BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Pengertian Menulis
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata menulis adalah berasal dari kata tulis. Tulis adalah huruf (angka dan sebagainya) dengan pena, (pensil, cat, dan sebagainya). “Menulis adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya dengan tulisan. Selanjutnya, menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan, serta informasi kedalam tulisan dan kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain” (Syafi’ie,1998:45).
Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
Menurut Akhadiah dkk (1998:1-3) “Menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pung-tuasi”.Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa), menulis juga didefinisikan sebagai kegiatan menyampaian pesan dengan menggunakan
tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Didalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan. Sementara itu, Poerwodarminto (1987:105) mengartikan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran, perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksud penulis.
Tarigan (1986:3) mengemukakan bahwa: “Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. “Menulis juga dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai” (Tarigan, 1986:15).
Menurut Suriamiharja, dkk (1996:2) menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik, penulis harus berpikir, menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak penulis timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang
saling berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan untuk mengekspresikan diri dan perasaan yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.
2.1.1 Tujuan Menulis
Setiap jenis tulisan memiliki tujuan yang beranekaragam, yaitu memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang belum berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan, 1986:23).
Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan ingin memberitahu atau mengajarkan sesuatu kepada pembaca sehingga pembaca menjadi tahu mengenai sesuatu yang disampaikan oleh penulis. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse). Melalui tulisan, pengarang bertujuan ingin meyakinkan pembacanya akan kebenaran gagasan yang disampaikan sehingga pembaca dapat dipengaruhi dan merasa yakin akan gagasan penulis.
Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literary
discourse). Penulis bertujuan untuk menyenangkan dan menghindarkan kedukaan para pembaca. Melalui tulisan, penulis ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, serta membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.
Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat dan berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspresive discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi agar pembaca dapat memahami makna yang ada dalam tulisan.
Menurut Suriamiharja, dkk. (1992: 2) Tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Keterampilan menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi karena dalam pengertian tersebut muncul satu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan agar dipahami oleh orang lain.
2.1.2 Manfaat Menulis
Menurut Tarigan (1986: 22) menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis juga dapat mendorong kita untuk dapat berpikir kritis, memudahkan penulis memahami hubungan gagasan dalam tulisan, memperdalam daya tangkap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, mampu menambah pengalaman penulis.
Menurut pendapat Akhadiah, dkk. (1988:1) banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan menulis. (1) dengan menulis seseorang dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Penulis dapat mengetahui sampai dimana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan pengalamannya. (2) Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membandingkan fakta-fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. (3) Penulis lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan. (4) Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar. (5) Melalui tulisan, penulis dapat meninjau serta menilai gagasan secara lebih objektif. (6) dengan menuliskan sesuatu diatas kertas, penulis akan mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisis secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. (7) Dengan menulis mengenai suatu topik, penulis terdorong untuk belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Dan (8) Kegiatan menulis terencana akan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat bagi manusia. Menulis dapat meningkatkan kemampuan berpikir
untuk mengembangkan berbagai gagasan yang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.
2.1.3 Proses Menulis
Agar siswa dapat melakukan proses menulis yang baik sudah seharusnya guru melakukan tahapan proses menulisseperti yang dikemukakan Graves (dalam Cox 1999:308). Pendapat yang sama oleh Sabarti, (2001: 6-7) Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga penulis harus dapat memanfaatkan kemampuan menggunakan tata tulisan, struktur bahasa, dan kosakata. Bila ingin berhasil dalam menulis, sebaiknya mengikuti langkah-langkah tertentu. sejalan dengan pendapat sabarti, menurut Kusmayadi (2007: 51-52) setiap penulis mempunyai proses penulisan sendiri. Namun, banyak penulis yang menggambarkan proses penulisan yang mereka lakukan memiliki langkah-langkah yang relatif sama, yaitu sebagai berikut :
1. Pra penulisan (menggambarkan ekspresi pribadi, membaca atau mendengarkan cerita, mengumpulkan ide, mengorganisasikan pemikiran, membicarakan ide dengan orang lain, memilih tipe menulis yang diinginkan, mempertimbangkan sasaran pembaca, menggagas ide, dan menuangkan ide sementara)
2. Membuat draft (Menuangkan ide sementara ke atas kertas, fokus pada makna dari pada aturan ketatabahasaan, bebas coba-coba, memahami bahwa tulisan bisa berubah, mencoba berbagai kemungkinan, dan saling tukar draft dengan yang lain).
3. Revisi (membaca ulang selama dan setelah membuat draft, berpikir ulang mengenai apa yang hendak ditulis, berbagi dengan sebaya, berdiskusi dengan guru dalam conference, ubah, tambahkan, modifikasi, atau hapus draftnya, dan perjelas tujuan dan makna).
4. Mengedit (tulis ulang hasil revisi, berdiskusi dengan guru, berdiskusi dengan sebaya, perbaharui dan perbagus, cek penggunaan : Ejaan, tanda baca, huruf besar dan periksa hasil kerja).
5. Menerbitkan (Pilih bentuk terbitan: Buku, tampilan di ruangan, drama, teater, surat, film, poster, koran atau iklan dan berbagi pendapat hasil terbitan dengan membaca: Lingkaran pembaca, workshop menulis, atau kursi penulis).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam proses menulis ada beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu mengetahui sasaran penulisan, memperhatikan aturan penulisan, menulis berdasarkan ide, merevisi tulisan agar tulisan tersebut mudah dipahami oleh orang lain yang membacanya.
2.1.4 Pengertian Laporan
Kata laporan dibentuk dari kata dasar lapor dan mendapat akhiran (sufiks) -an, yang dapat diberi arti sebagai segala sesuatu yang dilaporkan atau pemberitahuan tentang sesuatu. Siswanto (1982:62) memberikan batasan laporan yaitu sebagai informasi tertulis yang dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban atas sesuatu penugasan. Laporan juga dapat dikatakan sebagai suatu dokumen yang disampaikan atau menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan kepada
pemikiran atau tindakan yang akan diambil (Keraf, 1993:284). Sejalan dengan pendapat Keraf, Parera (1987:56) megemukakan laporan pada dasarnya suatu bentuk penyampaian dan perjanjian fakta-fakta dan pemikiran guna tindakan.
Nuraeni (2010:187) laporan adalah karangan yang berisi keterangan-keterangan hasil penelitian atau perjalanan. laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan, pada dasarnya fakta yang disajikan itu berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pelapor. Fakta yang disajikan merupakan bahan atau keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si pelapor (dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri) ketika si pelapor melakukan suatu kegiatan.
Laporan adalah : Suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) yang ada antara mereka. Membuat laporan mempunyai beberapa manfaat , antara lain :
1. Sebagai pertanggungjawaban kepada atasan.
2. Sebagai dokumen yang dapat dijadikan hasil perbandingan. 3. Sebagai sumber pengalaman bagi orang lain.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan merupakan suatu bentuk penyampaian dan penyajian hasil kegiatan baik secara lisan maupun tertulis atau dokumen berupa fakta-fakta yang dimanfaatkan guna mengambil sebuah keputusan atau tindak lanjut bagi seseorang atau lembaga atau instansi tertentu.
2.1.5 Jenis-jenis Laporan
Callysta (2012) jenis-jenis laporan adalah sebagai berikut :
1. Laporan peristiwa adalah laporan yang menyajikan berita tentang proses ataupun keadaan berlangsung suatu peristiwa
2. Laporan perjalanan adalah laporan yang menyajikan kegiatan jalan-jalan ke suatu tempat yang jauh dan unik
3. Laporan diskusi adalah catatan singkat mengenai jalannya diskusi atau rapat 4. Laporan kegiatan adalah laporan setelah melakukan kegiatan ataupun
serangkaian acara
5. Laporan penelitian adalah laporan yang mengemukakan suatu keadaan atau peristiwa berdasarkan hasil pengamatan atau penelitian
Menurut Nuraeni ( 2010: 187) jenis-jenis laporan adalah sebagai berikut: 1. Resensi
Resensi adalah (laporan buku) adalah tulisan ilmiah berupa hasil pemahaman dan penilaian terhadap sebuah buku.
2. Laporan perjalanan
Laporan perjalanan merupakan tulisan yang mengungkapkan hal-hal penting dari suatu perjalanan.Laporan perjalanan disusun berdasarkan pengalaman yang penting dan bermanfaat.
Bentuk laporan perjalanan antara lain: perjalanan wisata, dinas, studi banding, kunjungan kekerabatan, dan petualangan.
Laporan pengamatan adalah tulisan yang menjelaskan hasil-hasil penelitian atau pengamatan tentang suatu objek.
Jenis-jenis laporan dapat ditentukan berdasarkan sifat & kandungan laporan yaitu :
1. Laporan Tahunan
Disediakan oleh sesebuah persatuan, organisasi, syarikat atau institusi. Tujuan : Menyediakan perancangan yang lebih baik dan mencapai prestasi yang lebih tinggi pada masa akan datang. Dibuat setahun sekali. Disampaikan mengikuti urutan tarikh.
2. Laporan Khas
Tujuan : Mendapatkan maklumat yang pantas, tepat & jelas. Berguna kepada organisasi dan masyarakat mendapatkan gambaran sebenarnya suatu peristiwa.
3. Laporan Prestasi
Mengandung penjelasan tentang tugas yang telah selesai & kejayaan yang dicapai oleh sesebuah syarikat atau organisasi.
4. Laporan Penilaian
Menyatakan mutu, nilai, keadaan atau sifat sesuatu yang menjadi fokus penilaian. Maklumat akhir laporan penilaian adalah memberi maklumat kepada pihak tertentu untuk membuat keputusan atau hanya sebagai makluman.
Dilakukan oleh sesuatu jawatan kuasa atau lembaga yang dipertanggungjawabkan untuk mengkaji sesuatu isu, kejadian, dasar dll. Hasil kajian disampaikan kepada pihak tertentu untuk tindakan selanjutnya.
6. Laporan Lawatan
Tujuan : Merakamkan peristiwa yang berlaku sepanjang lawatan itu berlangsung. Dilaporkan mengikut perkembangan peristiwa, tepat & mudah dipahami.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan terdiri dari beberapa jenis sesuai dengan tujuan dan manfaatnya masing-masing.
2.1.6 Prinsip-Prinsip Penulisan Laporan
Nuareni (2010), Laporan pada dasarnya adalah alat komunikasi juga. Supaya dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif, sebuah laporan harus memenuhi syarat-syarat berikut ini :
a. Lengkap
Artinya data dan fakta yang ada dalam laporan harus lengkap b. Jelas
Sebuah laporan disebut jelas bila uraian dalam laporan tidak memberi peluang ditafsirkan secara berbeda oleh pembaca yang berbeda. Ini dapat dicapai bila bahasa yang digunakan benar dan komunikatif
c. Benar / akurat
Data dan fakta yang salah dapat menuntun pembaca membuat suatu keputusan yang salah. Jadi kebenaran dan keakuratan isi laporan sangat diperlukan.
d. Sistematis
Laporan harus diorganisasikan sedemikian rupa, dengan sistem pengkodean yang teratur, sehingga mudah dibaca dan diikuti oleh pembaca. Laporan yang sistematis juga menunjang unsur kejelasan yang sudah diciptakan oleh unsur-unsur bahasa.
e. Objektif
Penulis laporan tidak boleh memasukan selera pribadi ke dalam laporannya. Pelapor harus bersikap netral dan memakai ukuran umum dalam menilai sesuatu.
f. Tepat waktu
Ketepatan waktu mutlak diperlukan, karena keterlambatan laporan bisa mengakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan.
2.1.7 Pengertian Laporan Pengamatan
Nur’Aini (2008: 81) menjelaskan pengertian pengamatan adalah pengawasan terhadap kegiatan atau peristiwa. Laporan pengamatan adalah menyampaikan atau memberitahukan sesuatu dari hasil yang telah diamati. Pendapat yang sama juga di kemukakan oleh Nuraeni (2010: 187) laporan pengamatan adalah tulisan yang menjelaskan hasil-hasil penelitian atau pengamatan tentang suatu objek.
Yosta (2012) Laporan pengamatan adalah suatu jenis dokumen yang berisikan paparan peristiwa atau kegiatan yang telah dilakukan seseorang atau kelompok atas dasar tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
1. Ditulis dalam bahasa yang baik dan jelas. 2. Tidak menimbulkan salah pengertian. 3. Disertai data yang akurat dan meyakinkan. 4. Menarik untuk dibaca.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan pengamatan adalah tulisan yang berisi data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
2.1.8 Langkah-Langkah Menulis Laporan Pengamatan
Menurut Nur’aini (2008: 110), langkah-langkah menulis laporan pengamatan antara lain sebagai berikut:
a. Lakukanlah pengamatan terhadap suatu hal atau kegiatan. b. Catatlah pokok-pokok yang penting.
c. Buatlah dalam bentuk laporan
Adapun format penyusunan laporan pengamatan adalah sebagai berikut: 1. Menentukan judul laporan.
2. Mencantumkan hari dan tanggal penyusunan laporan. 3. Jenis atau hal yang di amati
4. Isi laporan pengamatan.
Yosta (2012) Laporan merupakan hal yang sangat penting sehingga pembuatan laporan haruslah tepat, adapun ketepatan tersebut harus melalui prosedur-prosedur yang tepat pula di mana prosedur pembuatan laporan mencakup tujuh pokok langkah sebagai berikut :
A. Pengumpulan data dan fakta Laporan yang tepat adalah laporan yang lengkap data yang dibutuhkan maupun memuat fakta yang akurat, misalnya data dan fakta mengenai: Jumlah surat keputusan yang telah dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu satu bulan. Bentuk dan struktur organisasi perusahaan. Jumlah tenaga kerja per bagian. Rencana pemakaian anggaran finansial dan sebagainya. Agar data dan fakta tersebut nyata dan dapat dipercaya maka pengumpulannya harus melalui cara-cara sebagai berikut :
a. Melakukan observasi dan pengamatan sebelum dilakukan perencanaan penelitian yang mantap dan matang.
b. Mengadakan wawancara bagi data dan fakta yang memerlukan dukungan pendapat yang objektif.
c. Melakukan penyebaran daftar pertanyaan baik dengan sistem sampel maupun dengan sistem yang lainnya.
B. Pemindahan tabulating data dan fakta Setelah melakukan pengumpulan data secara acak atau kasar mengenai observasi atau penelitian yang dilakukan maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemilihan data dan fakta tersebut. Pemilihan data tersebut bisa dilakukan dengan cara : Pemilihan data berdasarkan pembedaan cakupan yang diteliti yaitu data tersebut dibeda-bedakan menurut peristiwa dan dampaknya. Dibeda-dibeda-bedakan menurut gambar, grafik maupun tabel. Melakukan tabulating yaitu mengumpulkan data dan fakta yang sesuai dengan cakupan bidang masing-masing menjadi suatu daftar atau tabel sehingga tidak terjadi pengulangan kata atau kalimat,
sehingga bisa memberikan analisa yang rasional, objektif dan menunjukkan logika hubungan antara data, fakta peristiwa dan dampaknya.
C. Membuat kerangka laporan Pembuatan kerangka laporan sangat diperlukan karena dalam kerangka ini termasuk juga didalamnya pemaparan mengenai bab-bab laporan yang dibuat ataupun inti masalah yang dirangkum dalam suatu laporan. Pada dasarnya kerangka laporan mencakup 4 bagian pokok yaitu : Pertama : Pendahuluan Dengan melihat isi pendahuluan pembaca bisa mengetahui : (a). Maksud dan tujuan pembuatan laporan. (b). Maslah yang akan dibahas.(c). Batasan masalah. (d). Sistematika penulisan laporan. (e). Pendekatan penyelesaian yang digunakan.
Kedua : Tubuh Laporan Dalam tubuh laporan inilah yang merupakan pembahasan maupun penyelesaian masalah yang dikemukakan, karena :(a). Di dalamnya terpapar segala data dan fakta yang telah dipisah-pisahkan menurut kepentingan penyelesaian. (b). Terdapat analisa si pelapor. (c). Terdapat hasil penyelesaian masalah dan kemudian ditarik kesimpulan dan saran dari si pelapor.
Biasanya bagian tubuh laporan ini yang merupakan bagian terpanjang dari keseluruhan laporan, oleh karenanya bagian ini biasanya terbagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian, misalnya terdiri dari :
Permasalahan. Batasan masalah. Hipotesa. Latar belakang teori. Bagian (part). Bab-bab (chapters). Sub bab-sub bab (section) dan sebagainya.
Ketiga : Saran saran. Saran-saran disini sudah terangkum semua penyelesaian masalah secara tegas tanpa memberikan alternatif-alternatif pilihan lagi.
Biasanya pada laporan survei, saran-saran tersebut dimasukkan ke dalam tiap akhir uraian pada tiap-tiap akhir bab atau bisa juga dapat sekaligus disatukan sebagai bab terakhir dari seluruh laporan.
Keempat : Konklusi dan Penutup Konklusi dan penutup sebagai logika dari hubungan korelasi antara data, fakta dan analisa. Adapun konklusi ini bisa juga dijadikan kedalam satu bab dengan bab saran-saran karena saran-saran tersebut merupakan pencerminan kesimpulan yang jelas tanpa pemberian alternatif lagi. Sedangkan pada penutup disamping tercermin penegasan logika juga berupa penegasan saran-saran atau harapan penyempurnaan kegiatan-kegiatan selanjutnya serta implementasi dan follow up dari semua ide-ide yang terpapar.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam menyusun laporan pengamatan sangat penting untuk memudahkan penulis dalam membuat sebuah laporan pengamatan.
2.1.9 Pengertian Pendekatan
Menurut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan,”Sebagai suatu proses, perbuatan atau cara untuk mendekati sesuatu”. Menurut wahjoedi (1999:121) mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar optimal. Syaifudin (2005:68) berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk mengelola proses pembelajaran dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
2.1.10 Jenis-Jenis Pendekatan
Menurut Mulyasa (2008:96) terdapat lima pendekatan pembelajaran yang perlu dipahami oleh guru untuk mengajar dengan baik, yaitu sebagai berikut : 1. Pendekatan Kompetensi
Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Dikatakan perbuatan karena merupakan perilaku yang dapat diamati meskipun sebenarnya seringkali terlihat pula proses yang tidak nampak seperti pengambilan keputusan/pilihan sebelum perbuatan dilakukan.
Terdapat tiga landasan teoretis yang mendasari pendidikan berdasarkan pendekatan kompetensi yaitu : Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran individual. Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai penguasaan (learnig for mastery) adalah suatu falsafah tentang pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sitem pembelajaran yang tepat semua siswa akan dapat belajar dengan hasil yang baik dari seluruh bahan yang diberikan. Ketiga, bagi perkembangan pendidikan berdasarkan kompetensi adalah usaha penyusunaan kembali definisi bakat.
2. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator-indikator pendekatan keterampilan proses antara lain kemampuan mengidentifikasi, mengklasifikasi, menghitung, mengukur, mengamati, mencari hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan, mengkomunikasikan, dan mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu karya.
3. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian siswa jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Membawa siswa ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan metode karyawisata, metode pemberian tugas, dan lain-lain.
b. Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti narasumber, bisa juga sumber tiruan, sperti model dan gambar.
4. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga para siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalamkehidupan sehari-hari, siswa akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.
5. Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran untuk mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan tematik sering sering juga disebut pendekatan terpadu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanaakan pembelajaran terdapat lima pendekatan yaitu : pendekatan kompetensi, pendekatan keterampilan proses, pendekatan lingkungan, pendekatan kontekstual, dan pendekatan tematik.
2.1.11 Pengertian Pendekatan Kontekstual
Menurut Bahrudin (2008:137) pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang dilakukan guru dengan mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
CTL (Contextual Teacing and Learning) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga para siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari (Mulyasa : 2010). Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, siswa akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.
Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teacing and Learning) memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga siswa dapat mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya. Pembelajaran kontekstual mendorong siswa memahami hakekat, makna, dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut terwujud, ketika siswa menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara menggapainya.
Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar. Lingkungan belajar yang
kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.
Nurhadi (dalam Mulyasa, 2002: 4) mengemukakan pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut :
a. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari “guru akting di depan kelas, siswa menonton ”ke“ siswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan”.
b. Pembelajaran harus berpusat pada “bagaimana cara” siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
c. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian (assesment) yang benar.
d. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting. 2.1.12 Prinsip Penerapan Pendekatan Kontekstual(CTL)
Kunandar (2007: 303-305) dalam menerapkan model pembelajaran CTL seorang guru harus memegang beberapa prinsip pembelajaran berikut ini:
a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental siswa. Artinya, isi kurikulum dan metodologi yang digunakan untuk mengajar harus didasarkan pada kondisi sosial, emosional, dan perkembangan intelektual siswa, jadi usia siswa dan karakteristik individual lainnya dan serta kondisi sosial dan lingkungan budaya siswa haruslah menjadi perhatian di dalam merencanakan pembelajaran.
b. Membentuk kelompok belajar yang saling bergantung (independent learning group). Artinya siswa saling belajar dari sesamanya di dalam kelompok-kelompok kecil dan belajar bekerja sama dalam tim lebih besar (kelas). c. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri(self
regulated lerning).
d. Mempertimbangkan keragaman siswa (difersity of students). Artinya di kelas guru harus mengajar siswa dengan berbagai keragamannya, misalnya latar belakang suku bangsa, status sosial ekonomi, bahasa utama yang di pakai di rumah, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka miliki.
e. Memperhatikan multi-intelegensia (multiple intelligences) siswa. Artinya dalam pembelajaran kontekstual guru harus memerhatikan kebutuhan dan kecerdasan yang dimiliki siswa meliputi: (1) kecerdasan verbal linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan; (2) kecerdasan logis matematis adalah kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara baik; (3) kecerdasan visual spasial adalah kemampuan untuk mempersepsi pola, ruang, warna, garis, dan bentukserta mewujudkan gagasan-gagasan visual dan keruangan secara grafis; (4) kecerdasan kinestetikadalah kemempuan menggunakan gerakan badan untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan serta menyelesaikan problem; (5) kecerdasan musik adalah kemampuan memahami dan menyusun pola nada, irama, dan melodi; (6) kecerdasan intrapribadi adalah kemampuan memahami diri dan bertindak sesuai dengan kemampuannya; (7) kecerdasan antarpribadi adalah kemampuan memahami
perasaan, maksud, dan motivasi orang lain; dan (8) kecerdasan naturalis adalah kemampuan memahami dan mengklasifikasikan tanaman, barang tambang, dan binatang.
f. Melakukan teknik-teknik bertanya (Questioning) untuk meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Agar pembelajaran kontekstual mencapai tujuannya, maka jenis dan tingkat pertanyaan yang tepat harus diungkap/ditanyakan. g. Menerapkan penilaian authentik (Authentic Assesment). Penilaian autentik
mengevaluasi penerapan pengetahuan dan berpikir kompleks seorang siswa, daripada hanya sekedar hapalan informasi aktual.
2.1.13 Langkah-langkah Strategi Pendekatan Kontekstual
Zahorik (dalam Mulyasa, 2010 : 103-104) mengungkapkan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut: a. Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh
siswa.
b. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus).
c. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: 1. Menyusun konsep sementara;
2. Melakukan Sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain;
d. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa-apa yang di pelajari.
e. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
Menurut Kunandar (2007:351) pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga hal berikut:
1. Pre tes, yaitu tes yang dilakukan sebelum proses belajar mengajar dimulai. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki siswa mengenai materi yang akan diajarkan.
2. Proses, yaitu kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Proses pembelajaran perlu dilakukan secara aktif, efektif dan menyenangkan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengemas pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh siswa terlibat secara aktif, baik mental,fisik, maupun sosialnya. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil.
3. Post tes, adalah tes yang dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Fungsi post tes, adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok; untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh siswa serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya; untuk mengetahui siswa yang perlu mengikuti kegiatan remedial dan pengayaan.
Menurut Almasdi langkah-langkah pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teacing and Learning) dalam kelas sebagai berikut:
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok).
d. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. e. Lakukan refleksi diakhir pertemuan.
f. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. 2.1.14 Keunggulan Pembelajaran Menulis Berbasis Kontekstual
Adapun keunggulan pembelajaran menulis laporan menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu:
1. Siswa terlatih untuk bernalar dan berpikir secara kritis terhadap materi menulis laporan.
2. Siswa penuh dengan aktivitas dan antusias untuk menemukan tema.
3. Berani mengajukan pertanyaan dan informasi atau hal-hal yang tidak sesuai dengan pendapat mereka.
4. Siswa terlatih untuk belajar, saling berbagi pengetahuan dan berkomunikasi. 5. Siswa dapat memberikan contoh melakukan pengamatan terhadap objek
dilingkungan sekolah secara giat, serius, dan antusias untuk memperoleh data seoptimal mungkin.
6. Refleksi yang dilakukan, baik selama pembelajaran berlangsung maupun setiap akhir pembelajaran berlangsung.
7. Penilaian menekankan pada proses dan hasil pembelajaran, seperti: presentasi atau penampilan siswa selama berdiskusi, melakukan observasi, mendemonstrasikan dan hasil menulis laporan. Selain itu, setiap siswa melakukan penilaian terhadap laporan yang ditulis oleh temannya.
2.1.15 Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan Berbasis Pendekatan Kontekstual
Tujuan pembelajaran kontekstual adalah membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan CTL dengan prinsip-prinsipnya bila dipahami dan dicermati dengan seksama sangat mungkin untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa. Menurut Candin (dalam Kasihani, 2003:7) dalam pembelajaran bahasa, negosiasi makna perlu dilakukan dalam interaksi di kelas dan masyarakat sehingga guru perlu menekankan adanya konteks sosial dalam pembelajaran bahasa. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa dilakukan dengan pendekatan kontekstual, termasuk pembelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam proses pembelajaran, siswa dilatih membangun sendiri pengetahuan mereka dalam keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Pada pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia, terdapat tujuh komponen CTL yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yaitu : (1) konstruktivisme (construktivism), menemukan (inquiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning
kommunity), permodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).
Konsep CTL dalam pembelajaran bahasa Indonesia menekankan kreativitas siswa, pembelajaran di dalam kelas bernuansa kontekstual, dan guru lebih banyak terlibat dalam strategi daripada memberikan informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama dengan siswanya untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Guru harus dapat mengatasi rasa bosan pada diri siswa dan membangkitkan kembali motivasi belajar mereka. Media dapat juga dijadikan sebagai alat agar siswa lebih mengerti atau memahami materi yang disampaikan, meningkatkan aktivitas, dan mengundang interaksi siswa dalam pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran menulis laporan di kelas dilaksanakan untuk pencapaian sasaran pembelajaran itu sendiri. Kegiatan ini dibagi atas : kegiatan klasik , kerja berpasangan, kegiatan kelompok (clasical activities, pair work, group activities). Semua jenis kegiatan ini dilaksanakan, baik untuk pengenalan materi baru maupun untuk latihan menulis laporan. Untuk memulai pembelajaran dengan jenis classical activities, guru memberikan tugas kepada siswa menemukan pokok pikiran dalam suatu karangan, menyusun sebuah paragraph, dan sebagainya. Pada kegiatan pair work dan group activities, siswa bekerja berpasangan atau berkelompok untuk mendiskusikan topik masalah yang akan dilaporkan. pada clssroom activities, siswa diberi latihan menulis. Latihan menulis laporan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar mereka mampu menerapkan keterampilan menulis laporan dalam konteks nyata.
Latihan-latihan itu terdiri atas pelaksanaan observasi, mencari bahan rujukan di media masa maupun elektronik, dan sebagainya. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat melakukan kegiatan interaksi dan komunikasi dalam proses pembelajaran yang melibatkan empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Adapun pelaksanaan pemebelajaran menulis berbasis kontekstual sebagai berikut :
1. Mengontruksi atau Membangun Pengetahuan Sendiri (contructivism)
Kemampuan siswa untuk mengontruksi sendiri pengetahuan dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis, dengan langkah-langkah seperti berikut :
a. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari proses menemukan sendiri: siswa memperhatikan dengan seksama materi menulis laporan pengamatan.
b. Siswa mengonstruk pengetahuan yang dimilikinya, seperti menemukan atau menerapkan idenya sendiri dalam menentukan dan mencatat hal-hal penting yang akan ditulis dalam laporan pengamatan.
c. Setelah di wawancarai, kemudian siswa menulis laporan pengamatan. d. Dalam pembelajaran terdapat kegiatan menemukan: yaitu siswa
menemukan dan menentukan tema yang menarik dari data-data hasil pengamatan.
2. Menemukan Pengetahuan Sendiri (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri. Kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan sendiri dalam pembelajaran menulis berbasis pendekatan kontekstual dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Siswa mengamati objek: kegiatan mengamati objek yang menarik dilingkungan sekolah, yaitu mencari dan mengumpulkan data hasil pengamatan.
b) Siswa berani mengajukan pendapat tentang materi pembelajaran menulis laporan.
c) Kegiatan pembelajaran dipusatkan pada siswa.
d) Pemberian tugas untuk menyusun kerangka laporan dan menulis laporan secara individual.
3. Bertanya (Questioning)
Dalam pembelajaran menulis di kelas, guru mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi, merangsang siswa berpikir, mengevaluasi pembelajaran, memperjelas gagasan, dan meyakinkan apa yang diketahui siswa. Aspek kegiatan bertanya yang terjadi di dalam kelas sebagai berikut :
a) Siswa berani bertanya dan mengemukakan pendapat mengenai kerangka laporan dan materi yang diberikan.
b) Untuk menyelesaikan masalah, siswa bertanya kepada siswa lain selain guru.
c) Siswa bertanya tentang bagaimana cara mempelajari sesuatu daripada bertanya yang hanya meminta informasi.
4. Masyarakat belajar (learning community)
Peranan masyarakat belajar atau belajar berkelompok dalam pembelajaran menulis telah memberikan kontribusi pada proses pembelajaran. Dalam masyarakat belajar, kegiatannya ditandai dengan kegiatan seperti berikut. a) Siswa terlibat aktif belajar bersama, berbagi informasi dan pengalaman,
saling merespon, dan saling berkomunikasi sesama teman untuk mengemukakan pendapatnya. Hal ini tampak pada saat presentasi data hasil pengamatan di lingkungan sekolah.
b) Pembagian kelompok secara heterogen memberikan pengaruh positif, terutama Sharing keilmuan atau pengetahuan di antara siswa.
c) Siswa belajar berkelompok untuk mendiskusikan materi yang diberikan, seperti menemukan tema yang menarik, melakukan observasi, dan menyusun kerangka laporan untuk meningkatkan keterampilan menulis. 5. Permodelan (Modeling)
Kegiatan permodelan sangat mendukung dalam kegiatan pembelajaran. Realisasi kegiatan ini berupa hal-hal sebagai berikut :
a) Pemodelan dilakukan sesama siswa (siswa yang mempunyai kemampuan kebahasaan).
b) Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
c) Siswa giat, serius, dan antusias dalam memperoleh data seoptimal mungkin melalui kegiatan pengamatan.
d) Siswa lain mencontoh teman atau kelompok yang melakukan pengamatan secara mendalam.
e) Guru memberikan contoh menulis laporan hasil pengamatan dengan manggunakan Bahasa Indonesia baku.
f) Siswa meniru penggunaan Bahasa Indonesia baku dalam menulis laporan hasil pengamatan.
6. Merefleksi materi pembelajaran menulis laporan (Reflection)
Merefleksi kegiatan pembelajaran dengan jalan memberikan respons terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang diterima merupakan bagian penting dalam pembelajaran kontekstual. Aspek merefleksi materi dalam pembelajaran menulis laporan, sebagai berikut :
a) Siswa memberikan respons terhadap pembelajaran yang dihubungkan dengan pengalaman nyata siswa itu sendiri, terutama penegtahuan yang mengendap dalam diri siswa sebagai struktur pengetahuan baru.
b) Siswa mampu merefleksi dan memberikan respons terhadap pembelajaran yang berlangsung dan pada akhir pembelajaran.
c) Sebagian refleksi muncul dari siswa. 7. Keautentikan penilaian (AuthenticAssessment)
Penilaian pemebelajaran menulis tidak hanya terpaku pada penilaian dalam bentuk tes saja, namun penilaian nyata dilakukan juga pada saat proses pembelajaran berlangsung. Aspek penilaian ini sebagai berikut :
a) Pada proses pembelajaran siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan guru selama pembelajaran.
c) Siswa mampu melakukan penilaian terhadap laporan hasil pengamatan temannya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menulis laporan Pengaatan berbasis pendekatan kontekstual merupakan upaya yang ditempuh guru untuk memberikan motivasi pada siswa gara siswa lebih aktif, kretif, dan dapat memberdayakan kemampuan dirinya dalam melakukan kegiatan menulis laporan. Pembelajaran menulis laporan pengamatan dengan pendekatan kontekstual, dapat melatih siswa untuk menemukan dan menentukan tema yang menarik dilingkungan sekolah, melakukan pengamatan, menyusun kerangka laporan, dan dapat meningkatkan keterampilan menulis laporan yang mereka miliki.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang berkaitan dengan menulis diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Naspin Rupu (2011) tentang Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Melalui Catatan Pribadi. Hasil penelitian tentang menulis laporan pengamatan melalui catatan pribadi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan oleh terpenuhinya indikator kinerja yang telah ditetapkan, untuk pemahaman konsep siswa pada siklus I 40%, meningkat menjadi 85% pada siklus II.
Selanjutnya penelitian yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Melalui Pendekatan Kontekstual sudah pernah diteliti. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Bastian (2011) tentang kemampuan menulis laporan pengamatan di kelas V, kemampuan siswa
meningkat. Hal ini ditunjukan oleh terpenuhinya indikator kinerja yang telah ditetapkan, untuk kemampuan siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I sebesar 42,5% setelah dilanjutkan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 87 %.
Dari kedua hasil penelitian di atas, ternyata penelitian yang dilakukan oleh Bastian dalam hal meningkatkan kemampuan menulis laporan pengamatan melalui pendekatan kontekstual lebih meningkat jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Naspin Rupu yang menggunakan catatan pribadi dalam meningkatkan kemampuan menulis laporan pengamatan. Oleh karena itu, peneliti mencoba menggunakan kembali pendekatan kontekstual dalam meningkatkan kemampuan menulis laporan pengamatan di kelas V SDN Pohuwato Kabupaten Pohuwato.
2.3 Hipotesis Tindakan
Jika menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajarannya, maka dapat meningkatkan kemampuan menulis laporan pengamatan di kelas V SDN Pohuwato.
2.4 Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan dalam penelitian ini yaitu apabila dari jumlah siswa 40 orang, diperoleh 75% dari jumlah siswa yang dapat menulis laporan pengamatan dengan ketentuan nilai KKM 75.