• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Internet 2.2 Manajemen Operasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Internet 2.2 Manajemen Operasional"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

11 2.1 Pengertian Internet

Menurut (Martin , Wainright, Carol, & Daniel, 2009), internet adalah serangkaian jaringan yang menggunakan protocol TCP/IP dengan koneksi ke lebih dari satu jaringan.

Pengertian WWW (World Wide Web) menurut (Martin, Wainright & Brown, Carol V, & Daniel, 2009), adalah aplikasi yang menggunakan pendekatan berbasis hypertext untuk menjelajah internet dengan mengakses link yang ada di suatu dokumen untuk berpindah ke dokumen lain atau format lain seperti video, rekaman, atau gambar.

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa Internet merupakan suatu koneksi yang dapat menghubungkan setiap server dan kompter yang berada di seluruh dunia dengan menggunakan media elektronik yang memungkinkan pertukaran data.

2.2Manajemen Operasional

Manajemen Operasional (Stevenson, 2012), adalah sebuah ilmu manajemen atau pengendalian dari sebuah sistem atau proses yang menciptakan sebuah produk atau menyediakan sebuah bentuk jasa.

Tujuan dan fungsi dari pengaplikasian ilmu manajemen Operasi ini menurut menurut Heizer & Render dalam buku Manajemen Operasional (Heizer & Render, 2009) yaitu :

1. Pemasaran yang menghasilkan permintaan, paling tidak menerima pemesanan untuk sebuah barang dan jasa (tidak aka nada aktivitas jika tidak ada penjualan)

2. Produksi atau operasi yang menghasikan produk

3. Keuangan atau akuntansi yang mengawasi sehat tidaknya sebuah organisasi, membayar tagihan, dan mengumpulkan uang.

(2)

2.3Sistem Informasi

Menurut (Marakas & O'Brien, 2014), menyebutkan bahwa sistem sebagai satu set komponen yang saling terkait, dengan batasan yang jelas, bekerja sama untuk mencapai tujuan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sistem memiliki tiga fungsi dasar, yaitu :

1. Input

Merupakan pengambilan data mentah yang belum diolah, data dan informasi mengenai transaksi bisnis diambil dengan meggunakan metode Point-Of-Sale (POS) ataupun dengan website dan diterima dengan peralatan elektronik.

2. Proccessing

Data diubah dan ditransformasikan, dikonfersi, dan dianalisa untuk disimpan ataupun untuk di transfer ke peralatan lain. 3. Output

Data, informasi, dan laporan di distribusikan ke bentuk digital, ataupun berupa hardcopy, suara, atau berupa media lainnya. Menurut (Marakas & O'Brien, 2014), menjelaskan bahwa Sistem Informasi adalah kombinasi teratur dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, dan kebijakan serta prosedur yang menyimpan, mengambil, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

2.4E-Business

Menurut (O'Brien & James, 2005), e-business adalah penggunaan internet dan jaringan serta teknologi lainnya untuk mendukung e-commerce , komunikasi dan kerja sama perusahaan, dan berbagai proses yang dijalankan serta mitra bisnisnya. E-business meliputi e-commerce yang melibatkan pembelian dan penjualan, serta pemasarannya dan pelayan produk, jasa, dan informasi melalui internet dan jaringan lainnya.

2.5Analytical Hierarchy Process (AHP)

Menurut (Kazibudzki & Tadeusz, 2013), Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah pengambilan keputusan multikriteria dengan dukungan metodologi yang telah diakui dan diterima sebagai prioritas yang secara teori

(3)

dapat memberikan jawaban yang berbeda dalam masalah pengambilan keputusan serta memberikan peringkat pada alternatif solusinya.

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

2.5.1 Kelebihan AHP

Berbagai prioritas ada karena banyak metode yang dapat berhasil diterapkan dalam AHP, Dan berikut adalah kelebihan dan kelemahan dalam system analisisnya (AHP) menurut (Kazibudzki & Tadeusz, 2013) :

Kelebihan dari analisis ini : 1. Kesatuan (Unity)

AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi 
suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. 2. Kompleksitas (Complexity)

AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara deduktif.

3. Saling ketergantungan (Inter Dependence)

AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier.

4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)

AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.

5. Pengukuran (Measurement)

AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.

(4)

6. Konsistensi (Consistency)

AHP mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.

7. Sintesis (Synthesis)

AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.

8. Trade Off

AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.

9. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)

AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda.

10. Pengulangan Proses (Process Repetition)

AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.

2.5.2 Langkah-langkah Pengolahan data AHP

Dalam proses pemilihan Supplier, perusahaan akan mengurutkan mana supplier yang akan dipilih atau supplier yang akan dijadikan supplier utama ataupun supplier cadangan. Salah satu metode yang sering digunakan dalam melakukan pengurutan berdasarkan kriteria yang ada adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode Analytical Hierachy Process (AHP) adalah metode yang sederhana dan mampu memecahkan masalah dengan multi kriteria, yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan pemilihan supplier. Proses yang dilakukan dalam melakukan pemilihan supplier adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Kriteria-kriteria pemilihan 2. Menentukan bobot masing-masing kriteria

3. Mengidentifikasi alternative (supplier) yang akan dievaluasi 4. Menghitung nilai bobot pada masing-masing supplier 5. Mengurutkan supplier berdasarkan nilai bobot tersebut

(5)

2.6 Peramalan

2.6.1 Definisi Peramalan

Peramalan /forecasting adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan yang dapat dilakukan dengan menggunakan data historis dan proses kalkulasi untuk memprediksikan sebuah proyeksi atau kejadian di masa mendatang (Heizer & Render, 2009).

Definisi lain dari peramalan (Stevenson, 2010), merupakan suatu nilai di masa depan dari variable permintaan. Oleh karena itu, peramalan digunakan untuk memprediksikan masa depan. Semakin baik sebuah prediksi maka akan semakin baik juga keputusan yang diambil.

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peramalan/forecasting adalah alat yang digunakan oleh pihak manajemen untuk dapat memperkirakan suatu nilai di masa depan yang berguna dalam pengambilan keputusan berdasarkan data

historis yang dimiliki sebelumnya.

2.6.2 Proses Peramalan

Menurut (Russel & Taylor, 2011) peramalan tidak hanya sekedar mengidentifikasi dan menggunakan metode untuk menghitung perkiraan secara numerik permintaan di masa yang akan datang. Peramalan adalah proses yang berkelanjutan yang membutuhkan pemantauan konstan dan penyesuaian yang diilustrasikan oleh langkah-langkah berikut:

(6)

Gambar 2. 1 Tahapan Forecasting

2.6.3 Metode Peramalan

Menurut (Heizer & Render, 2010) peramalan kuantitatif biasanya diklasifikasikan dengan horizon waktu yaitu:

1. Peramalan jangka pendek (Short-range forecast)

Jangka waktu peramalan ini hingga 1 tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Digunakan untuk merencanakan pembelian (purchasing), penjadwalan kerja (job scheduling), jumlah tenaga kerja (workforce levels), penugasan kerja (job assignments), dan tingkat produksi (production levels).

2. Peramalan jangka menengah (Medium-range forecast)

Jangka waktu peramalan ini antara 3 bulan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan (sales),

(7)

perencanaan produksi dan anggaran (production planning and budgeting), anggaran kas, dan menganalisis macam-macam rencana operasi.

3. Peramalan jangka panjang

Umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang ini biasa digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan. Secara lebih lanjut (Heizer & Render, 2010) menjelaskan bahwa metode peramalan kuantitatif terbagi dalam dua kategori yaitu model deret waktu dan model kausal. Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi dari masa lalu. Deret waktu didasarkan pada urutan dari titik-titik data yang berjarak sama dalam waktu (mingguan, bulanan, kuartalan, dan lain-lain). Dengan kata lain, mereka melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan. Meramalkan data deret waktu berarti nilai masa depan diperkirakan hanya dari nilai masa lalu dan variabel lain diabaikan walaupun variable-variabel tersebut mungkin sangat bermanfaat. Yang termasuk dalam model peramalan deret waktu (Time Series) diantaranya:

1. Naïve

Pendekatan naïve merupakan teknik peramalan yang mengasumsikan permintaan periode berikutnya sama dengan permintaan pada periode terakhir. Untuk beberapa jenis produk, pendekatan ini merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya.

2. Moving Average

Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan periode berikutnya. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa yang kita ramalkan.

(8)

Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut:

=

Keterangan :

N = jumlah periode dalam rata-rata bergerak 3. Trend analysis Projection

Adalah suatu metode peramalan serangkaian waktu yang sesuai dengan garis tren terhadap serangkaian titik-titik data masa lalu, kemudian diproyeksikan ke dalam peramalan masa depan untuk peramalan jangka menengah dan jangka panjang. Rumus penghalusan Trend Analysis Projection dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Y = α + bx

Dimana :

Y= variabel yang akan diprediksi a=konstanta

b=kemiringan garis regresi x=variabel bebas (waktu) 4. Exponential Smoothing

Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan. Metode ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Penghalusan Eksponensial ini merupakan suatu teknik peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan di mana titik-titik data dibobotkan oleh fungsi eksponensial. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Peramalan 1 = Peramalan periode terakhir + α (permintaan sebenarnya periode terakhir – peramalan periode terakhir).

(9)

Dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dipilih oleh peramal yang mempunyau nilai antara 0 dan1. Persamaan diatas juga dapat ditulis sebagai berikut:

= + ( - )

Keterangan :

= peramalan baru

= peramalan sebelumnya

= konstanta penghalusan(pembobotan) (0 1)

= permintaan actual periode lalu

2.6.4 Mengukur Kesalahan Peramalan

Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat kesalahan dari suatu metode peramalan yang telah dilakukan, antara lain adalah :

Mean Squared Error (MSE)

Merupakan nilai tengah kesalahan dalam kuadrat dengan rumus n | peramalan kesalahan | = MSE 2

Mean Absolute Deviation (MAD)

Merupakan nilai absolut rata-rata dari deviasi peramalan, dihitung dengan rumus

n | peramalan -aktual | = MAD

Metode tersebut merupakan teknik pegukuran tingkat kesalahan yang didapatkan dari suatu aktivitas peramalan, metode tersebut dapat diaplikasikan terhadap berbagai metode peramalan yang dilakukan. Semakin kecil nilai MAD dan MSE maka semakin perhitungan peramalan yang dilakukan semakin mendekati terhadap

(10)

kecenderungan pola data historis.

2.6.5 Peramalan dengan QM for Windows

Teknik peramalan saat ini kalkulasinya dapat dibantu dengan adanya sebuah program perhitungan berbasis sistem operasi komputer Windows. Program yang dapat digunakan antara lain adalah program QM For Windows yang mampu mengolah data dan memberikan hasil peramalan secara lebih cepat karena pengguna hanya perlu memberikan input data yang hendak dikalkulasi. Beberapa langkahnya antara lain adalah:

1. Buka program QM For Windows 2. Pilih Module – Forecasting

3. Pilih File – New - Time Series Analysis 4. Masukkan periode waktu data historis 5. Masukkan data aktual dari data historis 6. Pilih metode yang hendak digunakan 7. Klik pada tombol solve

8. Hasil peramalan untuk periode depan akan keluar serta kalkulasi kesalahan peramalannya

2.7 Manajemen Persediaan

Menurut (Adeyemi & Salmi, 2010), manajemen persediaan penting di dalam efektivitas dan efisiensi perusahaan. Selain itu juga penting di dalam mengendalikan material dan barang yang harus ada (disimpan) untuk digunakan pada waktu produksi atau aktivitas pertukaran dalam kasus pelayanan.

Manajemen persediaan mengacu pada semua kegiatan yang terlibat dalam mengembangkan dan mengelola tingkat persediaan bahan baku, bahan setengah jadi (work in-progress) dan barang jadi sehingga persediaan yang cukup tersedia dan biaya persediaan tersebut rendah.

Tujuan utama dari manajemen persediaan termasuk menyeimbangkan masalah perekonomian dimana tidak diinginkannya menyimpan banyak persediaan. Sehingga membutuhkan banyak uang untuk menanggung timbulnya biaya seperti penyimpanan, pembusukan, pencurian dan keusangan serta keinginan untuk membuat barang tersedia kapanpun dan dimanapun jika dibutuhkan (dengan kualitas dan jumlah yang bagus) demi menghindari biaya yang tidak diinginkan.

(11)

2.7.1 Persediaan

Menurut (Jacob & Chase, 2011), persediaan adalah stock barang atau sumber daya yang digunakan di dalam sebuah organisasi. Sedangkan (Heizer & Render, 2010), menyatakan persediaan adalah salah satu aset termahal dari banyak perusahaan, mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan modal yang diinvestasikan.

2.7.2 Tujuan Persediaan

Menurut (Jacob & Chase, 2011), seluruh perusahaan (termasuk operasi JIT) menyimpan pasokan persediaan utuk alasan-alasan sebagai berikut:

1. Untuk menjaga independensi operasi

Pasokan bahan baku pada pusat kerja memungkinkan fleksibilitas pusat dalam operasi. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan operasi yang identik akan bervariasi dari satu unit ke unit berikutnya. Oleh karena itu, dengan adanya persediaan akan memangkas waktu kerja sehingga dapat mengkompensasi waktu kerja yang lama.

2. Untuk Memenuhi variasi pada permintaan produk

Jika permintaan produk dapat diketahui secara tepat, sangat memungkinkan (meskipun tidak harus ekonomis) untuk memproduksi produk untuk memenuhi permintaan dengan tepat. Biasanya, permintaan tidak sepenuhnya diketahui secara pasti, dan persediaan pengaman harus dijaga untuk mengantisipasi variasi.

3. Untuk memungkinkan fleksibilitas dalam jadwal produksi Stock persediaan meringankan tekanan pada sistem produksi untuk mengeluarkan barang jadi. Ini menyebabkan waktu tunggu (lead time) yang lebih lama, yang memungkinkan perencanaan produksi untuk alur yang lebih halus dan operasi rendah biaya melalui produksi lot-size yang lebih besar. Biaya penyetelan (setup cost) yang tinggi, sebagai contoh, mendukung produksi jumah unit yang lebih besar setelah

(12)

penyetelan dibuat.

4. Untuk menyediakan perlindungan bagi variasi dalam waktu pengiriman bahan baku

Saat bahan baku dipesan dari vendor, penundaan dapat terjadi karena berbagai alasan: variasi normal dalam waktu pengiriman, kekurangan bahan baku di pabrik vendor menyebabkan backlogs, pemogokan tak terduga pada pabrik vendor, atau pada satu perusahaan ekspedisi, pesanan yang hilang atau kiriman bahan baku yang salah atau rusak.

5. Untuk mengambil keuntungan ekonomi dari ukuran pesanan pembelian

Ada biaya untuk melakukan pemesanan: tenaga kerja, panggilan telepon, pengetikan, ongkos kirim, dan lain sebagainya. Maka dari itu, semakin besar pemesanan yang dilakukan, semakin kecil pemesanan yang harus ditulis. Selain itu, biaya pengiriman (shipping costs) mendukung pemesanan yang lebih besar. lebih besar pengiriman, maka biaya per unit semakin rendah.

2.8 Fungsi Persediaan

Menurut (Heizer & Render, 2010), keempat fungsi persediaan adalah sebagai berikut:

1. “Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi

2. Melakukan “decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan

3. Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang

4. Melindungi dari inflasi dan kenaikan harga 2.8.1 Jenis Persediaan

Menurut (Heizer & Render, 2010), di dalam bukunya menyebutkan, untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan, yaitu:

(13)

1. Persediaan bahan baku yang telah dibeli, tetapi belum diproses (raw material inventory)

Persediaan ini dapat digunakan untuk melakukan decouple (pemisahan) pemasok dari proses produksi. Bagaimanapun juga, pendekatan yang lebih dipilih adalah menghilangkan variabilitas pemasok akan kualitas, kuantitas, atau waktu pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisahan.

2. Persediaan barang setengah jadi (work in process – WIP inventory)

Work in process inventory – persediaan barang setengah jadi adalah komponen-komponen atau bahan baku yang telah melewati beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. WIP ada karena waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah produk (disebut waktu siklus). Mengurangi waktu siklus akan mengurangi persediaan. Tugas ini tidaklah sulit. Selama sebagian besar waktu sebuah produk “sedang dibuat”, barang tersebut sebenarnya hanya diam.

3. Pemeliharaan, Perbaikan, Operasi (Maintenance, Repair, Operating – MRO)

MRO adalah persedian-persediaan yang disediakan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin-mesin dan proses – proses tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan tidak diketahui. Walaupun permintaan akan MRO merupakan fungsi dari jadwal pemeliharaan, permintaan-permintaan MRO lainnya yang tidak terjadwal harus dapat diantisipasi.

4. Persediaan barang jadi

Persediaan barang jadi merupakan produk yang telah selesai dan tinggal menuju pengiriman. Barang jadi dapat dimasukkan ke dalam persediaan karena permintaan pelanggan ddi masa mendatang tidak diketahui.

(14)

2.8.2 Biaya dalam Persediaan

Menurut (Heizer & Render, 2010), menyatakan biaya-biaya yang perlu diperhitungkan disaat mengevaluasi masalah persediaan, diantaranya:

1. Biaya pemesanan (ordering cost)

Merupakan total biaya pemesanan dan pengadaan barang sehingga siap untuk dipergunakan atau diproses lebih lanjut. Mencakup biaya-biaya dari persediaan, formulir, proses pemesanan, pembelian, dukungan administrasi dan sebagainya. Ketika pesanan sedang diproduksi, biaya pesanan juga ada, tetapi mereka adalah bagian dari biaya penyetelan.

2. Biaya penyetelan (setup cost)

Merupakan biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. Manajer operasi dapat menurunkan biaya pemesanan dengan mengurangi biaya penyetelan serta menggunakan prosedur yang efisien, seperti pemesanan dan pembayaran elektronik.

3. Biaya penyimpanan (holding cost)

Merupakan biaya yang terkait dengan menyimpan atau “membawa” persediaan selama waktu tertentu. Oleh karena itu, biaya penyimpanan juga mencakup biaya barang usang dan biaya yang terkait dengan penyimpanan, seperti asuransi, pegawai tambahan, dan pembayaran bunga. Banyak perusahaan yang tidak berhasil menyertakan semua biaya penyimpanan persediaan. Akibatnya, biaya penyimpanan persediaan sering ditetapkan kurang dari sebenarnya.

2.8.3 Model dalam Persediaan

(15)

2.8.3.1 Economic Order Quantity (EOQ)

Metode EOQ adalah metode yang bertujuan untuk mendapatkan tingkat order yang bersifat tetap besarannya. Karena bertujuan untuk mendapatkan tingkat besaran order yang tetap, maka metode ini berusaha untuk mendapatkan tingkat besaran order yang optimal jumlahnya mengacu kepada permintaan yang dihadapi oleh perusahaan. Pada perhitungan ini faktor tunggu (lead time) diperhitungkan untuk meletakan titik order kembali berdasarkan jumlah optimal yang telah diperhitungkan sebelumnya sehingga datangnya order tepat waktu untuk mengantisipasi permintaan yang muncul.

Perhitungan EOQ dengan jumlah besar tingkat order kembali yang kecil akan meminimumkan tingkat biaya penyimpanan namun akan meningkatkan intensitas order kembali, namun dengan jumlah order kembali yang besar maka perusahaan akan mengurangi intensitas order dengan konsekuensi pada bertambahnya biaya penyimpanan karena stok yang membesar. Pada umumnya perencanaan ini dilakukan untuk lama periode selama setahun ke depan (Stevenson, 2010). Model ini juga sering diaplikasikan pada kebanyakan perusahaan yang bergerak di manufactur dan dagang.

Kelebihan EOQ :

1. Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off )antara biaya penyimpanan dengan biaya persiapan atau biaya pemesanan (setup cost ).

2. Dapat mengatasi ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman (safety stock)

3. Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar tertentu dan diproduksi secara massal.

(16)

Rumus Ordering Cost

Rumus Total Biaya

= TC Rumus Tingkat Permintaan Optimum

= Rumus Panjang Siklus Order

Q = Order Quantity H = Annual Holding Cost D = Annual Demand S = Annual Setup Cost TC = Total Cost

2.9 Procurement

Pengadaan barang, atau disebut juga procurement, merupakan salah satu bagian dari supply chain management. Menurut (Turban, 2010), procurement adalah semua aktivitas yang melibatkan proses mendapatkan barang - barang dari pemasok; hal ini meliputi pembelian, dan kegiatan logistik ke dalam seperti transportasi, barang masuk dan penyimpanan di gudang sebelum barang tersebut digunakan. Proses procurement tradisional biasanya terdiri dari :

(17)

Gambar 2. 2 Proses Procurement Tradisional Sumber : (Turban, 2010)

Menurut (Turban, 2010), terdapat beberapa metode procurement yang diguanakn oleh perusahaan dalam memperoleh barang dan jasa. Antara lain :

1. Membuat sistem penawaran dimana supplier akan berkompetisi antara satu sama lain. Biasanya metode ini digunakan dalam p engad aan y an g kuantitasny a besar.

2. Membeli langsung dari pabrik, wholesaler, dan pengecer, baik dari katalog y ang telah disediakan, maup un dengan metode negosiasi. 3. Membeli dari lelang, baik yang bersifat pribadi maupun umum,

dimana perusahaan berpartisipasi sebagai pembeli.

4. Membeli dari catalog perantara (e-distributor) yang menggabungkan katalog-katalog penjual lainnya.

5. M embeli dari katalog pembelian internal, dimana katalog vendor yang telah disetujui oleh perusahaan, termasuk harga yang telah disepakati bersama, tergabung didalamnya. Pendekatan ini digunakan untuk implementasi dari desktop purchasing, yang memungkinkan peminta dapat memesan langsug kepada vendor, tanpa melalui bagian pengadaan.

6. Bergabung dengan suatu grup sistem pembelian yang menggabungkan permintaan anggota-angotanya dan menggumpulkannya menjadi jumlah yang besar. Kemudian grup tersebut akan melakukan negosiasi harga atau memulai proses penawarannya.

(18)

8. Berkolaborasi dengan supplier untuk berbagi informasi mengenai penjualan dan persediaan, sehingga ketika persediaan berkurang dan mengalami stock-out, perusahaan dapat melakukan just-in-time delivery.

2.10 E-Procurement

Menurut (Chaffey, 2007), e-procurement adalah pengelolaan dan integrasi aktivitas pengadaan secara elektronik, termasuk di dalamnya proses permintaan, otorisasi, pemesanan, pengiriman, dan pembayaran antara pembeli dan supplier. Sementara menurut (Turban, 2010), e-procurement adalah perolehan barang dan jasa secara elektronik untuk kebutuhan perusahaan.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa e-procurement adalah proses pengadaan barang yang didalamnya termasuk permintaan, otorisasi, pemesanan, pengiriman dan pembayaran antar perusahaan sebagai pembeli dengan vendor, dengan bantuan internet atau jaringan lainnya.

(19)

2.10.1 Proses dan Kegiatan dalam e-procurement

Gambar 2. 3 Proses e-Procurement Sumber : (Turban, 2010)

Menurut (Turban, 2010), proses e-procurement terdiri dari beberapa tahap, yakni:

1. Melakukan pencarian vendor dan produk dengan menggunakan katalog, brosur, telepon, dan lainnya.

(20)

2. Melakukan kualifikasi vendor sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Dari list vendor yang ada, ditentukan mana yang sekiranya dapat diajak bekerja sama.

3. Memilih mekanisme pasar, seperti private, umum, lelang, barter, dll.

4. Melakukan perbandingan serta negosiasi, baik mengenai kualitas barang, harga barang, metode pengiriman, dll.

5. Membuat kesepakatan pembelian setelah negosiasi berhasil. 6. Membuat Purchase order (PO).

7. Mengatur jadwal pengambilan atau pengiriman barang, sesuai dengan kesepakatan yang telah dibentuk sebelumnya.

8. Melakukan pembayaran terhadap vendor.

2.10.2 Tujuan dan Manfaat e-procurement

Menurut (Turban, 2010), terdapat beberapa tujuan dan manfaat dalam penggunaan e-procurement, antara lain :

1. Meningkatkan produktivitas bagian pembelian.

2. Mengurangi harga pembelian melalui adanya standarisasi produk, reverse auction, diskon dan pembelian konsolidasi. 3. Meningkatkan arus dan pengelolaan informasi. Misal : informasi

supplier dan harga.

4. Meminimalisasi pembelian dari vendor yang tidak memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan.

5. Meningkatkan proses pembayaran dan penyimpanan untuk mempercepat proses pembayaran.

6. Menciptakan hubungan yang kolaboratif dan efisien dengan supplier.

7. Memastikan proses pengiriman tepat waktu.

8. Memangkas waktu pemrosesan dan pemenuhan pesanan dengan leveraging automation.

9. Mengurangi jumlah supplier,

10. Mempersingkat proses pembelian dan membuatnya lebih cepat. 11. Mempersingkat proses rekonsiliasi invoice.

(21)

13. Dapat menemukan supplier dan vendor baru yag dapat menyediakan barang dan jasa lebih cepat dan lebih murah. 14. Meminimalisasi adanya human error dalam proses pembelian

dan pengiriman.

2.11 Struktur Produk (Bill of Materials)

Menurut (Gaspersz, 2012) Bill of Materials (BOM) merupakan cara komponen-komponen yang digabung dalam suatu produk manufaktur. Struktur produk memberikan petunjuk konversi suatu bahan baku menjadi komponen fabrikasi yang kemudian digabungkan dengan komponen lain menjadi subassembles yang digabungkan menjadi assembles hingga menjadi sebuah produk.

2.12 Master Production Schedule (MPS) 2.12.1 Definisi MPS

Master Production Schedule adalah sebuah jadwal yang menjadi indikator dari jumlah dan waktu dari rencana produksi yang berhasil diselesaikan. Berdasarkan definisi tersebut, MPS berhubungan kepada dua hal yaitu untuk pemenuhan jadwal waktu produksi dan juga pengendalian persediaan yang berhubungan dengan jumlah produksi yang ingin dicapai (Stevenson, 2010).

Terdapat tiga hal utama yang dibutuhkan sebagai input dari MPS yaitu adalah persediaan awal yang dimiliki saat ini sebagai dasar perkiraan, peramalan permintaan yang hendak dipenuhi dalam setiap periode penjadwalan, dan terakhir adalah tingkat permintaan konsumen yang sudah dijanjikan untuk dipenuhi. Sebagai hasil dari proses MPS ini maka akan didapatkan proyeksi atas peramalan yang dilakukan, jadwal dari struktur MPS, dan tingkat persediaan yang diperkirakan.

2.12.2 Format Metode MPS

Metode MPS adalah metode dengan format berupa tabel yang menunjukkan berbagai informasi dalam proses produksi seperti peramalan, tingkat permintaan konsumen, proyeksi persediaan, jadwal dan terakhir adalah proyeksi persediaan yang dapat dijanjikan.

(22)

Menurut (Gaspersz, 2012), MPS memiliki 4 fungsi ,yaitu :

1. Menyediakan atau memberi input utama kepada sistem perencanaan kebutuhan material dan kapasitas

2. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian untuk item-item jadwal produksi induk.

3. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas.

4. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk kepada pelanggan.

Berikut adalah gambaran dari format MPS tersebut dan juga penjabarannya:

A Bulan n1 Bulan n2 Week 1 2 3 4 1 2 3 4 Forecast B1 B2 B3 B4 Bn Orders C1 C2 C3 C4 Cn Projected On-Hand Inventory D1 D2 D3 D4 Dn MPS E1 E2 E3 E4 En Available-to-promise Inventory F1 F2 F3 Fn

Gambar 2. 4 Format Gambar MPS

Berdasarkan tabel diatas, kita dapat mengisinya dengan beberapa informasi yang terkait dengan proses produksi seperti :

1. Pada kolom A kita dapat mengisinya dengan persediaan awal yang dimiliki oleh perusahaan.

2. Pada kolom B1..Bn kita dapat mengisinya berdasarkan dari data peramalan yang telah dikalkulasikan secara terpisah.

3. Pada kolom C1..Cn kita dapat mengisinya dengan data tingkat permintaan dari konsumen.

(23)

4. Pada kolom D1..Dn dapat diisi dengan kalkulasi berdasarkan rumus: Previous Inventory – Current Requirement

Sehingga pada kolom D1 bisa diisi dengan persediaan awal A dikurangi dengan C1 sedangkan pada kolom D2 diisi dengan D1 dikurangi B2, D3= D2 – B3 dan seterusnya.

5. Pada baris E yang berisi MPS, kolom hanya diisi jika pada kolom D terdapat nilai yang minus. Kolom ini diisi dengan rencana jumlah produksi yang telah direncanakan sebelumnya. Setelahnya, jumlah tersebut ditambahkan pada nilai di kolom D yang berjumlah minus. 6. Pada kolom F diisi dengan rumus

F1 = MPS – (C1 + C2) (sisanya jika ada)

Kolom ini diisi secara berkala, pada ilustrasi di atas diisi setiap 2 minggu sekali.

2.13 Material Requirement Planning (MRP)

Menurut (Stevenson, 2010), MRP adalah sebuah sistem informasi berbasis komputer yang menterjemahkan MPS untuk produk akhir menjadi kebutuhan berbasis waktu untuk bahan baku, komponen, dan subassembly. Dengan kata lain, MRP merupakan teknik pendekatan yang bertujuan meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan kebutuhan akan material dan komponen untuk membantu perusahaan dalam mengatasi kebutuhan minimum dari komponen-komponen yang kebutuhannya dependen dan menjamin tercapainya produksi akhir.

Beberapa elemen yang harus dimiliki sebagai input dari sistem MRP menurut (Stevenson, 2010) adalah:

1. Master Schedule. Dikenal juga sebagai MPS, yaitu adalah sebuah bentuk pernyataan mengenai produk akhir apa yang hendak diproduksi, dengan jumlah dan waktu penyelesaian tertentu.

2. Bill of Material (BOM). Adalah sebuah daftar dari bahan-bahan baku yang diperlukan dalam menghasilkan satu unit produk akhir tertentu. 3. Inventory Record. Sebuah daftar mengenai status barang persediaan

perusahaan berdasarkan periode waktu.

Menurut (Stevenson, 2010), Ada juga 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP, yaitu :

(24)

2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item. 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.

4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan.

2.13.1 Keuntungan MRP

Beberapa keuntungan dari pengaplikasian sistem MRP pada proses produksi antara lain adalah:

1. Tingkat persediaan-terproses yang rendah, dikarenakan tepatnya jumlah pasokan terhadap permintaan

2. Kemampuan untuk melacak arus kebutuhan material

3. Kemampuan untuk mengevaluasi kebutuhan kapasitas yang dihasilkan dari penjadwalan utama yang ada

4. Perkiraan alokasi waktu produksi

5. Kemampuan untuk mengidentifikasi persediaan dengan lebih mudah secara Backflushing, yaitu cara menjabarkan produk berdasarkan Bill of Material untuk mengetahui jumlah bahan baku dan komponen yang digunakan.

2.13.2 Format MRP

Berikut merupakan contoh dari format table yang digunakan dalam menyusun MRP Item : LLC : Lot size : LT: Past Due 1 2 3 4 5 6 Gross Requirement Schedule Receipt Projected on Hand Net Requirement Order Receipt Order Release Gambar 2. 5 Format MRP

(25)

Berikut keterangan komponen-komponen table :

1. Item, merupakan nama atau nomor yang mengidentifikasi item

terjadwal.

2. LLC, merupakan level paling rendah suatu item ditemukan dalam struktur produk.

3. Lead Time, merupakan jangka waktu yang dibutuhkan dari waktu MRP menyarankan suatu pesanan sampai item yag dipesan siap untuk digunakan.

4. Lot Size, yaitu kuantitas item yang secara fisik tersedia.

5. Gross Requirement, adalah total ekspetasi dari permintaan atas barang atau bahan baku tertentu dalam suatu periode waktu.

6. Scheduled Receipt, menyatakan jumlah material yang dipesan

dan akan diterima dalam suatu periode waktu.

7. Projected on-Hand, merupakan perkiraan jumlah persediaan yang aka dimiliki saat permulaan dari setiap periode waktu.

8. Net Requirements, merupakan tingkat kebbutuhan yang

sebetulnya diperlukan dalam suatu periode waktu.

9. Planned Order Receipt, merupakan jumlah pesanan yag akan diterima dalam setiap awal dari suatu periode waktu dengan sekaligus mempertimbangkan tingkat Safety Stock.

10. Planned Order Releases, menyatakan kapan suatu order sudah harus diberikan atau dilepas ke proses manufaktur sehingga komponen tersebut tersedia ketika dibutuhkan oleh produk induknya. Penetapannya dilakukan sebelum barang tersebut dibutuhkan.

2.14 Object-Oriented Analysis and Design

Pendekatan berorientasi obyek ini melihat sebuah sistem informasi sebagai satu sebuah kumpulan dari obyek-obyek yang berinteraksi yang bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas. Mengingat bahwa pendekatan berioreintasi obyek melihat sistem informasi sebagai kumpulan obyek yang berinteraksi, analisis berorientasi obyek mendefinisikan obyek yang melakukan pekerjaan

(26)

dan menentukan interaksi pengguna (disebut use cases) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.

Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012),Object-Oriented Analysis adalah proses mengidentifikasi dan menentukan Use cases dan sekelompok Objects dalam sistem yang baru yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas – tugas tertentu. Desain berorientasi obyek mendefinisikan semua jenis onyek tambahan yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan perangkat di dalam sistem, menunjukkan bagaimana obyek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas, dan memperjelas definisi dari masing-masing jenis obyek sehingga dapat diimplementasikan dengan bahasa atau lingkungan tertentu.

2.15 Unified Process

Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012), Unified Process (UP) sebagai metodologi pengembangan sistem berorientasi objek yang awalnya ditawarkan oleh Rational Software yang sekarang menjadi bagian dari IBM. Dikembangkan oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson – dimana mereka adalah tiga perintis yang juga berada di balik keberhasilan Unified Modeling Language (UML). UP adalah upaya mereka untuk mendefinisikan metodologi lengkap untuk model sistem dan menjelaskan fitur yang unikdengan UML dan UP dapat mendeskripsikannya lebih dulu. Di UP jangka waktu proses pembangunan sejalan atau identik dengan metodologi pengembangan.

Terdapat empat fase untuk pengembangan UP, yaitu : 1. Inception

adalah fase awal untuk membuat perkiraan visi dari sistem, membuat business case, menentukan cakupan, dan membuat estimasi biaya dan jadwal proyek.

2. Elaboration

menentukan visi, mengidentifikasi dan menjelaskan semua keperluan, mematangkan cakupan, desain, dan implementasi arsitektur inti, dan fungsi, menyediakan solusi untuk resiko,

(27)

dan menghasilkan estimasi untuk biaya dan jadwal yang realistis.

3. Construction

secara iteratif mengimplementasikan resiko yang rendah, yang dapat diprediksi, dan elemen yang mudah, serta bersiap untuk pelaksanaan.

4. Transition

menyelesaikan beta test dan pengimplementasian, sehinga user dapat mulai bekerja dengan sistem dan mendapatkan keuntungan yang diharapkan.

Dalam UP terdapat istilah discipline untuk kumpulan aktifitas yang fungsinya saling berhubungan dan berkontribusi untuk satu aspek dari pengembangan proyek UP. Ada enam discipline utama dalam UP, yaitu business modeling, requirements, design, yang akan dibahas dalam tugas akhir ini, serta implementation, testing, dan deployment.

1. Business Modeling

Tujuan utama dari Business Modeling adalah untuk memahami dan mengkomunikasikan lingkungan dimana sistem akan digunakan. Analis harus memahami permasalahan yang sedang terjadi dan peningkatan potensial yang mungkin untuk dilakukan dengan sistem baru. Selain itu analis dan tim harus mengkomunikasikan pemahaman ini kepada pengguna sistem, manajer, dan programmer yang mengerjakan proyek. Tiga kegiatan utama dari business modeling adalah:

a. Understand the business environement: yaitu untuk mengetahui lingkungan bisnis, permasalahan yang terjadi pada proses bisnis dan harus diselesaikan. Selain itu juga mengidentifikasi pihak-pihak yang akan terkena dampak dari proyek sistem baru.

b. Create the system vision: untuk menentukan tujuan dari sistem, kemampuan yang dimiliki, dan keuntungan yang akan diberikan dari adanya sistem baru.

c. Understand the business environement: yaitu untuk mengetahui lingkungan bisnis, permasalahan yang

(28)

terjadi pada proses bisnis dan harus diselesaikan. Selain itu juga mengidentifikasi pihak-pihak yang akan terkena dampak dari proyek sistem baru.

2. Requirements

Tujuan utamanya yaitu untuk memahami dan mendokumentasikan apa yang dibutuhkan oleh organisasi dan proses requirements untuk sistem baru. Kata kunci dari tahap ini adalah discover dan understanding yang berarti mencari dan memahami apa yang dibutuhkan oleh user. Kegiatannya adalah:

a. Gather detailed information: mencari informasi

sebanyak mungkin dari user mengenai permasalahan yang dihadapi, dan bagaimana sistem baru dapat mengatasinya. Mencari informasi dapat dilakukan dengan cara wawancara, bertanya, membaca dokumen ataupun prosedur yang ada.

b. Define functional requirements: menentukan aktifitas apa saja yang akan dilakukan oleh sistem. Digambarkan dengan diagram yang berisi informasi kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh user.

c. Define functional requirements: menentukan aktifitas apa saja yang akan dilakukan oleh sistem. Digambarkan dengan diagram yang berisi informasi kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh user.

d. Prioritize requirements: menentukan level prioritas sistem dan terhadap kebutuhan user yang akan menggunakan.

e. Develop user interface dialogs: menentukan jenis tampilan user interface (UI) yang cocok digunakan oleh user. Bisa dilakukan dengan cara wawancara user dan menggambar sketsa.

f. Evaluate requirements with users: anggota tim proyek melakukan review dengan user untuk mendapat pencapaian yang akurat.

(29)

3. Design

Tujuan dari design adalah untuk mendesain sistem sebagai solusi atas kebutuhan yang didapat sebelumnya. High-level design yaitu membangun struktur arsitektur komponen software, database, UI, dan pedoman penggunaan. Low-level design yaitu menentukan class, methods, dan struktur yang dibutuhkan untuk membangun software. Aktifitas utama pada design yaitu:

a. Design the support service architecture and

deployment environement: mendesain kebutuhan

komputer yang digunakan, jenis koneksi, dan operating system yang akan menjadi tempat bagi sistem baru. b. Design the software architecture: membuat detail dari

program menjadi subsistem atau komponen-komponen. Detail desain dibuat dari tiap use case pada arsitektur sistem.

c. Design use case realizations: desain software yang mengimplementasikan tiap use case. Didokumentasikan lagi dengan class diagram dan interaksinya.

d. Design the database: mendesain class diagram untuk database sistem. Dan database sistem baru harus terintegrasi dengan database sistem yang sudah digunakan sebelumnya.

e. Design the system and user interfaces: mendesain tampilan untuk tiap dialog sistem. Dan mendesain laporan dalam bentuk online dan cetak.

f. Design the system security and controls: mendesain kontrol dan keamanan sistem untuk melindungi integritas data dan aplikasi program.

(30)

2.16 Unified Modeling Language (UML)

Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012),UML adalah kumpulan standar model konstruksi dan notasi yang didefinisikan oleh Object Mangement Group (OMG), sebuah organisasi untuk pengembangan sistem. Dengan menggunakan UML, analyst dan end user dapat menggambarkan dan memahami berbagai diagram spesifik yang digunakan dalam proyek pengembangan sistem.

2.17 Activity Digram

Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012), activity diagram menggambarkan kegiatan user (atau sistem), orang yang melakukan setiap kegiatannya, dan alur tahapan dari setiap kegiatan. Langkah awal dalam membuat activity diagram adalah mengidentifikasi setiap agent untuk membuat swimlane. Adapun hal lain yang perlu diperhatikan dalam membuat activity diagram adalah penggunaan decision symbol untuk menggambarkan suatu keadaan – satu alur atau alur lainnya tetapi bukan keduanya. Penggunaan synchronization bar untuk alur yang paralel – keadaan dimana kedua alur dilakukan.

(31)

Gambar 2. 7 Contoh Activity Diagram

2.18 Use Case Diagram

Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012), usecase diagram adalah model UML yang digunakan secara grafis untuk menunjukkan usecase dan hubungannya dengan user. Yang termasuk di dalam usecase diagram adalah orang yang menggunakan sistem, yang disebut sebagai actor. Actor biasanya berada di luar automation boundary dari sistem tetapi bagian dari manual sistem. Automation boundary menggambarkan batas antara bagian terkomputerisasi dan orang-orang yang mengoperasikan aplikasi, digambarkan sebagai persegi panjang yang berisi use case.

(32)

Gambar 2. 8 Notasi Use Case Diagram

Gambar 2. 9 Contoh Use Case Diagram

2.19 Use Case Description

Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012), usecase description adalah model tekstual yang mendaftarkan dan menjelaskan rincian proses untuk usecase. Metode formal yang paling banyak digunakan untuk menjelaskan usecase description adalah fully developed usecase description. Ketika membuat fully developed usecase description, anda akan lebih mudah mengerti mengenai proses bisnis dan cara sistem untuk mendukungnya.

(33)

Gambar 2. 10 Contoh Usecase Description

2.20 Domain Class Diagram

(Satzinger, Jackson, & Burd, 2012), menjelaskan setelah sequence diagram dibuat, informasi methods dapat ditambahkan ke dalam classes. Model Class Diagram adalah sebuah UML Class Diagram yang menggambarkan benda-benda yang penting dalam pelaksanaan tugas para pengguna, seperti class-class problem domain, hubungan antar class-class tersebut, dan atribut-atributnya. Model Class Diagram adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan class-class yang terlibat, hubungan antar class-class tersebut serta atribut-atributnya. Gambar 2.11 menunjukkan notasi dari model class diagram.

(34)

Gambar 2. 11 Notasi Class Diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012)

Gambar 2. 12 Contoh Model Domain Class Diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012)

2.21 Updated Class Diagram

Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012), setelah sequence diagram dibuat, informasi methods dapat ditambahkan ke dalam classes. Tahap pertama dalam melakukan update class diagram adalah dengan menambahkan method berdasarkan informasi dari sequence diagram. Setiap pesan yang muncul pada sequence diagram membutuhkan sebuah method pada obyek tujuan. Proses menambahkan method ke dalam class berasal dari tiap sequence diagram dan mencari pesan yang dikirim ke class tersebut. Setiap pesan menggambarkan sebuah method

(35)

Gambar 2. 13 Contoh Updated Class Diagram Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012)

2.22 Multi-Layer Design Sequence Diagram

Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012), pengembangan first-cut sequence diagram hanya berfokus pada class-class yang ada di problem domain layer. Setiap sistem akan membutuhkan view layer classes untuk menggambarkan layar input dan output untuk aplikasi. Multi-Layer Design Sequence Diagram terdiri dari data access Layer dan view layer untuk memastikan bahwa user interface yang dikembangkan konsisten dengan desain aplikasi. Semua pesan masuk yang ada pada System Sequence Diagram harus ditangani oleh user

(36)

interface . Berikut merupakan contoh dari multi layer design sequence diagram.

Gambar 2. 14 Contoh Multi-layer design sequence diagram

2.23 User Interface

Menurut (Satzinger, Jackson, & Burd, 2012), user interface adalah inputs dan outputs yang secara langsung melibatkan pengguna sistem. User interface bisa untuk pengguna internal dan pengguna eksternal. Desain dari user interface bervariasi bergantung pada faktor-faktor seperti tujuan interface, karakteristik pengguna, dan karakteristik dari perangkat interface tertentu.

(37)

Gambar 2. 15 Contoh User Interface

2.24 Gantt Chart

Gantt Chart merupakan alat yang dikembangkan oleh seorang konsultan dan teknisi dari Amerika, Henry Gantt. Gantt chart adalah sebuah alat berupa grafik yang digunakan untuk menentukan penjadwalan, penganggaran, dan pelaksanaan proyek. Gantt chart biasanya digunakan pada sebuah proyek yang bersifat kompleks karena Gantt chart memberikan pandangan secara menyeluruh mengenai apa yang harus dilakukan pada satu waktu tertentu selama waktu proyek. (MTD Training, 2013)

Gambar 2. 16 Gambar Gantt Chart Sumber : (MTD Training, 2013)

(38)

2.25 Kerangka Berpikir

Bisnis Modeling Mulai

Observasi lapangan :

Observasi proses produksi Wawancara dengan pihak manajemen

Data Umum Perusahaan Data kebutuhan bahan baku Data pemasok

Data historis permintaan tahun 2014

Data biaya

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Studi Literatur

Kriteria pemilihan supplier dengan AHP

Peramalan/forecasting Naive

Moving Average

Trend Analysis projection Exponential Smoothing

Identifikasi nilai MAD & MSE Paling kecil

Menghitung EOQ

Menyusun MPS

Menyusun MRP

Menghitung Total Biaya

Analisa sistem yang diusulkan

Requirement : Activity Diagram Use Case

Use Case Description Class Diagram

Entity Relationship DIagram

Perancangan /Design :

Multi-layer Sequence Diagram User Interface

Prototype berbasis Website

Kesimpulan dan Saran Database :

Entity Relationship Diagram

Membuat Kesimpulan

Usulan Pemecahan Permasalahan

Gambar 2. 17 Kerangka Berpikir

Proses pelaksanaan skripsi ini dimulai dengan Wawancara dan pengumpulan data perusahaan. Dari data-data tersebut kemudian dilakukan identifikasi dan perumusan maalah dan kemudian studi literature. Lalu kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui kriteria

(39)

pemilihan supplier. Berikutnya dilakukan peramalan terhadap jumlah permintaa karpet untuk tahun 2014.Lalu dilakukan pengidentifikasian terhadap nilai MAD dan MSE yang paling kecil. Berikutnya dilakukan penghitungan EOQ, penyusunan MPS dan MRP dan penghitungan total biaya. Lalu didapatkan kesimpulan sementara. Kemudian dilakukan perancangan menggunakan metode OOAD-satzinger dimana dibagi menjadi Requirement, Design Models dan Database, setelah itu akan dihasilkan perancangan aplikasi e-procurement yang sesuai bagi PT. Flamindo Carpetama.

(40)

Gambar

Gambar 2. 1 Tahapan Forecasting
Gambar 2. 2 Proses Procurement Tradisional  Sumber : (Turban, 2010)
Gambar 2. 3 Proses e-Procurement  Sumber : (Turban, 2010)
Gambar 2. 4 Format Gambar MPS
+7

Referensi

Dokumen terkait

disimpulkan bahwa pengertian dari Hypnoteaching adalah metode mengajar dengan cara menggunakan seni berkomunikasi untuk mempengaruhi siswa sehingga mampu mengubah

Perbedaan perubahan kadar kolesterol total yang tidak bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol sesuai dengan penelitian Trully Kusumawardhani yang menyatakan

Dari posisi vertikal, motor pengangkat akan berputar sehingga posisi turbin terangkat seperti Pada bagian atas platform juga terdapat pengunci dengan mekanisme yang sama

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan energi - Standard rata- rata metabolisme - Mengukur kebutuhan energi - Mengukur rata-rata metabolisme energi -

M engingat populasi burung kakatua di Pulau Komodo banyak ditemukan di lembah-lembah maka penting untuk melakukan penelitian seleksi habitat burung kakatua dengan variasi

Menurut Zastrow (Suharto, 2009) Pekerjaan sosial adalah: Aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok, masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki

Beberapa alasan yang dapat dikemukakan untuk itu antara lain adalah bahwa etika merupakan ilmu yang mempelajari perbuatan yang baik dan buruk, benar atau salah berdasarkan

Hasil karakterisasi dari sifat listrik film tipis ZnO doping Al menggunakan I-V meter menunjukkan bahwa variasi tekanan oksigen yang diberikan pada proses annealing dapat