• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkuman Buku Henri Guntur Tarigan-membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rangkuman Buku Henri Guntur Tarigan-membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

RANGKUMAN

BUKU PROF. DR. HENDRY GUNTUR TARIGAN

“MEMABACA

SEBAGAI KETERAMPILAN BERBAHASA”

(Penerbit: CV. Angkasa Bandung, Edisi Revisi, Tahun 2008)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebahasaan

Dosen Pengampu: Dona Aji Kurnia Putra, MA.

Oleh

Aji Furqon, S.Ag

NIM. 18130183000475

Kelas G 519

PROGRAM PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

S1 KE II FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahiim

Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan pertolonganNya kita semua kembali berada di kampus tercinta ini dalam keadan sehat wal„afiat tak kurang suatu apapun. Solawat dan salam sejahtera semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, sahabat dan segenap ummatnya.

Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya untuk keluarga tercinta; suami tercinta ST. Hikmah NF, S.Ag. yang selalu menemani dan membantu dalam melakukan aktifitas tugas dan perkuliahan. Sehingga tugas rangkuman buku Maha Karya yang Fenomenal berjudul “Membaca Sebagai Keterampilan

Berbahasa” buah karya bapak Prof. Dr. Hendry Guntur Tarigan. Juga anak

tercinta Aina Rahmatunnisa dan sanak saudara yang selalu membantu dan mengerti dengan kesibukan penulis dalam menyelasaikan tugas dan perkuliahan dan mendukung terbitnya rangkuman buku ini.

Terimaksih yang terdalam tentunya kepada dosen Mata Kuliah

Keterampilan Berbahasa, bapak Dona Aji Kurnia Putra, MA atas semua

bantuan dan kesungguhannya memberikan materi perkuliahan keterampilan berbahasa sejak putaran pertama perkuliah S1 ke-2 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kepada Allah SWT semata kita semua berharap agar upaya kecil yang kami lakukan ini bernilai guna bagi peningkatan kualitas guru dan Madrasah Ibtidaiyah tempat kita bertugas.

Nasrum minallah wafathun qoriib. Wassalamu‟alaikum wr.,wb.

Bogor, 12 November 2014 Penyaji,

AJI FURQON, S.Ag. NIM.18130183000475

(3)

DAFTAR ISI

RANGKUMAN BUKU

PROF. DR. HENDRY GUNTUR TARIGAN

“MEMBACA

SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA”

Penerbit: CV. Angkasa Bandung, Edisi Revisi, Tahun 2008

KATA PENGANTAR DAFTAR SI

BAB I . TINJAUAN UMUM …...……….1

BAB II. MEMBACA NYARING …..………….………..7

BAB III. MEMBACA DALAM HATI ……….…………...………9

BAB IV. MEMBACA TELAAH ISI ……….……24

(4)

BAB I

TINJAUAN UMUM

A. KETERAMPILAN BERBAHASA

Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum sekolah mencakup empat segi yaitu:

1. Keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills); 2. Keterampilan berbicara (speaking skills);

3. Keterampilan membaca (reading skills); 4. Keterampilan menulis (writing skills);

Berikut ini hubungan antar keterampilan tersebut yaitu: 1. Hubungan antara Berbicara dan Menyimpak

Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat dari hal-hal berikut ini:

a. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi).

b. Kata-kata yang dipakai biasanya ditentukan oleh perangsang (stimuli).

c. Ujaran anak mencerminkan pemakaian bahasa misalnya ucapan intonasi.

d. Dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit.

e. Meningkatkan keterampilan menyimak.

f. Bunyi merupakan faktor penting dalam menyimak.

g. Berbicara dengan alat peraga (visual aids). Mempergunakan bahasa yang didengarnya (dawson (et al) 163:29).

2. Hubungan antara Menyimak dan Membaca

Beberapa hal yang harus diperhatikan antara menyimak dan membaca yaitu:

a. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh guru melalui bahasa lisan.

(5)

b. Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning).

c. Menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih unggul disbanding membaca pemahaman (reading comprehension).

d. Pelajar membutuhkan bimbingan dalam menyimak lebih efektif dan teratur.

e. Kosakata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas dengan kesukaran dalam belajar membaca yang baik.

f. Korelasi antara kosa kata dan kosa kata simak (reading vocabulary dan listening vocabulary) sangat tinggi.

g. Faktor tambahan dan ketidakmampuan dalam membaca (poor reading).

h. Menyimak atau turut membantu anak dan pemahaman informasi yang terperinci.

3. Hubungan antara Berbicara dan Membaca

Hubungan antara bidang lisan membaca telah dapat diketahui dan ditelaah penelitian antara lain:

a. Performansi atau penampilan membaca b. Pola-pola pelajaran ujaran.

c. Struktur kalimat. d. Kosa kata khusus.

4. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis

Komunikasi lisan dan komunikasi tulis terdapat berbagai kesamaan antara lain:

a. Seseorang anak berbicara jauh sebelum dia dapat menulis kosa kata, pola-pola kalimat.

b. Membicarakan ide-ide yang rumit yang dia peroleh dari tangan kedua.

c. Perbedaan-perbedaan pun terlihat antara komunikasi tulis dan komunikasi lisan.

(6)

d. Membuat bagan atau rangka ide-ide yang disampaikan pada saat pembicaraan.

B. MEMBACA

Membaca adalah suatu dari empat keterampilan berbahasa yang telah dijelaskan pada subbab A berikut ini tujuan yang terkandung dalam kegiatan membaca, serta jenis-jenisnya:

1. Pengertian Batasan Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan. (Hodgson 1960:43-44).

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning). (Anderson 1972: 209-210).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa reading adalah bringing meaning to and getting meaning from printed or written material. Memetik serta memhami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro and bonomo 1973: 119).

2. Tujuan Membaca

Arti (meaning) berhubungan dengan maksud dan tujuan antara lain:

a. Membaca atau menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para tokoh, atau perincian fakta-fakta. b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). c. Membaca untuk menjadi organisasi cerita (reading for sequence or

organization).

d. Membaca untuk menyimpulkan membaca inferensi (reading for inference).

e. Membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). f. Membaca untuk mengevaluasi (reading to evaluate).

(7)

g. Membaca untuk memperbandingkan dan mempertentangkan (reading to compare or contrast). (Anderson 1972 :214).

3. Membaca sebagai Suatu Keterampilan

Keterampilan membaca mencakup tiga komponen yaitu: a. Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca;

b. Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal;

c. Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning (Broughton (et al) 1978 :90).

4. Aspek- aspek Membaca

Dua aspek penting dalam membaca yaitu:

a. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills).

b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills). (Broughton (et al) 1978 : 211)

Ada beberapa aspek lain dalam membaca yaitu: 1) Membaca ekstensif (extensive reading); 2) Membaca intensif (intensive reading);

Selanjutnya sebagai membaca ekstensif ini mencakup pula:

1) Membaca survei (survey reading); 2) Membaca sekilas (skimming);

3) Membaca dangkal (superficial reading);

Sedangkan dalam membaca intensif dapat pula dibagi atas membaca telaah isi (content study reading) yang mencakup :

1) Membaca teliti (close reading);

2) Membaca pemahaman (comprehensive reading); 3) Membaca kritis (critical reading);

4) Membaca ide (reading for ideas);

Membaca telaah bahasa (language study reading), yang mencakup: 1) Membaca bahasa asing (foreign language reading);

2) Membaca sastra (literaty reading). Perhatikanlah skema-skema berikut ini….!

(8)

SKEMA I

-Pengenalan bentuk huruf

Keterampilan -pengenalan unsur-unsur linguistik

Mekanis (urutan lebih rendah) -pengenalan hubungan bunyi dan huruf

Aspek –aspek - kecepatan membaca:lambat

Membaca

keterampilan pemahaman - pemahaman pengertian sederhana

(urutan lebih tinggi) - pemahaman signifikasi/makna

-evaluasi/penilaian isi dan bentuk

-kecepatan membaca : fleksibel

SKEMA II

Membaca nyaring membaca membaca survei Membaca ekstensif membaca sekilas

(9)

Membaca membaca

teliti

membaca

intensif telaah isi

membaca pemahaman

Membaca kritis

Membaca ide-ide

Membaca membaca bahasa

Telaah bahasa membaca sastra

5. Mengembangkan keterampilan membaca

Ada beberapa hal dalam mengembangkan keterampilan berbahasa yaitu: a. Memperkenalkan kosa kata antonim kata, parafrase.

b. Memahami makna dan struktur kalimat. c. Menjelaskan kiasan dan sindiran. d. Meningkatkan kecepatan membaca.

Dalam mata pelajaran membaca dituntut kualifikasi sebagai berikut:

o Minimal : kemampuan memahami secara langsung (yaitu tanpa terjemahan) makna/isi prosa sederhana yang non teknis, kecuali kata yang sulit dan jarang digunakan.

o Baik : kemampuan membaca dengan pemahaman yang langsung terhadap prosa dan puisi yang taraf kesukarannya sedang dan isi yang matang.

o Baik sekali :kemampuan membaca,hampir semudah dalam bahasa ibu sendiri, bahan-bahan yang amat sulit seperti esei dan karya sastra.

(10)

(Finocchiaro and Bonomo 1973 : 28; Lado 1976 : 231).

6. Tahap –tahap Perkembangan Membaca

Ada beberapa tahap dalam perkembangan membaca yaitu: Tahap I

Para pelajar membaca bahan yang telah dipelajari. Tahap II

Guru atau kelompok guru bahasa menyusun struktur.

Tahap IIIGuru atau kelompok guru bahasa menyusun kosa kata dan teks. Tahap IV

Membaca penggunaan teks-teks sastra. Tahap V

Keterampilan dalam berbicara dalam berbahasa.

(Finocchiaro and bonomo 1973 : 123 -125).

BAB II

MEMBACA NYARING

A. PENGERTIAN MEMBACA NYARING

Proses membaca dibagi atas:

a. Membaca nyaring, membaca bersuara, dan membaca lisan (reading out loud, oral reading, reading aloud).

b. Membaca dalam hati (silent reading).

B. KETERAMPILAN-KETERAMPILAN YANG DITUNTUT DALAM MEMBACA NYARING

Ada beberapa hal dalam keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring pada sekolah adalah sebagai berikut:

Kelas I:

Mempergunakan ucapan yang tepat; Mempergunakan frase yang tepat; Kelas II

(11)

Membaca dengan terang dan jelas;

Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi; Membaca tanpa terbata-bata;

Kelas III

Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi; Mengerti serta memahami bacaan;

Kelas IV

Memahami bahan bacaan pada tingkat dasar; Kecepatan mata dan suara;

Kelas V

Membaca dengan pemahaman dan perasaan;

Aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan; Kelas VI

Membaca nyaring dengan penuh perasaan, atau ekspresi

Membaca dengan penuh kepercayaan dan mempergunakan frase yang tepat. ( Barbe and Abbott 1975 : 156-167; Dawson (et al) 1963 : 216).

C. PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING

Ada beberapa hal dalam keterampilan membaca nyaring yaitu: 1. Menyoroti ide-ide baru;

2. Menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lainnya. 3. Menghubungkan ide-ide yang bertautan.

4. Menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya bahasa dan daya ekspresi.

Membaca berbagai keterampilan dalam berbahasa antara lain: a. Memperoleh kesenangan dalam dramatisasi.

b. Memperkaya daya khayal dan imajinasi.

c. Menanamkan disiplin yang tidak terdapat pada jenis membaca lainnya.

d. Mempertinggi pemahaman dan pengembangan kosa kata, membaca frase/paragraf.

(12)

BAB III

MEMBACA DALAM HATI

A. PENGANTAR

Dalam garis besarnya membaca dalam hati dibagi atas : 1. Membaca ekstensif;

2. Membaca instensif;

B. MEMBACA EKSTENSIF

Membaca ekstensif dibagi atas:

1. Membaca survei (survey reading); 2. Membaca sekilas (skimming);

3. Membaca dangkal (superficial reading); 4. Membaca Survei

Bacaan yang dipelajari yang akan ditelaah, dengan jalan:

a. Memeriksa, dan meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku;

(13)

b. Memeriksa dan meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan.

c. Memeriksa dan meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.

1. Membaca Sekilas

Ada tiga tujuan dalam membaca sekilas ini yaitu:

a. Untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel, tulisan simgkat;

b. Untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan;

c. Untuk menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.

d. (Albert (et al) 1961a : 30).

Berikut ini hal yang dijelaskan secara selayang pandang yaitu: 1) Memperoleh Kesan Umum

2) Memperoleh kesan umum dari sesuatu buku nonfiksi (sejarah,biografi, ilmu pengetahuan, seni dan sebagainya). 3) Menemukan Hal Tertentu

Beberapa petunjuk dalam menentukan hal tertentu yaitu:

a) Tentukan dengan jelas hal atau fakta apa yang hendak dicari atau sediakan pertanyaan yang akan dijawab.

b) Siapkan kata-kata yang tepat.

c) Mencari informasi dari suatu buku yang mencakup bahan dan subjek.

d) Mencari kata atau detail yang diinginkan. 4) Menemukan Bahan Dalam Perpustakaan

Mencari sumber informasi dari majalah dan literatur yang ada.

2. Membaca Dangkal

Membaca dangkal atau superficial reading pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan.

(14)

B. MEMBACA INTENSIF

Yang termasuk dalam kelompok membaca intensif ialah:

1. Membaca telaah isi (content study reading); 2. Membaca telaah bahasa (linguistic study reading);

C. KETERAMPILAN YANG DITUNTUT PADA MEMBACA DALAM HATI

Ada beberapa hal dalam keterampilan yang dituntut pada membaca dalam hati yaitu:

Kelas I

1. Membaca tanpa bersuara;

2. Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala; Kelas II

1. Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala; 2. Membaca lebih cepat secara dalam hati;

Kelas III

1. Membaca dalam hati tanpa menunjuk jari-jari, tanpa gerakan bibir;

2. Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalam hati;

3. Lebih cepat membaca dalam hati; Kelas IV

1. Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar; 2. Kecepatan mata dalam membaca tiga kata per detik;

Kelas V

1. Membaca dengan pemahaman yang baik;

2. Membaca dalam hati jauh lebih baik dari pada membaca bersuara;

3. Membaca tanpa gerakan bibir atau kepala; 4. Menikmati bahan bacaan yang dibaca

(15)

Kelas VI

1.Membaca gerakan tanpa gerakan bibir;

2.Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan;

3.Dapat membaca dalam 180 patah kata dalam satu menit bahan bacaan fiksi pada tingkat dasar. (Barbe and Abbott 1975 : 156 – 167).

BAB IV

MEMBACA TELAAH ISI

A. PENDAHULUAN

Membaca telaah isi dapat kita bagi atas: 1. Membaca teliti;

2. Membaca pemahaman; 3. Membaca kritis; 4. Membaca ide;

B. MEMBACA TELITI

Membaca teliti membutuhkan berbagai hal antara lain:

1. Survei yang cepat untuk melihat organisasi dalam pendekatan umum;

2. Membaca seksama dan membaca ulang paragraf- paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat judul dan perincian penting;

(16)

3. Penemuan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan dan artikel;

1. Membaca Paragraf dengan Pengertian

Mengembangkan pikiran pokok suatu paragraf antara lain: a. Dengan mengemukakan alasan-alasan;

b. Dengan mengutarakan perincian-perincian; c. Dengan mengetengahkan satu atau lebih contoh;

d. Dengan membandingkan atau mempertentangkan dua hal. (Albert (et al) 1961a : 35).

Beberapa skema yang baik dalam pengembangan paragraf antara lain:

1) Pengembangan paragraf dengan mengemukakan alasan organisasi paragraf tersebut tanpa kesulitan, inilah rangka paragraf tersebut:

2) Penelitian mengenai bahasa simalungun masih berlaku. 3) Bahasa simalungun adalah bahasa penghubung antara

bahasa batak utara dan bahasa batak selatan. 4) Bahasa simalungun bukan bahasa ibu saya.

5) Ingin memberikan sumbangan bagi ilmu bahasa (regional, nasional, maupun internasional). Pengembangan Paragraf dengan Mengutarakan Perincian

Paragraf perincian lebih mengutarakan suatu penjelasan atau keterangan.

(Victor Hage “Otobiografi”).

a. Pengembangan Paragraf dengan Mengetengahkan Contoh

Mengetengahkan satu atau lebih contoh untuk menjelaskan apa yang dia maksudkan.

b. Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan atau Pertentangan Penggunaan komparasi dalam paragraf tersebut yaitu:

Bahasa batak merupakan “lingua franca”. Dari segi fonetik dibuat komparasi diantaranya:

(17)

1) Fonem /U/pada BU menjadi/o/ pada BT dan BS ; contoh: beras-boras-boras “beras”. Puluh-puluh-pulu”puluh” Waluh-waluh-walu”delapan” Siwah-siah-sia “Sembilan” Taneh-tanoh-tano “tanah”

(H.G. Tarigan “Bahasa-bahasa Batak”). 2) Membaca Pilihan Yang Lebih Panjang

Menguraikan sebuah ide-ide dalam paragraf atau

menerangkan ide-ide dalam paragraf-paragraf terdahulu. (Albert (et al) 1961a:44).

2. Membuat Catatan

Tiga hal yang penting dalam membuat catatan

Menolong kita untuk memahami apa yang kita abaca dan kita dengar; a. Terus-menerus mencari fakta dan ide yang penting;

b. Membantu ingatan kita untuk mencatat fakta serta ide-ide yang penting.

3) Mengenai Bacaan

a) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat catatan mengenai bacaan:

b) Bacalah sekilas seluruh kutipan; c) Tentukan apa yang perlu kita catat; d) Buatlah catatan dengan kata-kata sendiri;

e) Kembangkanlah sistem sendiri mengenai singkatan dan penggalan –penggalan.

f) Pakailah tanda-tanda kutipan. g) Buatlah catatan yang jelas dan tepat.

h) Butir-butir penting harus digarisbawahi. (Albert (et al) 1961a : 43 -44).

(18)

Mortimer J. Adler pernah menulis sebuah artikel yang berjudul “How to Mark a book” yang dibuat dalam The Saturday Review of Literature, artikel ini memuat dua puluh butir yang dapat kita simpulkan sebagai berikut:

a) Haruslah ditegaskan secara blak-blakan. b) Membaca sesuatu “antara baris-baris”.

c) Jangan menandai buku yang bukan milik kita sendiri.

d) Menilai sesuatu buku.

e) Mengerti isi dari sebuah buku. f) Memiliki sejumlah buku. g) Memahami isi buku. h) Mencatat lukisan. i) Menandai sebuah buku.

j) Menjawab masalah-masalah yang fundamental. k) Membaca sebuah buku dengan catatan-catatan. l) Menulis dengan kata-kata kita sendiri.

m) Cermin yang dipergunakan untuk menilai diri sendiri.

n) Mengadakan konversasi atau percakapan antara pembaca dan pengarang.

o) Memberi angka-angka pada pinggir halaman. p) Bagian depan halaman-halaman kosong. q) Membuat outline dan catatan.

r) Membaca surat kabar. s) Catatan dari sebuah buku.

t) Sebuah catatan dan tanda. (Salisbury 1955 : 286-8).

(19)

Menyampaikan informasi melebihi bahan-bahan yang tertera dalam buku pegangan (textbook) dan mempergunakan pendekatan kuliah (lecture approach).

4. Menelaah Tugas

Berikut ini akan diperbincangkan setiap langkah atau tahap yang terdapat dalam metode studi ini yaitu:

1) Survey (survei; Penelitian Pendahuluan) 2) Question (Tanya)

3) Read (Baca)

4) Recite (Ceritakanlah Kembali dengan kata-kata Sendiri) 5) Review (Tinjau Kembali)

C. MEMBACA PEMAHAMAN

Membaca pemahaman (atau reading for understanding) yang dimaksudkan di sini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami:

1. Standar-standar atau norma-norma kesastraan (literarty standards);

2. Resensi kritis (critical Review); 3. Drama tulis (printed drama); 4. Pola-pola fiksi (patterns of fiction). Berikut ini akan diuraikan satu persatu secara berurutan:

1. Standar Kesastraan

Kesusastraan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara antara lain yaitu:

a. Puisi atau prosa; b. Fakta atau fiksi; c. Klasik atau modern; d. Subjektif atau objektif; e. Eksposisi atau normatif.

2. Resensi Kritis

(20)

a. Mengetengahkan komentar mengenai kesegaran atau eksposisi atau cerita;

b. Mengutarakan komentar mengenai gaya, bentuk serta nilai atau manfaat.

c. Memberikan suatu rangkuman pandangan, pendirian, atau point of view

(isi eksposisi atau sinopsis).

d. Mengemukakan fakta-fakta untuk menunjang pertimbangan (kepple, 1973 :57).

3. Drama Tulis

Kaitannya dengan sebuah drama tulis terletak pada

sandiwara/drama petunjuk karakter, motif, intensi.

Suatu sikap kritis yang logis terhadap drama antara lain mengerti akan:

a. Prinsip-prinsip kritik drama; b. Unsur-unsur drama;

c. Jenis-jenis drama.

a. Prinsip – prinsip Kritik drama

Pada abad ke -18, seorang dramawan Jerman yang bernama Goethe memformulasikan tiga prinsip drama yaitu:

a. Apakah yang hendak dilakukan oleh seniman? b. Betapa baikkah dia melakukan hal itu?

c. Bermanfaatkah hal itu dilakukan? b. Unsur-unsur drama

Unsur- unsur drama meliputi berbagai hal antara lain yaitu: plot, karakterisasi, (penokohan), dialog (percakapan), dan aneka sarana kesastraan serta kedramaan.

1) Plot. Ada beberapa hal yang diketahui mengenai plot antara lain yaitu:

a) Eksposisi;

(21)

c) Resolusi atau denoument.

2) Karakterisasi. Ada beberapa hal dalam lakon karekteristik yaitu: a) Tokoh gagal, tokoh badut, atau the foil.

b) Tokoh idaman atau the type character. c) Tokoh statis atau the statis character. d) Tokoh yang berkembang.

3) Dialog.

Dalam setiap lakon atau atau gambar hidup haruslah memenuhi dua tuntutan yaitu:

a) Dialog harus memajukan atau menunjang aksi (action). b) Dialog harus menyesuaikan dengan idiom atau ujaran.

4) Aneka Sarana Kesastraan

Kesuksesan drama dapat dikategorikan beberapa faktor antara lain yaitu:

a) Gaya bahasa ulangan (repetisi);

b) Gaya bahasa yang menyuksesan drama; c) Simbolisme atau perlambang;

d) Empati serta jarak estetik (empathy and aesthetic distance); (Albert (et al),

e) 1961c :50-54).

c. Jenis – jenis Drama

Keempat jenis lakon akan di uraikan sebagai berikut:

1) Tragedi adalah sejenis drama yang mempunyai ciri dengan sebuah lakon sedih, atau lakon tragis.

2) Komedi adalah sebuah drama yang mempunyai daya spontanitas dan gelak tawa.

3) Melodrama adalah sebuah drama yang mempunyai hal mengenai daya imajinasi yang menggambarkan rasa sedih dan bahagia.

(22)

4) Farce adalah drama yang erat hubungannya dengan tragedi dengan komedi dengan menimbulkan hal yang kelucuan. (Albert (et al), 1961c :58-59).

4. Pola-Pola Fiksi

Memahami pola-pola fiksi dengan sebaik-baiknya akan dibahas sebagai berikut:

a. Pengertian Fiksi adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk membedakan uraian yang tidak bersifat historis dari uraian yang bersifat historis.(Brooks, Purser and Warren, 1952 : 9).

b. Pengertian fiksi dan nonfiksi terletak pada tujuan dan maksud dari cerita atau narasi seperti sejarah, biografi, cerita berita, dan cerita perjalanan.

Kesimpulannya ialah bahwa cerita nonfiksi bersifat aktualitas. Aktualitas adalah apa-apa yang benar –benar terjadi; sedangkan realitas adalah apa-apa yang dapat terjadi. (Tarigan; 1978b : 7-8).

a. Unsur- unsur Fiksi

Dalam penulisan fiksi perlu diperhatikan hal-hal yang sesuai dengan prinsip-prinsip serta masalah teknis sebagai berikut:

1) Permulaan dan eksposisi (beginning and eksposition); 2) Pemerian dan latar (description and setting);

3) Suasana (atmosphere);

4) Pilihan dan saran (selection and suggestion); 5) Saat penting (key moment);

6) Puncak klimaks (climax); 7) Pertentangan, konflik (conflict); 8) Rintangan, komplikasi (complication); 9) Pola atau model (pattern or design); 10) Kesudahan; kesimpulan (denoument); 11) Tokoh dan aksi (character and action); 12) Pusat minat (focus of interest);

(23)

14) Pusat narasi (focus of narration: point of view); 15) Jarak (distance);

16) Skala (scale);

17) Langkah (pace) (Brooks and Warren, 1959 :644 -8).

Khusus bagi suatu cerita pendek yang lengkap, maka unsure dibawah ini harus dimiliki:

a) Tema (theme);

b) Plot, perangkap atau konflik dramatic; c) Pelukisan watak (character delineation);

d) Ketegangan dan pembayangan (suspence and

foreshadowing);

e) Kesegaran dan suasana (immediacy and atmosphere); f) Point of view;

g) Fokus terbatas dan kesatuan (limited focus and unity). (Lubis, 1960 : 14).

Dari segi “keapaan” perlu diperhatikan unsur-unsur berikut ini:

1) Suspense (ketegangan); 2) Plot (alur, isi cerita); 3) Unity (kesatuan); 4) Logic (logika);

5) Interpretation (penafsiran); 6) Belief (kepercayaan);

7) The total experience wich fiction gives (keseluruhan pengalaman yang diberikan oleh fiksi);

8) Setting (latar);

9) Atmosphere (suasana);

Sedangkan dari segi pembuatan fiksi, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:

(24)

2) Focus (pusat, focus);

3) Point of view (sudut pandangan); 4) Style (gaya);

5) Eksposition (eksposisi; awal; penjelasan); 6) Movement (gerakan);

7) Conflict (konflik;pertentangan) (Brooks, Purser, and Warren,

1952:9-28).

Beberapa unsur-unsur diantaranya yaitu:

a) Tema; b) Plot; c) Pelukisan watak; d) Konflik; e) Latar; f) Pusat;fokus.

Akan diuraikan unsur-unsur yang ada sebuah karangan fiksi yaitu:

1) Tema adalah dasar atau makna dari sesuatu cerita atau novel.

berikut cerita tradisional terlihat tema-tema berikut ini: a) Kebaikan mengalahkan kejahatan;

b) Dalam kesusahan barulah orang mengingat tuhan. 2). Plot adalah istilah lain yang sama maknanya dengan plot ini

yaitu trap atau dramatic conflict ketiganya mengandung makna”struktur gerak atau laku dalam fiksi atau drama”. atau the structure of the action in fiction or drama”. setiap cerita biasanya dibagi dalam lima bagian yaitu:

a) Situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan);

b) Generating circumstances (peristiwa yang

(25)

c) Rising action (keadaan mulai memuncak); d) Climax (peristiwa mencapai klimaks);

e) Denoument (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa); (Lubis, 1960 : 16 – 17 ). 3). Pelukisan watak yaitu melukiskan watak dari sebuah

tokoh.

Ada beberapa cara dalam pelukisan watak yaitu:

a) Physical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon);

b) Portrayal of thought stream or of conscious thought (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang melintas dalam pikirannya)

c) Reaction to events (melukiskan bagaimana reaksi pelakon terhadap kejadian).

d) Direct author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon).

e) Discussion of environment (pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon).

f) Reaction of others to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelakon utama).

g) Conversation of others about character

(pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita

memperbincangkan keadaan pelakon utama). (Lubis; 1960 :18).

4). Konflik merupakan bagian penting dalam suatu cerita yang menggambarkan sebuah tokoh dalam lakon drama.

Terdapat aneka ragam konflik diantaranya: 1. Manusia dan manusia;

2. Manusia dan masyarakat; 3. Manusia dan alam sekitar;

(26)

4. Suatu ide dan ide lain;

5. Seseorang dan katahatinya, dengan das Ich-nya; 5). Latar

Latar dilukiskan dalam sebuah cerita yang bersifat realistic accuracy, ada unsur tempat ruang dalam suatu cerita. (Brooks, Puser, and Warren;1952:819).

6). Pusat (Fokus/focus)

Yang dimaksud focus adalah pusat tempat materi suatu karya imajinatif yang berkonsentrasi serta bertumpu.

Ada beberapa hal dalam sebuah focus yaitu: a) Pusat minat (focus of interest);

b) Pusat tokoh (focus of character);

c) Pusat cerita (focus of narration); (Brooks and Warren; 1959 : 657).

b. Jenis-Jenis Fiksi

Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan fiksi, misalnya:

1) Berdasarkan bentuk;

2) Berdasarkan isi;

3) Berdasarkan kritik sastra;

Berikut ini akan diuraikan beberapa point yang ada sebagai berikut: a) Novel (istilah kita roman dalam bahasa belanda);

b) Novelette (istilah kita novel, dari bahasa belanda “novelle” yang pada gilirannya berasal dari bahasa prancis “nouvelle” yang berarti hal yang baru).

c) Short story (istilah kita cerita pendek);

d) Short short story (dapat dinamakan cerita singkat);

e) Vignette (dalam bahasa prancis berarti gambar kecil untuk hiasan yang dalam bentuk mula-mula berupa cabang pohon anggur).(Notosusanto; 1957 : 29).

Berdasarkan isi

(27)

a) Impresionisme; b) Romantik; c) Realisme; d) Sosialis-realisme; e) Realisme sebenarnya; f) Naturalisme; g) Ekspresionisme; h) Simbolisme; (Lubis; 1960: 38-45). Berikut beberapa pengertian delapan jenis fiksi berikut:

Imperionisme berarti “pemberian kesan-kesan panca indra

dengan tidak merupakan sesuatu bentuk tertentu”atau penjelmaan pikiran , perasaan dan bentuk-bentuk dengan cara sendirian (sugesti), dan bukan penjelasan sepenuhnya.

Romantik adalah cara merangsang yang mengidealisasikan

penghidupan dan pengalaman manusia.

Realisme adalah cara menulis hanya memperhatikan

manifestasi jasmani (materi) dan yang kelihatan dari luar;

Sosialis realisme adalah cara melukiskan penghidupan yang

materialistis dan dangkal berdasar pada dogma.

Realisme sebenarnya cara menulis yang berusaha sekuat

daya menunjukkan pemandangan kesatuan yang utuh.

Naturalisme adalah suatu cara menulis yang melukiskan

dengan cermat dan teliti apa yang dilihat dan dirasa oleh panca indra.

Ekspresionisme adalah memancar dalam jiwa pengarang

beserta bentuk-bentuk kebendaan dikalahkan oleh manifestasi kejiwaannya.

Simbolisme adalah suatu bentuk yang bersifat simbolis atau

sebuah benda, sesuatu yang kongkret. (Tarigan; 1978b : 49 -53). 3). Berdasarkan kritik sastra

(28)

Dalam mengkategorikan novel dan juga fiksi pada umumnya Robert liddel membuat pembagian sebagai berikut:

a) . Novel yang menuntut kritik sastra yang serius

i. Novel-novel yang baik.

ii. Novel-novel yang mungkin saja baik.

b) Novel-novel yang berada di bawah taraf kritik sastra yang serius

i. Taraf sedang

ii. Taraf rendah

(Liddell; 1965 : 20 -21).

D. MEMBACA KRITIS

Pada umumnya membaca kritis (membaca interpretatif atau pun membaca kreatif) menuntut para pembaca agar:

1. Memahami maksud penulis;

2. Memahami organisasi dasar tulisan;

3. Dapat menilai penyajian penulis/pengarang;

4. Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sendiri;

5. Meningkatkan minat baca, kemampuan baca, dan berpikir kritis;

6. Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan; 7. Membaca majalah atau publikasi periodic yang serius.

1. Memahami Maksud Penulis

Hal-hal yang diperlukan dalam memahami maksud penulis yaitu:

a. Carilah paragraf-paragraf pendahuluan suatu pernyataan mengenai maksud penulis;

b. Menentukan ruang lingkup pembicaraannya; c. Menentukan organisasi serta penyajian bahannya; d. Mendapatkan maksud yang tersirat;

(29)

2. Memanfaatkan Kemampuan Membaca dan Berpikir Kritis

a. Membaca atau menyimak;

b. Berpikir secara jelas dan objektif; c. Fakta-fakta dan alas an yang jelas;

3. Memahami Organisasi Dasar Tulisan

Memahami organisasi dasar tulisan ada beberapa hal yaitu: a. Pendahuluan;

b. Isi;

c. Kesimpulan;

4. Menilai Penyajian Pengarang

Beberapa hal yang diajukan dari berbagai segi pertanyaan: a. Informasi;

b. Logika; c. Bahasa; d. Kualifikasi;

e. Sumber-sumber informasi yang dipergunakan oleh pengarang; Ada beberapa hal dalam penyajian informasi antara lain: 1) Segi informasi;

2) Segi logika; 3) Segi bahasa; 4) Segi kualifikasi; 5) Segi sumber informasi;

5. Menerapkan Prinsip-Prinsip Kritis pada Bacaan Sehari-hari

a. Penyensoran Tersembunyi (hidden censorship); b. Pilihan Bahasa (choice of language);

c. Posisi (position);

6. Meningkatkan Minat Baca

a. Menyediakan waktu untuk membaca b. Memilih bacaan yang baik;

7. Prinsip-Prinsip Pemilihan Bacaan;

(30)

b. Norma-norma Kritik;

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam norma yang berhubungan dengan pemilihan bacaan sastra yaitu:

1. Norma-norma estetik; 2. Norma-norma sastra; 3. Norma-norma moral;

8. Membaca Majalah

Ada beberapa kriteria dalam membaca majalah yaitu: a. Tingkat-tingkat Tuntutan/Daya Pikat;

b. Analisis Komparatif terhadap Dua Artikel;

E. MEMBACA IDE

Yang dimaksud membaca ide atau reading for ideas yaitu sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari,memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membaca sebuah bacaan yaitu: 1. Pembaca yang Baik Tahu Mengapa Dia Membaca

2. Pembaca yang Baik Memahami Apa yang Dibacanya 3. Pembaca yang Baik Harus Menguasai Kecepatan Membaca 4. Pembaca yang Baik Harus Mengenal Media Cetak

Beberapa bentuk kontemporer media cetak meliputi: a. Papersbacks (buku saku;buku berjilid;kulit kertas); b. Media grafika(komik; kartun, foto; penyajian statistic,

grafis, diagram, peta, dan lain-lain); c. Majalah;

d. Surat kabar ( cf.salisbury; 1955: 317-80).

(31)

BAB V

MEMBACA TELAAH BAHASA

A. PENDAHULUAN

Membaca telaah bahasa Indonesia mencakup berbagai hal yaitu: a. Membaca bahasa (asing) atau (foreign) language reading; b. Membaca sastra (literary reading);

B. MEMBACA BAHASA

Tujuan utama pada membaca bahasa ini adalah: 1. Memperbesar daya kata (increasing word power); 2. Mengembangkan kosa kata (developing vocabulary);

Uraian-uraian dalam membaca bahasa adalah sebagai berikut:

(32)

Dalam kegiatan membaca bahasa untuk memperbesar daya kata, ada beberapa hal yang harus kita ketahui, antara lain:

a. Ragam-ragam bahasa;

b. Mempelajari makna kata dari konteks; c. Bagian-bagian kata;

d. Penggunaan kamus; e. Makna-makna varian; f. Idiom;

g. Sinonim dan antonim; h. Konotasi dan denotasi; i. Derivasi;

Beberapa hal dalam membaca bahasa yang harus diperhatikan yaitu:

a. Ragam-ragam bahasa;

b. Mempelajari Makna Kata dari Konteks; c. Bagian-bagian kata;

Bagian-bagian kata terdiri dari:

1) Prefiks (atau awalan); 2) Root (akar atau dasar kata); 3) Suffiks (atau Akhiran); 4) Infiks (atau sisipan);

a. Penggunaan Kamus b. Aneka makna c. Idiom (ungkapan) d. Sinonim dan Antonim e. Konotasi

f. Derivasi Kata

2. Mengembangkan Kosa Kata Kritik

Dalam upaya mengembangkan kosa kata kritik hal yng perlu diperhatikan yaitu:

(33)

b. Memetik makna dari konteks; c. Petunjuk-petunjuk konteks.

a. Bahasa kritik sastra

Beberapa sampel yang dimanfaatkan yaitu:

Pribadi Gaya Intelegensi Karakter

Hangat Kasar Cepat Egois

Menyendiri Luwes Lincah Tidak egois

Menyelok Penjilat Lamban Egosentris

Menakutkan Rendah hati Siap sedia Terpercaya

Memuakkan kaku Terandalkan

Meluap Periang Kuat

Ramah tamah Cemberut Sukar

Penuh semangat Terus terang Bersih

b. Memetik Makna dari Konteks

Ada beberapa dari sebuah makna dari konteks yaitu:

1) Makna denotatif yaitu sesuatu atau segala sesuatu yang dapat diterapi oleh kata tersebut;

2) Makna designatif suatu kata adalah jumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh benda tertentu kata itu diterapkan padanya.

3) Makna konotatif sesuatu kata adalah segala sesuatu yang disarankan dan dianjurkan oleh kata itu.

c. Petunjuk-petunjuk konteks

beberapa hal dalam sebuah petunjuk konteks yaitu: 1. definisi atau batasan

2. uraian baru (restatement)

3. mempergunakan pengubah (modifier) 4. mempergunakan kontras

(34)

Beberapa hal dalam membaca sastra yaitu:

1. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Sastra

Bahasa ilmiah pada umumnya bersifat denotatif, dan bahasa sastra pada umumnya bersifat konotatif.

2. Gaya Bahasa

Gaya bahasa ini kita akan batasi pada hal umum saja antara lain: a. Perbandingan yang mencakup metafora, kesamaan, dari analogi; b. Hubungan yang mencakup metoninia, dan sinekdoke;

c. Taraf pernyataan, yang mencakup hiperbola, litotes, dan ironi (perrin; 1968 :350-3).

Beberapa hal yang harus dipahami dalam sebuah gaya bahasa yaitu: 1) Perbandingan

Gaya bahasa metafora, kesamaan, dan analogi sama-sama membuat komparasi atau perbandingan tetapi dengan cara-cara yang berbeda.

a) Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandinganyang paling singkat dan padat tersusun rapi. Contoh : Aku terus memburu Untung. Kesamaan atau persamaan menegaskan bahwa yang satu sama dengan yang lain. Contoh : Para gembala sardini adalah orang-orang asli.

b) Analogi adalah sugestif yang menekankan pada suatu ide. 2) Hubungan

Sinekdoke adalah memberi nama suatu bagian apabila yang dimaksud adalah keseluruhan atau sebaliknya, keseluruhan pengganti sebagian. Contoh : Berjuta-juta mulut harus di beri makan oleh pemerintah.

Metonomia suatu gaya bahasa umum (baik dalam pemakaian formal maupun general). Contoh : materi bagi objek yang terbuat dari padanya; Karet bagi penghapus pensil yang terbuat dari karet;

3) Pernyataan

(35)

a) pernyataan yang berlebih-lebihan (overstatement; atau hiperbola);

b) pernyataan yang dikecil-kecilkan (litotes); c) ironi.

Berikut ini akan dibahas secara singkat, berikut contoh-contohnya:

i. Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang

mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan,

memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi, gaya bahasa ini dengan melibatkan kata-kata, frase, kalimat. Contoh: Sempurna sekali, tiada kekurangan suatu apapun buat pengganti baik atau cantik;

ii. Litotes kebalikan dari hiperbola adalah sejenis gaya

bahasa yang mengandung pernyataan yang sekecil-kecilnya, dikurangi dari kenyataan sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri. Contoh : Mohamad Ali bukanlah petinju yang jelek. H.B Jassin bukan kritikus jalanan.

iii. Ironi (atau ejekan) adalah sejenis gaya bahasa yang

mengimplikasikan (menyatakan secara tidak

langsung) sesuatu yang nyata berbeda, ironi ringan merupakan suatu bentuk humor, tetapi ironi keras merupakan suatu bentuk sarkasme atau satire. Contoh berikut ini melukiskan sekaligus litotes dan ironi;

Suatu revolusi senantiasa dibedakan oleh

ketidaksopansantunan, barangkali karena penguasa tidak mau bersusah-susah dalam hal yang baik untuk mengajar orang-orang sikap-sikap yang terpuji. (Perrin; 1968 : 353).

(36)

Referensi

Dokumen terkait