Tugas Review II Teori Hubungan Internasional
NPM : 1306384082
Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional
Bahan Utama : Moravcsik, A. Taking Preferences Seriously: A Liberal Theory of International Politics. International Organization, Vol.51, No.4 (Autumn, 1997), pp. 513-553.
Teori Liberal: Negara sebagai “
Unitary Actor”
?
Paradigma Realis dan Liberalis dalam Hubungan Internasional memiliki pandangan yang berbeda dalam menanggapi berbagai isu yang terjadi dalam dunia internasional, terutama negara. Realis dan Liberalis memiliki pandangan yang berbeda terhadap negara, Realis memandang bahwa negara adalah aktor yang unitary, di mana dia dapat berdiri sendiri dan keberadaannya ditentukan oleh dirinya sendiri. Sementara Liberalis berpendapat sebaliknya, di mana negara bukanlah aktor yang unitary, di mana sikap negara akan dipengaruhi bukan oleh negara itu sendiri, tetapi dipengaruhi oleh elemen-elemen yang lebih kecil yang ada di dalam negara itu. Dalam review kali ini, akan dijelaskan bahwa negara dalam dunia saat ini, bukanlah aktor yang unitary (unitary actor), tetapi negara merupakan aktor yang dipengaruhi oleh elemen-elemen kecil yang ada di bawahnya. Review ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pertama penjelasan konsep perilaku negara yang dipengaruhi oleh elemen-elemen kecil di bawahnya dalam karya tulis dari Moravcsik yang berjudul “Taking Preferences Seriously: A Liberal Theory of International Politics”, bagian kedua menjelaskan bahan pembanding yang mendukung konsep tersebut serta analisis, dan bagian terakhir adalah kesimpulan dari review.
Negara bukanlah Aktor yang Unitary
Dalam jurnalnya, Moravcsik menjelaskan premis inti dari teori Liberal dalam Hubungan Internasional adalah hubungan antar negara dengan lingkungan serta elemen-elemen kecil yang ada di sekitarnya, di dalam wilayah nasional akan mempengaruhi perilaku negara ketika negara tersebut bergaul dalam dunia internasional.1 Berbeda dari pandangan
realis yang sudah dijelaskan sebelumnya, yang memandang negara sebagai aktor yang
1 Andrew Moravcsik. Taking Preferences Seriously: A Liberal Theory of
unitary, di mana perilaku negara dalam dia bergaul di dunia internasional dipengaruhi oleh negara itu sendiri. Tanggapan realis mungkin benar ketika itu diterapkan di zaman di mana perang masih bergejolak, di mana perasaan saling percaya masih kecil dan rasa ingin bekerja sama sedikit, sehingga mendorong negara untuk bersikap sesuai dengan keperluan negara tersebut untuk menang perang tanpa mempedulikan faktor atau elemen-elemen yang kecil yang ada di bawah negara. Berbeda dengan zaman sekarang, di mana rasa percaya dan rasa ingin bekerja sama tinggi sehingga perilaku negara akan dipengaruhi juga oleh elemen-elemen kecil yang ada di dalamnya.
Premis inti dari Teori Liberal dalam Hubungan Internasional dijelaskan lagi atau bisa disebut didukung oleh tiga asumsi dari Teori Liberal dalam Hubungan Internasional sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Moravcsik. Dia menjelaskan dalam jurnalnya, tiga asumsi tersebut adalah the primacy of societal actors, representation and state preferences, dan
interdependence and the International System.2 Ketiga asumsi ini yang nantinya akan
menjelasakan mengapa perilaku negara tidak dipengaruhi oleh negara itu sendiri melainkan oleh elemen-elemen kecil yang ada di dalam negara itu sendiri. Ini akan terlihat seperti negara bukanlah satu sebagai negara yang bulat, melainkan negara tersusun dari komponen-komponen yang kecil yang saling berinteraksi.
Asumsi yang pertama, yaitu the primacy of Societal Actors. Moravcsik menjelaskan dalam jurnalnya bahwa aktor dasar atau aktor fundamental dari politik internasional adalah individu dan kelompok kepentingan, di mana mereka dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan dari pemerintah dengan beberapa interest yang mereka miliki akan kebutuhan untuk hidup, nilai-nilai yang dianut, dan kehidupan sosial.3 Dengan interest ini, kedua aktor
yang dikatakan fundamental oleh Moravcsik dapat menekan pemerintah yang merupakan penentu dari arah kebijakan negara dan selain dapat menekan, keberadaan dari kedua aktor inilah yang nantinya akan menjadi pertimbangan dari suatu negara untuk menentukan sikap dan menentukan arah kebijakan yang dibentuk oleh negara tersebut dalam dunia internasional.
Pemahaman teori liberal yang seperti ini, disebut sebagai pemahaman yang bersifat “bottom up”.4 Setiap individu pasti memiliki interest yang mereka ingin wujudkan di dalam
sebuah kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka akan mencoba untuk mewujudkan
2 Andrew Moravcsik. Op.Cit. 516. 3 Ibid., 516.
interest ini. Salah satu usaha yang mereka lakukan adalah membuat kelompok kepentingan. Dari kelompok kepentingan ini, mereka akan menentukan apakah mereka akan menjadikan negara sebagai teman atau menjadikan negara sebagai lawan, ketika mereka memutuskan untuk menjadikan negara sebagai kawan, maka mereka akan melakukan cooperation dengan negara tersebut, tetapi berbeda halnya jika mereka memutuskan untuk menganggap negara sebagai lawan mereka, mereka akan konflik dengan negara tersebut.5 Kegiatan saling
berinteraksi inilah yang nantinya akan menentukan sikap negara dalam dunia internasional yang diwujudkan dalam kebijakan politik.
Asumsi yang kedua adalah Representation and State Preferences. Dalam asumsi ini, kaum liberal berasumsi bahwa dalam konsepsi politik dalam negeri, negara bukanlah sebuah aktor melainkan sebuah institusi yang merepresentasikan beberapa koalisi dari aktor-aktor sosial, misalnya individu dan kelompok kepentingan.6 Negara dalam hal ini akan berperan
sebagai “transmission belt” yang akan membawa kepentingan/preferensi dari individu dan kelompok kepentingan dalam bentuk kebijakan politik.7 Kebijakan politik yang terbentuk ini
yang nantinya akan disebut dengan “state preferences”. Dalam pembentukannya, “state preferences” akan dipengaruhi oleh dorongan-dorongan yang ada di dalam kehidupan sosial di negara tersebut.8 Di dalam kehidupan bernegara juga dikenal akan strategy, berbeda
dengan state preferences. Strategy lebih terlihat sebagai aksi negara untuk mengeluarkan kebijakan politik sesuai dengan keadaan dari kondisi internasional sedangkan state preferences sesuai dengan kepentingan dari dalam negara. Menurut Moravcsik, teori liberal menanggung konsekuensi untuk mewujudkan state preferences, negara harus memprioritaskan hal ini dibandingkan dengan strategy.9
Asumsi yang ketiga adalah Interdependence and the International System. Dalam kehidupan di dunia internasional, preferences dari setiap negara pastilah berbeda. Sehingga akan terjadi interaksi antar negara agar kestabilan/low conflict tetap terjaga, sehingga negara akan menyesuaikan kepentingannya sesuai dengan keadaan, sama dengan pengertian mengenai strategy sebelumnya. Namun, hal ini sedikit berbeda, karena negara masih akan sangat mementingkan kepentingan domestiknya dibandingkan dengan kepentingan negara lain. Hal ini tentunya akan memberikan untung dan rugi dari pengaplikasian kebijakan yang
5 Andrew Moravcsik. Op.Cit. 517. 6 Ibid., 518.
mereka terapkan dalam dunia internasional atau yang biasa disebut sebagi policy interdependence.10 Tentu saja, policy interdependence akan membentuk sebuah pola yang
nantinya menurut teori liberal akan menentukan sikap dari negara dalam dunia internasional.11
Human and State Nature
Pandangan dari Moravcsik mengenai negara yang bukan merupakan unitary actor
didukung oleh beberapa akademisi yang lain, di antaranya Martin Wight, J.M. Grieco, dan Immanuel Kant. Martin Wight memberikan pendapat bahwa dalam mencapai kesuksesan bergaul dalam kehidupan internasional, sebuah negara harus memperhatikan tiga ide penting, yaitu kehidupan sosial di dalam dunia internasional harus dipahami dalam bentuk nilai dan norma. Nilai dan norma didapatkan dari dalam negara yang ada di dunia internasional sesuai dengan penjelasan dari Moravcsik selanjutnya bahwa apa yang direpresentasikan negara di dunia internasional semua berasal dari dalam negeri, hal ini termasuk nilai dan norma. Ide kuda adalah masyarakat internasional akan jelas terdeskripsikan jika dilihat dari kajian sejarah dan sosiologi. Ide terakhir adalah sistem/mekanisme negara tidak akan berjalan tanpa rasa persatuan yang ada di antara anggota-anggota di dalam negara tersebut. Persatuan di dalam negara ini tentu saja datangnya dari dalam negara tersebut.12 Ketiga ide ini yang
nantinya akan menentukan sikap negara di dalam dunia internasional.
J.M. Grieco memberikan pendapat mengenai negara bukanlah aktor yang sentris dalam dunia internasional, melainkan aktor yang ada karena dipengaruhi oleh aktor-aktor yang lain. Mulai munculnya banyak aktor-aktor lain dalam hubungan internasional yang memainkan peran yang signifikan di dalamnya dan memiliki pengaruh yang besar dalam penentuan kebijakan negara.13 Contohnya adalah persatuan buruh, partai-partai politik, kerja
sama perdagangan, dll. Aktor-aktor yang muncul ini menyebabkan pengkaburan pandangan mengenai aktor sentral dalam dunia internasional yang sebelumnya negara, berubah menjadi bisa saja tetap negara dan bisa saja berubah menjadi salah satu aktor yang lain. Jadi, bisa dilihat bahwa aktor lain mulai mempengaruhi arah kebijakan negara, terutama aktor-aktor di dalam negara.
10 Andrew Moravcsik. Op.Cit. 520. 11 Ibid., 520.
12 Martin Wight, Systems of States (Leicester: Leicester University Press, 1977), pp. 3, 46. 13 J.M. Grieco, “Anarchy and the Limits of Cooperation: A Realist Critique of the Newest
Pendapat terakhir dari Immanuel Kant lebih berpendapat kepada human nature yang ingin agar interestnya terwakilkan dalam suatu negara.14 Naluri utama dari manusia itu adalah
keinginannya dapat terpenuhi oleh negara, ketika negara mampu untuk memenuhi keinginan dari manusia tersebut, maka manusia tersebut akan menjadi bagian proposisi dari suatu negara. Namun, apabila negara tidak mampu untuk memenuhi keinginan dari manusia tersebut maka manusia tersebut akan menjadi bagian antagonis. Sesuai dengan apa yang sudah dijelaskan sebelumnya oleh Moravcsik bahwa interaksi antar antagonis dan protagonis dalam kehidupan dalam negeri akan mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan oleh sebuah negara.
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori liberal melihat negara tidak menjadi aktor yang unitary/aktor sentral, melainkan melihat negara sebagai institusi yang merepresentasikan kepentingan-kepentingan aktor sosial yang ada di dalam negeri, seperti individu dan kelompok kepentingan. Dalam perumusan atau proses penyusunan kebijakan negara berdasarkan kepentingan-kepentingan aktor-aktor di bawah negara akan ada pihak yang pro dan kontra, atau pihak yang protagonis dan antagonis, interaksi dari kedua pihak ini yang akan menentukan arah dari perilaku negara dan akhirnya akan menghasilkan kebijakan negara yang sesuai dengan kepentingan-kepentingan dari dalam negara.
Daftar Pustaka
Grieco, J.M., “Anarchy and the Limits of Cooperation: A Realist Critique of the Newest Liberal Institutionalism.”, International Organization, Vol.42, No.3 (Summer, 1988), 485-507. http://www.jstor.org/stable/2706787
Moravcsik, A. Taking Preferences Seriously: A Liberal Theory of International Politics.
International Organization, Vol.51, No.4 (Autumn, 1997), pp. 513-553.
Reiss, H.S. Kant: Political Writings. 2nd ed. Cambridge: University of Cambridge, 2005.