1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh sang pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar, hasil dari imajinasi pengarang yang dituangkan atau diungkapkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Selain berasal dari imajinasi pengarang, karya sastra juga dapat dihasilkan dengan adanya proses kreatif pengarang dalam mendeskripsikan ide-ide yang dipikirkan dan disarankan oleh pengarang dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang yang berarti di dalamnya ternuansakan suasana kejiwaan sang pengarang baik suasana pikir maupun suasana rasa (emosi) (Endraswara, 2008:86).
Karya sastra yang di dalamnya secara dominan memuat gejala-gejala kejiwaan disebut sebagai fiksi psikologis. Fiksi psikologis merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu novel yang bergumul dengan spiritual, emosional, dan mental para tokoh (Minderop, 2011:53). Di dalam karya sastra juga mengekspresikan pengalaman jiwa dan tidak meninggalkan unsur keindahan sehingga bisa memberikan kenikmatan batin yang membuat pembaca berimajinasi dengan dunia khayalan. Dengan demikian karya sastra dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan pembaca lebih bijaksana dalam menghadapi permasalahan hidup.
2
Karya sastra khususnya novel diciptakan oleh pengarang dengan tujuan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan tanpa melupakan bahwa karya sastra sebenarnya merupakan bagian masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Karya sastra merupakan refleksi dari apa yang terjadi dalam masyarakat. Melalui karya sastra, pembaca dapat menemukan masalah-masalah yang bisa ditemui dalam masyarakat, pembaca harus bertindak bertingkah, bertingkah laku serta bersosialisasi dengan sesama manusia, Tuhan, alam dan juga pembaca dapat mempelajari ilmu jiwa yang bersirat secara implisit melalui karakteristik tokoh-tokoh.
Karya sastra dapat dipahami dari aspek-aspek kejiwaan, untuk memahami aspek-aspek kejiwaan, dibutuhkan pengetahuan tentang psikologi, karena psikologi mengandung makna ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa (Ratna, 2004: 343). Dimensi jiwa adalah dimensi yang ada dalam diri manusia, yang berarti segala aktifitas kehidupan manusia tidak lepas dari dimensi tersebut.
Novel Bulan Nararya meraih juara III kategori Novel Kompetisi Menulis Tulis Nusantara 2013 oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Penulis tertarik mengangkat novel Bulan Nararya ini menjadi penelitian karena novel ini berkisah tentang seorang psikolog yang bernama Nararya atau sapaan Rara menjadi terapis di mental health center (klinik kejiwaan) yang menerapi para pasien (klien) skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.
3
Dalam sebuah karya sastra tidak lepas dari seorang pengarang atau penulis. Sinta Yudisia merupakan salah satu penulis Indonesia. Menyelesaikan studi Magister Psikologi Profesi di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Menjadi ketua umum FLP (Forum Lingkar Pena) periode 2013-2014. Sinta telah banyak mengeluarkan karya-karyanya seperti novel, kumpulan cerpen, buku anak-anak, dan lai-lain. Berbagai penghargaan yang telah ia dapatkan hasil dari karyanya tersebut. Novel pertamanya yang berjudul Sebuah Janji (GIP) 2003, karya tersebut berhasil meraih penghargaan juara I lomba menulis novel islami GIP 2003. Salah satu novel best seller adalah novel Lafadz Cinta (Mizan). Apresiasi yang baik dari penikmat pembaca membuat Sinta Yudisia terus berkarya.
Novel Bulan Nararya berlatar belakang psikologi, bisa dibilang kemunculannya dalam ranah fiksi tanah air masih dapat dihitung jari atau masih sedikit. Maka kehadiran novel Bulan Nararya seakan menghembuskan angin segar di tengah kancah peredaran novel tanah air. Novel Bulan Nararya ini benar-benar kental dengan suasana psikologi. Kita tidak hanya sekedar diperkenalkan dengan beragam istilah dalam ilmu kejiwaan, seperti transpersonal, narsistik, histionik, OCD, tetapi kita juga diajak untuk menelusuri latar belakang orang-orang yang mengalami gangguan jiwa, gejala yang mereka alami, proses penyembuhan, dan bagaimana pula sikap orang-orang normal saat berinteraksi dengan mereka.
Rara adalah seorang terapis di klinik kesehatan mental (Mental Health Center). Semangat dan dedikasinya untuk menyembuhkan pasien (klien) skizophrenia ditunjukkan dengan hasrat untuk menerapkan metode penyembuhan
4
baru yaitu transpersonal. Sayangnya, metode itu ditolak oleh Bu Sausan selaku pimpinan klinik. Bu Sausan menolak metode transpersonal karena dianggap belum matang dan belum siap untuk digunakan. Penolakan ini membuat Rara sangat kecewa dan sedih, padahal ia sudah mati-matian meneliti metode baru tersebut untuk menyembuhkan klien-klien di klinik tersebut. Ia tak lantas putus asa, hari-harinya diisi dengan mencari ide-ide besar untuk mengembangkan metode transporsenal. Kesedihan Rara dapat diobati bila ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya seperti Sania, Pak Bulan, dan Yudhistira mereka bertiga adalah klien skizofrenia di klinik kesehatan mental.
Beberapa pasien yang ditangani Rara memiliki latar belakang dan penyebab gangguan kejiwaan yang berbeda-beda. Sania, seorang gadis kecil yang ditemukan oleh dinas sosial di terminal dengan kondisi yang mengkhawatirkan. Ia dibesarkan oleh nenek miskin yang ringan tangan, ibu pemarah, dan ayah yang pemabuk. Hal tersebut menjadi latar belakang yang kuat atas depresi yang dialaminya hingga akhirnya ia terdampar di pusat rehabilitasi tersebut. Klien kedua adalah Pak Bulan berumur sekitar 70-an mantan penghuni lapas yang dari banyak cerita ditangkap karena mencuri. Pak Bulan menyukai bulan tepatnya purnama meski bulan tidak purnama (sabit), dia tetap menamai purnama. Klien ketiga adalah Yudishtira suka melukis, mengalami gangguan kepribadian karena tekanan dari keluarganya (Ibu dan kakak-kakaknya) dan tidak mampu mengeluarkan tekanan-tekanan tersebut. Rumah tangganya dengan Diana wanita cantik blasteran yang harus pisah setelah Yudhis membunuh kucing Persia Diana dan Yudhis pun diasingkan ke mental health center.
5
Rara seorang terapis, ia hanya manusia biasa yang tak dapat menghindar dari tekanan masalah-masalah pribadi maupun pekerjaannya. Terlebih ketika hubungan pernikahannya dengan Angga yang sudah berjalan selama sepuluh tahun tidak bisa dipertahankan lagi. Ditambah Moza, seseorang yang selama ini dianggap sebagai sahabat baiknya ternyata rapuh dan berkhianat, membuat Rara hampir membenci Moza. Banyaknya masalah yang menimpa Rara membuat terapis tersebut menunjukkan gejala-gejala aneh, seperti ketakutan yang luar biasa, berteriak-teriak, hingga membuat ia berhalusinasi yang tak ia sadari.
Yang paling menarik dari novel ini adalah bagaimana penulis melukiskan karakter orang-orang dengan gangguan kesehatan mental sebagai manusia yang utuh, yang kadang bisa merasakan lebih jernih dan tulus dibanding kita. Ia melukiskan mereka sebagai manusia yang mampu mengulurkan persahabatan, bisa saling menerima, bahkan mencintai, walaupun dengan segala ketakutan, dengan perasaan terpendam yang tidak bisa mereka ungkapkan, serta bagaimana semua ini tidak lepas dari kehidupan orang-orang di sekelilingnya. Klien skizofrenia tidak seburuk yang kita lihat bahkan mereka manusia dengan hati yang bersih sekaligus rapuh, dengan adanya mereka, justru manusia yang lebih waras dari mereka seharusnya mampu belajar banyak dan mengambil kearifan hidup.
Adapun alasan penulis mengangkat problem kejiwaan tokoh utama dalam novel Bulan Nararya karya Sinta Yudisia ini sebagai bahan kajian karena di dalam novel tersebut diceritakan seorang Rara sebagai tokoh utama dalam cerita yang menyebabkan dia mengalami halusinasi seperti ia melihat kelopak mawar dan darah yang berceceran di ruang kerjanya maupun di tempat lain. Ia juga mengalami kegagalan dalam berumah tangga.
6
Berdasarkan latar belakang di tersebut, penulis menganalisis novel Bulan Nararya karya Sinta Yudisia yang akan diteliti problem kejiwaan tokoh utama dalam novel Bulan Nararya karya Sinta Yudisia dan faktor penyebab problem kejiwaan tokoh utama dalam novel Bulan Nararya karya Sinta Yudisia. Dalam penelitian ini diharapkan bisa memahami bahwa dalam kehidupan manusia harus saling menyayangi dan mengasihi, dalam perbedaan tidak menjadi hambatan untuk memiliki kehidupan yang layak seperti manusia pada umumnya yang mempunyai kemampuan dalam berpikir dengan menggunakan akal sehat.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat teridentifikasi beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1. Apa sajakah problem kejiwaan tokoh utama dalam novel Bulan Nararya karya Sinta Yudisia?
2. Apa sajakah faktor penyebab problem kejiwaan tokoh utama dalam novel Bulan Nararya karya Sinta Yudisia?
1.3 Tujuan Masalah.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan problem kejiwaan tokoh utama dalam novel Bulan Nararya karya Sinta Yudisia?
2. Mendeskripsikan faktor penyebab problem kejiwaan tokoh utama dalam novel Bulan Nararya karya Sinta Yudisia?
7 1.4 Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Teoretis.
a. Memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu sastra, khususnya karya sastra yang ditinjau dari sudut pandang psikologi.
b. Memberikan analisa terhadap kondisi kejiwaan tokoh-tokoh di dalam karya sastra khususnya novel yang bernuansa psikologi.
c. Menambah bahan kajian atau penelitian di bidang sastra dan sebagai bahan referensi untuk analisis karya sastra yang sejenis.
2. Manfaat Praktis.
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembaca baik mahasiswa ataupun masyarakat umum terutama mengenai psikologis yang mempengaruhi perkembangan jiwa manusia dan usaha dalam menyelesaikannya.
b. Dapat menambah bahan kepustakaan bagi program studi Sastra Indonesia serta melengkapi penelitian-penelitian lain yang sejenis.
c. Untuk menunjang usaha pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan karya sastra.