• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Berikut ini terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian Andre Pane Sixwanda, tahun 2013 tentang Pemberdayaan Gelandangan Dan Pengemis Di Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus di UPTD Liponsos Sidokare), penelitian ini berfokus pada proses bimbingan keterampilan, bimbingan agama, bimbingan sosial, maupun bimbingan fisik yang mampu untuk meningkatkan kesejahteraan gelandangan dan pengemis beserta keluarganya setelah keluar menjadi gelandangan dan pengemis. Hal ini dilakukan agar para gelandangan dan pengemis mempunyai bekal keterampilan yang nantinya dapat digunakan untuk mencari kerja atau usaha baru sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki dan tidak lagi turun ke jalan untuk menggelandang dan mengemis. (Http://eprints.upnjatim.ac.id, diakses pada 01 Oktober 2020).

2. Selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rina Rohmaniyanti, pada tahun 2016 tentang Pemberdayaan Gelandangan Dan Pengemis Melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Di Lembaga Sosial Hafara, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, fokus penlitiannya terdapat pada pemberdayaan gepeng melalui program Usaha Ekonomi Produktif yang kegiatannya meliputi pertanian, perikanan, dan usaha di warung untuk membantu perekonomian mereka. Hasil kegiatan program UEP adalah

(2)

8

hasil penjualan di warung, perikanan berupa ikan lele, dan pertanian berupa buah-buahan dan sayur-sayuran, dan tanaman obat yang diperjual belikan dan dikonsumsi, Warga Bina Sosial mendapatkan bagi hasil dalam kegiatan ini.

Dari kedua referensi penelitian terdahulu terdapat persamaan yakni berfokus pada peningkatan pemberdayaan namun juga terdapat perbedaan yaitu terdapat pada studi yang akan dipilih.

B. Program Desaku Menanti

Untuk menurunkan angka gelandangan dan pengemis di Indonesia, pemerintah melalui Kementrian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) mewujudkan sebuah program yang dikenal dengan nama Desaku Menanti yang merupakan salah satu program yang bertujuan untuk menangani masalah gelandangan dan pengemis (Kemensos RI, 2014).

Program Desaku Menanti ini merupakan sebuah program rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis yang dilakukan secara terpadu berbasis desa (Kemensos RI, 2014). Adapun bentuk rehabilitasi sosial yang diwujudkan dalam program ini berbeda dengan bentuk rehabilitasi sosial bagi gelandangan dan pengemis pada sebelum-sebelumnya yang masih memiliki kendala diantaranya seperti belum mampu menjawab dalam pemenuhan kebutuan fisik, psikis, sosial, dan juga spiritual. Oleh sebab itu, program ini akan menjawab dari permasalahan dari program pengentasan gelandangan dan pengemis sebelumnya. Adapun dalam program Desaku Menanti ditujukan kepada keluarga gelandangan dan pengemis yang akan menerima manfaat serta diberikan ketrampilan-ketrampilan khusus,

(3)

9

sehingga dengan dimilikinya ketrampilan khusus tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Sehingga para keluarga pengemis dan gelandangan ini tidak kembali lagi menggelandang ataupun mengemis.

Pelaksanan program ini berada pada daerah perkotaan. Salah satunya ialah di Kota Malang yang berada di Provinsi Jawa Timur. Terdapat 40 (empat puluh) kepala keluarga (KK) gelandangan dan pengemis atau disebut dengan Warga Binaan Sosial (WBS) yang berasal dari Kota Malang dan akan menjadi salah satu objek dari program Desaku Menanti ini (Agassi, 2016). Sejumlah 40 (empat puluh) KK tersebut berasal dari berbagai wilayah di Kota Malang, diantaranya dari Kecamatan Sukun, Janti, Kedunkandang, Blimbing, dan Kecamatan Klojen dengan perincinan sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga Terpilih Program Desaku Menanti: Kecamatan Jumlah KK Sukun 20 Janti 1 Kedungkandang/Muharto 16 Blimbing 2 Klojen 1 Jumlah 40

(4)

10

Realisasi dari program Desaku Menanti ini berasal dari Kemensos yang ditujukan kepada WBS Kota Malang telah melibatkan beberapa pihak. Berdasarkan hasil wawancara awal peneliti, adapun beberapa pihak yang terlibat diantaranya Kemensos RI, Dinas Sosial (Dinsos) Kota Malang, dan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Mutiara Insani. Adapun beberapa tugas yang diemban oleh ketiga pihak tersebut adalah:

1. Kemesos RI, sebagai pencanang program Desaku Menanti serta perealisasi pencairan dana. Dana yang dikucurkan dalam program ini senilai 1,9 miliar yang kemudian menghubungi pihak,

2. Dinsos Kota Malang, untuk mendata para calon WBS sesuai dengan kriteria yang ada. Dalam hal ini bentuk kriteria WBS tidak diketahui oleh narasumber. Bersamaan dengan hal tersebut, Dinsos juga bekerjasama dengan Pemerintah Kota Malang untuk melakukan pemilihan lahan terkait dengan pendirian rumah para WBS di suatu daerah di kota Malang, yang pada akhirnya dari Pemerintah Kota Malang memberikan tanah dengan status pinjam-pakai yang terletak di desa Baran, Kecamatan Kedung Kandang, Kelurahan Tlogowaru, Kota Malang untuk keberhasilan program Desaku Menanti. Alur selanjutnya ialah menghubungi mitra kerja Dinsos yaitu;

3. LKSA Mutiara Insani, sebagai lembaga yang akan menerima dana dan mengeksekusi program Desaku Menanti ini. Dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pendampingan, evaluasi, hingga pengembangan program Desaku Menanti. Peran LKS turut serta dalam pemberian keterampilan-keterampilan khusus kepada WBS yang

(5)

11

harapannya pasca keterampilan itu diberikan dapat memunculkan sikap kemandirian WBS sehingga nantinya mereka tidak lagi pergi bekerja dengan cara menggelandang ataupun mengemis.

Adapun mekanisme dari pelaksanaan program Desaku Menanti di Kota Malang yang dilakukan oleh LKS Mutiara Insani, yaitu ketika telah didapatkan data mengenai 40 (empat puluh) KK yang akan menjadi WBS, oleh LKS dipertemukan secara bersama-sama untuk mensosialisasikan tentang kegiatan dalam program Desaku Menanti. Ketika proses sosialisasi selesai, para WBS diberikan pembelajaran keterampilan seperti membuat rengginang, rempeyek, topeng malangan, membuat kerudung/jilbab, bros, pembuatan telor asin, dan wadah dari bibir gelas plastik. Setelah pemberian keterampilan selesai, ke 40 WBS juga turut diberikan uang tunjangan hidup (Jadup) selama kurun waktu 3 bulan yang diberikan per sepuluh hari sebesar 1 juta rupiah bagi masing-masing KK untuk membantu pemenuhan kebutuhan hidup sebelum berpindah ke desa baru,serta sebagai modal awal mereka untuk mengembangkan usaha di tempat tinggalnya agar mereka tidak kembali lagi ke jalan.

Mengingat, telah ada kesepakatan apabila mereka ditemukan kembali di jalan untuk mengemis, mereka otomatis tidak dapat diikutsertakan dalam program Desaku Menanti. Seiring proses pendirian rumah, para WBS pun diharapkan turut terlibat proses pembangunannya, namun karena terkendala jarak dan akomodasi, pembangunan rumah hanya melibatkan kuli-kuli bangunan saja. Prediksi awal, para WBS sudah dapat menempati rumah baru mereka secara resmi pada bulan Agustus 2016,

(6)

12

namun karena terkendala cuaca dan terpotong waktu Perayaan Hari Idul Fitri, mengakibatkan mundurnya waktu penyelesaian rumah hingga mencapai bulan November. Nantinya ke 40 WBS, akan digabungkan kedalam wilayah tempat tinggal mereka yang baru di daerah Tlogowaru, sehingga dari sanalah akan lahir pula sebuah kelompok masyarakat baru. Tetapi, jauh sebelum peresmian ke-40 WBS digabungkan menjadi sebuah kelompok masyarakat baru di Tlogowaru, seluruh WBS telah dipersatukan menjadi kelompok-kelompok berskala kecil untuk belajar keterampilan seperti membuat rengginang, rempeyek, topeng malangan, membuat kerudung/jilbab, bros, pembuatan telor asin, dan wadah dari bibir gelas plastik selama 8 hari.

C. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga sosial dan telah terencana secara profesional demi menciptakan individu atau masyarakat yang terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan selanjutnya masyarakat atau individu itu dapat mengatasi masalah sosialnya sendiri dengan bantuan seorang pekerja sosial. Pekerjaan Sosial merupakan profesi pertolongan yang menekankan pada keberfungsian sosial manusia. Menurut Zastrow (Suharto, 2009) Pekerjaan sosial adalah: Aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok, masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut.

(7)

13 1. Konsep Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.

Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empaat indicator yaitu : (1) rasa aman (security), (2) Kesejahteraan (welfare), (3) Kebebasan (freedom), dan (4) jati diri (Identity).

2. Tujuan Kesejahteraan Sosial

Tujuan Kesejahteraan Sosial Menurut fahrudin, dalam buku Pengantar Kesejahteraan Sosial ,menerangkan bahwa tujuan dari Kesejahteraan Sosial adalah:

a. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, danrelasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.

(8)

14

b. Untuk mencapai peyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakatdi lingkungannya, misalnya dengan adanya sistem sumber ,meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan. 3. Fungsi Kesejahteraan Sosial

Fungsi kesejahteraan sosial menurut Fahrudin dalam buku pengantar Kesejahteraan Sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosio ekonomi,menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang negate akibat pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat(Friedlander & Apte, 1982). Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial tersebut antara lain:

a. Fungsi pencegahan (Preventive) Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, danmasyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru.Dalammasyarakat transisi, upaya pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatanuntuk membantu menciptakan pola-pola baru dalam hubungan sosial serta lembaga-lembaga sosial baru.

b. Fungsi Penyembuhan (Curative) Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi ketidak mampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalamimasalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat. Dalam fungsi ini tercakup juga fungsi pemulihan (rehabilitas).

(9)

15

c. Fungsi pengembangan (Development) Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangantatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.

d. Fungsi penunjang (Supportive) Fungsi ini mencakup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuansektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kepala Keluarga Terpilih Program Desaku  Menanti:  Kecamatan  Jumlah KK  Sukun  20  Janti  1  Kedungkandang/Muharto  16  Blimbing  2  Klojen  1  Jumlah  40

Referensi

Dokumen terkait

Stringer (2002) berpendapat bahwa, ada indikator yang digunakan untuk menilai iklim organisasi tersebut yaitu, struktur adalah perasaan karyawan secara baik dan mempunyai

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila batas waktu yang diberikan oleh undang-undang perpajakan Negara tersebut telah dilampaui. Pasal 10 DIVIDEN.. Dividen yang dibayarkan

Se2ara umum pasien gastritis er"si+ mengeluh dyspepsia$Dyspepsia adalah suatu sindr"m9kumpulan gejala berupa mual muntah kembung nyeri ulu hati senda#a rasa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pemberian bakteri heterotrof komersil C (Bacillus subtilis 1 x 10 12 cfu dan Bacillus licheniformis 1 x 10 12 cfu) dapat

Ketakutan- ketakutan itulah yang memaksa individu untuk tetap bertahan di dalam organisasi, apapun yang terjadi ia akan tetap bekerja di perusahaan (dalam Yuwono, dkk., 2005:

Simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan smash dengan ketinggian net tetap dan bertahap terhadap

Data Hasil Identifikasi Ngengat (Lepidoptera) di Jalur Blok Raflesia- Tandon, Taman Nasional Meru Betiri Resort Sukamade, Kabupaten Banyuwangi... Surat Ijin Masuk Kawasan

Kurangnya penyampaian informasi dalam lingkup sekolah merupakan permasalahan yang ada di SMA Virgo Fidelis Bawen. Penyampaian informasi dari sekolah kepada murid,