• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latihan Smash Semi Bola Voli dengan Ketinggian Net Bertahap

Dalam dokumen PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SMASH (Halaman 52-58)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

5. Latihan Smash Semi Bola Voli dengan Ketinggian Net Bertahap

a. Hakikat Latihan Smash Semi Bola Voli dengan Ketinggian Net Bertahap

Latihan smash semi bola voli dengan ketinggian net bertahap merupakan bentuk latihan dengan memodifikasi lingkungan. Bahagia & Suherman (2000: 7) menyatakan, “Modifikasi lingkungan pembelajaran ini menyangkut banyak aspek. Hal ini didasarkan pada keadaan kondisi lingkungan yang digunakan dalam proses belajar mengajar keterampilan. Modifikasi kondisi lingkungan pembelajaran meliputi: “(1) Peralatan, (2)

penataan ruang gerak dalam berlatih, (3) jumlah siswa yang terlibat dan, (4) organisasi atau formasi berlatih”. Sedangkan Sugiyanto (1996: 31) menyatakan, “Pertimbangan menentukan urutan materi belajar keterampilan didasarkan pada (1) tingkat kesulitan gerakan, (2) tingkat kompleksitas gerakan, (3) intensitas penggunaan daya fisik dan, (4) kemungkinan menimbulkan transfer positif”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan smash semi bola voli dengan ketinggian net bertahap termasuk penataan ruang gerak dan tingkat kesulitan gerakan dalam berlatih. Karena smash semi bola voli memiliki gerakan yang kompleks dan sulit, maka dapat dilakukan dari cara yang mudah dan secara bertahap ditingkatkan. Latihan smash semi dengan ketinggian net bertahap yaitu, mengurangi ketinggian net dari 2,43 meter diturunkan lebih rendah, misalnya 2 meter. Dari ketinggian net 2 meter selanjutnya dinaikkan secara bertahap hingga mencapai ketinggian sebenarnya. Sugiyanto (1996: 64) menyatakan,

Berdasarkan pertimbangan tingkat kesulitan dan tingkat kompleksitas, penyusunan materi pelajaran hendaknya mengikuti prinsip-prinsip penyusunan materi keterampilan yaitu: (1) dimulai dari materi belajar yang mudah dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang lebih sukar, (2) dimulai dari materi belajar yang sederhana dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang semakin kompleks.

Ditinjau dari analisis dan pengembangan isi latihan bahwa, latihan smash semi dengan ketinggian net bertahap termasuk perluasan isi. Lutan & Suherman (2000: 68) menyatakan,

Perluasan isi atau materi maksudnya adalah penyusunan aktivitas belajar secara progresive dari yang mudah ke yang sukar atau dari yang sederhana ke yang kompleks. Pada proses ini guru harus memahami (1) bagaimana mengurangi kompleksitas dan kesulitan materi pelajaran dan (2) bagaimana menganalisis materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang dapat menciptakan susunan atau rantai pengalaman belajar yang bersifat progresif.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan smash semi bola voli dengan ketinggian net bertahap merupakan cara

latihan keterampilan yang dilakukan dari cara yang mudah, kemudian ditingkatkan secara bertahap ke tingkat yang lebih sulit atau kompleks. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki keterampilan awal yang memadai. Jika pada akhirnya ditingkatkan pada keterampilan yang lebih sulit dan kompleks siswa akan lebih mudah dan cepat beradaptasi terhadap keterampilan sebenarnya (ketinggian net 2,24 meter).

b. Pelaksanaan Latihan Smash Semi Bola Voli dengan Ketinggian Net Bertahap

Pelaksanaan latihan smash semi dengan ketinggian net bertahap yaitu, guru menjelaskan maksud dan tujuan latihan smash semi dengan ketinggian net bertahap kepada siswa. Ketinggian net bola voli diturunkan pada ketinggian 2 meter. Ketinggian net 2 meter diharapkan siswa menjadi senang dan merasa mampu melakukan smash semi bola voli dengan mudah. Selanjutnya guru menjelaskan teknik smash semi bola voli dari tahap persiapan, gerakan pelaksanaan, pendaratan dan mendemonstrasikan gerakan smash semi bola voli dengan diumpan oleh set-uper.

Berdasarkan pelaksanaan latihan smash semi bola voli dengan ketinggian net bertahap tersebut, latihan ini dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan smash semi bola voli dengan ketinggian net bertahap antara lain:

1) Siswa menjadi lebih senang dan sangat tertarik karena net yang cukup rendah, sehingga merasa lebih mudah untuk melakukan smash semi. 2) Kesulitan siswa dalam melakukan smash semi bola voli dapat teratasi. 3) Tingkat kegagalan smash semi bola voli lebih kecil.

4) Secara tidak langsung siswa mampu beradaptasi melakukan smash semi bola voli pada ketinggian net sebenarnya, karena net bola voli dinaikkan secara bertahap.

Kelemahan latihan smash semi bola voli dengan ketinggian net bertahap antara lain:

1) Siswa merasa lebih bisa karena net bola voli cukup rendah, sehingga teknik smash semi sering terabaikan.

2) Teknik smash semi yang diabaikan akan berakibat pola gerakan smash semi bola voli menjadi salah.

6. Koordinasi

a. Koordinasi Mata-Tangan

Koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Koordinasi merupakan wujud keharmonisan dari kerja otot pada saat melakukan aktivitas atau kegiatan olahraga. Lutan & Suherman (2000: 172) menyatakan, “Koordinasi merupakan keharmonisan kerja antara kelompok otot selama melakukan tugas gerak yang menunjukkan tingkat keterampilan. Menurut Ismaryati (2006: 53-54) bahwa, “Koordinasi merupakan hubungan yang harmonis dari hubungan saling berpengaruh di antara kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja, yang ditunjukkan dengan tingkat keterampilan. Menurut Atmojo (2001: 58) bahwa, “Koordinasi adalah kemampuan untuk secara bersamaan melakukan berbagai tugas gerak secara mulus dan akurat (tepat)”. Sedangkan Sharkey (2003: 169) menyatakan, “Koordinasi mengimplikasikan hubungan yang harmonis, penyatuan atau aliran gerak yang halus dalam melakukan pekerjaan”.

Berdasarkan pengertian koordinasi yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat disimpulkan, koordinasi merupakan keharmonisan kerja sekelompok otot secara mulus dan akurat pada saat melakukan aktivitas yang ditunjukkan dengan tingkat keterampilan yang tinggi. Bertolak pengertian koordinasi tersebut di atas dapat dirumuskan pengertian koordinasi mata-tangan yaitu, keharmonisan kerja kelompok otot lengan dan indera penglihatan (mata) pada saat melakukan aktivitas, yaitu mata sebagai indera penglihat untuk mengintegrasikan rangsangan yang

diterima dan tangan sebagai fungsi penggerak utama untuk melakukan gerakan sesuai yang diinginkan. Sumosardjuno (1994: 125) menyatakan, “Koordinasi mata-tangan adalah suatu integrasi antara mata sebagai pemegang fungsi utama, dan tangan sebagai pemegang fungsi yang melakukan suatu gerakan tertentu”.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi

Tingkat koordinasi atau baik tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat (precise) dan efisien. Seseorang yang memiliki koordinasi yang baik tidak hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, tetapi juga mudah dan cepat dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang baru.

Untuk memperoleh kemampuan koordinasi yang baik dibutuhkan latihan secara teratur dengan bentuk latihan yang tepat. Selain itu, kemampuan koordinasi yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Harsono (1988: 221) menyatakan, “Kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, kinesthetic sense, balance, dan ritme, semua menyumbang dan berpadu di dalam koordinasi gerak, oleh karena satu sama lainnya mempunyai hubungan yang erat. Kalau salah satu unsur tidak ada, atau kurang berkembang, maka hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan koordinasi”. Koordinasi merupakan kemampuan biomotorik yang di dalamnya terdapat beberapa unsur kondisi fisik yang saling berkaitan. Sugiyanto dan Sudjarwo (1992: 227) menyatakan, “Syarat-syarat kualitas koordinasi adalah kualitas persepsi selama melakukan gerakan, kualitas penyesuaian gerak dalam dimensi waktu dan jarak, kualitas pemahaman gerak, kualitas pengorganisasian syaraf dan otot”. Pendapat lain dikemukakan Menurut Suharno (1993:62) dalam usaha untuk pencapaian prestasi, koordinasi dipengaruhi oleh:

1) Pengaturan syaraf pusat dan tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet dan hasil dari latihan.

2) Tergantung tonus dan elastisitas dari otot yang melakukan gerakan.

3) Baik tidaknya keseimbangan, kelincahan, dan kelentukan atlet. 4) Baik dan tidaknya koordinasi kerja syaraf, otot dan indera. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi sangat kompleks. Faktor pembawaan dan kemampuan kondisi fisik khususnya kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan, daya tahan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan koordinasi yang dimiliki seseorang. Dengan kata lain, jika kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan dan daya tahan baik, maka tingkat koordinasinya juga baik. Latihan yang bertujuan meningkatkan komponen kondisi fisik tersebut, maka secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan koordinasi pula.

c. Peranan Koordinasi Mata-Tangan terhadap Kemampuan Smash Semi Bola Voli

Ditinjau dari gerakannya, smash bola voli merupakan suatu keterampilan yang memiliki gerakan yang cukup kompleks. Smash merupakan gabungan dari beberapa gerakan yaitu: awalan, melompat, memukul bola di atas net dan pendaratan yang harus dikoordinasi dengan baik dan harmonis. Untuk melakukan rangkaian gerakan smash semi tersebut secara baik dan harmonis diperlukan kemampuan koordinasi gerakan yang baik. Selain itu, pada saat memukul bola di atas net dibutuhkan koordinasi mata-tangan yang baik, karena dibutuhkan kecermatan pandangan dan kekauratan pukulan untuk mengarahkan bola pada sasaran yang diinginkan. Robinson (1993: 29) menyatakan, “Seorang spiker harus menjaga mata-nya. Menunggu set-uper ia boleh pasang mata sepanjang net untuk mencari celah-celah guna melepaskan pukulannya”. Sedangkan Soedarwo, Sunardi & Margono (2000: 40) menyatakan,

“Salah satu hal yang ditekankan dalam latihan smash yaitu pukulan smash ditekankan pada ketepatan mengarahkan bola dan kecermatan pukulan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kecermatan pandangan saat mengantisipasi sajian bola dari set-uper dan segera bergerak untuk memukul bola pada titik ketinggian yang tepat, dibutuhkan koordinasi tangan yang baik. Selain itu, koordinasi mata-tangan dibutuhkan untuk mengarahkan bola dengan cermat dan tepat pada sasaran yang diinginkan, yaitu daerah permainan lawan yang kosong atau pemain lawan yang lemah.

Dalam dokumen PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SMASH (Halaman 52-58)

Dokumen terkait