PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SMASH DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH SEMI BOLA VOLI
PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
OLEH PUAS ADI UTOMOK5608125
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA Januari 2013
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SMASH DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH SEMI BOLA VOLI
PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
PUAS ADI UTOMO K5608125
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARETS U R A K A R T A Januari 2013
MOTTO
Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi indah dengan agama hidup menjadi terarah.
(A.H. Mukti Ali)
Ilmu dapat membuat orang lebih bijaksana, mencegah berbuat aniaya dan membuat yang tak tahu arah menjadi terarah.
PERSEMBAHAN
Teriring syukur kepada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
“Bapak dan Ibu tercinta”
Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang yang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki orang tua seperti kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.
“Teman-teman ku Angkatan 2008 FKIP JPOK UNS Surakarta” Teman-teman Angkatan 2008 seperjuangan menempuh ilmu. Suka dan duka bisa kita lalui bersama demi meraih cita-cita masa depan yang lebih baik.
“SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar”
Kepada Kepala SMA Negeri Kebakkarmat Karanganyar dan guru Penjasorkes diucapkan terima kasih yang telah memberi bantuan dan bimbingan, sehingga saya dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku kuliah.
ABSTRAK
Puas Adi Utomo. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SMASH DAN
KOORDINASI
MATA-TANGAN
TERHADAP
KEMAMPUAN
SMASH
SEMI
BOLA
VOLI
PADA
SISWA
PUTRA
EKSTRAKURIKULER
BOLA
VOLI
SMA
NEGERI
KEBAKKRAMAT
KARANGANYAR
TAHUN
PELAJARAN
2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Surakarta, Januari 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh latihan smash dengan ketinggian net tetap dan bertahap terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. (2) Perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordiansi mata-tangan rendah terhadap kemampuan smash semi pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. (3) Ada tidaknya interaksi antara latihan smash dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 X 2. Populasi dan sampel penelitian adalah siswa putra esktrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 50 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 40 orang dengan kriteria koordinasi mata-tangan tinggi sebanyak 20 orang dan kriteria koordinasi mata-mata-tangan rendah sebanyak 20 orang. Pengumpulan data dengan tes koordinasi mata-tangan dengan lempar tangkap bola tenis dan tes kemampuan smash semi bola voli dengan tes spike/smash. Analisis data yang digunakan dengan analisis varians 2 X 2 dilanjutkan dengan Newman-Keuls.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Metode latihan menggunakan ketinggian net tetap dan bertahap memiliki perbedaan yang signifikan antara peningkatan latihan smash dalam permainan bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit= 9.1815 lebih besar dari Ftabel=
4.11 (F0> Ft), dengan selisih perbedaan 5.8. Ini berarti bahwa hipotesis nol (Ho)
ditolak sehingga ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok perlakuan. (2) Berdasarkan tingkat koordinasi mata-tangan yang dimiliki siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012, hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan latihan smash dalam permainan bola voli antara siswa yang mempunyai kemampuan koordinasi mata-tangan tinggi dan rendah. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit= 4,5880 lebih besar dari Ftabel= 4.11 (F0> Ft), dengan
selisih perbedaan 4.1. Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak sehingga ada perbedaan
yang signifikan antara siswa yang mempunyai kemampuan koordinasi mata-tangan tinggi dan rendah. (3) Ada interaksi yang signifikan antara latihan smash dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan oleh Fhit = 10.1559 lebih besar
dari Ftabel = 4.11 (F0> Ft). Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak, sehingga antara
latihan smash dan koordinasi mata-tangan, ada interaksi yang signifikan dalam peningkatan kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
Simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan smash dengan ketinggian net tetap dan bertahap terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. (2) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan kemampuan smash semi bola voli antara siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan rendah pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. (3) Ada interaksi antara latihan smash dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...……… PERYATAAN... PENGAJUAN ...………. PERSETUJUAN ...……….. PENGESAHAN ...……… MOTTO ...………. PERSEMBAHAN ...……….. ABSTRAK……….. DAFTAR ISI ...………. DAFTAR TABEL ...……… DAFTAR GAMBAR ...………. DAFTAR GRAFIK……… DAFTAR LAMPIRAN ...……… KATA PENGANTAR……… BAB I PENDAHULUAN ………A. Latar Belakang Masalah ………. B. Indentifikasi Masalah……….. C. Pembatasan Masalah……… D. Perumusan Masalah………. E. Tujuan Penelitian………. F. Manfaat Penelitian……… BAB II KAJIAN PUSTAKA...
A. Tinjauan Pustaka……….. 1. Bola Voli………..
a. Prinsip Permainan Bola Voli………. b. Teknik Dasar Bermain Bola Voli……….. c. Pentingnya Menguasai Teknik Dasar Bola Voli……….. 2. Smash Bola Voli………..
i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv xv xvi xviii 1 1 5 6 6 7 7 8 8 8 8 9 16 9
a. Smash Semi Bola Voli……….. b. Teknik Smash Semi Bola Voli……….. 3. Latihan………..
a. Hakikat Latihan………. b. Prinsip-Prinsip Latihan………. c. Komponen-Komponen Latihan………. 4. Latihan Smash Semi Bola Voli dengan Ketinggian Net
Tetap………. a. Hakikat Latihan Smash Semi Bola Voli dengan
Ketinggian Net Tetap……… b. Pelaksanaan Latihan Smash Semi Bola Voli dengan
Ketinggian Net Tetap……… 5. Latihan Smash Semi Bola Voli dengan Ketinggian Net
Bertahap……… a. Hakikat Latihan Smash Semi Bola Voli dengan
Ketinggian Net Bertahap……… b. Pelaksanaan Latihan Smash Semi Bola Voli dengan
Ketinggian Net Bertahap……… 6. Koordinasi………
a. Koordinasi Mata-Tangan……….. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi…………. c. Peranan Koordinasi Mata-Tangan dengan Kemampuan
Smash Semi Bola Voli……….. B. Kerangka Berpikir ...……… C. Hipotesis……….. BAB III METODE PENELITIAN ...………
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....……….. B. Rancangan/Desain Penelitian………. C. Populasi dan Sampel………. D. Teknik Pengambilan Sampel……… E. Pengumpulan Data……… 17 18 19 21 21 22 27 30 30 32 33 33 35 36 36 37 38 39 43 44 44 44 45
F. Validasi Instrumen Penelitian……… G. Analisis Data………. BAB IV HASIL PENELITIAN...
A. Deskripsi Data ...………. B. Pengujian Persyaratan Analisis……… C. Pengujian Hipotesis……….. D. Uji Reliabilitas………. E. Pembahasan Hasil Penelitian……… BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...……….……….. A. Simpulan...……… B. Implikasi ...……… C. Saran ...……….. DAFTAR PUSTAKA ...……… LAMPIRAN...……… 45 46 46 46 52 52 54 55 58 59 64 64 64 65 67 70
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2……… 2. Ringkasan Anava untuk Eksperimen Faktorial 2 X 2……… 3. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Kemampuan
Smash Semi Bola Voli……… 4. Hasil Uji Normalitas dengan Lillefors……….. 5. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet……… 6. Ringkasan Nilai Rerata Kemampuan Smash Semi Bola Voli
Berdasarakan Bentuk Latihan dan Tingkat Koordinasi Mata-Tangan Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan……… 7. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor…………. 8. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls……….. 9. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Koordinasi
Mata-Tangan, Tes Awal dan Tes Akhir Ketepatan dan Kecepatan Smash Semi Bola Voli………. 10. Range Kategori Relaibilitas………. 11. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama
terhadap Peningkatan Kemampuan Smash Semi Bola Voli………….
44 48 52 55 55 56 56 56 58 59 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Rangakian Gerakan Passing Bawah dan Passing Atas Bola Voli……. 2. Rangkaian Gerakan Smash Bola Voli……… 3. Rangakaian Gerakan Servis Bawah dan Servis Atas Bola Voli……… 4. Rangkaian Gerakan Blocking………. 5. Rangakian Gerakan Smash Semi Bola Voli……….. 6. Konseptual Kerangka Berpikir……….. 7. Tes Koordinasi Mata-Tangan……… 8. Lapangan Tes Smash Bola Voli……….
11 13 14 15 21 38 110 112
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Nilai Rata-Rata Kemampuan Smash Semi Bola Voli Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Tingkat Koordinasi Mata-Tangan…… 2. Nilai Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Smash Semi Bola Voli
antara Kelompok Perlakuan……….. 3. Interaksi Latihan Smash dan Koordinasi Mata-Tangan………..
53
54 62
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Hasil Tes Koordinasi Mata-Tangan………. 2. Data Tes Awal Kemampuan Smash Semi Bola Voli……… 3. Data Akhir Kemampuan Smash Semi Bola Voli……… 4. Data Re-Test Awal Smash Semi Bola Voli………. 5. Data Re-Test Akhir Smash Semi Bola Voli………. 6. Rekapitulasi T-Score Hasil Tes Smash Semi Bola Voli……….. 7. Data Koordinasi Mata-Tangan Tinggi dan Rendah……….. 8. Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan
Smash Semi Klasifikasi Koordinasi Mata-Tangan Beserta
Pembagian ke Sel-Sel……… 9. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Smash
Semi Kelompok 1 (Kelompok Latihan dengan Ketinggian Net Tetap)……… 10. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Smash
Semi Kelompok 1 (Kelompok Latihan dengan Ketinggian Net Bertahap)……….. 11. Uji Reliabilitas Hasil Tes Koordinasi Mata-Tangan……… 12. Uji Reliabilitas Data Tes Awal Ketepatan Smash Semi Bola Voli…. 13. Uji Reliabilitas Data Tes Awal Kecepatan Smash Semi Bola Voli…. 14. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Ketepatan Smash Semi Bola Voli…. 15. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Kecepatan Smash Semi Bola Voli…. 16. Tabel Kerja untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis
Varians………. 17. Hasil Penghitungan Data untuk Uji Homogenitas dan Analisis
Varians……… 18. Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet……… 19. Uji Normalitas dengan Metode Lilliefors……….
71 73 74 75 76 77 79 80 81 82 83 86 89 92 95 98 99 100 101
20. Analisis Varians……… 21. Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls……… 22. Tes Koordinasi Mata-Tangan……….. 23. Petunjuk Pelaksanaan Tes Smash Semi Bola Voli……….. 24. Program Latihan Smash Semi Bola Voli dengan Ketinggian Net
Tetap dan Bertahap……….. 25. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian……….. 26. Surat Keteragan Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta 27. Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri Kebakkramat
Karanganyar………. 105 106 107 108 111 113 116 123
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan, sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Slamet Riyadi, S.Pd., M.Or., sebagai pembimbing II yang telah memberi semangat dan dorongan serta pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP UNS Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Kepala Sekolah SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
8. Siswa ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkaramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian. 9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya permainan bola voli teknik dasar smash semi.
Surakarta, 30 Januari 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang diajarkan melalui pendidikan jasmani. Selain itu, cabang olahraga permainan bola voli dikembangkan oleh sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Demikian halnya di SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar dilaksanakan kegiatan ekstrakurikuler bola voli. Kegiatan ekstrakurikuler bola voli di SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa dalam bidang permainan bola voli. Eriyanto (2011) menyatakan bahwa, “Salah satu fungsi kegiatan ekstrakurikuler yaitu mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka”.
Kegiatan ekstrakurikuler bola voli di SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar mempunyai tujuan untuk mengembangkan potensi siswa dalam cabang olahraga permainan bola voli agar mampu berprestasi. Upaya mencapai prestasi bola voli dalam kegiatan ekstrakurikuler bola voli di SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar, maka dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu. Sebagai langkah awal latihan bola voli kegiatan ekstrakurikuler bola voli di SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar dilatih teknik dasar bermain bola voli. Soedarwo, Sunardi & Margono (2000: 6) menyatakan, “Teknik dasar bola voli harus betul-betul dikuasai terlebih dahulu guna dapat mengembangkan mutu prestasi permainan bola voli”. Macam-macam teknik dasar bermain bola voli yang dilatihkan dalam kegiatan ekstrakurikuler bola voli di SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar yaitu: passing, service, smash dan block. Melalui latihan teknik dasar bola voli diharapkan siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar memiliki keterampilan bermain bola voli, sehingga akan mendukung penampilannya dalam bermain bola voli baik secara individu maupun kolektif (tim).
Salah satu teknik dasar bola voli yang dilatihkan pada kegiatan ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar yaitu smash.
Smash pada dasarnya bertujuan untuk melakukan serangan yang dilakukan dengan keras dan tajam. Berdasarkan jenisnya, smash bola voli dibedakan menjadi tiga yaitu: smash normal, smash semi dan push smash.
Smash merupakan salah satu teknik dasar bola voli yang memiliki seni atau daya tarik dalam permainan bola voli, jika dibandingkan dengan teknik dasar bola voli lainnya. Permainan bola voli akan kelihatan menarik, jika terjadi smash yang keras, tajam dan variatif. Seorang pemain bola voli akan kelihatan menonjol dalam suatu permainan apabila mampu melakukan berbagai macam jenis smash. Untuk dapat melakukan smash yang baik dan variatif, maka harus menguasai jenis-jenis smash bola voli.
Smash semi merupakan jenis smash bola voli yang dilakukan dengan cepat karena, sajian bola yang tidak terlalu tinggi di atas net. Sajian bola pada smash semi kira-kira 1 meter di atas net. Sajian bola yang demikian menuntut kemampuan gerak atau timing yang tepat dari smasher agar bola dapat dipukul dengan baik. Keberhasilan smash semi tergantung kerjasama dan pengertian yang kompak antara smasher dan set-uper.
Ditinjau dari karakteristik smash, smash semi memiliki unsur gerakan yang sulit dan kompleks, sehingga tidak semua pemain bola voli memiliki keterampilan smash semi, seperti para siswa peserta ekstrakurtikuler bola voli di SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar. Sebagian besar siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkaramat Karanganyar mengalami kesulitan melakukan smash semi bola voli. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar antara lain: lompatannya kurang tinggi, postur tubuh yang kurang ideal, net yang cukup tinggi, teknik yang belum baik dan lain sebagainya. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar mengakibatkan smash semi yang dilakukan seringkali gagal.
Net yang cukup tinggi (2,43 meter) untuk pemain putra merupakan salah satu kendala yang menyebabkan smash semi siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkaramat Karanganyar seringkali gagal. Net yang cukup tinggi jika tidak didukung postur tubuh yang ideal dan lompatan yang tinggi,
maka akan mengalami kesulitan untuk melakukan smash semi. Selama ini latihan smash semi yang dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar menggunakan ketinggian net tetap (2.43 meter). Dari latihan smash semi yang dilakukan dengan ketinggian net tetap, ternyata sebagian besar siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar megalami kesulitan. Hanya sebagian kecil siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar mampu melakukan smash semi dengan ketinggian net tetap. Untuk mengatasi kesulitan dalam latihan smash semi bola voli, maka dibutuhkan strategi latihan smash yang tepat di antaranya dengan ketinggian net tetap dan bertahap.
Latihan smash dengan ketinggian net tetap dan bertahap merupakan latihan yang didasarkan pada memodifikasi kondisi lingkungan dalam latihan olahraga. Suherman (2000: 4) menyatakan, “Modifikasi lingkungan pembelajaran ini menyangkut banyak aspek. Modifikasi kondisi lingkungan pembelajaran meliputi: “(1) peralatan, (2) penataan ruang gerak dalam berlatih, (3) jumlah siswa yang terlibat dan, (4) organisasi atau formasi berlatih”.
Latihan smash semi dengan ketinggian net tetap merupakan latihan keterampilan tertutup yaitu, latihan yang didasarkan pada kondisi sebenarnya. Latihan smash semi dengan ketinggian net tetap yaitu, siswa melakukan smash semi dengan ketinggian net 2,43 meter. Dari ketinggian net 2,43 meter tersebut, siswa melakukan smash semi secara berulang-ulang sesuai dengan program latihan yang telah dijadwalkan. Sedangkan latihan smash semi dengan ketinggian net bertahap merupakan bentuk latihan yang dilakukan dari cara yang mudah. Karena ketinggian net 2,43 meter siswa mengalami kesulitan untuk melakukan smash semi. Lutan & Suherman (2000: 75) menyatakan, “Lakukan modifikasi peralatan, apabila peralatan diduga sebagai penghambat keberhasilan”. Latihan smash semi dengan ketinggian net bertahap yaitu, 2 meter. Dari ketinggian net 2 meter tersebut, selanjutnya tinggi net dinaikkan secara bertahap hingga mencapai ketinggian sebenarnya yaiti 2,43 meter.
Latihan smash dengan ketinggian net tetap dan bertahap merupakan cara latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan smash semi bola
voli. Dari kedua latihan tersebut belum diketahui latihan mana yang efektif untuk meningkatkan kemampuan smash semi bola voli, karena kemampuan smash semi tidak hanya dipengaruhi dari cara latihan smash. Faktor individu (siswa) sangat dominan mempengaruhi kemampuan smash semi bola voli. Faktor individu (siswa) sangat kompleks, antara lain semangat berlatih, pengulangan gerakan, postur tubuh yang ideal, kemampuan kondisi fisiknya dan lain sebagainya.
Kemampuan kondisi fisik merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung kemampuan smash semi bola voli. Sudjarwo (1995: 41) menyatakan, “…keterkaitan antara kemampuan fisik dan teknik tidak dapat dipisahkan. Penguasaan teknik yang baik hanya dapat dilakukan apabila memperoleh dukungan dari kemampuan fisik yang baik pula”. Salah satu komponen kondisi fisik yang dapat mendukung kemampuan smash semi bola voli yaitu, koordinasi mata-tangan. Koordinasi mata-tangan berperan dalam gerakan smash semi bola voli terutama pada saat bola dilambungkan set-uper untuk selanjutnya smasher bergerak untuk memukul bola dan mengarahkan bola pada sasaran yang diinginkan. Kemampuan seorang smasher untuk memukul bola dengan baik dan tepat dan mengarahkan bola pada sasaran yang diinginkan dapat dipengaruhi oleh tingkat koordinasi mata-tangan yang dimiliki. Namun demikian, baik tidaknya koordinasi mata-tangan bukan merupakan satu-satunya komponen kondisi fisik yang dapat mempengaruhi kemampuan smash semi bola voli. Karena selain koordinasi mata-tangan masih ada kondisi fisik lain yang dapat mendukung kemampuan smash semi bola voli seperti kekuatan, power, kelincahan, keseimbangan, kelentukan dan lain sebagainya.
Latihan secara sistematis dan kontinyu dengan betuk latihan yang tepat sangat penting untuk meningkatkan kemampuan smash semi bola voli. Latihan smash bola voli dapat dilakukan dengan ketinggian net tetap dan bertahap. Dari latihan smash bola voli dengan ketinggian net tetap dan bertahap perlu dukungan kemampuan koordinasi mata-tangan. Untuk mengetahui pengaruh latihan smash dengan ketinggian net tetap dan bertahap serta pengaruh koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan smash semi bola voli, maka perlu dikaji dan diteliti baik secara teoritis maupun praktik melalui penelitian eksperimen.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengambil judul, “Perbedaan Pengaruh Latihan Smash dan Koordinasi Mata-Tangan terhadap Kemampuan Smash Semi Bola Voli pada Siswa Putra Esktrakurikuler Bola Voli SMP Negeri Kebakkaramat Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kegiatan ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 kurang maksimal untuk meningkatkan kemampuan smash semi bola voli.
2. Kemampuan kondisi fisik siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 belum diketahui. 3. Pengaruh latihan smash dengan ketinggian net tetap terhadap peningkatan
kemampuan smash semi bola voli belum diketahui.
4. Pengaruh latihan smash dengan ketinggian net bertahap terhadap peningkatan kemampuan smash semi bola voli belum diketahui.
5. Pengaruh koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan smash semi bola voli belum diketahui.
6. Latihan yang lebih baik pengaruhnya untuk meningkatkan kemampuan smash semi bola voli siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 antara latihan smash dengan ketinggian net tetap dan bertahap belum diketahui.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian, maka perlu dibatasi agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Latihan smash dengan ketinggian net tetap terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
2. Latihan smash dengan ketinggian net bertahap terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
3. Pengaruh koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan smash dengan dengan ketinggian net tetap dan bertahap terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012?
2. Adakah perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordiansi mata-mata-tangan rendah terhadap kemampuan smash semi pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012?
3. Adakah interaksi antara latihan smash dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri 1 Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh latihan smash dengan dengan ketinggian net tetap dan bertahap terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
2. Perbedaan pengaruh antara siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan tinggi dengan siswa yang memiliki koordiansi mata-tangan rendah terhadap kemampuan smash semi pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
3. Ada tidaknya interaksi antara latihan smash dan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan smash semi bola voli pada siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kabakkramat Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
F. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat memberi manfaat antara lain:
1. Dapat meningkatkan kemampuan smash semi bola voli bagi siswa yang dijadikan sampel penelitian.
2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru Penjasorkes terhadap siswa putra ekstrakurikuler bola voli SMA Negeri Kebakkaramat Karanganyar tentang pentingnya penerapan latihan yang tepat untuk meningkatkan penguasaan teknik smash semi bola voli.
3. Dapat dijadikan masukan bagi guru Penjasorkes di SMA Negeri Kebakkaramat Karanganyar untuk meningkatkan kondisi fisik yang mendukung kemampuan smash kemampuan smash semi bola voli.
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi, untuk meningkatkan pembinaan dan pelatihan lebih maksimal untuk mencapai
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Bola Voli
a. Prinsip Permainan Bola Voli
Bola voli merupakan cabang olahraga permainan yang cukup populer yang diciptakan oleh William G. Morgan yaitu seorang ahli olahraga dari Y.M.C.A., Holyoke Massachusetts Amerika Serikat. Permainan bola voli dikenal oleh bangsa Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Permainan bola voli diresmikan menjadi olahraga Nasional dengan nama Top Organisasinya yaitu Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) pada tanggal 22 Januari 1955.
Permainan bola voli merupakan cabang olahraga beregu atau tim. Permainan bola voli dimainkan oleh dua tim yang masing-masing tim terdiri dari enam orang pemain. Permainan bola voli dimainkan di atas lapangan berbentuk empat persegi panjang berukuran 18 X 9 meter yang dipisahkan oleh net. Maksud dan tujuan permainan bola voli adalah memasukkan bola ke daerah lawan melewati suatu rintangan berupa tali atau net dan berusaha memenangkan permainan dengan mematikan bola itu di daerah lawan. PBVSI (1995: 3) menjelaskan, “Tujuan dari permainan bola voli adalah agar setiap regu melewatkan bola secara teratur (baik) melalui atas net sampai bola tersebut menyentuh lantai (mati) di daerah lawan, dan mencegah agar bola yang dilewatkan tidak menyentuh lantai dalam lapangan sendiri”. Dalam peraturan permainan bola voli edisi (2001-2004: 7) dijelaskan, “Tujuan dari permainan bola voli adalah melewatkan bola di atas net agar dapat jatuh menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan. Setiap tim dapat memainkan tiga pantulan untuk mengembalikan bola (di luar perkenaan blok)”.
lawan melewati di atas net dan mencegah lawan menjatuhkan bola di daerah permainan sendiri. Setiap tim mempunyai kesempatan maksimal memantulkan bola atau memainkan bola sebanyak tiga kali. Untuk memainkan atau memantulkan bola dapat menggunakan seluruh bagian tubuh. Hal ini sesuai pendapat Ma’mun & Subroto (2001: 37) bahwa, “Semula bagian tubuh yang sah untuk memainkan bola batasannya dari lutut ke atas. Sekarang seluruh bagian tubuh diperkenankan untuk memainkan bola”.
Prinsip cara memainkan bola dalam permainan bola voli dapat menggunakan seluruh bagian tubuh. Hal terpenting dalam memantulkan atau memainkan bola pantulannya harus sempurna tidak terjadi pantulan atau pukulan rangkat (double). Untuk mencapai keterampilan bermain bola voli, maka setiap pemain bola voli harus menguasai teknik dasar bermain bola voli.
b. Teknik Dasar Bermain Bola Voli
Menguasai teknik dasar bermain bola voli merupakan syarat utama agar dapat bermain bola voli dengan baik. Teknik dasar bermain bola voli pada dasarnya merupakan suatu upaya seorang pemain untuk memainkan bola berdasarkan peraturan dalam permainan bola voli.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman, cara teknik dasar permainan bola voli terus mengalami perkembangan. Soedarwo, Sunardi & Margono (2000:31) menyatakan, “Teknik bermain bola voli terus berkembang sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku, dan yang seharusnya selalu berorientasi pada prinsip efisiensi dan efektivitas daripada gerakan”. Sedangan pengertian teknik dasar bermain bola voli menurut Beutelstahl (2005: 9) yaitu, “Teknik merupakan prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan praktek, dan bertujuan mencari penyelesaian suatu problem pergerakan tertentu dengan cara yang paling ekonomis dan berguna”.
Berdasarkan pengertian teknik dasar bola voli yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar bermain bola voli merupakan suatu gerakan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan bola voli. Teknik dalam permainan bola voli merupakan aktivitas jasmani yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Lebih lanjut Soedarwo, Sunardi & Margono (2000: 7) mengelompokkan teknik dasar bermain bola voli terdiri dari:
1) Passing :
a) Teknik pass atas. b) Teknik pass bawah. c) Set-up/umpan. 2) Smash : a) Normal smash. b) Semi smash. c) Push smash. 3) Service : a) Tenis service. b) Floating. c) Cekis. 4) Block: a) Block tunggal b) Block berkawan
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, secara garis besar teknik dasar bermain bola voli terdiri dari passing, smash, service dan block. Keterampilan bermain bola voli sangat bergantung pada penguasaan teknik dasar bermain bola voli. Untuk mencapai keterampilan bermain bola voli, maka macam-macam teknik dasar bermain bola voli harus dilatih secara sistematis dan kontinyu. Pengertian teknik dasar bola voli dengan bola diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Passing
Passing pada prinispnya usaha dari seorang pemain bola voli untuk memainkan bola untuk diumpan kepada teman seregunya.
Soedarwo,Sunardi & Margono (2000: 8) menyatakan, “Passing adalah usaha ataupun upaya seorang pemain bola voli dengan cara menggunakan teknik tertentu yang tujuannya adalah untuk mengoperkan bola yang dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, passing pada dasarnya merupakan upaya seorang pemain bola voli untuk memainkan bola dengan teknik tertentu bertujuan untuk mengoperkan bola kepada teman seregunya sebagai langkah awal untuk melakukan serangan. Pelaksanaan passing bola voli dapat dilakukan dengan passing bawah dan passing atas. Pelaksanaan passing bawah dan passing atas tersebut sangat bergantung pada ketinggian bola. Passing bawah dilakukan terhadap bola dengan ketinggian bola dari dada ke bawah. Sedangkan passing atas dilakukan terhadap bola dengan ketinggian dari dada sampai ke atas. Berikut ini disajikan ilustrasi gambar rangkaian gerakan passing bawah dan passing atas sebagai berikut:
Gambar 1. Rangkaian Gerakan Passing Bawah dan Passing Atas Bola Voli (Soedarwo, Sunardi & Margono, 2000: 8)
2. Smash
Smash merupakan salah satu daya tarik dari permainan bola voli. Pada prinsipnya smash bertujuan untuk mematikan lawan, mendapatkan angka atau memindahkan bola dari lawan dengan memukul bola dengan keras dan tajam yang dilakukan oleh smasher. Untuk memindahkan bola dari lawan dan mendapatkan point, maka
smasher haru smenguasai macam-macam jenis smash bola voli. Menurut Soedarwo, Sunardi & Margono (2000: 15-17) mengelompokkan smash bola voli menjadi tiga yaitu, “(1) Normal smash, (2) semi smash dan (3) push smash”.
Smash normal merupakan salah satu smash bola voli yang sederhana dan lebih mudah dilakukan jika dibandingkan dengan jenis smash lainnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan smash normal adalah pada saat kapan smasher harus memukul bola di atas jaring. Pengambilan awalan adalah pada saat bola lepas dari tangan set-uper. Pada saat bola lepas dari tangan set-uper, dengan segera smasher bergerak ke arah bola dan sambil mengontrolnya. Sekiranya jarak dengan bola sudah cukup terjangkau lengan pemukul, maka segeralah smasher meloncat ke atas dan memukul bola. Bola dipukul dengan cepat dengan ketinggian bola kira-kira 3 meter di atas net.
Secara teknik dari sikap persiapan, sikap saat perkenaan dan sikap akhir smash semi sama seperti pada smash normal. Perbedaannya disini adalah pada saat mengambil awalan oleh smasher dan penyajian bola dari set-uper. Setelah smasher mengambil posisi untuk melakukan awalan ke depan, kemudian smasher mulailah bergerak ke arah depan. Bila smasher itu sendiri yang memberikan passing kepada set-uper maka pada saat bola telah lepas dari tangan smasher pada saat itu pula smasher harus telah mulai bergerak pelan-pelan dengan langkah yang tetap menuju ke arah set-uper. Demikian set-uper menyajikan bola dengan ketinggian 1 meter di atas net net, maka maka secepatnya smasher menolak ke atas dan memukul bola Sesudah itu smasher mendarat kembali di tanah tidak terlalu jauh dari tempat dimana ia menolak.
Sikap persiapan, tolakan dan sikap pukulan sama seperti pada smash normal dan smash semi Letak perbedaannya pada arah pengambilan awalan, proses pukulan dan sajian bola. Smasher sebelum mengambil awalan, maka terlebih dahulu harus bergerak ke
arah luar lapangan dan mendekat ke tiang net. Bila smasher telah dalam keadaan posisi demikian, maka siaplah bergerak melangkah menyongsong datangnya bola, bergerak dengan arah paralel dengan jaring. Demikian bola sampai di atas batas tepi jaring (diharapkan ketinggian optimal berada di atas jaring), maka segeralah smasher meloncat dan langsung memukul bola secepatnya. Setelah itu smasher mendarat kembali di tanah dengan lentur dan agak ke arah depan sedikit dari permulaan menolak. Proses menjalankan push smash akan terjadi lebih cepat daripada smash semi.
Gambar 2. Rangkaian Gerakan Smash Bola Voli (Soedarwo, Sunardi & Margono, 2000: 15)
3. Service
Servis merupakan salah satu teknik dasar permainan bola voli yang memiliki fungsi ganda yaitu, sebagai tanda dimulainya permainan dan sebagai serangan pertama bagi regu yang melakukannya. Viera & Ferguson (1996: 27) menyatakan, “Servis adalah satu-satunya teknik yang digunakan untuk memulai pertandingan”. Menurut Ma’mum & Subroto (2001: 61) bahwa, “Servis adalah awal terjadinya suatu permainan bola voli. Akan tetapi dalam perkembangannya servis menjadi salah satu serangan pertama yang sangat penting”.
Sebagai serangan, maka servis harus dilakukan sesulit mungkin. Untuk membuat pukulan servis yang sulit dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu tenis service, floating dan cekis. Tenis servis pada dasarnya merupakan pukulan servis yang menjadikan bola memiliki top spin selama menjalani lintasannya saat dipukul oleh server. Floating merupakan jenis servis yang mengambang atau melayang saat menjalani lintasannya. Beutelstahl (2005: 14) menyatakan, “Maksud dari floating servive adalah servis yang tidak mengandung spin. Bola seakan-akan melayang, tanpa berputar sama sekali. Servis ini sangat efektif karena arah laju bola tidak menentu”. Sedangkan servis cekis merupakan jenis servis yang tajam, karena pelaksanaannya dilakukan dengan dibantu meliukkan badan, lecutan lengan dan gerakan pergelangan tangan, sehingga bola setelah dipukul mental dengan keras dan top spin. Karena putaran dan kerasnya pukulan, maka bola akan menjalani lintasannya dengan cepat dan tajam jatuhnya.
Gambar 3. Rangkaian Gerakan Servis Bawah dan Servis Atas Bolavoli (Viera & Ferguson, 1996:31)
4) Block
Block pada dasarnya merupakan teknik dasar permainan bola voli yang bermanfaat untuk membendung atau menggagalkan serangan atau smash dari lawan. Soedarwo, Sunardi & Margono (2000: 24) menyatakan, “Block atau bendungan adalah usaha seorang atau lebih
bagi pemain depan untuk membendung bola dari lawan yang dipukul keras.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, block pada prinsipnya untuk membendung serangan dari lawan (smash). Block dilakukan oleh pemain depan baik secara perorangan atau berkawan. Agar blocking dapat dilakukan dengan baik, maka ada beberapa tahap yang harus diperhatikan. Lebih lanjut Soedarwo, Sunardi & Margono (2000: 26) menyatakan:
Tahap-tahap untuk melakukan blocking antara lain: 1) Mengadakan langkah ke kiri atau ke kanan. 2) Meloncat ke atas dengan tumpuan dua kaki.
3) Menggerakkan tangan dan lengan untuk menguasai bola. 4) Mendarat dengan dua kaki secara lentuk.
Pendapat tersebut menujukkan bahwa, tahapan dalam blocking ada empat bagian yaitu, bergerak atau melangkah ke kanan atau ke kiri sesuai arah bola yang akan di block, meloncat ke atas dengan dua kaki secara maksimal, menggerakkan tangan dan lengan untuk membendung bola dan mendarat dengan dua kaki secara lentur atau mengeper. Agar blocking berhasil dengan baik, maka tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan dengan baik dan benar.
Gambar 4. Rangkaian Gerakan Bloking (Soedarwo, Sunardi & Margono, 2000: 24)
c. Pentingnya Menguasai Teknik Dasar Bola voli
Menguasai teknik dasar bermain bola voli merupakan faktor penting agar dapat bermain bola voli dengan baik dan mencapai prestasi yang tinggi. Soedarwo, Sunardi & Margono (2000: 6) menyatakan, “Penguasaan teknik dasar permainan bola voli merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan di samping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental”. Menurut Dinata (2004: 5) bahwa, “Untuk meningkatkan prestasi, seorang pemain bola voli harus menguasai beberapa teknik dasar terlebih dahulu. Teknik dasar merupakan faktor utama selain kondisi fisik, taktik dan mental”.
Menguasai teknik dasar bermain bola voli merupakan faktor utama yang harus dimiliki setiap pemain bola voli, selain faktor fisik, taktik dan mental. Jika suatu tim para pemainnya menguasai teknik dasar bermain bola voli dapat menentukan menang atau kalahnya saat bermain bola voli. Soedarwo, Sunardi & Margono (2000: 6) menyatakan:
Pentingnya menguasai teknik dasar permainan bola voli mengingat hal-hal sebagai berikut:
1) Hukuman terhadap pelanggaran permainan yang hubungannya dengan kesalahan teknik.
2) Karena terpisahnya tempat antara regu ke satu dengan regu yang lain, sehingga tidak terjadi adanya sentuhan badan dari permainan lawan, maka pengawasan wasit terhadap kesalahan teknik ini lebih seksama.
3) Banyaknya unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan teknik ini antara lain membawa bola, mengangkat bola, serta pukulan rangkap.
4) Permainan bola voli merupakan permainan yang cara memainkannya waktu terbatas sehingga akan memungkinkan timbulnya kesalahan-kesalahan teknik yang lebih besar.
5) Penguasaan teknik-teknik yang tinggi hanya memungkinkan kalau penguasaan teknik dasar, teknik tinggi dalam bola voli ini cukup sempurna.
Banyak manfaat yang diperoleh jika setiap pemain bola voli menguasai teknik dasar bermain bola voli. Jika seorang pemain bola voli melakukan kesalahan teknik dasar bola voli, maka akan hukuman yaitu bola
menjadi hak lawan, sehingga akan merugikan timnya. Oleh karena itu, setiap pemain bola voli harus mengerti cara memainkan teknik dasar bola voli yang benar serta memahami peraturan permainan bola voli.
2. Smash Bola Voli
Smash dalam permainan bola voli merupakan bentuk serangan yang dilakuka dengan keras dan tajam ke daerah permainan lawan oleh msahser atau spiker. Permainan bola voli akan kelihatan menaraik, jika terjadi msash yang keras dan tajam serta variatif. Ma’mum & Subroto (2001: 66) menyatakan, “Spike merupakan salah satu bentuk serangan dalam permainan bola voli yang paling memikat para pemain dan juga selalu mengundang kekaguman para penonton”. Menurut Viera &Ferguson (1996: 72) bahwa, “Spike keras adalah senjata utama bagi penyerangan dalam bola voli. Kebanyakan tim memperoleh sebagian besar angkanya melalui spike yang berhasil baik”.
Berdasarkan pengertian smash yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, smash merupakan senjata serangan dalam permainan bola voli yang dilakukan dengan keras dan tajam untuk mendapatkan angka. Disisi lain pukulan smash yang keras dan tajam dapat mengagumkan para penonton. Banyak para pemain bola voli yang terkenal karena kepandaiannya dalam melakukan smash.
Smash merupakan senjata utama untuk melakukan serangan dalam permainan bola voli. Kemenangan suatu tim dapat diperoleh melalui smash, karena smash yang keras dan tajam serta diarahkan daerah yang kosong atau pemain lemah, maka lawa akan sulit mengembalikannya. Yunus (1992: 108) menyatakan, “Smash adalah pukulan yang utama dalam penyerangan dalam usaha mencapai kemenangan”. Menurut Beutelstahl (2005: 24-25) bahwa, “Kalau pemain hendak memenangkan pertandingan volley, maka mau tak mau mereka harus menguasai smash. Smash merupakan suatu keahlian yang esensial, cara termudah untuk memenangkan angka”.
Secara keseluruhan smash dalam permainan bola voli memiliki kontribusi yang besar untuk memperoleh angka atau kemenangan suatu tim.
Untuk itu, seorang pemain bola voli harus menguasai macam-macam jenis smash bola voli. Kemampuan seorang pemain bola voli menguasai macam-macam smash bola voli akan menyulitkan lawan dalam usaha menggagalkannya. Apalagi smash yang dilakukan dapat dilakukan dengan berbagai variasi, maka lawan akan kesulitan memprediksi arah bola dan sulit untuk membendung bola.
a. Smash Semi Bola voli
Berdasarkan jenisnya pukulan smash bola voli dikelompokkan menjadi beberapa macam. Muslimin (2004) 15 Juni 2012 menyatakan, “Macam smash menurut macam umpannya yaitu: (1) smash normal,(2) smash semi,(3) smash push, (4) smash pull, (5) smash pull jalan,(6) smash pull straight, (7) smash cekis, (8) smash langsung, dan (9) smash dari belakang”. Menurut Soedarwo, Sunardi & Margono (2000: 15-17) mengelompokkan smash bola voli menjadi tiga yaitu, “(1) Normal smash, (2) semi smash dan (3) push smash”.
Berdasarkan macam umpan smash bola voli dikelompokkan menjadi sembilan (9) macam. Dari macam-macam umpan smash tersebut, seorang pemain bola voli harus menguasainya, agar memiliki keterampilan smash bola voli. Seorang pemain bola voli yang memiliki keterampilan smash akan mampu melakukan variasi smash, sehingga lawa akan sulit untuk membendung dan memprediksi smash yang akan dilakukan. Untuk memperoleh keterampilan smash bola voli harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu.
Smash semi merupakan salah satu jenis smash bola voli yang dilakukan dengan cepat dan tajam. Sajian bola pada smash semi kurang lebih 1 meter di atas net. Dinata (2004: 10) menyatakan, “Teknik umpan sedang adalah bola diumpan kira-kira 1 meter sampai 3 meter di atas net, baik dengan pass atas maupun dengan pass bawah. Bola jatuh antara 10 cm sampai 15 cm dari net”. Jibram (2003) 15 Jni 2012 menyatakan, “Setelah bola lepas di passing ke arah pengumpan, pemukul harus mulai
bergerak perlahan kedepan dengan langkah tetap menuju ke arah pengumpan. Begitu pengumpan menyajikan bola dengan ketinggian 1 meter di tepi atas net maka secepatnya pemukul meloncat ke atas dan memukul bola”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, smash semi merupakan jenis smash bola voli yang dilakukan dengan cepat, keras dan tajam. Smash semi dilakukan dengan cepat karena sajian bola di atas net kurang lebih 1 meter di atas net. Untuk dapat melakukan smash semi pada timing yang tepat, maka antara smasher dan set-uper harus bekerjasama dengan baik. Suharno (1991: 23) menyatakan, “Di dalam melakukan smash semi sangat diperlukan adanya kerjasama dan pengertian yang baik antara smasher dan set-uper”.
Kerja sama dan pengertian yang baik antara smasher dan set-uper sangat dibutuhkan dalam melakukan smash semi. Karena smash semi dilakukan dalam tempo yang cepat, sehingga pengertian yang salah antara smasher dengan set-uper mengakibatkan pukulan smash semi yang dilakukan tidak berhasil atau gagal.
b. Teknik Smash Semi Bola Voli
Peningkatan prestasi olahraga menuntut adanya perbaikan dan pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik dikatakan baik apabila ditinjau dari segi anatomis, fisiologis, mekanika, biomekanika dan mental terpenuhi persyaratannya secara baik, dapat diterapkan dalam praktek dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi maksimal.
Pukulan smash semi bola voli pada prinsipnya dilakukan melalui beberapa tahapan. Yunus (1992: 109) menyatakan, “Tahapan smash bola voli terdiri dari: sikap permulaan, gerak pelaksanaan dan gerak lanjutan”. Dalam http://www.tnol.co.id/id/community/ groups/ viewdiscussion/ 158
-teknik-dasar .html/groupid=36215 Juni 2012 dijelaskan teknik smash bola
1) Awalan
Berdiri dengan salah satu kaki dibelakang sesuai dengan kebiasaan individu (tergantung smasher normal atau smasher kidal). Langkahkan kaki satu langkah ke depan (pemain yang baik, dapat mengambil ancang-ancang sebanyak 2 sampai 4 langkah), kedua lengan mulai bergerak kebelakang, berat badan berangsur-angsur merendah untuk membantu tolakan. 2) Tolakan
Langkahkan kaki selanjutnya, hingga kedua telapak kaki hampir sejajar dan salah satu kaki agak kedepan sedikit untuk mengerem gerak ke depan dan sebagai persiapan meloncat ke arah vertical. Ayunkan kedua lengan ke belakang atas sebatas kemampuan, kaki ditekuk sehingga lutut membuat sudut ±110º, badan siap untuk meloncat dengan berat badan lebih banyak bertumpu pada kaki bagian depan.
3) Meloncat
Mulailah meloncat dengan tumit dan jari kaki menghentak lantai dan mengayunkan kedua lengan ke depan atas saat kedua kaki mendorong naik ke atas. Telapak kaki, pergelangan tangan, pinggul dan batang tubuh digerakkan serasi merupakan rangkaian gerak yang sempurna. Gerakan eksplosif dan loncatan vertikal.
4) Memukul bola
Jarak bola didepan atas sejangkauan lengan pemukul, segera lecutkan lengan kebelakang kepala dan dengan cepat lecutkan kedepan sejangkauan lengan terpanjang dan tertinggi terhadap bola. Pukul bola secepat dan setinggi mungkin, perkenaan bola dengan telapak tangan tepat diatas tengah bola bagian atas. Pergelangan tangan aktif menghentak kedepan dengan telapak tangan & jari menutup bola. Setelah perkenaan bola lengan pemukul membuat gerakan lanjutan ke arah garis tengah badan dengan diikuti gerak tubuh membungkuk. Gerak lecutan lengan, telapak tangan, badan, tangan yang tidak memukul dan kaki harus harmonis dan eksplosif untuk menjaga keseimbangan saat berada diudara. Pukulan yang benar akan menghasilkan bola keras dan cepat turun ke lantai.
5) Mendarat
Mendarat dengan kedua kaki mengeper. Lutut lentur saat mendarat untuk meredam perkenaan kaki dengan lantai, mendarat dengan jari-jari kaki (telapak kaki bagian depan) dan sikap badan condong kedepan. Usahakan tempat mendarat kedua kaki hampir sama dengan tempat saat meloncat.
Berikut ini disajikan ilustrasi rangkaian gerakan smash semi bola voli sebagai berikut:
Gambar 5. Rangkaian Gerakan Smash Semi Bola Voli (Viera & Ferguson, 1996: 76)
3. Latihan
a. Hakikat Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan. Russel, Pate, Clenaghan & Rotella (1993: 317) menyatakan, “Latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasistas fungsional fisik dan daya tahan latihan. Dalam bidang olahraga tujuan akhir latihan adalah untuk meningkatkan penampilan olahraga”. Menurut Suhendro (2007: 3.6) bahwa, “Latihan (training) merupakan proses kerja yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang makin meningkat”. Menurut Adisasmita & Syarifuddin (1996: 145) bahwa, “Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”.
Berdasarkan pengertian latihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat dismpulkan bahwa, latihan merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat dengan tujuan untuk meningkatkan penampilan dalam kegiatan olahraga. Berkaitan dengan
utama latihan adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin”. Sedangkan Bompa (1990: 4) menyatakan tujuan umum latihan yaitu:
1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multiralteral.
2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni. 3) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang
olahraganya.
4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan.
5) Untuk mengelola kualitas kemauan.
6) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim secara optimal.
7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlet. 8) Untuk pencegahan cidera.
9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori.
Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang utama dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan keterampilan dan mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlet yang berlatih. Menurut Adisasmita & Syarifuddin (1996: 12-127) bahwa, “Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam latihan yaitu, “(1) Latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik dan, (4) latihan mental”. Dari keempat aspek tersebut saling berkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka keempat aspek tersebut harus dilatih dan ditingkatkan secara maksimal.
b. Prinsip-Prinsip Latihan
Dalam setiap kali latihan, baik atlet maupun pelatih harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip latihan diharapkan latihan yang dilakukan dapat meningkat dengan cepat, dan tidak berakibat buruk baik pada fisik maupun teknik atlet. Nosseck (1982: 14) menyatakan, “Prinsip latihan adalah garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan
yang terorganisir dengan baik”. Sedangkan Russel Pate., Clenaghan & Rotella (1993: 317) menyatakan, “Program latihan optimal adalah latihan-latihan yang dilakukan sesuai dengan azas-azas umum tertentu. Azas-azas ini apabila diterapkan dengan bersungguh-sungguh memungkinkan pelatih untuk membiasakan teknik latihan sehingga dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan olahragawan”.
Prinsip latihan pada dasarnya merupakan suatu pedoman dalam memberikan beban latihan, sehingga beban latihan dapat diberikan dengan tepat, sehingga akan terjadi peningkatan. Latihan yang didasarkan prinsip latihan yang tepat, maka program latihan yang telah ditetapkan dapat dijalankan dengan baik, sehingga akan mendukung pencapaian tujuan latihan lebih optimal. Menurut Noer (1996: 8-11) bahwa, “Prinsip-prinsip latihan dalam olahraga meliputi: (1) latihan yang dilakukan hendaknya diulang-ulang, (2) latihan yang diberikan harus cukup berat, (3) latihan yang diberikan harus cukup meningkat, (4) latihan harus dilakukan secara teratur dan, (5) kemampuan berprestasi”.
Tujuan latihan dapat dicapai secara maksimal harus berpedoman pada prinsip-rinsip latihan yang benar. Prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan meliputi: latihan yang dilakukan hendaknya diulang-ulang, latihan yang diberikan harus cukup berat, latihan yang diberikan harus cukup meningkat, latihan harus dilakukan secara teratur dan, kemampuan berprestasi. Dari setiap prinsip latihan tersebut memiliki penekanan secara khusus, oleh karenanya harus dipahami dan dikuasai dengan baik. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip latihan tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Latihan Harus Diulang-Ulang
Mengulang-ulang terhadap bentuk gerakan yang dipelajari adalah sangat penting untuk menguasai teknik suatu cabang olahraga atau meningkatkan kemampuan fisik. Pengulangan gerakan hendaknya dilakukan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermahir teknik yang dipelajari menuju otomatisasi gerakan yang efektif dan efisien. Seperti dikemukakan Sudjarwo (1995: 44) bahwa, “Latihan teknik yang dilakukan secara berulang-ulang bertujuan untuk mengotomatisasikan gerakan sesuai dengan teknik yang dikehendaki. Pada hakekatnya pengembangan teknik merupakan bagian dari usaha meningkatkan keterampilan menuju gerakan cermat, efisien dan efektif”.
Suatu teknik cabang olahraga yang dipelajari jika dilakukan secara berulang-ulang, agar gerakan tersebut akan menjadi gerakan otomatis dan reflektif. Dengan gerakan yang otomatis maka dapat melakukan gerakan dengan cepat dan tenaga yang dikerahkan lebih efisien. Suharno (1993: 22) menyatakan, “Penguasaan skill secara otomatis dan benar tidak hanya dipelajari secara teoritis, melainkan masih dituntut latihan praktik di lapangan secara berulang-ulang dan terus menerus, sehingga jumlah ulangan gerak sampai ribuan kali”.
2) Latihan yang Diberikan Harus Cukup Berat
Latihan yang diberikan harus cukup berat maksudnya yaitu, latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang semakin berat atau prinsip overload. Dengan pemberian beban latihan yang cukup berat akan merangsang tubuh untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Pemberian beban latihan yang cukup berat ini harus berpedoman pada prinsip beban lebih (overload principle), dimana melalui rangsangan (stimulasi) maksimal atau hampir maksimal dengan latihan yang kian hari kian meningkat dan kian bertambah berat maka perubahan-perubahan dalam tubuh akan dapat tercapai. Andi Suhendro (2007: 3.7) menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95) berpendapat:
Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pengulangan latihan yang konstan dan dilakukan berulang kali harus diikuti dengan penambahan beban latihan. Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan.
3) Latihan Harus Cukup Meningkat
Pemberian beban latihan harus dilakukan secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektivitas kemampuan fisik atau teknik. Peningkatan beban latihan hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan atlet serta ditingkatkan setahap demi setahap. Bila suatu latihan yang diberikan terlalu cepat dengan pemberian beban latihan yang ditingkatkan secara cepat pula maka akan dapat menyebabkan terjadinya kelainan-kelainan dalam tubuh. Seperti dikemukakan Russel Pate., Clenaghan & Rotella (1993: 318) bahwa “Terlalu cepat tekanan peningkatan latihan dapat menyebabkan kelelahan dan menggangu penampilan”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam meningkatkan beban latihan harus direncanakan dengan tepat dan disesuaikan dengan kemampuan atlet. Beban latihan yang terlalu berat dan diberikan dalam waktu yang cepat pula akan mengakibatkan tubuh mengalami kelelahan yang berlebihan. Hal ini disebabkan tubuh belum mampu untuk menerima pembebanan yang ditingkatkan secara cepat dan dapat menyebabkan terjadinya gejala-gejala overtrining.
4) Latihan Harus Dilakukan secara Teratur
Latihan yang dilakukan secara teratur dan kontinyu akan membawa tubuh untuk dapat segera menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya secara teratur pula. Latihan yang teratur dilakukan sekali dalam seminggu bertujuan untuk memelihara kondisi fisik. Bila dilakukan sedikitnya tiga kali dalam seminggu atau lebih akan dapat diharapkan meningkatnya prestasi yang cukup.
Pelaksanaan latihan dapat dilakukan secara teratur, maka harus didukung program latihan yang tepat. Hal ini karena masa-masa puncak prestasi seseorang selalu berubah-ubah. Russel, Pate., Clenaghan & Rotella (1993: 319) menyatakan, “Hanya sedikit olahragawan yang dapat mempertahankan tingkat penampilan puncaknya lebih dari beberapa minggu, dengan demikian jadwal latihan dan pertandingan perlu disusun sedemikian rupa sehingga penampilan puncak dapat dicapai pada waktu yang diharapkan”.
5) Kemampuan Berprestasi
Prestasi yang tinggi merupakan tujuan dari latihan olahraga prestasi. Prestasi yang tinggi dapat dicapai tidak terlepas dari dukungan beberapa faktor. Noer (1996: 11) menyatakan “Kemampuan berprestasi di samping ditentukan oleh faktor latihan juga ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, bakat dan kemauan”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi di antaranya usia, jenis kelamin, bakat dan kemauan. Perlu disadari bahwa prestasi yang akan dicapai seseorang mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, tetapi batas-batas kemampuan itu sangat relatif. Jika pada suatu saat setelah menjalani latihan-latihan, atlet merasa tidak ada kemajuan, hendaklah disadari bahwa prestasi yang dicapai sudah hampir mendekati puncak.
Prestasi yang hampir mencapai puncak memang sangat lambat kemajuannya.
c. Komponen-Komponen Latihan
Komponen latihan merupakan bagian penting dalam latihan olahraga prestasi. Komponen latihan memiliki fungsi untuk memberikan dosisi latihan yang tepat agar terjadi peningkatan yang lebih baik. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara pasti, komponen mana yang menjadi penekanan latihan dalam mencapai tujuan penampilannya yang telah direncanakan. Suhendro (2007: 3.22) menyatakan, “Komponen penting yang harus ada dalam suatu latihan meliputi: (1) volume latihan (2) intensitas latihan (3) density latihan dan (4) kompleksitas latihan”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, komponen latihan yang harus diperhatikan dalam latihan olahraga prestasi yaitu: volume latihan, intensitas latihan, density latihan dan kompleksitas latihan. Dengan diterapkannya komponen-komponen latihan yang tepat, maka tujuan latihan akan dapat dicapai lebih maksimal. Untuk lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
1) Volume Latihan
Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian fisik yang lebih baik. Menurut Bompa (1990: 2) volume diartikan “Sebagai jumlah kerja yang dilakukan selama satu kali latihan atau selama fase latihan”. Hal senada dikemukakan Suhendro (2007: 3.17) bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang ditempuh”.
gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran". Pengertian seri atau set, menurut Sajoto (1995: 34) adalah, “Suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi”.
Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang olahraga yang menuntut kesempurnaan teknik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif. Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan.
Menurut Bompa (1990: 4) dalam latihan harus diperhitungkan dan dipertimbangkan dua jenis volume “(1) Volume relatif dan, (2) Volume absolut”. Volume relatif diartikan sebagai jumlah total waktu yang dipakai dalam latihan oleh sekelompok atlet sewaktu melakukan latihan yang khusus atau tahap latihan. Volume relatif jarang memiliki nilai untuk masing-masing individu, selama pelatih tahu waktu keseluruhan latihannya. Sedangkan volume absolut merupakan ukuran jumlah kerja yang dilakukan setiap atlet persatuan waktu dan biasanya dalam satuan menit.
2) Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk dikaitkan dengan komponen kualitatif kerja yang dilakukan dalam kurun waktu yang diberikan. Lebih banyak kerja yang dilakukan dalam satuan waktu akan lebih tinggi pula intensitasnya.
Intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, dan kekuatan rangsangan tergantung dari beban kecepatan geraknya, variasi interval atau istirahat diantara tiap ulangannya. Suharno (1993: 31) menyatakan, “Intensitas adalah
takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”.
Hasil latihan dapat dicapai secara optimal, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.
3) Densitas Latihan
Menurut Andi Suhendro (2007: 3.24) bahwa, “Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Dengan demikian densitas berkaitan dengan suatu hubungan yang dinyatakan dalam waktu antara kerja dan pemulihan. Densitas yang mencukupi akan menjamin efisiensi latihan, menghindarkan atlet dari kelelahan yang berlebihan. Densitas yang seimbang akan mengarah kepada pencapaian rasio optimal antara rangsangan latihan dan pemulihan.
Istirahat interval yang direncanakan diantara dua rangsangan, bergantung langsung pada intensitasnya dan lamanya setiap rangsangan yang diberikan. Rangsangan di atas tingkat intensitas submaksimal menuntut interval istirahat yang relatif lama, dengan maksud untuk memudahkan pemulihan seseorang dalam menghadapi rangsangan berikutnya. Sebaliknya rangsangan pada intensitas rendah membutuhkan sedikit waktu untuk pemulihan, karena tuntutan terhadap organismenya pun juga rendah.