GANGGUAN
SOMATOFORM
GANGGUAN SOMATOFORM
Kelompok gangguan yang ditandai oleh keluhan tentang masalah atau
simtom fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab kerusakan fisik.
Bukan merupakan Malingering: kepura-puraan simtom yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil eksternal yang jelas, misalnya menghindari hukuman, mendapatkan pekerjaan, dsb.
Bukan pula Gangguan Factitious/Gangguan Buatan: gangguan yang ditandai
oleh pemalsuan simtom psi’s atau fisik yang disengaja tanpa keuntungan yang jelas atau untuk mendapatkan peran sakit.
Macam-macam Gangguan Somatoform
Gangguan
Konversi Hipokondriasis
Gangguan Dismorfik
Tubuh Somatisasi Gangguan Nyeri
GANGGUAN KONVERSI
Ditandai dengan suatu perubahan besar dalam fungsi
fisik atau hilangnya fungsi fisik, meski tidak ada
temuan medis yang dapat ditemukan sebagai
penyebab simtom atau kemunduran fisik tersebut.
Simtom-simtom tersebut tidak dibuat dengan sengaja
Simtom fisik biasanya timbul dengan tiba-tiba pada
situasi penuh tekanan. Misalnya tangan tentara yang
tiba-tiba lumpuh saat pertempuran hebat.
Beberapa simtom yang muncul al: kelumpuhan,
epilepsi, masalah dengan koordinasi, kebutaan, tunnel
vision (hanya bisa melihat apa yang berada tepat di
depan mata), tuli, tidak bisa membaui atau
LANJUTAN
Simtom yang ditemukan biasanya tidak sesuai
dengan kondisi medis yang mengacu. Misalnya
orang yang menjadi “tidak mampu” berdiri
atau berjalan di lain pihak dapat melakukan
gerakan kaki lainnya secara normal.
Biasanya menunjukkan fenomena LA BELLE
INDEFERENCE (ketidakpedulian yang indah)
yaitu suatu kata dalam bhs Prancis yang
CONTOH KASUS
Seorang wanita tua berusia 46 tahun dirujuk oleh
psikiater untuk berkonsultasi.Suaminya mengeluhkan
bahwa istrinya sering mendapatkan serangan pusing yang
membuatnya kewalahan.
Istrinya menggambarkan ia dilanda perasaan pusing yang
berat, disertai oleh mual ringan selama 4 atau 5 malam
dalam seminggu. Selama serangan, ia menceritakan
LANJUTAN CONTOH KASUS
Subjek sebelumnya sudah dinyatakan sehat secara fisik oleh dokter penyakit dalam, dokter ahli neurologi dan spesialis THT. Tes toleransi glukosa (gula) membuktikan bahwa ia tidak
menderita hipoglikemia (keadaan kadar gula darah rendah). Jika ditanya tentang perkawinannya, ia menggambarkan bahwa suaminya adalah seorang yang kejam, sering memerintah dan menyiksa secara verbal terhadap dirinya dan keempat anaknya. Ia bercerita, bahwa tiap suaminya pulang kerja, dirinya selalu ketakutan karena ia tahu bahwa suaminya akan berkomentar rumahnya kotor, dan makan malamnya tidak enak, sehingga
KONVERSI DALAM DSM IV
Paling tidak terdapat satu simtom atau defisit yang melibatkan fungsi motoriknya volunter
(dikerjakan sesuai dengan kehendak) atau fungsi sensoris yang menunjukkan adanya gangguan fisik. Faktor psikologis dinilai berhubungan dengan gangguan tersebut karena onset atau kambuhnya simtom fisik terkait dengan munculnya stresor psikososial atau situasi konflik.
Orang tersebut tidak dengan sengaja menciptakan simtom fisik tersebut atau berpura-pura memilikinya dengan tujuan tertentu.
Simtom tidak dapat dijelaskan sebagai suatu ritual budaya atau pola respons, juga tidak dapat dijelaskan dengan gangguan fisik apapun melalui landasan pengujian yang tepat.
Simtom menyebabkan distres emosional yang berarti, hendaya dalam satu atau lebih area fungsi seperti fungsi sosial atau pekerjaan, atau cukup untuk menjamin perhatian medis.
HIPOKONDRIASIS
Ciri utamanya adalah fokus atau ketakutan bahwa
simtom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat
dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti
kanker atau masalah jantung.
Rasa takut akan tetap ada walau telah diyakinkan
secara medis bahwa ketakutannya itu tidak berdasar. ->
memunculkan perilaku doctor shopping.
Tujuan doctor shopping adalah berharap ada dokter
yang kompeten dan simpatik akan memperhatikan
mereka, sebelum terlambat.
Penderita tidak secara sadar berpura-pura akan simtom
LANJUTAN
Umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik,
seringkali melibatkan sistem pencernaan atau
campuran antara rasa sakit dan nyeri, tapi
tidak melibatkan kehilangan atau distorsi
fungsi fisik.
Penderita sangat peduli dengan simtom yang
muncul -> memunculkan ketakutan yang luar
biasa akan efek dari simtom tersebut.
Menjadi sangat peka terhadap perubahan
ringan dalam sensasi fisik seperti sedikit
HIPOKONDRIASIS LANJUTAN…..
Penderita memiliki lebih lanjut kekhawatiran akan
kesehatan, lebih banyak simtom psikiatrik dan
memersepsikan kesehatan yang lebih buruk daripada
orang lain.
Di masa kanak-kanak: sering sakit, sering membolos
PENDERITA HIPOKONDRIASIS ITU ADALAH SEORANG RADIOLOG
Robert (38) adalah seorang ahli radiologi (ilmu kedokteran untuk melihat bagian dalam tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun
gelombang mekanik). Ia baru saja pulang dari kunjungan selama 10 hari di sebuah pusat diagnostik terkenal di mana ia menjalani
pengujian ekstensif untuk seluruh sistem pencernaannya. Evaluasi membuktikan tanda negatif untuk penyakit fisik apapun, namun bukannya merasa lega, ia tampak marah dan kecewa dengan
penemuan tersebut.
Ia telah merasa terganggu selama beberapa bulan dengan berbagai simtom fisik yang digambarkannya sebagai simtom-simtom yang berupa nyeri perut ringan, terasa “penuh”, “isi perut yang
LANJUTAN
Ia menjadi yakin bahwa simtom-simtom ini disebabkan oleh
kanker usus besar dan ia menjadi terbiasa untuk menguji sampel darahnya setiap minggu dan secara hati-hati
memeriksakan perutnya akan “massa” yang terdapat di dalamnya saat terlentang di tempat tidur setiap beberapa hari sekali. Ia juga secara diam-diam melakukan penelitian X-ray pada dirinya sendiri di luar jam kantor.
Ia mengembangkan ketakutan bahwa ada sesuatu yang benar-benar salah dengan jantungnya. Dan saat ketakutan tersebut benar-benar dapat dikesampingkan, hal itu tidak pernah benar-benar hilang. Sewaktu di sekolah kedokteran ia khawatir akan penyakit-penyakit yang dipelajari di kelas patologi.
Sejak lulus, ia seringkali memperhatikan kesehatannya dan memiliki pola khas: menyadari keberadaan simtom tertentu, menjadi terfokus pada kemungkinan arti dari simtom tersebut dan menjalani evaluasi fisik yang terbukti negatif.
Keputusannya untuk mencari konsultasi psikiatrik diawali oleh kejadian dengan anak laki-lakinya yang berusia 9 tahun. Anaknya secara tidak sengaja berjalan di dekatnya saat ia memeriksa
CIRI-CIRI DIAGNOSTIK HIPOKONDRIASIS
Orang tersebut terpaku pada ketakutan memiliki penyakit serius atau pada
keyakinan bahwa dirinya memiliki penyakit serius.
Orang tersebut menginterpretasikan sensasi tubuh atau
tanda-tanda fisik sebagai bukti dari penyakit fisiknya.
Ketakutan terhadap suatu penyakit fisik, atau keyakinan memiliki suatu
penyakit fisik yang tetap ada mesti telah diyakinkan
secara medis (ket : bahwa itu tidak ada).
Keterpakuan tidak ada intensitas khayalan (orang itu mengenali kemungkinan
bahwa ketakutan dan keyakinan ini terlalu dibesar-besarkan atau tidak mendasar) dan tidak
terbatas pada kekhawatiran akan
penampilan.
Keterpakuan menyebabkan distres emosional yang
signifikan atau mengganggu satu atau lebih area fungsi yang penting, seperti fungsi
GANGGUAN DISMORFIK TUBUH
Penderita terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau
dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka.
Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk
memeriksakan diri di depan cermin dan mengambil tindakan yang ekstrem untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang
dipersepsikan.
Bisa sampai melakukan operasi plastik yang tidak dibutuhkan.
Atau membuang semua cermin di rumahnya agar tidak diingatkan
akan ‘cacat’ yang mencolok dari penampilan mereka.
Mereka percaya orang lain memandang diri mereka jelek dan
memiliki penampilan fisik yang tidak menarik.
Bisa memunculkan perilaku kompulsif dalam rangka mengoreksi
KISAH PENCARIAN KESEMPURNAAN GAYA RAMBUT CLAUDIA
Bagi Claudia, sekretaris hukum yang berusia 24 tahun, sebenarnya setiap hari adalah hari buruk untuk rambutnya. Ia menjelaskan pada terapisnya,”Saat rambut saya tidak bagus, yang sepertinya terjadi setiap hari, saya merasa tidak sehat. Bisakah Anda lihat?. Sangat tidak seimbang. Bagian ini seharusnya lebih pendek dan bagian yang ini hanya terurai di sana. Orang mengira saya gila tapi saya tidak tahan seperti ini. Ini membuat saya terlihat seperti berubah bentuk menjadi jelek. Tidak apa-apa bila orang tidak bisa mengerti apa yang saya bicarakan. Saya melihatnya. Itu yang penting”.
LANJUTAN
Dalam sehari, Claudia memeriksa rambutnya di depan cermin hingga tidak terhitung banyaknya. Ia akan menghabiskan dua jam setiap pagi menata rambutnya dan tetap saja merasa tidak puas. Aktivitasnya untuk terus menerus memotong dan memeriksa rambutnya telah menjadi suatu ritual yang
kompulsif. Sebagaimana yang ia sampaikan pada
terapisnya,”Saya ingin berhenti menarik dan memeriksanya, tapi saya tidak bisa menahannya”.
Kebiasaannya memeriksa rambut berjam-jam berdampak pada sosialisasinya dengan teman-temannya. Kadang-kadang ia akan memotong sendiri bagian-bagian rambutnya dalam usaha untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dari potongan rambutnya yang terakhir. Tetapi memotongnya sendiri secara tidak
terelakkan justru membuatnya semakin buruk, menurut
kekurangan yang hanya bisa dilihatnya. Beberapa tahun sebelumnya ia memiliki apa yang digambarkannya sebagai potongan rambut yang sempurna. “Potongan itu sangat tepat. Saya berada di puncak dunia. Tetapi mulai terliihat buruk saat rambut itu tumbuh”.
Selamanya dalam pencarian potongan rambut yang sempurna,
Claudia telah mendapat janji bertemu yang sulit didapatkan dengan seorang penata rambut terkenal di Manhattan yang kliennya
mencakup para selebritis. “Orang tidak akan mengerti ide membayar orang ini $ 375 (kira2 Rp 3.750.000) untuk sebuah potongan rambut, apalagi dengan gaji seperti saya, namun mereka tidak menyadari
betapa pentingnya hal ini bagi saya. Saya akan membayar berapapun yang saya bisa”. Sialnya bahkan penata rambut yang dibanggakan ini juga mengecewakannya,”Potongan rambut dengan harga $ 25 (Rp
Claudia bercerita masa lalunya. “Di SMA, saya
merasa wajah saya seperti piringan. Terlalu rata.
Saya tidak mau difoto. Saya tidak dapat menahan
diri berpikir apa yang orang lain pikirkan mengenai
saya. Mereka tidak akan mengatakannya pada Anda,
tapi Anda tahu. Bahkan bila mereka berkata tidak
ada yang salah, itu tidak berarti apapun. Mereka
hanya berbohong untuk bersikap sopan”.
Claudia menceritakan bahwa ia diajarkan untuk
menyamakan kecantikan fisik dengan kebahagiaan.
“Saya diberi tahu bahwa untuk meraih sukses maka
kamu harus menjadi cantik. Bagaimana saya bisa
bahagia bila saya tampak seperti ini?”.
KRITERIA DIAGNOSTIK GANGGUAN DISMORFIK TUBUH
Preokupasi dengan bayangan cacat dalam
penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali tubuh,
kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan
dengan nyata.
Preokupasi menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh
GANGGUAN SOMATISASI
Merupakan gangguan yang melibatkan berbagai keluhan yang muncul
berulang-ulang yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab fisik apapun.
Biasanya bermula sebelum usia 30 tahun, biasanya pada saat remaja.
Simtom gangguan bertahan paling tidak selama beberapa tahun.
Berakibat menuntut perhatian medis.
Mengalami hendaya yang berarti dalam memenuhi peran sosial atau
pekerjaan.
Keluhan-keluhan tampak meragukan atau dibesar-besarkan dan
sering menerima perawatan medis dari sejumlah dokter terkadang pada saat yang sama.
Rumusnya adalah 4 – 2 – 1 – 1
4 gejala nyeri, 2 gejala gastrointestinal(lambung-usus), 1 gejala
DIAGNOSTIK SOMATISASI DALAM DSM IV
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30
tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan menyebabkan terapi yang dicari atau gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan dengan gejala
individual yang terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan
dengan sekurangnya 4 tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum (ujung usus besar), selama menstruasi,
selama hubungan seksual atau selama miksi (kencing)
2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya 2 gejala
gastrointestinal selain dari nyeri (misalnya mual,
LANJUTAN
3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya 1 gejala seksual atau reproduktif selain nyeri (misalnya indiferensi (tidak condong) seksual, disfungsi erektif atau ejakulasi,
menstruasi yang tidak teratur, perdarahan menstruasi yang berlebihan, muntah sepanjang kehamilan)
4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya 1 gejala atau defisit yang mengarahkan pada kondisi
neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (misalnya gejala konversi seperti gangguan kordinasi atau keseimbangan, paralisis (kelumpuhan) setempat, sulit menelan atau
benjolan di tenggorokan, afonia (kehilangan suara karena gangguan pita suara), retensi urin (tertahannya urin),
halusinasi, hilangnya sensasi sentuh atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang, gejala disosiatif
DIAGNOSTIK SOMATISASI LANJUTAN
C. Salah satu dari poin 1 atau 2:
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam
kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dari suatu zat (misalnya efek cidera,
medikasi, obat atau alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau
gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkan adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat
CONTOH KASUS SOMATISASI
Seorang ibu berusia 29 tahun meminta penjelasan medis karena akan menjalani operasi untuk kista di payudaranya. Ia
menjelaskan bahwa kista membesar dengan cepat dan sangat menyakitkan. Saat menggambarkan payudaranya, ia
mengatakan “Payudaranya juga sangat besar dan sangat nyeri jika disentuh….”.
Ia menderita nyeri punggung yang sangat mengganggu yang menjalar ke atas dan ke bawah tulang belakangnya dan
menyebabkan tungkainya tidak dapat menopangnya sehingga ia terjatuh secara tiba-tiba. Saat membicarakan hal tersebut ia menambahkan, “Oh ada lagi! Punggung saya berderak-derak. Sakitnya sangat luar biasa sehingga mengganggu saat saya
LANJUTAN
Riwayat medisnya dimulai pada saat menarche (haid
pertama) dengan dismenorea (nyeri haid) dan
menoragia (haid dengan pendarahan berlebih). Pada
usia 18 tahun, ia menjalani operasi untuk suatu
kemungkinan kista ovarium dan selanjutnya
menjalani operasi lain untuk dugaan adhesi abdomen
(adhesi: pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh
yang berdekatan karena radang. Abdomen: perut).
Ia juga memiliki riwayat gejala saluran kemih
berulang, walaupun tidak ada organisme yang jelas
ditemukan. Juga memiliki hasil pemeriksaan normal
untuk keluhan “tiroid yang membesar” (tiroid :
Pada waktu yang berbeda-beda, ia mengeluhkan
mengalami kolon spastik (kejang pada usus besar),
migrain dan endometriosis (keadaan terdapatnya
jaringan serupa selaput lendir rahim di luar rongga
rahim).
Dua perkawinannya berakhir dengan perceraian.
Keduanya dengan laki-laki alkoholik dan senang
menyiksa. Ia telah kehilangan beberapa kali
LANJUTAN
Ia memiliki riwayat ketergantungan alkohol
dan menyatakan bahwa ia mulai
menggunakan analgesik (obat penghilang
rasa nyeri) karena nyeri punggungnya dan
selanjutnya selalu menggunakannya secara
berlebihan.
Pemeriksaan fisik pada saat kunjungannya
menemukan ketidakpastian pada
GANGGUAN NYERI (PAIN DISORDER)
Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya nyeri pada
satu atau lebih tempat yang tidak sepenuhnya
disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis non
psikiatrik.
Gejala nyeri disertai oleh penderitaan emosional dan
gangguan fungsional, dan gangguan memiliki hubungan
sebab yang masuk akal dengan faktor psikologis.
Jenis nyeri yang dialami sangat heterogen misalnya
nyeri punggung, kepala, pelvis (panggul).
Nyeri yang dialami mungkin pasca traumatik,
neuropatik (penyakit syaraf), neurologis, iatrogenik
Gangguan harus memiliki suatu faktor psikologis yang
dianggap secara bermakna dalam gejala nyeri dan
permasalahannya.
Seringkali penderita memiliki riwayat perawatan medis
dan bedah yang panjang, mengunjungi banyak dokter
dan meminta banyak medikasi.
Memiliki keinginan kuat untuk melakukan pembedahan
Sering mengatakan bahwa nyeri sebagai sumber dari
APA KATA DSM?
A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat
gambaran klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian klinis.
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
C. Faktor psikologis dianggap penting dalam onset, eksaserbasi
(membuat lebih buruk/bertambah parahnya suatu penyakit), keparahan, atau bertahannya nyeri.
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau
dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).
E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood,