• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Keaktifan Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 12) berarti giat (bekerja atau berusaha),

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Keaktifan Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 12) berarti giat (bekerja atau berusaha),"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Keaktifan

Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 12) berarti giat (bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau dimana siswa dapat aktif. Keaktifan siswa dalam belajar IPA tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran. Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005: 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar .

Keaktifan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh siswa yaitu dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik. (Slameto, 2006:36)

Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “Keaktifan memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha” (Ratmi, 2004). Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan dengan giat dalam belajar.

Ciri-ciri Keaktifan Belajar, ada empat ciri keaktifan belajar siswa yaitu 1) Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan,

2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan baik persiapan, proses dan kelanjutan belajar,

3) Penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya, 4) Kebebasan dan kekeluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak lain

(2)

Mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil belajar, Nana Sudjana (dalam Ratmi,04) menyatakan bahwa ada lima hal yang mempengaruhi keaktifan belajar, yakni:

1) stimulus belajar, 2) perhatian dan motivasi, 3) respon yang dipelajarinya, 4) penguatan,

5) pemakaian dan pemindahan ,

Guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif. Dalam menciptakan interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan belajar siswa. Sebab segala keaktifan siswa dalam belajar sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasatya( Ratmi, 2004) mengemukakan bahwa “proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar tersebut.” Selanjutnya tingkat keaktifan belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran juga merupakan tolak ukur dari kualitas pembelajaran itu sendiri.

Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan lancar bila siswa memiliki minat yang besar yang menimbulkan perhatiannya dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa-siswanya agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran

(3)

2.1.2 Pengertian Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.( Slameto,2003:2)

Sudjana, (2010: 5), Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku di dalam diri manusia. Bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah terjadi proses belajar.

Pengertian belajar yang telah dikemukakan pada dasarnya sama, belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur penelitian dan adanya berkat pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai dari hasil belajar dari diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan,kebiasaan, nilai – nilai sikap, kebiasaan, minat, penyesuaian diri, serta perubahan aspek – aspek lain pada individu yang belajar. Siswa menjadi lebih dapat mengembangkan aspirasi yang ada, dengan adanya pengetahuan dan pengalaman yang siswa dapat dalam dunia pendidikan ataupun pengalaman yang siswa peroleh dalam kehidupan sehari – hari. Siswa akan terus belajar baik dari pendidikan maupun pengalaman yang diperoleh baik

(4)

dari proses pembelajaran berlangsung maupaun dari lingkungan masyarakat. Semakin siswa banyak belajar, siswa akan bertambah pengetahuan baru. Siswa akan berfikir secara nalar, sikap dan perilaku akan lebih matang, dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan di sekitarnya.

2.1.3 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (Lina, 2009: 5), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.Menurut Arif Gunarso ( Lina, 2009: 5),”hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari proses belajar yang telah dilakukannya. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik dengan melakukan usaha secara maksimal yang dilakukan oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai. Setelah mengkaji pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

Sudjana ( techonly13, 2009) menyatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa. Pemerolehan hasil belajar yang baik akan memberikan kebanggaan pada diri sendiri, dan orang lain. Untuk itu guna memperoleh hasil belajar yang baik siswa dihadapkan dengan beberapa faktor yang bisa membuat siswa mendapatkan hasil belajar yang baik.

Pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan pada dasarnya memiliki arti yang berbeda. Hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan

(5)

sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa dapat menerimanya. Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan siswa yang telah dicapai siswa dengan usaha yang maksimal melalui perkembangan mental yang lebih baik. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi apa yang akan dilakukan guru yaitu tindak lanjut, guru menyusun atau merancang yang akan dilakukan. Guru membina siswa yang mendapat nilai memenuhi standar KKM maupaun yang siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Guru melakukan mediasi, remidi, dan merancang metode pembelajaran yang lebih inovatif. Suasana kelas yang menyenangkan, nyaman, dan guru lebih kreatif dalam menghadapi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan belajar lebih aktif . Bahwa hasil belajar hasil belajar yang diperoleh siswa merupakan sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan siswa, pemerolehan hasil belajar yang baik akan memberikan kebanggaan pada diri sendiri, orang tua dan orang lain.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif, hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep, keterampilan, dan pembentukan sikap. Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, sedangkan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Menurut Slameto (2003: 54-72) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

(6)

1. Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa, terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a) Faktor jasmaniah

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.

Kedua adalah cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat ini dapat berupa : buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Jika ini terjadi maka belajar akan terganggu, hendaknya apabila cacat ia disekolahkan di sekolah khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecatatan itu.

a) Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah:

1) Inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

2) Perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek.

3) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

(7)

4) Bakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan baru terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih.

5) Motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar

6) Kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang. Ketujuh kesiapan adalah kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

b) Faktor kelelahan

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh. Sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu.Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus karena memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi suatu hal yang selalu sama atau tanpa ada variasi dalam mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.

Menurut Slameto (2003: 60) kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut: tidur, istirahat, menggunakan obat-obat yang melancarkan peredaran darah, rekreasi atau ibadah teratur, olah raga, makan yang memenuhi sarat empat sehat lima sempurna, apabila kelelahan terus-menerus hubungi seorang ahli.

(8)

2. Faktor-faktor ekstern

Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:

a) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan

ekonomi keluarga. Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu yang berperan pada hasil belajar. Oleh sebab itu orang tua harus mendorong, memberi semangat, membimbing, memberi teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik, memberikan suasana yang mendukung belajar, dan dukungan material yang cukup.

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

(9)

c) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi:

1) Kegiatan siswa dalam mayarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

2) Multi media misalnya: TV, radio, bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. Semua itu ada dan beredar di masyarakat.

3) Teman bergaul, teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap diri siswa begitu sebaliknya. Contoh teman bergaul yang tidak baik misalnya suka begadang, pecandu rokok, keluyuran, minum-minuman keras, lebih-lebih pemabuk, penjinah, dan lain-lain.

4) Bentuk kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada siswa yang tinggal di situ.

Melalui penjelasan faktor intern dan ekstern yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor intern meliputi: faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar, dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik atau memuaskan, maka siswa harus memperhatikan faktor-faktor inten dan ekstern. Untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk memiliki kebiasaan belajar yang baik.

(10)

Dari beberapa pengertian hasil belajar dari para ahli maka pemikiran penulis tentang hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lainnya, ditinjau dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Belajar itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu yang diperoleh. Akan tetapi apabila kiat bicara tentang hasil belajar, maka hal itu merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pembelajar

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam

Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006). Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, Agus. S. (Khalimah, 2010).

Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial

(11)

budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi Pendidikan IPA.

Pendidikan IPA adalah IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, KTSP (2006).

2.2 . Hakekat Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together)

NHT (Numbered Heads Together) atau banyak disebut pula dengan penomoran, berpikir bersama, atau kepala bernomor merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran kooperatif. NHT (Numbered Head Together) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagan tahun 1993 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Menurut Ahmad Zuhdi (2010:64) NHT (Numbered Heads Together) adalah suatu model pembelajaran kooperatif dimana siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok, lalu secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

NHT (Number Heads Together) menurut Trianto (2007 : 62) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT (Numbered Heads Together) sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khas dari NHT adalah guru memberi nomor dan hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili

(12)

kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok. Cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Tahapan dalam pembelajan NHT(Numbered Heads Together) menurut Trianto (2007 : 62):

a. Penomoran

Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan delapan orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

b. Pengajuan Pertanyaan

Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.

c. Berpikir Bersama

Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.

(13)

d. Pemberian Jawaban

Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.

Sulistiyorini, Emi. 2007. Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), Berdasarkan tahapan- tahapan, bisa dibuat langkah-langkah pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) adalah:

a. Pendahuluan Persiapan

1) Guru melakukan apersepsi

2) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)

3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4) Guru memberikan motivasi

b. Kegiatan inti

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) Tahap pertama

1) Penomoran: Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 8 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1-8.

2) Siswa bergabung dengan anggotanya masing-masing. Tahap kedua

Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal

(14)

Berpikir bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.

Tahap keempat

1) Menjawab: Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.

2) Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik. Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil dari pekerjaan mereka.

c. Penutup

1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan. 2) Guru memberikan tugas rumah

3) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan materi selanjutnya.

Adapun kelebihan dan kelemahan NHT (Numbered Heads Together) menurut Ahmad Zuhdi (2010:65) adalah: Kelebihan 1) Setiap siswa menjadi siap semua, 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan 1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

(15)

Peran seorang guru sangat diperlukan, sebagai pengawas dan fasilitator. Guru tidak hanya membiarkan siswanya mengerjakan sendiri namun juga harus membimbing jalannya diskusi. Agar tujuan pembelajarannya dapat tercapai.

2.3 Kajian Hasil - Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), telah dilakukan peneliti lain. Penelitian tersebut berbentuk skripsi, yang dilakukan oleh I Noor Azizah (2007) yang berjudul “Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together) dengan Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”. Penelitian tersebut disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pemanfaatan LKS lebih baik daripada nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran dengan metode konvensional dan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen ≥ 65. Pembelajaran kooperatif NHT fungsi guru hanya sebagai fasilitator. Keaktifan siswa lebih diutamakan pada model pembelajaran ini. Dengan adanya keaktifan ini akan meningkatkan motivasi belajar yang tinggi sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Penelitian lain dilakukan oleh Emi Sulistiyorini (2007) yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar dan Pencapaian Tingkat Berpikir Siswa SMP dalam Geometri Menurut Van Hiele”. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ada perbedaan hasil belajar matematika materi pokok segi empat antar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan siswa yang dikenai pembelajaran konvensional, serta Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional .

(16)

Peneliti lain juga dilakukan oleh Intan Putri utami ( 2011).yang berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas V SD. Hasil penelitian terdahulu tersebut relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena sama-sama meneliti tentang metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together).

(17)

2.4.Kerangka Berpikir

Penerapan pembelajaran pada penelitian ini berdasarkan skema kerangka berpikir. Adapun skema itu adalah sebagai berikut:

2.1 Bagan Kerangka Bepikir Penyebab rendahnya nilai hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Banyumudal 2 kabupaten Wonosobo

a) Tingkat pemahaman siswa dalam menerima materi masih rendah. b) Kemampuan belajar siswa

berbeda- beda

c) Siswa kurang terampil dalam mengungkapkan gagasan dalam kegiatan tanya jawab.

a) Model pembelajaran IPA yang diterapkan guru kurang menekankan keaktifan siswa.

b) Model pembelajaran IPA yang diterapkan guru masih cenderung ceramah.

c) Penyampaian materi pelajaran yang disampaikan guru dalam proses

pembelajaran IPA masih kurang dipahami oleh siswa

a) Nilai hasil ulangan harian siswa kelas V yang mendapat nilai dibawah KKM 22 siswa dari 32 siswa.

Diterapi dengan pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran NHT (Numbered Heads

Together)

Adapun kelebihan dan kelemahan NHT (Numbered Heads Together) menurut Ahmad Zuhdi (2010:65) adalah:

1) Setiap siswa menjadi siap semua,

2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh,

3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran daya keaktifan siswa menjadi meningkat dan lebih efektif

Hasil belajar IPA dengan

menggunakan Metode

Pembelajaran NHT ( Numbered Heads Together) siswa meningkat. Ketrampilan guru dalam mengelola pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) meningkat.

(18)

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah melalui metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together)dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa IPA kelas V SD Negeri Banyumudal 2 Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo Semester II Tahun Pembelajaran 2011/2012.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan ketidaktahuan masyarakat terhadap pentingnya hidup bersih dan sehat, yang tercermin dari perilaku masyarakat yang hingga sekarang masih banyak yang buang

Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama lilitan sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih

Di samping itu pemakaian tabir surya yang sesuai merupakan kewajiban untuk pasien yang mendapatkan terapi kelainan hiperpigmentasi untuk mengu- rangi kemungkinan terjadinya

Anestesi intravena seperti propofol dan fentanyl secara signifikan menurunkan aliran darah otak, metabolisme otak dan menurunkan tekanan intrakranial. Selain itu kombinasi

Tujuan yang dicapai dalam Tugas Akhir ini yaitu membuat game bergenre side scrolling adventure bertemakan Suku Dayak sebagai upaya memperkenalkan Budaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Sains Berbasis

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 1975 tentang Contoh-contoh Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan

(2) Pengelolaan database kependudukan oleh satuan kerja perangkat daerah provinsi yang membidangi urusan kependudukan dan pencatatan sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40