Dwi Hartanto, S.Kom
MATERI PERKULIAHAN
Dwi Hartanto, S.Kom
SUMBER REFERENSI
• http://en.wikipedia.org
• UU RI No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Penerbit DepKomInfo, Jakarta, 2008 • Antonius Atosokhi Gea, S.Th. MM, Antonina Panca Yuni Wulandari S.Sos, Relasi dengan Dunia Character Building IV, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006 • DRS. Abdul Wahid, S.H, MA, Mohammad Labib, SH, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), PT. Refika Aditama, Bandung, 2005 • Drs. Dikdik M. Arief Mansur, SH, MH, Elisatris Gultom, SH. MH , Cyber Law (Aspek Hukum Teknologi Informasi), PT. Refika Aditama, Bandung, 2005 • Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H, Etika Profesi Hukum, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001 • Teguh Wahyono, Etika Komputer dan Tanggung Jawab Profesional di Bidang Teknologi Informasi, Andi Publisher, Jakarta, 2006 • Kode Etik Telematika Dwi Hartanto, S.Kom
Pencapaian
Mahasiswa dapat membuat Blog Pribadi yang
berisi informasi tentang jenis‐jenis cybercrime
beserta ketentuan hukum yang berlaku did
indonesia saat ini terkait kasus tersebut dan
Mahasiswa dapat mempertanggungjawabkan
(menyebutkan sumber data dan buku
referensi) serta mempresentasikan tugas
kelompok tersebut
Dwi Hartanto, S.KomKONTRAK PERKULIAHAN
•
Tugas untuk nilai UAS berupa pembuatan Blog/web
Konten
berisi
materi
yang
berkaitan
dengan
etikaProfesi IT.
•
Tema Umum: Cyber Law & Cyber Crime
•
Dosen membagi kelompok disesuaikan dengan
jumlah
mahasiswa
perkelas,
dan
menentukan
pembagian materi nya
•
Mempresentasikan blog atau web yang telah dibuaT
•
Pada pertemuan 7, mahasiswa diharapkan sudah
mengumpulkan tugas (min dalam bentuk handsout )
•
Hasil design blog /WEB yang dibuat dicopy dalam
bentuk CD dipresentasikan dalam bentuk powerpoint
Dwi Hartanto, S.Kom
KRITERIA PENILAIAN
•
Dapat menganalisa, menjelaskan,
menyebutkan, melengkapi serta
mengevaluasi mengenai Konten pada Blog
yang telah dibuat (50 %)
•
Akurat dan tepat dalam mengidentifikasi
serta dapat bekerja sama (25 %)
•
Mampu menjelaskan dan mempresentasikan
(25 %)
Dwi Hartanto, S.KomPembahasan
1. Pengertian Etika
2. Etika,Moral dan Norma Moral
3. Etika Yang Berkembang di
Masyarakat
Dwi Hartanto, S.KomI. Pengertian Etika
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen
Pengdidikan dan Kebudayaan (1988).
Pengertian etika dalam tiga arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak
dan kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3. Nilai mengenai benar atau salah yang dianut di
masyarakat
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yang berarti adat
istiadat atau kebiasaan yang baik
Menurut Profesor Salomon dalam Wahyono
(2006:3) etika dikelompokkan dalam dua definisi,
yaitu:
1. Etika merupakan karakter individu, disebut
pemahaman manusia sebagai individu beretika
2. Etika merupakan hukum sosial. Sebagai hukum
yang mengatur, mengendalikan serta membatasi
prilaku manusia
Dwi Hartanto, S.KomHubungan etika, filsafat dan ilmu
pengetahuan
Dwi Hartanto, S.KomPenjelasan Gambar :
• Etika merupakat bagian dari filsafat, yaitu filsafat moral.
• Filsafat moral adalah cabang dari filsafat tentang tindakan manusia.
• Filsafat sendiri merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai interpretasi tentang hidup manusia.
• Filsafat mempersoalkan istilah‐istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga filsuf.
• Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai interpretasi tentang hidup manusia, yang betugas meneliti dan menentukan semua fakta kongrit hingga yang paling mendasar.
• Ciri khas filsafat adalah upaya dalam menjelaskan pertanyaan selalu menimbilkan pertanyaan yang baru.
Dwi Hartanto, S.Kom
Abdul kadir (2001) memperinci unsur‐unsur penting filsafat
ilmu sebagai berikut:
•
Kegiatan intelektual : Bahwa filsafat merupakan kegiatan
yang memerlukan intelektualitas atau pemukiran .
•
Mancari makna yang hakiki: Filsafat memerlukan
interpretasi terhadap suatu dalam kerangka pencarian
makna yang hakiki.
•
Segala fakta dan gejala :Bahwa objik dari kegiatan filsafat
adalah fakta dan gejala yang terjadi secara nyata.
•
Dengan cara refleksi, metodis dan sistematis : Filsafat
memrlukan suatu metode dalam kegiatannya serta
membutukan prosedur‐prosedur yang sistematis.
•
Untuk kebahagian manusia: Tujuan akhir filsafat sebagai
ilmu adalah untuk kebahagian manusia.
Dwi Hartanto, S.Kom•
Tujuan akhir filsafat sebagai ilmu adalah untuk
kebahagian manusia.
•
Etika merupakan bagian filsafat, yaitu filsafat moral.
Beberapa alasan yang dapat dikemukakan untuk itu
antara lain adalah bahwa etika merupakan ilmu yang
mempelajari perbuatan yang baik dan buruk, benar atau
salah berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan
dalam kehendaknya.
•
Sebagai sebuah ilmu, etika juga berkembang menjadi
study tentang kehendak manusia dalam mengambil
keputusan untuk berbuat, yang mendasari hubungan
antara sesama manusia.
Dwi Hartanto, S.Kom
II. Etika, Moral dan Norma Moral
Secara etimologis, etika dapat disamakan dengan moral Moral merasal dari bahasa latin”MOS”yang berati adat kebiasaan.
Secara etimologis, kata moral sama dengan etika yaitu nilaia‐nilai dan norma‐ norma yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya didalam komunitas kehidupannya.
Hal senada disampaikan oleh Lawrence Konhberg(1927‐1987), yang menyatakan bahwa etika dekat dengan moral. Lawrence menyatakan bahwa pendidikan moral merupakan integrasi sebagai ilmu seperti psikologi, sosiologi, antropologi budaya, filsafat, ilmu pendidikan, bahkan ilmu politik. Hal‐ hal itu yang dijadikan dasar membangun sebuah etika.
Magnis Suseno (1975) mengemukakan hal yang menjadi dasar norma moral untuk mengakui perbuatan baik atau buruk yaitu Kebiasaan
Hobbes dan Rousseau seperti dikutip oleh Huijbers (1995) mengemukakan
kesepakatan masyarakat sebagai dasar pengakuan perbuatan.
Dwi Hartanto, S.Kom
Lawrence konhberg juga mencatat 6 orientasi tahap perkembangan moral yang dekat hubungannya:
1. Orientasi pada hukuman, ganjaran, kekuatan fisik dan material. Nilai‐nilai yang bersifat kemanusiaan tidak di persoalkan pada orientasi ini. Orang cenderung takut pad hukuman dibandingkan sekedar menjalakan mana yang baik atau mana yang buruk. 2. Orientasi hidonistis hubungan manusia. Orientasi ini melihat bahwa perbuatan benar adalah perbuatan yang memuaskan individu dan atau kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan formal di tempat umum, unsur kewajaran adalah timbal balik. Hal itu terlihat pada adanya tanggapan seperti ”jika anda merugikan saya, saya juga bisa merugikan anda”. Orientasi ini tak mempersoalkan kesetiaan, rasa terima kasih dan keadilan sebagai latar belakang pelaksanaan etika. Dwi Hartanto, S.Kom 3. Orientasi konformitas
Orientasi ini sering disebut orientasi ”anak manis” dimana seseorang cenderung mempertahankan harapan kelompoknya, serta memperoleh persetujuan kelompoknya, sedangkan moral adalah ikatan antar individu. Tingkah laku konformitas dianggap tingkah laku wajar dan baik. 4. Orientasi pada otoritas Pada orientasi ini orang lebih cenderung melihat hukum, kewajiban untuk mempertahankan tata tertib sosial, religius, dan lain‐lain yang dianggap sebagai nilai utama dalam kehidupan. 5. Orientasi kontrak sosial Orientasi ini dilatarbelakangi adanya tekanan pada persamaan derajat dan hak kewajiban timbal balik atas tatanan bersifat demokratis. Kesadaran akan relativitas nilai dan pendapat pribadi, pengutamaan pada prosedur dan upaya mencapai kesepakatan konstitusional dan demokratis, kemudian diangkat sebagai moralitas resmi kolompok tersebut. 6. Orientasi moral prinsip suara hati, individual, komprehensif, dan universal. Orientasi ini memberi nilai tertiggi pada hidup manusia, dimana persamaan derajat dan martabat menjadi suatu hal pokok yang di pertimbangakan. Dwi Hartanto, S.Kom
• Sony Keraf (1991) moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup dengan baik sebagai manusia. Nilai‐nilai moral mengandung petuah‐ petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan lain sebagainya yang terbentuk secara turun‐temurun melalui suatu budaya tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup dengan baik agar menjadi manusia yang benar‐benar baik. • Frans Magnis Suseno (1987) etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran, sedangkan yang memberi manusia norma tentang bagaimana manusia harus hidup adalah moralitas. Etika justru hanya melakukan refleksi kritis atas norma dan ajaran moral tersebut. Sebagai contoh moralitas langsung mengatakan kepada kita ”inilah cara anda melakukan sesuatu”…, sedangkan etika justru akan mempersoalkan”mengapa untuk melakukan sesuatu tersebut harus menggunakan cara itu?”. • Kesimpulan: etika dan moral dapat digambarkan sebagai dua buah objek yang saling beririsan (intersection). Dwi Hartanto, S.Kom
Hubungan etika dengan moral :
Disatu kondisi, etika berbeda
dengan moral.
Etika merupakan refleksi kritis dari
nilai‐nilai moral, sedangkan dengan
kondisi berbeda ia bisa sama
dengan moral, yaitu nilai‐nilai yang
menjadi pegangan seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur
tingkah laku didalam komunitas
kehidupannya.
Dwi Hartanto, S.KomPelanggaran Etika dan kaitannya dengan Hukum
Jam husada (2002) mencatat beberapa faktor berpengaruh pada
keputusan atau tindakan‐tidakan tidak etis dalam sebuah
perusahaan ,antara lain adalah:
a. Kebutuhan individu: Kebutuhan individu merupakan faktor
utama penyebab terjadinya tindakan‐tindakan tidak etis.
b. Tidak ada pedoman: Tindakan tidak etis bisa saja muncul karena
tidak adanya pedoman atau prosedur‐prosedur yang baku
tentang bagaimana melakukan sesuatu.
c. Perilaku dan kebiasaan individu: Tindakan tidak etis bisa juga
muncul karena perilaku dan kebiasaan individu, tanpa
memperhatikan faktorlingkungan dimana individu itu berada.
Dwi Hartanto, S.KomPelanggaran Etika dan kaitannya dengan Hukum
d. Lingkungan tidak etis: Kebiasaan tidak etis yang sebelumnya
sudah ada dalam suatu lingkungan, dapat mempengaruhi orang
lain yang berada dalam lingkungan tersebut untuk melakukan hal
serupa. Lingkungan tidak etis ini terkait pada teori psikilogi sosial,
dimana anggota mencari konformitas dengan lingkungan dan
kepercayaan pada kelompok.
e. Perilaku atasan: Atasan yang terbiasa melakukan tindakan tidak
etis, dapat mempengaruhi orang‐orang yang berada dalam
lingkup pekerjaannya dalam melakukan hal serupa.
Dwi Hartanto, S.KomTindakan pelangaran terhadap etika seperti beberapa contoh
diatas akan menimbulkan beberapa jenis sangsi:
•
Sangsi sosial : Pengucilan
•
Sangsi hukum : Pidana/Perdata
Gambar tersebut dapat diartikan bahwa
pelanggaran etika dan moral bisa saja
menyentuh wilayah hukum dan akan
mendapatkan sangsi hukum. Namun pada
kondisi lain, bisa saja pelanggaran etika hanya
mendapatkan sangsi sosial dari masyarakat
karena pelanggran tersebut tidak menyentuh
wilayah hukum positif yang berlaku
Dwi Hartanto, S.KomAliran yang digunakan untuk menyatakan perbuatan moral
itu baik atau buruk :
1. Aliran Hedonise (Aristippus pendiri mazhab Cyrene 400 SM, Epicurus 341271 SM) Perbuatan manusia dikatakan baik apabila menghasilkan kenikmatan atau kebahagiaan bagi dirinya sendiri atau orang lain (perbuatan itu bermanfaat bagi semua orang). 2. Aliran Utilisme (Jeremy Bentham 1742‐1832, John Stuart Mill1806‐1873) Perbuatan itu baik apabila bermanfaat bagi manusia, buruk apabila menimbulkan mudharat bagi manusia.
3. Aliran Naturalisme (J.J. Rousseau). Perbuatan manusia dikatakan baik apabila bersifat alami, tidak merusak alam.
4. Aliran Vitalisme (Albert Schweizer abad 20). Perbuatan baik adalah perbuatan yang menambah daya hidup, perbuatan buruk adalah perbuatan yang mengurangi bahkan merusak daya hidup
Dwi Hartanto, S.Kom
Berbagai Macam Etika yang Berkembang di Masyarakat
Dilihat berdasarkan nilai dan norma yang terkandung didalamnya, etika dapat dikelompokkan dalam dua jenis;
¾ Etika deskriptif : Etika deskriptif merupakan etika yang berbicara mengenai suatu fakta, yaitu tentang nilai dan pola perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya dalam kehidupan masyarakat.
¾ Etika normatif: Etika normatif merupakan etika yang memberikan penilaian serta hibauan kepada manusia tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku.
Perbedaan etika deskriptif dengan etika normatif adalah : etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar utuk mengambil keputusan tentang perilaku yang akan dilakukan, sedangkan etika normatif memberikan penilaian sekaligus memberikan norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan di putuskan.
Dwi Hartanto, S.Kom Sony keref (1991) mencatat ada dua norma yang berkembang, yaitu norma umum dan norma khusus. ¾ Norma umum merupakan norma yang memiliki sifat universal yang dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok, yaitu; a. Norma Sopan Santun : disebut juga norma etiket adalah norma yang mengatur pola perilakau dan sikap lahiriah manusia. b. Norma Hukum : adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh masyarkat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat . c. Norma Moral: yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma ini menyangkut aturan tentang baik‐ buruknya, adil tidaknya tindakan dan perilaku manusia sejauh dilihat sebagai manusia. Dwi Hartanto, S.Kom