmentasi batuan yang terbentuk dari hasil suatu proses peledakan berasal dari:
1. Pecahan yang terbentuk dari rekahan batuan yang disebabkan oleh proses detonator bahan peledak
2. Rekahan atau blok batuan yang terdorong yang disebabkan oleh energi peledakan
3. Kombinasi dari rekahan akibat dari peledakan dan rekahan alami
Berdasarkan hasil perbandingan antara geometri peledakan aktual dan geometri peledakan teoritis (RL Ash & CJ Konya), menunjukan bahwa geometri peledakan secara aktual memiliki efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan geometri peledakan secara teoritis
DAFTAR PUSTAKA
Rafi. 2013. “Identifikasi Tingkat Keseragaman Fragmentasi Batuan”. https://www.scribd.com/doc/124296117/Identifikasi-tingkat-keseragaman-fragmentasi-batuan-dengan-metode-koefisien-tekstur-BAB-II. Diakses pada tanggal 22 November 2015. (online)
Staff Asisten Laboratorium Tambang. 2015. “Penuntun Praktikum
Teknik Peledakan”. Universitas Islam Bandung
Suwandi, Edy. 2015. “Fragmentasi Hasil Peledakan”. http://redgenmining.blogspot.co.id/2015/03/fragmentasi-hasil-peledakansd html. Diakses pada tanggal 22 November 2015. (online)