• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 TEKNOLOGI SAWAH DAN PERUBAHAN ORGANISASI SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 TEKNOLOGI SAWAH DAN PERUBAHAN ORGANISASI SOSIAL"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5

TEKNOLOGI SAWAH DAN

PERUBAHAN ORGANISASI SOSIAL

Organisasi sosial yang dikaji dalam hubungannya dengan introduksi teknologi sawah di Desa Tulem, menyangkut tatanan dari relasi-relasi sosial yang sistematis melalui proses pemilihan dan pengambilan keputusan (Firth 1956: 40). Komponen- komponen organisasi sosial yang dikaji dalam ha1 ini adalah: hubungan sosial, pembagian kerja, kepernimpinan (Dierkes 1987; Sharp 1952: 85).

Kajian dilaksanakan terhadap perubahan yang terjadi serta kaitan teknologi sawah dalam perubahan tersebut. Dalam ha1 ini proses pemilihan teknologi dan pengambilan keputusan untuk menerima dan menerapkan teknologi sawah dalam kehidupan rnasyarakat menjadi kunci. Alasan yang melatar-belakangi tindakan tersebut menunjuk pada fungsi dari teknologi dalam organisasi sosial, serta perubahan yang terjadi.

Mengacu pada kerangka teori fungsi, yaitu setiap unsur dalam budaya suatu kelompok masyarakat memenuhi fungsi tertentu yang membentuk dan mendukung keberadaan kelompok masyarakat tersebut. Masuknya tenologi baru (sawah) serta perubahan yang terjadi adalah untuk memenuhi fungsi tertentu dalam sosial budaya masyarakat, dalam kasus desa Tulem fungsi yang digantikan oleh teknologi sawah adalah fungsi sosial perang yaitu kepemimpinan, bila teknologi baru yang di introduksi tidak dapat memenuhi fungsi sosial-budaya masyarakat sasaran, akan terjadi penolakan (Barret

1984: 84).

Teknologi sawah yang di introduksi pada masyarakat Desa Tulem dengan cepat diterima dan berkembang sejak tahun 1990 karena dapat memenuhi fungsi sosial-budaya. Meskipun masih terdapat penolakan-penolakan dari kelompok generasi tua, tetapi tidak lagi memicu konflik di antara mereka. Jalan tengah yang ditempuh adalah kompromi atau kesepakatan dengan memberlakukan pembagian peruntukkan lahan pertanian. Lahan basah (rawa) menjadi areal pengembangan pesawahan, sedangkan lahan kering menjadi areal pengembangan ubi jalar, sayuran dan palawija. Kesepakatan tercapai karena secara

(2)

banyak air (lahan basah). Selama sawah tidak mengambil alih lahan yang diperuntukkan bagi pengembangan ubi jalar, konflik pun tidak terjadi (Gbr. 1.3.).

Pada prakteknya, sawah yang berkembang di Wamena adalah padi rawa yang dibudi-dayakan di rawa-rawa yang banyak tedapat di Wamena. Lahan rawa ini tidak banyak dimanfaatkan, terutama rawa dalam. Di beberapa lokasi, rawa dangkal masih dapat diolah menjadi kebun ubi jalar. Untuk itu diperlukan teknologi drainase, kanal- kanal dibuat cukup dalam sebagai saluran pembuangan air. Tanah galian kanal dikumpulkan menjadi timbunan atau bedengan untuk menanam ubi jalar dan sekaligus berfungsi sebagai pupuk. Pekerjaan ini membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih, sementara hasilnya tidak begitu baik dibanding dengan hasil ubi di lahan kering.

Sawah kemudian menjadi suatu pilihan yang menguntungkan. Selain nilai ekonominya tinggi, petani tinggal membuat pematang, pengolahan tanah dalam keadaan tanah tergenang lebih mudah dengan cara menginjak-injak dan sedikit mencangkul. Maka kemudian rawa-rawa berkembang menjadi pesawahan. Perkembangan ini mendorong pada perubahan-perubahan dalarn kehidupan sosial masyarakat; perubahan dalam organisasi sosial yang mencakup pembagian kerja, hubungan sosial dan kepemimpinan.

5.1. PERUBAHAN UNSUR

-

UNSUR ORCANlSASl SOSIAL

5.1.1. Perubahan dalam Hubungan Sosial

Semua kegiatan yang dilakukan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari hubungan-hubungan yang ada. Hubungan yang paling esensial adalah hubungan kekerabatan, baik kerabat sedarah maupun kerabat karena ikatan perkawinan, didukung sistem kekerabatan klen. Pada masa peperangan masih berlangsung, jaringan hubungan seperti ini yang merupakan sarana yang ampuh dalam penyebaran informasi tentang keadaan atau kegiatan musuh. Selain itu sebagai sarana menjalin hubungan dengan kelompok masyarakat lain sebagai kelompok konfederasi ataupun aliansi, bagi pertahanan dan keamanan kelompoknya.

Pada saat perang menghilang dari kehidupan masyarakat, kaum pria kehilangan salah satu peranan sosial yang penting yaitu sebagai kesatria. Sehingga seringkali orang

(3)

132 banyak air (lahan basah). Selama sawah tidak mengambil alih lahan yang diperuntukkan bagi pengembangan ubi jalar, konflik pun tidak terjadi (Gbr. 1.3.).

Pada prakteknya, sawah yang berkembang di Wamena adalah padi rawa yang dibudi-dayakan di rawa-rawa yang banyak tedapat di Wamena. Lahan rawa ini tidak banyak dimanfaatkan, terutarna rawa dalarn. Di beberapa lokasi, rawa dangkal masih dapat diolah menjadi kebun ubi jalar. Untuk itu diperlukan teknologi drainase, kanal- kanal dibuat cukup dalam sebagai saluran pembuangan air. Tanah galian kanal dikumpulkan menjadi timbunan atau bedengan untuk menanam ubi jalar dan sekaligus berfungsi sebagai pupuk. Pekerjaan irli membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih, sementara hasilnya tidak begitu baik dibanding dengan hasil ubi di lahan kering.

Sawah kemudian menjadi suatu pilihan yang menguntungkan. Selain nilai ekonominya tinggi, petani tinggal membuat pematang, pengolahan tanah dalam keadaan tanah tergenang lebih mudah dengan cara menginjak-injak dan sedikit mencangkul. Maka kemudian rawa-rawa berkembang menjadi pesawahan. Perkembangan ini mendorong pada perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat; perubahan dalam organisasi sosial yang mencakup pembagian kerja, hubungan sosial dan kepemimpinan.

5.1. PERUBAHAN UNSUR

-

UNSUR ORCANlSASl SOSIAL

5.1.1. Perubahan dalam Hubungan Sosial

Semua kegiatan yang dilakukan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari hubungan-hubungan yang ada. Hubungan yang paling esensial adalah hubungan kekerabatan, baik kerabat sedarah maupun kerabat karena ikatan perkawinan, didukung sistem kekerabatan klen. Pada masa peperangan masih berlangsung, jaringan hubungan seperti ini yang merupakan sarana yang ampuh dalarn penyebaran informasi tentang keadaan atau kegiatan musuh. Selain itu sebagai sarana menjalin hubungan dengan kelornpok masyarakat lain sebagai kelompok konfederasi ataupun aliansi, bagi pertahanan dan keamanan kelompoknya.

Pada saat perang menghilang dari kehidupan masyarakat, kaum pria kehilangan salah satu peranan sosial yang penting yaitu sebagai kesatria. Sehingga seringkali orang

(4)

mengatakan kegiatan kaum pria Dani hanya berjalan-jalan. Tetapi sesungguhnya ha1 ini juga merupakan salah satu cara untuk mempertahankan dan membangun hubungan dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya, disamping kebutuhan akan informasi mengenai kelompok lain. Tidak mengherankan bahwa setiap kegiatan di suatu lokasi, apakah itu kegiatan sosial ataupun yang menyangkut kegiatan pembangunan cepat sekali menyebar kepada kelompok-kelompok masyarakat lain. Didukung oleh sikap persaingan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka informasi apapun bentuknya dibutuhkan untuk mempertahankan keberadaan masing-masing kelompok.

Selain hubungan kerabat, terdapat juga hubungan pertemanan, dan dewasa ini ditarnbah dengan hubungan sesama umat gereja (gereja yang sama). Peranan dan pengaruh gereja dalam kehidupan masyarakat amat besar. Dari waktu yang diluangkan, partisipasi umatnya dalam kegiatan gereja maupun dalam pembangunan dan pengembangan gereja, maka peranan gereja hampir sejajar dengan peranan adat. Hal ini dapat juga dilihat dari partisipasi mereka bila ada kegiatan gereja yang meminta waktu lama bahkan hingga satu bulan (pembangunan gereja atau pengumpulan dana), mereka meninggalkan pekerjaan mereka di kebun. Biasanya tanah dimana gereja itu dibangun disumbangkan secara sukarela.

Dalam introduksi teknologi sawah, jaringan hubungan ini mendukung penyebaran teknologi. Apalagi bila melibatkan gereja, penyebarannya pun menjadi lebih cepat. Studi di Tulem menunjukkan bahwa penyebaran teknologi sawah ini dilandasi hubungan kerabat dan teman (lihat peta kekerabatan).

Dipelopori seorang pemuda dari kampung Arogolik Desa Tulem dengan jumlah anggota kelompok awal 25 orang yang tinggal satu kampung, sawah mulai dikembangkan. Saat ini anggota kelompoknya sudah lebih dari 70 orang yang juga mencakup petani dari desa lain yang berbatasan, yaitu desadesa Aikima, Mulima dan Wenabubaga. Hubungan kerabat dan kemampuan ketua kelompok untuk menjalin hubungan dengan petani-petani dari desa lain mendukung penyebaran teknologi sawah. Gambar 5.1. menguraikan hubungan sosial yang mendukung penyebaran teknologi sawah mulai dari Desa Tulem hingga ke desa-desa lainnya, dengan titik pusat ketua kelompok tani sawah desa Tulem, Yusuf Alua.

Ketua kelompok didukung oleh Pendeta berhasil mendapat dukungan dari anggota masyarakat lainnya untuk memulai mengembangkan sawah di kampungnya. Selain sebagai pendeta, hubungan dengan ketua kelompok tani sawah juga merupakan

(5)

mengatakan kegiatan kaum pria Dani hanya berjalan-jalan. Tetapi sesungguhnya ha1 ini juga merupakan salah satu cara untuk mempertahankan dan membangun hubungan dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya, disamping kebutuhan akan informasi mengenai kelompok lain. Tidak mengherankan bahwa setiap kegiatan di suatu lokasi, apakah itu kegiatan sosial ataupun yang menyangkut kegiatan pembangunan cepat sekali menyebar kepada kelompok-kelompok masyarakat lain. Didukung oleh sikap persaingan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka informasi apapun bentuknya dibutuhkan untuk mempertahankan keberadaan masing-masing kelompok.

Selain hubungan kerabat, terdapat juga hubungan pertemanan, dan dewasa ini ditarnbah dengan hubungan sesama umat gereja (gereja yang sarna). Peranan dan pengaruh gereja dalam kehidupan masyarakat amat besar. Dari waktu yang diluangkan, partisipasi umatnya dalam kegiatan gereja maupun dalam pembangunan dan pengembangan gereja, maka peranan gereja hampir sejajar dengan peranan adat. Hal ini dapat juga dilihat dari partisipasi mereka bila ada kegiatan gereja yang meminta waktu lama bahkan hingga satu bulan (pembangunan gereja atau pengumpulan dana), mereka meninggalkan pekerjaan mereka di kebun. Biasanya tanah dimana gereja itu dibangun disumbangkan secara sukarela.

Dalam introduksi teknologi sawah, jaringan hubungan ini mendukung penyebaran teknologi. Apalagi bila melibatkan gereja, penyebarannya pun menjadi lebih cepat. Studi di Tulem menunjukkan bahwa penyebaran teknologi sawah ini dilandasi hubungan kerabat dan teman (lihat peta kekerabatan).

Dipelopori seorang pemuda dari kampung Arogolik Desa Tulem dengan jumlah anggob kelompok awal 25 orang yang tinggal satu karnpung, sawah mulai dikembangkan. Saat ini anggota kelompoknya sudah lebih dari 70 orang yang juga mencakup petani dari desa lain yang berbatasan, yaitu desadesa Aikima, Mulima dan Wenabubaga. Hubungan kerabat dan kemampuan ketua kelompok untuk menjalin hubungan dengan petani-petani dari desa lain mendukung penyebaran teknologi sawah. Gambar 5.1. menguraikan hubungan sosial yang mendukung penyebaran teknologi sawah mulai dari Desa Tulem hingga ke desa-desa lainnya, dengan titik pusat ketua kelompok tani sawah desa Tulem, Yusuf Alua.

Ketua kelompok didukung oleh Pendeta berhasil mendapat dukungan dari anggota masyarakat lainnya untuk memulai mengembangkan sawah di kampungnya. Selain sebagai pendeta, hubungan dengan ketua kelompok tani sawah juga merupakan

(6)

hubungan antara pamadami dan kemenakan. Dalam hubungan ini, ketua kelompok adalah ami dari Pendeta. Seorang ami memiliki kewajiban mendukung dan membantu kemenakannya, juga memiliki hak atas sebagian yang diperoleh kemenakannya (dalam kaitan dengan adat misalnya babi). Demikian pula kewajiban dan hak seorang kemenakan terhadap ami.

Terdapatnya hubungan kerabat antara ketua kelompok dan pendeta di Tulem memberikan nilai lebih karena status kemenakan sebagai pendeta. Keadaan ini sering membantu dalam berbagai pemecahan masalah yang timbul antar anggota kelompok maupun dengan kelompok lain. Pertemuan kelompok tani diselenggarakan di gudang penggilingan padi atau di sili ketua kelompok. Bila ada rencana perluasan sawah ataupun kegiatan lain untuk pengembangan pertanian, setelah pertemuan di kedua tempat tersebut, pertemuan akhir sebagai pertemuan untuk pengambilan keputusan biasanya dilaksanakan di gereja. Bila timbul permasalahan atau konflik antar anggota kelompok yang menyangkut sawah, pertemuan dan penyelesaian masalahnya dilaksanakan di gereja.

Penyebaran teknologi sawah dalam kasus Tulem tidak dapat dipisahkan dari hubungan ketua kelompok dengan anggota-anggota kelompok lain yang kemudian bergabung dalam kelompok tani sawah Tulem. Dengan ketua kelompok tani sawah-1 sebagai pusat, tergambarkan hubungan dengan kelompok-kelompok lain:

Ketua Kelompok tani sawah-2 (2): kakak ipar (ami dari istri ke-2) Ketua Kelompok tani-3 (3): kakek (dari istri ke-2)

Ketua Kelompok Tani-4 (5): kakak (lain ibu)

Ketua Kelompok Tani-5 (9): kerabat (dari ayah, dua generasi keatas) Ketua Kelompok Tani-6 (lo): kerabat (dari pihak istri-1)

Pendeta (sebagai anggota dan penasihat): kemenakan

Demikian pula dengan anggota-anggota yang lain, masih memiliki hubungan kerabat sedarah atau karena perkawinan

.

Terdapat pula anggota kerabat yang tidak berpartisipasi dalam pengembangan sawah. Sebagai ketua kelompok tani kebun dan kepala suku adat (8) ingin tetap mempertahankan kebun dan tidak ingin membuka sawah. Tetapi juga tidak menghalangi

(7)

135 perkembangan sawah. Dapat dilihat dengan dukungan yang diberikan kepada anak dan menantunya yang ikut dalam pengembangan sawah.

Keteranaan :

n

A = laki-laki = keavunanlsedarah = semi

Yusuf Alua Abas Oagai Okake Kosai Yunus Oagai lkiwakalo Alua Nikofas Marian Yesckial Yogobi Tu- Oagai lok Marian Saulus Alua

: kuua kelompok tani-l : kteua kelompdc tanai-2 : metewlretua kelompok m i - 3 : p a r ~ m g g o t a kciompok tani-l

: kainfketua kelompok tani-4. desa Wenabubaga : sekremis kelomhk tani- l

: &retaris kelompok tani-3 : mctekikaua kelompok kebun

: pcmuka masyarakatlkainketua kclompdr tanid : meteknietua kelompok tani-6, desa Mulima

(8)

Melalui hubungan tersebut, pengaturan dalam pengembangan sawah lebih rnudah dilaksanakan bersama. Meskipun anggota-anggota kelompok tidak berasal dari satu desa. Terjalinnya hubungan ini sebetulnya rnerupakan upaya ketua kelompok tani sawah dalam mengembangkan sawah sekaligus mengurangi konflik yang mungkin timbul. Mengingat sumber air yang dibutuhkan lahan pesawahan merupakan sumber air bagi keempat desa yang berbatasan tersebut (Desa Tulem, Mulima, Aikima, dan Wenabubaga). Dengan penggabungan dalam kelompok tani sawah, kemungkinan konflik atas sumber air diperkecil, sebaliknya kerjasama antar kelompok di keempat desa tersebut ditingkatkan. Misalnya dalam pengaturan air (irigasi), dilakukan koordinasi antara petani-petani dari keempat desa tersebut dan menjadi tanggung jawab bersama.

Selain itu dengan kerjasama pertanian tersebut memberikan jaminan sosial bagi keamanan menyangkut pertanian dan lahan pertanian yang merupakan lahan komunal. Pengawasan terhadap kemungkinan adanya orang-orang yang ingin menjual tanah tersebut (peristiwa pada bulan September 1995) lebih mudah. Ditambah dengan adanya kesepakatan bahwa lahan berpotensi yang tersedia diperuntukkan bagi pengembangan pertanian (sawah terutama), dan tidak akan diperjual beiikan. Adanya program pemerintah melalui PRONA, yaitu sertifikasi tanah berakibat pada adanya keinginan orang-orang tertentu untuk menjual tanahnya. Dengan penggabungan petani-petani dari keempat desa tersebut, maka lahan komunal mereka terjaga.

Keadaan dan kebersamaan para petani sawah tersebut telah menarik banyak petani dari desa lain untuk berpartisipasi dalam pengembangan sawah. Di Desa Tulem lahan rawa yang berpotensi untuk pesawahan seluas 463,5 ha, yang sudah diolah baru seluas 9,4%. Dibandingkan dengan tenaga kerja yang tersedia, yaitu 762 orang atau 1,6 orang per hektar. Yang aktif bekerja di sawah 142 orang atau 3,3 orang per hektar. Kurangnya tenaga kerja untuk dapat mengolah lahan pesawahan mengundang minat petani dari desa lain untuk turut berpartisipasi.

Petani dari desa lain atau dari konfederasi lain dapat memperoleh kesempatan membuka lahan sawah di Tulem. Dengan kurangnya tenaga kerja, petani Tulem pun membuka kesempatan bagi petani desa lain. Melalui hubungan teman ataupun melalui perkawinan. Beberapa anggota kelompok petani Tulem berasal dari desa lain seperti desa Moai, Kecamatan Kurima, desa Ilaga, desa Ibele, yang kemudian menetap di Tulem dan beberapa dari mereka menikahi warga setempat.

(9)

a) Hubungan Tradisional wclu(xlbap lbek Mulinu YlwWu .. .- ~ ... .. .- -. ... al&d

-

- - - -

.

~

aliansi tak langsung

-

musuh ;

- ... _- J

b) Hubungan Setelah lntroduksi Sawah

Ibek

(10)

Sebagai perbandingan dan bagi kemajuan pertanian, hubungan dengan kelompok tani sawah dari desa lain pun dijalin. Bahkan dengan desa-desa yang jauh letaknya dan dari aliansi lain seperti desa-desa Umpakalo (f 12 km), Usilimo (f 17 km), Siepkosi (It 1 1 km), Walelagama (Pugima; f 14

km).

Saling tukar informasi, bibit, clan peminjaman alat-alat pertanian (seperti terpal) dilakukan. Mereka saling membantu kekurangan masing-masing kelompok sehingga hubungan menjadi erat dan saling menguntungkan melewati batas-batas aliansi. Sebagai gambaran, pembagian aliansi yang dikenal terakhir adalah sebagai berikut:

Aliansi Tulem: Wenabubaga, Mulima, Assologaima Aliansi Aikima: Pikhe, Hom-Hom, Siepkosi

Aliansi Pugima: Wamena (Mukoko), Wouma, Megapura, Hepuba Aliansi Yiwika: Waga-Waga, Usilimo, Umpakalo

Aliansi Moai: Holima, Honelama, Kulagaima, Ibele, Elagaima

Tulem bermusuhan dengan Moai, Yiwika, Aikima, Pikhe, Siepkosi, Ibele.

Namun demikian suasana persaingan untuk menjadi yang terbaik tetap berlangsung. Hal ini dapat dilihat bila satu kelompok tani mendapatkan hasil yang baik, maka yang lain berupaya keras untuk dapat lebih baik, sehingga waktu k e j a banyak dihabiskan di sawah. Kondisi ini menjadikan mobilitas petani 'makin meningkat. Meningkat dalam kuantitas maupun kualitas. Dalam arti frekuensi serta jarak dari hubungan yang terjalin makin meningkat, tidak hanya terbatas pada kelompok sendiri (inter-aliansi). Juga pertukaran informasi dan pengetahuan di antara mereka menjadikan kualitas hubungan bukan hanya karena tradisi ataupun yang berlatar belakang konflik. Tetapi sudah lebih meningkat pada tujuan bersama yaitu bagi kemajuan bersama dengan meningkatkan kondisi mereka, ekonomi maupun sosial melalui kerjasama di bidang pertanian.

Gambar 5.2. menggambarkan hubungan yang dapat dibangun melalui kegiatan sawah. Garis hubungan ini menempatkan Tulem sebagai pusat, dimana semua hubungan diperhitungkan. Hubungan tradisional digambarkan sebagai hubungan yang terbatas bagi melindungi kepentingan kelompok sendiri. Gambar 5.2. a. merupakan gambaan hubugan sosial tradisional, hubungan nampak seperti terpisah. Bukannya hubungan tersebut terpisah, melainkan menggambarkan hubungan yang bukan kooperasi dalarn konteks kemajuan bersama. Kerjasama yang terjalin disini adalah untuk tujuan keamanan masing-masing kelompok.

(11)

Gambar 5.2. b. menunjukkan meningkatnya hubungan yang terjalin kearah kooperasi untuk kemajuan bersama kelompok-kelompok yang bersangkutan. Dari kelompok yang digambarkan ini, sebagian besar adalah kerabat. Sedangkan garis hubungan sosial dalam garnbar ini menggunakan nilai skor sebagai nilai kualitas hubungan, sebagai berikut:

Skor 1 : mengembangkan sawah setelah melihat kelompok tani Tulem.

2: kelompok tani datang meminta bantuan dalam mengembangkan sawah pada Tulem.

3: kelompok tani datang ke Tulem untuk melakukan studi banding 4: saling tukar menukar informasi

5: kerjasama ekonomi untuk kemajuan bersama (saling bantu dengan bibit, alatlteknologi, atau bimbingan)

Dari garnbar 5.2.b. narnpak bahwa meskipun jarak lokasi dengan kelompok tani Tulem lebar, beberapa kelompok menunjukkan memiliki kualitas hubungan yang tinggi. Misalnya antara Tulem dengan kelompok Usilimo dan Pugima.

Hal ini menggambarkan bahwa lebarnya jarak antar lokasi kelompok tani tidak menghalangi terjalinnya kerjasama. Bahkan status tradisional antar kelompok ini, yaitu sebagai musuh sudah tidak lagi membatasi.

5.1.2.

Perubahan dalam Pembagian Kerja

Pembagian kerja tradisional seperti diketahui melibatkan wanita lebih banyak di kebun. Sedang pria menjaga dari kemungkinan serangan musuh. Pembagaian k e j a seperti ini memenuhi fungsi sosial pada masanya karena kondisi konflik yang tinggi. Kaum pria menjaga keamanan sedang kaum wanita menjalankan ekonomi, dan ini menjaga keutuhan kelompok. Pada saat perang tidak lagi menjadi bagian dari kehidupan sosial, ada sesuatu yang hilang. Kaum pria kehilangan perannya. Sementara kebun sudah merupakan bagian dari peran kaum wanita. Keadaan ini menimbulkan kebingungan terutama kaum pria, dan mencoba mencari penggantinya.

Dari pernyataan pendeta dan masyarakat di Tulem, kaum muda yang sekarang ini terlibat di pesawahan adalah mereka yang mengalami kebingungan tersebut. Sebelumnya mereka menjadi pembuat masalah di desa Tulern maupun desa tetangga yang berdekatan.

(12)

Pada saat introduksi teknologi sawah dimulai (tahun 1984) oleh Pemerintah Daerah, tidak langsung mendapat sarnbutan. Kemudian pada tahun 1990, sawah mulai diterima terutama oleh kaurn pria (kelompok pemuda) dan berkembang cepat. Hingga kini kaum

pria lebih banyak tertibat di sawah.

Berkaitan dengan pertanian secara tradisional, orang Dani mengenal tanaman wanita dan tanaman pria. Tanaman wanita misalnya adalah ubi jalar (Ipomoea batatas), sedang tanaman pria adalah talas (Colocasia esculenta), tebu (Saccharurn officinarum). Dahulu tanaman yang bernilai ekonomi adalah tanaman wan@ tanaman k e s e h h dan tidak ditanam &lam jumlah banyak adalah tanaman pria seperti pisang, tebu, keladi dan tembakau yang ditanam sarnbil lalu. Sayuran dan palawija yang kemudian dikenal clan

dibudi-dayakan termasuk kedalam tanaman wanita, ditanam bersama-sama dengan ubi jalar, dan menjadi tanggung jawab wanita. Selain itu, cara (teknologi) penanamannya tidak berbeda jauh dengan ubi jalar. Lain halnya dengan sawah, sejak awal kaum pria telah menganggapnya sebagai pekerjaan mereka. Juga karena cara (teknologi) penanaman berbeda, lebih intensif, dalam arti lebih banyak menyita waktu karena terdapat tahap perawatan dan pemeliharaan yang di dalarn kegiatan berkebun kurang d i lakukan.

Tabel 5.1. Pembagian Kerja Setelah Ada Sawah

K E G I A T A N

Babat dan olah tanah I Membuat pagar Babat dan olah tanah I1 Menghaluskan tanah Membuat bedengan Membuat parit

Membuat pematang & saluran irigasi Pemilihan bibit

Menyernai Menanam

Merawat pariffsaluran air Penyiangan

Panen

A ubi jalar non-ubi jalar

P E M B A G I A N KERJA K E B U N ~ W x x x x x x x x x x x x x x SAWAH KEBUN~ L W L x x x x x x W x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x L I x x x x

(13)

Tabel 5.1. Pembagian Kerja Setelah Ada Sawah

K E G l A T A N

Babat dan olah tanah I Membuat pagar Babat dan olah tanah I1 Menehaluskan tanah - Membuat bedengan Membuat ~ a r i t P E M B A G I A N K E R J A x x ---

Membuat pematang & saluran irigasi Pemilihan bibit

Menyemai

x

- -

Menanam

Merawat parit/saluran air

Pada saat introduksi teknologi sawah dimulai (tahun 1984) oleh Pemerintah Daerah, K E B U N ~

w l

L K E B U N ~ W l L x x x x - - Penyiangan Panen

tidak langsung mendapat sarnbutan. Kemudian pada tahun 1990, sawah mulai diterima SAWAH W I L x x x x

terutama oleh kaum pria (kelompok pemuda) dan berkembang cepat. Hingga kini kaum x

x

x

A ubi jalar non-ubi jalar

x x

pria lebih banyak terlibat di sawah.

x

x

x

Ejerkaitan dengan pertanian secara tradisional, orang Dani mengenal tanaman

x x x x x x x x x x x

wanita dan tanaman pria. Tanaman wanita misalnya adalah ubi jalar (Ipomoea batatas), x

x

sedang tanaman pria adalah taias (Colocasia esculenta), tebu (Sacchanun ofkinarum).

x x

x x

Dahulu tanaman yang berniiai ekonomi adalah tanaman wan& tanman keseharian dan

x x x x x x

tidak ditanam dalam jumlah banyak adalah tanaman pria seperti pisang, tebu, keladi dan

x x

tembakau yang ditanam sambil lalu. Saywan dan palawija yang kemudian dikenal dan dibudi-dayakan termasuk kedalam tanaman wanita, ditanam bersama-sama dengan ubi jalar, dan menjadi tanggung jawab wanita. Selain itu, cara (teknologi) penanmannya tidak berbeda jauh dengan ubi jalar. Lain halnya dengan sawah, sejak awal kawn pria telah menganggapnya sebagai pekerjaan mereka. Juga karena cara (teknologi) penanaman berbeda, lebih intensif, dalam arti lebih banyak menyita waktu karena terdapat tahap perawatan dan pemeliharaan yang di dalam kegiatan berkebun kurang dilakukan.

(14)

141 Teknologi sawah kemudian menjadi bagian dari pekerjaan pria. Ini dapat dilihat dari persentase keterlibatan pria didalamnya. Juga dari semangat dan keinginan mereka untuk lebih mengembangkan sawah. Dari seratus responden, sebelas adalah responden wanita yang semua menyatakan setuju adanya sawah tetapi kebalikan dari pria mereka tidak ingin memperluas sawah mereka. Alasan utama adalah karena pekejaan di sawah telah menyita waktu mereka hingga waktu untuk berkebun berkurang. Sedangkan kebun adalah tanggung jawab mereka. Karenanya rata-rata para wanita memiliki sawah seluas

% - % H a .

Kaum wanita beranggapan bahwa ke j a di kebun lebih berat di banding di sawah, dan bekerja itu adalah bekerja di kebun. Dinyatakan dalam ucapan beberapa ibu bahwa kaum pria sekarang ini menjadi mlas karena tidak lagi memperhatikan kebun, hanya sibuk di sawah saja. Terdapat pula pria yang bekerja di kebun, biasanya yang belum menikah atau seorang duda. Biasanya bila istri seseorang meninggal, suaminya akan kernbali pada keluarganya atau bergabung dengan sili lain, agar ada yang membantu mengurus kebun. Di Tulem ditemukan dua sili yang ditinggalkan (bergabung dengan sili lain) karena tidak ada penghuni wanita, sehingga tidak ada yang mengurus kebun (istrinya meninggal). Sebaliknya ditemukan juga tiga sili yang tidak memiliki pilamo (honai laki-laki), menurut keterangan sili-siii tersebut hanya dihuni empat orang janda dengan anak-anaknya. Di sini disebutkan bahwa sebuah sili tidak akan bertahan bila tidak ada wanitanya, karena tidak ada yang mengurus kebun dan ternak babi. Sebaliknya para pria menganggap pekerjaan di sawah sangat berat dan bukan pekerjaan wanita, seperti ucapan beberapa pria yaitu ibu-ibu bisa membantu pekeriaan di sawah, tetapi mereka (ibu-ibu) itu tidak mergerti tentang sawah.

Sawah, kemudian menjadi bagian dari peke rjaan kaum laki-laki, mereka bekerja dari pagi hingga sore hari. Sedang para wanita tetap melakukan pekerjaan di kebun, selain membantu di sawah. Pembagian kerja berubah, wanita di kebun sebagai penyedia pangan keluarga dan keiompd<, bukan Iagi sebagai fungsi ekonomi kelompok, terbatas pada keluarga dan menyediakan bagi kegiatan adat. Sedang fungsi ekonomi kelompok adalah tanggung jawab laki-laki dengan adanya sawah. Pekerjaan lain yang berkaitan dengan sawah adalah operator untuk menjalankan mesin giling padi. Tetapi profesi ini belum dianggap suatu pekerjaan meski membutuhkan keterampilan tersendiri. Karenanya seringkali penggilingan tidak beroperasi karena operator sibuk di sawah.

(15)

5.1.3. Perubahan dalam Kepemimpinan

Perubahan kepemimpinan terjadi pada kriteria atau nilai seseorang untuk dapat menjadi pemimpin. Seperti diketahui bahwa perang merupakan s m a untuk meraih posisi Kain. Persaingan dan konflik mendukung kondisi tersebut. Sehingga ketika perang menghilang, maka peluang untuk meraih posisi Kain pun menjadi sulit. Semenjak itu, upaya mencari pengganti pranata perang sebagai sarana menuju posisi Kain terus berlangsung.

Dahulu bersama dengan keahlian perang, sekarang kepandaian atau kemampuan berbicara saja telah memberikan nilai lebih kepada seseorang. Kepandaian berbicara dikaitkan dengan hubungan dengan pemerintah dan missi. Menurut bebrapa informan, kekayaan juga menjadi salah satu penilaian untuk dapat menduduki posisi Kain. Tetapi sesungguhnya bukan kekayaan yang dinilai, melainkan kemampuan seseorang untuk menjadi kaya. Hal ini nampak bahwa kekayaan yang diwarisi seseorang dari orang tuanya belum menjamin bahwa ia akan menjadi seorang Kain.

Masuknya sawah kemudian memberikan satu pilihan lagi bagi laki-laki Dani di desa Tulem untuk menjadi kain. Dari sawah mereka memperoleh penghasilan yang baik karena harga di pasar cukup tinggi. Hasil dari sawah selain untuk membeli temak babi, juga ditabung untuk biaya pendidikan anak-anak. Hal ini diakui oleh para tetua adat (key informant) tentang perkembangan kaum muda dan perkembangan sawah. Mereka mengakui, bahwasanya orang-orang yang berprestasi dalam kegiatan pertmian sawah adalah seorang Kain.

Meskipun metek tidak bentbah, tetapi mereka tidak rnengabaikan perkembangan sawah. Ini dimungkinican karena iklim persaingan dalam kehidupan orang Dani. B i h para Metek mengabaikan keadaan ini, maka peluang untuk berkurangnya pengaruh mereka menjadi tinggi. Meskipun Metek itu diwariskan, tetapi kemampuan memotivasi orang merupakan ha1 penting untuk memperoleh kepercayaan warganya. Atau bila tidak, perannya hanya sebatas pemasafahan adat. Seorang pemimpin besar biasanya selain seorang Metek juga seorang k i n .

Tetapi tidak berarti bahwa perkembangan teknologi sawah cukup bergantung pada unsur kepemimpinan. Dari studi ini juga diketahui bahwa sebagai Kain saja atau Metek saja tidak menjamin bertahannya teknologi yang di introduksi. Sebagai sarnpel

(16)

143 adalah kelompok-kelompok tani di Desa Tulem (lokasi studi), Desa Aikima, Desa Siepkosi, Kampung Pugima Desa Walelagama, dan Desa Usilimo.

Tabel 5.2. Unsur Pendukung bagi Ketua Kelompok

Kasus No. 1, keberhasilannya karena didukung oleh gereja selain kemarnpuannya. Pada kasus No. 5, meskipun pada awalnya dapat menggerakkan warganya, tetapi tidak memperoleh dukungan adat sehingga tidak dapat mengembangkan lebih jauh, hanya terbatas pada anggota satu sili saja. Pada kasus no. 2, alasan utama tidak berkembangnya sawah adalah keterbatasan lahan bagi pengembangan sawah. Sedangkan kasus no. 4, ketua kelompok kurang dapat memotivasi anggotanya sehingga kelompok tidak bertahan ditn anggota-aaggdaaya memisahkan diri. Berbeda pada kasus no. 3, meskipun ketua kelompok kurang dapat memotivasi anggotanya, bergabungnya kelompok ini dengan kelompok tani Tulem, dapat mempertahankan dan mendorong pada perkembangannya. Dalam ha1 ini dengan bantuan kemampuan ketua kelompok tani Tulem, maka anggota kelompoknya term bersemangat dalam mengembangkan sawah mereka. Meskipun pada Tahun 1994, selama 9 bulan ketua kelompok ini menghentikan kegiatan pertanian untuk sementara karena alasan adat, yaitu menyelenggarakan pesta adat mauwe. Tetapi anggota kelompoknya tidak kehilangan semangat karena dorongan dan bantuan yang diberikan ketua kelompok tani Tulem.

Sedang kasus no. 6 & 7, dukungan adat dan gereja memperkokoh posisi mereka. Selanjutnya mendukung berkembangnya pesawahan. Dengan demikian semua tipe

(17)

kepemimpinan saling mempengaruhi, masing-masing tidak dapat berdiri sendiri untuk dapat mengembangkan pertanian (sawah). Terutama sekali Kain, karena siapa yang menduduki posisi ini berubah-ubah sesuai dengan kemampuan seseorang. Sehingga persaingan antar mereka selalu berlangsung, dan kemungkinan timbulnya konflik pun sangat besar. Bila sampai terjadi konflik dalam persaingan untuk meraih status Kain dalam satu kelompok, kemungkinan terbesar adalah kelompok terpecah. Karenanya dukungan dari dua unsur lain (adat dan gereja) akan lebih menjamin suatu kegiatan berkelanjutan.

5.2. TEKNOLOCJ

SAWAH

DAN PERUBAHAN

Perubahan yang terjadi di Wamena, Tulem khususnya, tidak terjadi dalam waktu singkat. Perubahan-perubahan terjadi sejak terjadinya kontak dengan budaya lain yang diwakili oleh missi keagamaan. Teknologi alat yang dibawa missi, terutarna di bidang pertanian dengan cepat diterima dan menggantikan alat-alat lama. Dibarengi juga dengan masuknya jenis tanaman baru berupa sayuran dan palawija. Tetapi perubahan yang terjadi tidak secepat seperti yang diakibatkan oleh masuknya teknologi sawah.

Hubungan sosial masih belum beranjak dari hubungan yang tradisional, terbatas pada inter-kelompok (inter-aliansi) dan berkisar masalah adat. Hal ini dikarenakan perang antar kelompok masyarakat masih berlangsung. Sehingga kepemimpinan kain masih berkaitan dengan perang. Kepemimpinan yang didasarkan pada penilaian

kepandaian bertani belum menjadi pertimbangan.

I

Semenjak masuknya teknologi sawah mulai terjadi perubahan, didukung oleh memudarnya pranata perang dalam kehidupan sosial orang Dani. Teknologi sawah secara tidak langsung mendorong perubahan yang terjadi, tetapi masih terdapat unsur-unsur lain yang mendukung terjadinya perubahan. Kajian perubahan organisasi sosial ini, diterapkan dengan meletakkan unsur yang penting sebagai kajian utama dalam kehidupan masyarakat, dalam ha1 ini unsur tersebut adalah kepemimpinan.

Alasan utama adalah sifat persaingan orang Dani untuk menjadi yang terbaik (pemimpin). Sehingga tidak adanya perang berakibat pada kurangnya arena kompetisi untuk menjadi seorang pemimpin. Pada saat perang mulai memudar, konflik-konflik kecil antar kelompok masih sering terjadi. Hal ini merupakan upaya mempertahankan sistem yang ada. Karenanya mereka membutuhkan pengganti untuk dapat memenuhi

(18)

fungsi perang sebagai fungsi kepemimpinan. Yang paling dikuasai dan berpotensi adalah di sektor pertanian.

Penguasaan terhadap teknologi sawah tidak secara langsung rnengangkat seseorang ke jenjang sosial yang lebih tinggi (Kain). Dibutuhkan waktu untuk menunjukkan kemampuan dalam memotivasi warganya. Terdapat unsur-unsur lain yang perlu diperhitungkan untuk mendukung terjadinya perubahan seperti unusr hubungan sosial. Kekayaan saja juga tidak menjamin seseorang dapat menjadi Kain. Tetapi sedikit banyak ikut membantu seseorang menunjukkan kemampuannya. Gambaran hubungan yang terjadi antar unsur-unsur dalarn organisasi sosial yang rnendukung pada terjadinya perubahan adalah sebagai berikut:

Sawah Kebun

Keterangan: T : Teknologi K : Kepemimpinan S : Spesialisasi Hs : Hubungan Sosial Pk : Pembagian Kerja P : Pendapatan

Gbr. 5.3. Korelasi Teknologi terhadap Perubahan Kepernimpinan

Secara umum hubungan teknologi sawah dengan perubahan kepemimpinan (organisasi sosial) diuraikan pada gambar 5.3., demikian pula halnya dengan peranan teknologi kebun. Teknologi kebun dikaji sebagai pernbanding terhadap bagairnana perubahan tersebut terjadi. Gambar 5.3. adalah gambaran keseluruhan dari peranan teknologi terhadap perubahan organisasi sosial. Tetapi bila dikaji dalam tahapan perkembangannya tidaklah sama dengan gambaran di atas.

Dari gambaran tentang hubungan teknologi terhadap kepemimpinan tidak secara langsung melainkan melalui unsur-unsur antara. Unsur-unsur tersebut adalah pembagian kerja, spesialisasi, hubungan sosial, dan pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap unsur saling berinteraksi, sehingga perubahan di antara salah satu unsur akan mendorong

(19)

atau menuntut perubahan dari unsur-unsur yang lain. Perubahan itu dibutuhkan agar keutuhannya sebagai sistem terjaga. Hubungan antara unsur-unsur tersebut tidak sama dalam kedekatan dan kualitasnya, sesuai dengan peran masing-masing unsur terhadap satu sama lain.

Nilai koefisien menggambarkan keeratan hubungan. Makin besar nilainya makin dekat hubungan tersebut, dengan nilai maksimum adalah = 1. Sedang nilai negatif menunjukkan arah hubungan. Spesialisasi dalam ha1 ini bukanlah keahlian di bidang khusus seperti pada masyarakat yang sudah kompleks. Sekarang ini masyarakat Tulem menganggap sawah adalah suatu keahlian khusus yang lebih banyak dikuasai laki-laki, jadi spesialisasi disini adalah antara kebun dan sawah.

Hubungan teknologi sawah dengan spesialisasi cukup tinggildekat (0,3), sedang dengan hubungan sosial tidak terlalu tinggi (0,l). Tetapi pada hubungan spesialisasi kearah kepemimpinan, menunjukkan hubungan negatif (-0,23) yang berarti bila spesialisasi kecil maka tingkat kepemimpinan makin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Tulem masih belum menghargai keahlian seseorang, dari hasil wawancara, spesialisasi di sini menyangkut kegiatan di luar pertanian, hingga kini masih banyak masyarakat yang hanya menghargai kemampuan perang dan berkebun. Sedangkan bidang-bidang lain tidak begitu mendapat penghargaan seperti di bidang niaga. Hubungan sosial untuk mendukung seseorang menjadi Kain, menyangkut pengakuan akan kemampuan seseorang serta bagaimana seseorang dapat memotivasi orang lain dalam suatu kegiatan. Dalam gambar nampak pengaruh hubungan sosial tidak begitu besar dibanding dengan spesialisasi (0,l dan 0,15).

Dalam wawancara dan kajian terhadap penyebaran teknologi sawah, dan peningkatan status seseorang, hubungan sosial besar peranannya, sedang pengaruh spesialisasi tidak begitu besar kebalikan dari gambar 5.3. Hal ini dimungkinkan karena masih terdapat unsur-unsur lain yang ikut berperan dalam hubungan kausal ini.

Dalam pengembangan dan proses penyebaran teknologi sawah, telah memanfaatkan hubungan sosial tradisional melalui kekerabatan dan ikatan konfederasi dan aliansi. Setelah menyebar dan berkembang, petani dari kelompok lain mendatangi kelompok pertama. Sedang kelompok pertama mencurahkan perhatian pada peningkatan keterampilan sawah seperti penguasaan sistem irigasi, pasca panen, penggunaan tenaga ternak (sapi), dan lain-lain. Sehingga peningkatan keterampilan menjadi lebih dihargai.

(20)

Secara total pengaruh teknologi sawah terhadap kepemimpinan (status sosial) bernilai

0,16 yang tidak cukup tinggi.

Pada kebun pengaruh teknologi terhadap kepemimpinan juga secara tidak langsung. Dari gambar 5.3. nampak bahwa pembagian kerja amat penting dalam hubungan pengaruh teknologi terhadap kepemimpinan dengan nilai koefisien (0,21). Tetapi hubungan pengaruh tidak secara langsung melainkan melalui unsur-unsur hubungan sosial dan pendapatan serta spesialisasi. Dalam prakteknya pendapatan tidak memiliki peran penting dalam kaitan hubungan pengaruh teknologi terhadap kepemimpinan, karena hasil kebun (ubi jalar) lebih banyak untuk dikonsumsi daripada dijual.

Hal ini ditunjukkan pula dengan nilai hubungan pendapatan terhadap spesialisasi (-0,14) baru kemudian terhadap kepemimpinan (0,03). Hubungan dengan spesialisasi menunjukkan hubungan yang negatif; dalam kebun tidak diperlukan spesialisasi untuk meningkatkan pendapatan atau pun status seseorang. Namun demikian masih terdapat koreiasi, ha1 ini dikaitkan dengan kepemimpinan metek dimana terdapat orang-orang khusus yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan upacara-upacara adat seperti upacara kesuburan.

Keadaan ini sesuai dengan hubungan pengaruh pembagian kerja terhadap pendapatan yang menunjukkan hubungan negatif. Artinya hubungan pembagian kerja dengan pendapatan merupakan hubungan yang berlawanan. Bahwa pembagian kerja dalam kebun ubi jalar belum dapat diubah, dan peranannya dalam kehidupan sosial yaitu dalam pertukaran tardisional lebih ditekankan disamping sebagai makanan pokok. Hingga kini memang ubi jalar tetap dipertahankan seperti tradisi yang ada, yaitu rnenjadi pangan pokok, dan untuk keperluan adat dengan tanggung jawab berada pada kaum wanita.

Gambar 5.3. juga menunjukkan bahwa pada kegiatan kebun, pembagian kerja berperan penting. Secara tradisional pembagian kerja penting dalam sistem yang berlaku yaitu kondisi masyarakat konflik, yaitu wanita di bidang ekonomi (penyediaan pangan) dan laki-laki menjaga keamanan. Secara total pengaruh teknologi terhadap kepemimpinan pada kebun menunjukkan hubungan pengaruh dengan nilai 0,26. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa baik dalarn kegiatan sawah maupun kebun ubi jalar, teknologi memiliki pengaruh terhadap perubahan kepernimpinan.

(21)

5.2.1. Pengaruh Teknologi dalam Perubahan Kepemimpinan

Secara bertahap, pengaruh teknologi dan perubahan bidang kepemimpinan mengalami perubahan. Pada tiap tahap (tahun) unsur-unsur yang turut berperan dalam perubahan ini berbeda, menunjuk pada perkembangan proses penerimaan suatu teknologi. Atau menunjukkan perubahan peran unsur-unsur yang terlibat dihadapkan pada kondisi yang ada. Kondisi lingkungan turut berperan dalam perkembangan suatu kelompok masyarakat, juga dalam proses pengambilan keputusan. Terdapat kondisi- kondisi tertentu yang memberikan alasan bagi suatu masyarakat untuk bertindak. Juga waktu menjadi faktor penting dalam proses perubahan atau pengambilan keputusan.

Gambar 5.4. dan gambar 5.5., menunjukkan perkembangan peran teknologi, baik sawah maupun kebun, terhadap perubahan yang terjadi pada unsur kepemimpinan. Pada awal introduksi teknologi sawah, unsur-unsur yang berkorelasi dalam perubahan posisi kepemimpinan lebih banyak daripada tahun 1994-1995 (Lampiran-4). Pada awal introduksi diperlukan kerja keras dan persuasi yang tinggi agar teknologi sawah dapat diterima. Sehingga diperlukan seluruh unsur yang ada yang mungkin dapat membantu dalam introduksi teknologi. Hingga beberapa waktu larnanya terdapat proses seleksi dimana menunjukkan unsur yang amat berperan dalam perubahan yang terjadi. Usur- unsur tersebut adalah spesialisasi, hubungan sosial. Didukung juga oleh pembagian kerja dan pendapatan, meskipun tidak tergambarkan pada Gbr. 5.3., tetapi gambar 5.4. dan 5.5. memberi gambaran lain. Hal ini dapat dijelaskan, hubungan pengaruh pembagian kerja terhadap pendapatan dalam ha1 ini tidak secara langsung. Pembagian kerja mendukung unsur spesialisasi dan pendapatan mendukung hubungan sosial.

Hubungan dengan pendapatan ini tidak dinilai dari besamya, meskipun tingginya pendapatan dari sawah-lah yang pada awalnya menarik minat para petani untuk berpartisipasi dalam pengembangan sawah. Yang lebih diutamakan dalam ha1 ini adalah penggunaan hasil dari sawah tersebut. Hasil dari sawah baik berupa beras maupun uang pada awal pengembangan sawah dimanfaatkan sebagai alat persuasi, atau menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok yang tidak menyetujui dikembangkannya sawah. Hal ini berjalan dengan baik yaitu dengan bergabungnya mereka yang pada awalnya menolak. Memang mereka senang dengan perolehan dari sawah yang besamya belum pernah mereka terima sebelumnya dari kebun. Tetapi besarnya uang atau produksi tidak menjadi permasalahan bagi petani, nampak dari penurunan produksi sawah yang bagi

(22)

PROD

-

- - -

PERC HUBSOS

- - - -

PERC - - I- PEND

- - -

-

-

-

PERC ' -- - . - - - - - - -p- - - -- - -

--- -

p~

- - -

-

- -

PERC SPES

- - - - -

- PERC

Gbr. 5.4. Pengaruh Teknologi Kebun terhadap Perubahan Kepemimpinan secara Bertahap ( 1 990- 1995)

(23)

PROD

-

- -

- - -

PERC

-

- - HUBSOS

- - -

--

.

PERC - - -

PEND

- - - -

-

.

PERC

SPES

-

- -

- -

-

PERC

Gbr.5.5. Pengaruh Teknologi Sawah Terhadap Perubahan Kepemimpinan secara Bertahap ( 1990- 1995)

(24)

mereka tidak menjadi masalah. Masalah tersebut saat ini mereka atasi dengan membuka lahan baru.

Pembagian kerja dan spesialisasi dalam kaitan ini menunjuk pada pembagian kegiatan yaitu di kebun dan di sawah. Kebun adalah pekerjaan wanita sedang sawah adalah pekerjaan laki-laki. Meskipun dalarn prakteknya baik laki-laki maupun wanita terlibat di kebun dan sawah, tentunya dengan tingkat keterlibatan yang berbeda. Tetapi dalam pandangan masyarakat mereka telah membaginya seperti pada masa perang masih berlaku yaitu wanita di kebun dan laki-laki sebagai penjaga keamanan. Dengan masuknya sawah pembagian menjadi: wanita di kebun dan laki-laki di sawah. Hal ini diakui oleh masyarakat yang menyatakan bahwa sawah adalah pekerjaan laki-laki.

Pada kebun unsur-unsur pembagian kerja, hubungan sosial, pendapatan menjadi unsur-unsur yang berperan dalam perubahan. Karena memang hubungan sosial memiliki peran dan fungsi yang penting dalam ikatanhistem sosial mereka.. Sedangkan pembagian kerja tradisional sudah terstruktur dalam sistem sosial orang Dani sehingga tidak ada nilai tambah dalam hubungan dengan peningkatan status sosial seseorang.

Dalam ha1 ini, mobilitas yang tinggi hanya terjadi dalam bagian kehidupan kaum laki-laki. Karena dalam bagian kehidupan laki-laki gejolak, konflik atau persaingan menjadi bagian dari perubahan posisi seseorang. Meskipun dikatakan bahwa banyaknya babi, istri dan luas lahan menentukan posisi seseorang, tetapi sesungguhnya tidaklah demikian. Kemampuan dan hubungan sosial merupakan unsur penting. Kemampuan seseorang dalam mengelola kebun dan kelompoknya serta menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok lain. Luas lahan yang menjadi tanggung jawab seseorang menunjuk pada unsur kemampuan, karena lahan merupakan milik komunal.

Gambaran yang diberikan darti gambar 5.4. dan garnbar 5.5. adalah bahwa terdapat unsur-unsur yang penting dalam perubahan organisasi sosial yang terjadi di masyarakat desa Tulem. Pada kegiatan sawah unsur produksi pada awalnya berpengaruh dalam perubahan yang terjadi tetapi kemudian menjadi tidak penting lagi di tahun 1994 yang ditunjukkan dengan garis yang menurun. Sedang pada unsur pendapatan tidak menunjukkan akan pengaruhnya terhadap perubahan yang terjadi. Pengamatan menunjukkan faktor ekonomi mendorong kelompok-kelompok tani untuk berpartisipasi dalam pengembangan sawah di lembah Balim. Tetapi nampaknya para petani tidak terlalu memperhatikan atau terpaku pada hasil pertanian dalam nilai rupiah meskipun mereka juga senang. Gambaran ini menunjukkan bahwa yang penting adalah bahwa

(25)

mereka mampu menghasilkan sesuatu atau dengan kata lain karya yang mereka hasilkan dari lahan rawa menjadi sawah dan kemudian beras. Ditunjukkan pula ketika terjadi penurunan produksi, para petani tidak terlalu mempermasalahkannya.

Pada unsur pembagian kerja dan spesialisasi, pengaruh yang ditunjukkan bernilai kecil. Pada unsur spesialisasi digambarkan bahwa pqda titik tertentu (tahun 1993) mulai menunjukkan pengaruh terhadap perubahan yang terjadi, meskipun kemudian garisnya kembali menurun. Tahun 1993 merupakan tahun dimana orang Dani di lembah mulai banyak yang tertarik pada sawah. Mereka berupaya untuk mempelajarinya dan menjadikannya pekerjaan terutama bagi laki-laki. Setelah memperoleh kepandaian dan mengolah sawahnya sendiri, maka sawah menjadi bagian dari kehidupan sosial mereka dan tidak lagi menjadi sesuatu yang khusus. Meskipun kemudian terjadi spesialisasi kerja di dalam mendukung kegiatan sawah, tetapi tidak mempengaruhi cepatnya perubahan, garis menurun menunjukkan kemudian menjadi hubungan yang negatif (Gbr. 5.3.).

Hubungan sosial sangat berpengaruh dalam hubungan kausal ini. Bila hubungan sosial ini ditingkatkan, perubahan yang terjadi makin dipercepat. Pada kegiatan kebun ubi jalar, unsur yang mempengaruhi perubahan yang terjadi adalah pembagian kerja dan hubungan sosial. Gambaran tersebut menunjukkan adanya faktor lain yang perlu diperhitungkan selain dari unsur-unsur yang telah diuji tersebut. Hal ini menyangkut sikap masyarakat terhadap kondisi yang dihadapi didasari oleh nilai-nilai yang berlaku (orientasi nilai). Keputusan untuk menerima sawah ataupun menolaknya tidak dapat dipisahkan dari sikap dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Tabel 5.3. Pandangan Masyarakat

PANDANGAN TERHADAP 1 2 3

HUBUNGAN (%) (%) (%)

sesuai alam berusaha

Manusia

-

Alam 19,50 31,50 49

Manusia - Kehidupan 7,50 44,25 48,25

Manusia - Karya 7,50 44,25 48,25

Manusia

-

Manusia 43,75 25,50 30,75

Manusia

-

Waktu 25 45,75 29,25

Perubahan yang terjadi dimungkinkan dengan telah bergesernya pandangan masyarakat terhadap nilai-nilai tradisional. Tabel 5.3. menunjukkan meskipun belum sepenuhnya berada pada kondisi yang lebih mementingkan usaha manusia dari pada

(26)

mempertahankan tradisi, tetapi telah terjadi pergeseran. Pandangan masyarakat berada pada posisi transisi, masih belum sepenuhnya meninggalkan tradisi. Kecuali pada hubungan manusia dengan manusia yang masih mempertahankan tradisi, meskipun sudah nampak adanya pergeseran. Dalam hubungan ini nilai-nilai yang tetap hidup dalam masyarakat yaitu menyangkut hubungan antar anak dan orang tua, dalam pembagian warisan dan kerja dalam kelompok serta gotong royong.

Pergeseran pandangan terjadi dengan terbukanya kontak dengan nilai-nilai budaya lain. Untuk mengenali lebih dalam lagi tentang pergeseran pandangan, dilakukan tabulasi silang antara pandangan masyarakat dengan pemilikan lahan pertanian, yaitu yang hanya memiliki kebun ubi jalar dengan yang memiliki kebun ubi jalar dan sawah. Tabulasi silang menunjukkan bahwa pergeseran pandangan tersebut lebih besar pada petani yang memiliki sawah.

Tabel 5.4. Pandangan Masyarakat dan Pemilikan Lahan Pertanian

PANDANGAN TERHADAP 1 2 3

HUBUNGAN (%)

(%I

(%)

sesuai alam berusaha

KEBUN : Manusia

-

Alam $56 69,44 25 Manusia

-

Kehidupan 0 58,33 4 1,67 Manusia

-

Karya 38,89 61,11 0 Manusia

-

Manusia 4 1,67 55,56 2,78 Manusia

-

Waktu 8,33 72,22 19,44

KEBUN & SAWAH :

Manusia

-

Alam 0 58,82 41,18 Manusia

-

Kehidupan 0 50,98 49,02 Manusia

-

Karya 47,06 50,98 1,96 Manusia

-

Manusia 19,61 56,86 23,53 Manusia

-

Waktu 7,84 62,75 29,4 1 KARYA WAKTU 600- A 500 ~~ 0 300 a 400

P

200

g

V) 300 200 - - 0 1 2 3 1 2 3 JENJANG JENJANG kebun

.

kebun 8 sawah A kebun o kebun 8 sawah

(27)

154 Pandangan ini mendukung pada perubahan yang terjadi dan keputusan untuk kemudian menerima sawah. Sawah sebagai pilihan bagi keinginan mereka untuk dapat meningkatkan taraf kehidupan mereka agar sama dengan masyarakat lain. Dalam hubungan manusia dengan karyanya, petani sudah mulai menilai pada upaya daripada mengandalkan alam. Orang Dani dinilai dari kemampuan, tetapi dihadapkan pada alam dan kondisi lingkungan mereka belum memiliki cara atau teknologi yang membantu untuk mengatasinya. Misalnya dalam ha1 banjir tiap tahun yang terjadi di Warnena (lembah Balim), menghadapinya cukup mereka menyesuaikan waktu tanarn. Dengan adanya sawah yang membutuhkan perawatan dan pengaturan air yang baik maka dimulai usaha untuk menghadapi banjir serta pengaturan air. Dimulai dengan membangun saluran air dan juga orang-orang yang bertugas merawat dan mengaturnya.

Tabel 5.5. Si kap Masyarakat

SIKAP TERHADAP 1 2 3 4 ( % ) ( % ) ( % ) tradisi baru

I

Ikatan Keluarga 0,50 15,25 58.50 25,75 Kepemimpinan 9,88 13,38 53,25 18,50 Hukum Adat 0,13 27,50 63,88 8,50 Teknologi Pertanian 9,88 18,38 53,25 18,5 8

Sikap masyarakat terhadap nilai atau ikatan keluarga, kepemimpinan dan pertanian (teknologi) sudah mengalami pergeseran. Dalam arti mereka menginginkan perubahan tetapi belum sepenuhnya menerima perubahan yang te jadi. Untuk itu masih diperlukan penyesuaian antara nilai lama dan nilai yang baru, dengan masuknya sawah dalam kehidupan masyarakat. Tabel 5.6. menunjukkan bahwa keterbukaan terhadap perubahan lebih tinggi pada petani yang telah mengenal sawah.

(28)

155 Tabel 5.6. Sikap Masyarakat dan Pemilikan Lahan

SlKAP TERHADAP 1 2 3 4

("/.I

(Yo) (Yo) (Yo)

sesuai tradisi baru

KEBUN : Ikatan Keluarga 1737 70,27 11,16 0 Kepemimpinan 4.05 45,95 50 0 Hukum Adat 2,70 8 1,08 16,22 0 Teknologi Pertanian 14,86 63,5 1 2 1,62 0 KEBUN : Ikatan Keluarga 10,34 72,4 1 17,24 0 Kepemimpinan 2,59 42,24 55,17 0 Hukum Adat 11,21 74,14 14,66 0 Teknologi Pertanian 6,90 65,57 27,46 0,13 TEKNOLOGI PERTANlAN 1 2 3 4 JENJANG kebun kebun & sawah

Gbr. 5.7. Sikap Masyarakat

Tiap tahapan (per-tahun) unsur-unsur yang berperan pada terjadinya perubahan berbeda. Selain itu derajat pengaruh dari tiap-tiap unsur terhadap perubahan yang terjadi berbeda. Faktor waktu berperan dalam perbedaan dan perkembangan yang terjadi. Juga kondisi masyarakat dalam menanggapi perubahan atau teknologi baru.

Sawah yang di introduksi pada tahun 1990 di lokasi studi pada awalnya tidak mendapat tanggapan. Hanya terbatas pada warga satu kampung saja yaitu karnpung Arogolik. Tetapi pada perkembangannya kemudian dibantu oleh kemampuan menjalin hubungan dengan anggota warga lainnya maupun kelompok tani lain, penilaian terhadap sawah pun berubah.

(29)

Fungsi : keamanan (sosial-politik) Fungsi : sosial-ekonomi Gbr. 5.8. Perubahan Organisasi Sosial

Akibat sawah, terjadi perubahan organisasi sosial, tetapi perubahan yang terjadi bukanlah dalam bentuk sebagai sistem. Perubahan terjadi pada fungsi dan tujuan organisasi sosial yaitu dari fungsi keamanan dan pertahanan menjadi fungsi kemajuan ekonomi dan memberikan jaminan sosial. Jarninan sosial dalarn arti membuka lapangan kerja dan sekaligus memelihara dan melidungi Iahan dari peluang-peluang transaksi tanah komunal.

5.2.2. Percepatan Perubahan

Dari hubungan pengaruh antar unsur-unsur terhadap perubahan dapat diperhitungkan percepatan perubahan karena teknologi sawah. Percepatan adalah kecepatan dibagi dengan waktu, sedang kecepatan adalah jarak dibagi dengan waktu. Jadi percepatan adalah jarak perwaktu dikuadratkan. Percepatan didefinisikan sebagai kecepatan pada suatu waktu tertentu, atau percepatan adalah mempercepat gerak atau menambah kecepatan pada suatu proses. Percepatan pada tiap periode berbeda karena unsur-unsur dan kondisi yang berbeda mempengaruhi laju percepatan.

Menghitung percepatan perubahan dapat membantu memberikan gambaran tentang perubahan serta unsur-unsur yang mempengaruhinya. Juga dapat memberi gambaran kondisi dalam tahapan perkembangan atau perubahan. Selain itu dapat digambarkan kecenderungan arah perubahan. Sehingga dengan demikian, dapat diperoleh gambaran bagaimana perubahan terjadi. Dengan demikian dapat membantu kegiatan pengembangan masyarakat.

(30)

157

Untuk mengukur percepatan, dihitung dahulu jarak hubungan antar unsur-unsur yang diuji yaitu unsur-unsur teknologi, pembagian kerja, hubungan sosial, spesialisasi, produksi pertanian, pendapatan pertanian, dan kepemimpinan. Sebelumnya telah dilakukan uji hubungan dengan beberapa unsur lain sebelum dibatasi pada unsur-unsur di atas. Sebagai sasaran perubahan adalah kepemimpinan sebagai unsur utama dengan alasan kepemimpinan merupakan unsur yang peka dan penting dalam kehidupan sosial orang Dani. Karena dari kepemimpinan berkaitan dengan pengambilan keputusan yang penting dalam proses perubahan atau introduksi teknologi sawah.

Jarak hubungan antar unsur dihitung dengan analisa jalur. Setelah diperoleh jarak hubungan, yaitu nilai koefisien yang menggambarkan keeratan hubungan antar unsur diperlakukan sebagai jarak hubungan kemudian ditarik garis-garis hubungan antar unsur tersebut untuk menggambarkan korelasi atau hubungan yang terbentuk. Dari jarak hubungan ini kemudian dihitung persamaan jarak terhadap waktu, untuk memperoleh persamaan percepatan. Dengan demikian diperoleh nilai percepatan dari masing-masing unsur terhadap perubahan yang terjadi.

Untuk menghitung percepatan perubahan, maka diperlukan juga percepatan dari kebun (ubi jalar) sebagai perbandingan. Dari data yang ada dipisahkan antara teknologi sawah dan teknologi kebun. Bahasan dimulai dari percepatan melalui unsur-unsur yang ada, baru kemudian dihitung percepatan secara keseluruhan.

Gambar 5.4. dan 5.5. menunjukkan bahwa pada perkembangan sawah, unsur hubungan sosial membantu pada percepatan perubahan. Juga pembagian kerja dapat mendorong pada percepatan perubahan. Hubungan sosial seperti diketahui menjadi sarana dalam penyebaran dan pengenalan teknologi sawah. Pembagian kerja nampaknya juga dapat mendorong pada percepatan. Karena disini pembagian ke rja menunjuk pada pembagian jenis kegiatan, yang didukung oleh faktor ekonomi yaitu peruntukan dari hasil pertanian.

Unsur produksi, pendapatan dan spsesialisasi kecil perannya dalam percepatan perubahan. Dalam arti perubahan dan percepatan yang terjadi tidak dinilai dari produksi dan pendapatan. Melainkan lebih berlandaskan pada hubungan sosial dan pembagian kerja. Pembagian kerja dalam arti pembagian tanggung jawab dalam kehidupan sosial sebagai suatu sistem di masyarakat.

Ini menunjukkan bahwa meskipun sawah diterima dengan cepat karena memberi peluang memperoleh pendapatan lebih, tetapi tidak berperan dalam perubahan sosial

(31)

secara langsung. Pendapatan itu hanya sebagai antara dalam mencapai tujuan sosial, yaitu sarana memperluas hubungan serta menunjukkan kemampuan mengelola pertanian. Unsur ini lah yang dinilai terhadap seseorang untuk dapat meningkatkan posisi sosialnya. Hal ini ditunjukkan bahwa meskipun pendapatan dari sawah mulai menumn tetapi laju percepatan menunjukkan kenaikan, demikian pula dengan tingkat produksi. Sedang unsur spesialisasi rneskipun menujukkan kecendemngan meningkat, dalam arti sudah mulai adanya pengakuan terhadap keterampilan-keterampilan khusus seperti operator RMU, tidak banyak mendorong pada percepatan pembahan dalam kepemimpinan. Tetapi bila dikaitkan dengan pembagian kerja maka ini dapat membantu mendorong percepatan pembahan.

Percepatan perubahan tanpa teknologi sawah juga terjadi tetapi dalam derajat yang lebih kecil. Dalam ha1 ini unsur yang berperan adalah hubungan sosial dan pembagian kerja sama seperti sawah. Tetapi untuk itu diperlukan usaha yang keras, karena untuk meningkatkan percepatan, jumlah atau tingkat keterlibatan unsur-unsur tersebut harus lebih ditingkatkan lagi. Dari gambar 5.9. menunjukkan bahwa percepatan perubahan tanpa ada bantuan luar (teknologi sawah) hanya bergantung pada kebun ubi jalar belum dapat meningkatkan keterlibatannya dalam proses perubahan atau pembangunan yang sedang berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan posisinya yang masih di bawah no1 (negatif). Tetapi pada titik tertentu, kebun pun dapat ikut berperan dalarn pembahan atau proses pembangunan. Hal ini terjadi bila hasil dari kebun telah juga menjadi bagian dari ekonomi pasar.

Kondisi ini dapat dilihat dari gambar 5.9. dimana dari kebun juga sudah menampakkan perannya dalam proses pembahan yang berlangsung. Setelah tahun 199 1 ubi mulai memasuki pasar dan harganya pun mulai meningkat. Sebetulnya sebelumnya juga sudah diperjual belikan tetapi fungsi nya bukan sebagai komoditi dagang, melainkan diperjual belikan bila ada kelebihan atau bila seseorang memerlukan sesuatu. Kemudian sedikit demi sedikit sudah mulai berkembang kearah yang bersifat lebih ekonorni. Karena permintaan pasar untuk memenuhi kebutuhan di sektor informal yang mulai meningkat.

Meskipun ubi jalar sudah mulai memasuki pasar, masih belum sepenuhnya menjadi komoditi dagang. Karena ubi masih mempakan komoditi sosial dan adat bagi masyarakatnya. Juga ditunjukkan dalam perilaku petani dalam menjual ubi jalar. Seringkali ubi yang dijual ke pasar (ukuran per noken:

*

5 Kg dengan harga jual Rp.

(32)

159 serta waktu yang di perlukan untuk menjual ubi jalar tersebut. Misalnya petani dari Kurima, untuk biaya transport pulang pergi sebesar Rp. 5.000,- dan untuk menjualnya perlu waktu seharian, sering seorang petani dari jauh hanya membawa ubi jalar satu noken. Waktu yang dibutuhkan di pasar tidak sepenuhnya alasan eknomi tetapi lebih banyak karena alasan sosial dimana seseorang bertemu dengan teman-temannya, dan juga sebagai hiburadtempat rekreasi (Dyah 1994: 49). Ini yang menyebabkan hasil dari kebun belum dapat menyumbang pada tingkat ekonomi daerah. Sedangkan padi, untuk pemasaran tidak perlu lagi mencari tetapi para pedagang lah yang datang ke lokasi penggilingan atau menghubungi petani itu sendiri untuk membeli berasnya.

WAKTU

Gbr. 5.9. Percepatan Perubahan: Perbandingan antara Sawah dan Kebun

5.2.3. Unsur-Unsur Yang

Peka

dalam Perubahan

Dalam menghitung hubungan pengaruh dan percepatan perubahan dapat pula dilihat unsur-unsur yang berperan dalam perkembangan perubahan tersebut. Ini menunjukkan terdapat unsur-unsur dalam sistem yang memiliki kepekaan lebih terhadap perubahan. Unsur tersebut akan lebih cepat menerima perubahan dibandingkan dengan unsur yang lain.

(33)

Unsur unsur dalam organisasi sosial yang dikaji dalam studi ini yaitu kepemimpinan, hubungan sosial dan spesialisasi yang berkaitan dengan pembagian kerja menunjukkan sebagai unsur yang memiliki kepekaan tersebut. Dalam arti bila unsur- unsur tersebut dikenai perubahan maka pengaruhnya terhadap perubahan unsur-unsur lain atau sistem secara utuh lebih tinggi. Demikian pula halnya dengan kebun tradisional. Unsur hubungan sosial dan pembagian kerja disamping kepemimpinan merupakan unsur yang memiliki kepekaan terhadap perubahan. Suatu introduksi teknologi baru dengan memperhatikan masalah ini akan dapat membantu proses penerimaannya. Perubahan yang terjadi akibat introduksi teknologi baru bukan pada jumlah unsur yang dikenai perubahan melainkan seberapa besar fungsi dun peran suatu

unsur dalam kesatuan sistem.

Dalam studi ini kepemimpinan memiliki kepekaan yang tinggi serta memiliki fungsi dan peran yang penting dalam sistem sosial orang Dani. Karenanya teknologi sawah yang dapat memenuhi fungsi kepemimpinan ini dengan cepat dapat diterima masyarakat. Fungsi kepemimpinan dalam arti sebagai cara untuk mencapai posisi pemimpin dalam masyarakat Dani yang dulu dapat diperoleh melalui perang suku.

Unsur pendukung lain adalah hubungan sosial dan pembagian kerja, yang diperlukan untuk mendukung posisi seseorang dalam kesatuan sosialnya. Karenanya perubahan yang dapat meningkatkan hubungan sosial yang ada serta pembagian kerja dalam arti meletakkan fungsi masing-masing dalam posisi yang tersedia dalam sistem sosial. Seperti pembagian kerja di kebun dan di sawah yang memenuhi fungsi pembagian kerja tradisional, yaitu wanita di kebun dan laki-laki sebagai penjaga kearnanan. Dalam perubahannya laki-laki tidak lagi menjaga kemanan dalam fungsi lama tetapi dalam fungsi barunya adalah keamanan sosial atau mempertahankan jarninan sosial bagi warganya. Melalui partisipasi mereka dalam peningkatan ekonomi dengan pengembangan sawah.

Gambar

Gambar 5.1. menguraikan hubungan  sosial yang mendukung penyebaran teknologi sawah  mulai  dari  Desa Tulem hingga ke  desa-desa lainnya, dengan titik pusat ketua  kelompok  tani sawah desa Tulem, Yusuf Alua
Gambar  5.1.  menguraikan hubungan  sosial yang mendukung penyebaran teknologi sawah  mulai  dari  Desa Tulem hingga ke  desa-desa lainnya, dengan titik pusat ketua  kelompok  tani sawah desa Tulem, Yusuf Alua
Gambar  5.2.  menggambarkan  hubungan yang  dapat  dibangun  melalui  kegiatan  sawah
Gambar  5.2.  b.  menunjukkan  meningkatnya  hubungan  yang  terjalin  kearah  kooperasi  untuk  kemajuan  bersama  kelompok-kelompok  yang  bersangkutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika koneksi jaringan komputer lokal ke server sudah kembali tersambung, maka sistem akan mengirimkan SMS notifikasi seperti yang tampak pada gambar 4.32. Ketika server

Google dapat diakses melalui browser internet dengan alamat www.google.com , dari halaman depannya terlihat banyak fasilitas yang disediakan namun dalam makalah ini

Jumlah layanan lain yang tersedia sampai dengan bulan September 2011. yaitu: Layanan KTS (Konseling dan Tes HIV) aktif sebanyak 388; Layanan

Berkaitan dengan Penerapan Sistem Akuntibilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang merupakan instrument pertanggung jawaban, Renstra ini merupakan langkah awal untuk

Dengan diketahuinya teknik klasifikasi yang bekerja lebih baik pada dataset di penelitian ini serta faktor apa saja yang mempengaruhi performa akademik siswa,

Ruang lingkup atau bidang kajian dari artikel yang diterbitkan oleh Jurnal Wawasan Yuridika meliputi: Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Internasional,

Pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan literasi sains. Keterampilan literasi sains terkait dengan kemampuan untuk memperoleh

Pembelajaran yang dilakukan perlu melatihkan keterampilan-keterampilan sains sehingga peserta didik terbiasa melakukan hal-halyang berhubungan dengan kegiatan seperti: