BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakekat Konsep Bilangan 2.1.1.1 Pengertian Bilangan
Salah satu unsur yang ada di dalam matematika adalah kemampuan membilang.Bilangan atau biasa disebut dengan angka tidak terlepas dari matematika. Bilangan merupakan bagian dari hidup kita, setiap hari kita selalu menemukan angka atau bilangan kapan pun dimana pun.
Bilangan juga merupakan suatu alat pembantu yang mengandung suatu pengertian. Bilangan- bilangan ini mewakili suatu Jumlah yang diwujudkan dalam lambang bilangan. Sedangkan menurut Copley (2010) Anonim (2011) angka atau bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka-angka. Sebagai contoh bilangan 10, dapat ditulis dengan dua buah angka (double digits) yaitu angka 1 dan angka 10).
Bilangan banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, bilangan yang ditemui anak-anak sebenarnya memiliki arti yang berbeda-beda. Seperti yang dikemukakan oleh Fatimah (2011) Anonim (2011) anak-anak akan belajar membedakan arti bilangan berdasarkan penggunaan yaitu: a. Bilangan kardinal menunjukkan kuatitas atau besaran benda dalam sebuah kelompok. Kuantitas terbagi menjadi 2 yaitu: 1) Kuantitas diskret untuk menjawab pertanyaan berapa banyak benda, diakhiri dengan satuan benda (buah, butir, ekor, dll) 2) Kuantitas kontinu untuk menjawab pertanyaan tentang pengukuran benda diakhiri dengan satuan benda (buah, butir, ekor,dll) 3) Bilangan ordinal, digunakan untuk menandai urutan dari sebuah benda, contoh juara kesatu, dering telepon, ke lima kalinya, hari kartini hari ke 21 di bulan April, dll.
Bilangan nominal, digunakan untuk member nama benda, contoh: nomor rumah, kode pos, nomor lantai/ruang di dedung, jam, uang, dll. Bilangan memiliki beberapa bentuk/ tampilan (representasi) yang saling berkaitan diantaranya benda nyata, model mainan, ucapan, simbol (angka atau kata). Mengerti atau paham dalam pembelajaran matematika anak usia dini dating dari membangun atau menegnali hubungan, senada dengan apa yang telah dikemukakan oleh Catthcart (2011) Anonim (2011) mengemukakan bahwa tampilan bilangan yang satu dengan tampilan bilangan yang lainnya. Memahami hubungan antar tampilan bilangan dapat diartikan sebagai contohnya setalah anak mendengarkan soal (tampilan bahasa lisan), anak bias menunjukkan dengan media balok (tampilan model/benda mainan), menggambarkannya (tampilan gambar), lalu anak menulis jawaban pada kertas (simbol tertulis angka atau kata).
Setiap bilangan yang dilambangkan dalam bentu angka, sebenarnya merupakan konsep abstrak. Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa dalam pembelajaran matematika menegnal konsep bilangan tidak hanya tampilan bahasa lisan saja tetapi harus diiringi dengan tampilan model/benda mainan ataupun tampilan gambar. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Marhijanto (2010) Anonim (2011) bahwa bilangan adalah banyaknya benda, Jumlah, satuan sistem matematika yang dapat diunitkan dan bersifat abstrak. Konsep abstrak ini merupakan hal yang sulit untuk anak usia dini memahami secara langsung. Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa konsep bilangan itu bersifat abstrak, maka cenderung sukar untuk dipahami oleh anak anak usia dini dimana pemikiran anak usia dini berdasarkan pada pengalaman kongkret. Untuk dapat mengembangkan konsep bilangan pada anak anak usia dini tidak dilakuakn dalam jangka waktu pendek, yang harus dilakukan secra bertahap dalam jangka waktu yang lama, serta dibutuhkan media yang kongkrit untuk membantu proses pembalajaran mengenal bilangan
Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bilangan merupakan lambang atau simbol yang terdiri atas angka-angka.
2.1.1.2 Indikator Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Bagi Anak Usia Dini
Indikator yang berkaitan dengan kemampuan mengenal konsep bilangan yaitu (1) counting (berhitung), (2) one-to-one correspondence (koresponden satu-satu), (3) quality
(kuantitas), (4) comparison (perbandingan) dan (5) recognizing and writing numeral (mengenal dan menulis angka). Anonim (2010). Anak memiliki kemampuan counting (berhitung) sebelum berusia 3 tahun bahwa anak mampu menyebutkan urutan bilangan, misalnya satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Untuk bisa mengenal konsep bilangan anak-anak memulai dari bilangan dari 1 sampai 9 setelah itu 10 dan seterusnya yaitu bilangan yang terdiri dari 2 angka, misalnya anak mampu menyebutkan bilangan “sebelas” bukan menyebutkan “sepuluh satu” dan sebagainya. Anak memiliki kemampuan one-to-one correspondence (koresponden satu-satu) bahwa anak mampu menghubungkan satu benda dengan benda lain, misalnya anak dapat mencari pasangan gambar yang tepat seperti gambar ikan dengan gambar kail, gambar sikat gigi dengan pasta gigi dan lain sebagainya.
Kemampuan quality (kuantitas) bahwa anak mampu menyebutkan jumlah benda dalam satu kelompok dengan menyebutkan bilangan terakhir sebagai perwakilan dari keseluruhan, misalnya anak menghitung banyaknya buku “1,2,3,4,5” jadi anak menyebutkan aada 5 buku.
Kemampuan comparison (perbandingan) yaitu anak mampu membandingkan sebuah benda atau kumpulan benda, misalnya lebih besr, lebih kecil, lebih banyak, lebih sedikit, dan sama banyak.
Kemampuan recognizing and writing numeral (mengenal dan menulis angka) yaitu anak mengenal dan mampu menulis angka. Anak mengenal dan mampu menuliskan angka bisa
melalui beberapa media dari benda-benda disekitarnya, misalnya angka dari telephone, dari halaman buku, majalah dan keyboard komputer.
Mengetahui kemampuan anak mengenal konsep bilangan tidak hanya melalui visual yaitu mengetahui lambang bilangan dan kemampuan verbal menyebutkan bilangan, maka kegiatan mengenal konsep bilangan harus dilakukan dengan menggunakan benda kongkret ataupun gambar yang mewakili lambang bilangan tersebut.
2.1.1.3 Tahapan Pembelajaran Mengenal Konsep Bilangan Bagi Anak Usia Dini
Dalam menyampaikan materi pembelajaran mengenal konsep bilangan untuk anak usia dini, memerlukan tahapan-tahapan dalam penyampaiannya dan dilakukan secara bertahap.
Pendekatan dengan menggunakan materi kongkrit dan gambar harus secara intensif dilakukan di tingkat awal pada anak, sebelum anak memasuki tingkat pengenalan bilangan selanjutnya seperti telah dikemukakan oleh Fatimah (2010) Anonim (2011) tentang perkembangan konsep bilangan pada anak:
a. Pengenalan kuantitas, anak-anak menghitung sejumlah benda yang telah ditentukan.
Dilakukan secara bertahap 1 sampai 10 kemudian 11 sampai 20.
b. Mengahafal urutan nama bilangan, menyebutkan nama bilangan dalam urutan yang benar.
c. Menghitung secara rasional, anak disebut memahami bilangan bila dapat mengitung benda sambil menyebutkan nama bilangan. Membuat korespondensi satu-satu, menyadari bilangan terakhir yang disebut mewakili total benda dalam satu kelompok.
d. Menghitung maju, menghitung dua kelompok benda yang digabungkan dengan menghitung semua, dimulai dari benda pertama sampai benda terakhir, menghitung melanjutkan, menghitung benda dengan cara melanjutkan dari jumlah salah satu
kelompok. Hal ini dilakukan bila anak sudah mampu membedakan kelompok yang lebih banyak dan lebih sedikit dengan baik.
e. Menghitung mundur, menyebutkan bilangan satu atau lebih kurangnya dari bilangan sebelumya. Dilakukan untuk dalam operasi pengurangan angka menggunakan angka kecil saja.
f. Berhitung melompat, menyebutkan bilangan dengan cara melompat dengan beda bilangan tertentu yang sama.
Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa tahap pembelajaran konsep bilangan dan lambang bilngan meliputi pengenalan kuantitas, mengahafal urutan, nama bilangan, menghitung secara rasional, menghitung maju, menghitung mundur dan berhitung melompat.
2.1.1.4 Peran Guru dalam Mengembangkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Bagi Anak Usia Dini
Di pendidikan anak usia dini kegiatan pengembangan meliputi seluruh aspek pengembangan anak, yaitu kognitif, sosial, emosional, moral, bahasa, seni dan fisik-motorik.
Menurut Gage (2012) Anonim (2012) dalam konteks ini guru berperan, bertugas dan bertanggung jawab sebagai berikut:
a. Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan didalam proses kegiatan pengembangan. Guru sebelum melakukan proses kegiatan pengembangan bagi anak didiknya perlu mempersiapkan materi, kegiatan, metode dan media pembelajaran apa yang akan dilakukan atau digunakan secara sistematis dan mengarah pada pencapaian tujuan kegiatan.
b. Pelaksana (organizer) yang harus menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan dan mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana. Guru
sebagai organizer dituntut harus menciptakan situasi kegiatan dengan baik sehingga kebutuhan perkembangan anak didiknya dapat terfasilitasi dan anak dapat berkembang dengan optimal.
c. Penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan atas tingkat keberhasilan kegiatan berdasarkan kriteria yang ditetapkan baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualitas produk (output)-nya. Guru berperan untuk menilai perkembangan anak didik setiap hari baik
berkenaan dengan perkembangan fisik, kognitif, moral, bahasa, seni maupun social emosionalnya. Peran, tugas dan tanggung jawab yang dipaparkan di atas merupakan peran guru dalam mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, termasuk juga dalam mengembangkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak di Taman Kanak- kanak.
Menurut Sriningsih (2012) Anonim (2012) guru memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan berbagai jenis pengalaman belajar matematika yang dapat memenuhi tujuan-tujuan program pembelajaran matematika yang berkualitas. Kegiatan pembelajaran matematika selain melatih kemampuan berpikir logis dan abstrak, juga harus mampu melatih daya ingai anak. Beberapa kiat yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengingat adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran harus bermakna bagi anak, (2) kegiatan pembelajaran harus mampu menghubungkan antara berbagai pengetahuan yang telah dimiliki anak dengan berbagai topik yang diajarkan dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran guru pada dasarnya terdiri atas tiga yakni guru sebagai perencana dimana guru menyediakan hal-hal yang dibutuhkan sebelum mengajar, guru sebagai pelaksana dimana guru mampu melakukan pengajaran dengan
baik melalui penciptaan suasana belajar yang menyenangkan dan guru sebagai evaluator dimana guru melakukan evaluasi setelah melakukan proses pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahaman anak didiknya.
2.1.2 Hakikat Metode Latihan 2.1.2.1 Pengertian Metode Latihan
Metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan- kebiasaan tertentu. Latihan adalah suatu teknik mengajar yang mendorong anak untuk melaksanakan kegiatan latihan agar memiliki ketangkasan / keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.
Metode latihan adalah suatu metode mengajar dimana anak langsung diajak menuju ketempat latihan keterampilan/ eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya, dsb.
Metode latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan, Alam (2011).
Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, selain itu dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan (Djamarah, 2010: 95).
Metode latihan ialah latihan siap sangat sesuai untuk melatih keterampilan, baik keterampilan fisik maupun mental dan menurut pendapat Sagala (2002: 217).
Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode latihan merupakan suatu cara mengajar kepada anak yang dilakukan secara beulang-ulang.
2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Metode Latihan
Berikut ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode latihan menurut Hafizh (2012) Anonim (2012) yakni: a) Waktu yang digunakan dalam latihan cukup tersedia, b) Latihan hendaklah disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan anak didik, c) Latihan memiliki daya tarik dan merangsang anak untuk belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh, d) Dalam latihan tersebut pertama diutamakan ketepatan kemudian kecepatan, akhirnya kedua-duanya, e) Pada waktu latihan harus diutamakan yang esensial, f) Latihan dapat memenuhi perbedaan kemampuan dan kecakapan individu anak, g) Dapat menyelingi latihan, sehingga tidak membosankan, h) Diperlukan kesabaran dan ketelatenan dari pihak guru
2.1.2.3 Kelebihan Dan Kelemahan Metode Latihan
Setiap metode pada dasarnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti hanya dengan metode latihan. Menurut Alam (2012) Anonim (2012) metode latihan memiliki kelebihan dan kekurangan yakni :
1. Kelebihan Metode Latihan
a) Anak memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b) Anak memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c) Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
d) Anak memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya.
e) Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa anak yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari.
f) Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana anak yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan anak saat berlangsungnya pengajaran.
2. Kelemahan Metode Latihan
a) Menghambat bakat dan inisiatif anak karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b) Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal. Dimana anak dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan yang berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berfikir secara logis.
c) Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah anak melakukan sesuatu secara mekanis, dalam dalam memberikan stimulus anak bertindak secara otomatis.
d) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana anak menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru.
2.1.3 Kajian Penelitian Yang Relevan
Adapun yang menjadi acuan penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmisyarih (2010), mengenai meningkatkan kemampuan anak mengenal lambang bilangan dengan menggunakan media konkrit melalui metode latihan pada anak kelompok B Mekar Sari hasil penelitian menunjukkan 88,13% anak tuntas dengan menggunakan metode latihan.
2.2 Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan penelitian ini yaitu jika guru menggunakan metode latihan maka kemampuan anak mengenal konsep bilangan menggunakan benda konkrit pada anak kelompok B PAUD Dahlia Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato akan meningkat.
2.3 Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah apabila persentase anak yang memiliki tingkat hasil belajar yang optimal dapat ditingkatkan dari 3 orang anak atau (21) menjadi 11 orang anak (78%).