• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN DAN PEMBERDAYAAN POTENSI SUMBERDAYA LOKAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGKAJIAN DAN PEMBERDAYAAN POTENSI SUMBERDAYA LOKAL"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENGKAJIAN DAN PEMBERDAYAAN POTENSI

SUMBERDAYA LOKAL

Oleh

Ulyatu Fitrotin

Arif Surahman

Bq Tri Ratna Erawati

Nurul Hilmiati

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : PENGKAJIAN DAN PEMBERDAYAAN

POTENSI SUMBERDAYA LOKAL

2. Nama Unit Kerja : BPTP NTB

3. Alamat : Jl Raya Peninjauan Narmada PO. BOX 1017

Mataram

4. Penanggung Jawab :

a. Nama : Ulyatu Fitrotin, SP, MP

b. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk I/ III b

c. Jabatan

c1. Struktural : -

c2. Fungsional : Peneliti Pertama

5. Lokasi Kegiatan : Peneda gandor, Suralaga, Tete Batu, Rempung

dan Kesik

6. Status Kegiatan : Lanjutan (L)

7. Tahun Dimulai : 2005

8. Tahun Ke : 3

9. Biaya Kegiatan TA. 2007 : Rp. 118.305.000,-

10. Sumber Dana : Satker Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Nusa Tenggara Barat.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian TA. 2007

Mataram, 31 Desember 2007

Mengetahui :

Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB,

Dr. Ir. Dwi Praptomo S, MS NIP. 080 065 973

Penanggung Jawab Kegiatan,

Ulyatu Fitrotin, SP. MP. NIP. 080 134 818

(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke Hadirat Robbul Izzah atas segala Limpahan Rahmat dan karunianya, sehingga laporan ”Pengkajian dan Pemberdayaan Potensi Sumber Daya Lokal di Kabupaten Lombok Timur dapat terselesaikan.

Laporan ini disusun sebagai salah satu pertanggung jawaban kepada Proyek Poor Farmer-NTB TA. 2007.

Disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kelompok fungsional dan staf administrasi BPTP-NTB, masing penanggung jawab kegiatan Inisiatif lokal, instansi terkait, Dinas Pertanian Lombok Timur, Kepala Desa Penedagandor, Kepala Desa Suralaga, Kepala Desa Tete Batu, Kepala Desa Kesik dan Kepala Desa Rempung serta semua pihak yang telah memberikan saran dan masukan dalam perencanaan maupun pelaksanaan hingga tersusunnya ringkasan laporan inisiatif lokal masing masing desa yang mendapat dana tahun anggaran 2007 .

Kami menyadari bahwa ringkasan laporan ini masih banyak kekurangan, namun demikian semoga ringkasan laporan ini dapat bermanfaat bagi pengguna.

Mengetahui, Kepala BPTP NTB

Dr. Ir. H. Dwi Praptomo, MS NIP. 080 065 973

(4)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR .. ... iii

DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi I. PENDAHULUAN 1 1. Tujuan Kegiatan ... 2 2. Keluaran ... 2 II. METODOLOGI ... 2

III. HASIL KEGIATAN ... 4

IV. KESIMPULAN ... 22

(5)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Hasil Seleksi Proposal yang Masuk………. 5

Tabel 2. Jumlah Populasi Hama Tanaman Cabe pada Berbagai Dosis Perlakuan Kompos dan Pestisida dari Batang Tembakau …...

10

Tabel 3. Intensitas Serangan Hama Tanaman Cabe pada Berbagai Dosis Perlakuan Kompos dan Pestisida dari Batang Tembakau…………...

11

Tabel 4. Populasi Hama Tanaman Tomat pada Berbagai Dosis Perlakuan Kompos dan Pestisida dari Batang Tembakau………...

12

Tabel 5. Intensitas Serangan Hama Tanaman Tomat pada Berbagai Dosis Perlakuan Kompos dan Pestisida dari Batang Tembakau…………...

12

Tabel 6. Populasi Hama Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Perlakuan Kompos dan Pestisida dari Batang Tembakau…………...

12

Tabel 7. Intensitas Serangan Hama Tanaman Bawang Merah pada

Berbagai Dosis Perlakuan Kompos dan Pestisida dari Batang Tembakau………....

13

Tabel 8. Populasi Hama Tanaman Kubis pada Berbagai Dosis Perlakuan Kompos dan Pestisida dari Batang Tembakau…………...

13

Tabel 9. Intensitas Serangan Hama Tanaman Kubis pada Berbagai Dosis Perlakuan Kompos dan Pestisida dari Batang Tembakau…………...

13

Tabel 10. Produksi Berbagai Tanaman Saturan yang diperlakukan Limbah Batang Tembakau………...

14

Tabel 11. Keragaan Hasil dari Demonstrasi Pemanfaatan Limbah Pertanian (Daun Pisang dan Kiambang) Sebagai Substrat Dalam Usahatani Jamur Tiram Selama Tujuh Bulan di Desa Tete Batu, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007...

15

Tabel 12. Analisis Usahatani Jamur Tiram pada Paket Teknologi Petani (T1) dan Paket Teknologi Introduksi (T2) Skala 1000 Bag-log di Desa Tete Batu, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur. Tahun 2007...

18

Tabel 13. Respon Petani Terhadap Paket Teknologi Produksi Jamur Tiram (%) di Desa Tete Batu, Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur, Tahun 2007 ...

18

Tabel 14 Bahan Dan Komposisi Ramuan Walang sangit 20

Tabel 15. Hasil Pencapaian Padi Sesuai dengan Perlakuan Pada Masing-masing Petak...

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1. Kegiatan Demplot Sistim Rotasi Pejantan pada Perkawinan

Kelompok dan Pemanfaatan Kardus sebagai Mesin Tetas untuk Meningkatkan Produktivitas Ayam Arab ...

(7)

I. PENDAHULUAN

Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan/pendapatan petani miskin melalui inovasi pertanian mulai dari tahap produksi sampai pemasaran hasil. Untuk itu diperlukan peningkatan akses petani terhadap informasi pertanian, dukungan pengembangan, inovasi pertanian dan upaya pemberdayaan petani. Pendekatan partisipatif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengembangan kelembagaan dan perbaikan sarana/prasarana yang dibutuhkan di desa, merupakan upaya yang dilakukan dalam pemberdayaan petani untuk pengembangan inovasi. Salah satu pendekatan partisipatif dalam kegiatan proyek P4MI ini adalah pengembangan inovasi pertanian yang berasal dari inisiatif lokal. Pendekatan tersebut memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengembangkan inovasi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan petani di Kabupaten Lombok Timur.

Keterbatasan pengalaman membuat petani cenderung memilih dan menyukai teknologi yang telah ada dibanding teknologi yang baru. Oleh karena itu inovasi yang akan dikembangkan perlu diprioritaskan pada teknologi pertanian asli pedesaan atau teknologi tradisional (indigenous technology) yang resiko kegagalannya dapat diminimkan. Beberapa keunggulan teknologi lokal adalah:

1. Telah adaptif dengan kondisi sosial budaya setempat

2. Ekonomis, sesuai dengan sumber daya petani yang terbatas 3. Sederhana dan mudah diaplikasikan

Kelemahan dari teknologi lokal adalah:

1. Umumnya tertinggal dari kemajuan teknologi modern 2. Sangat spesifik lokasi

3. Masih berupa komponen teknologi

Kegiatan pengembangan inovasi pertanian berdasarkan inisiatif lokal ini diharapkan dapat sekaligus mengembangkan teknologi tradisional yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah akan paket teknologi utuhnya. Pendekatan inkulturasi lebih diutamakan daripada pendekatan akulturasi dalam proses pengembangan inovasi pertanian. Pendekatan inkulturasi pada dasarnya adalah mengemas suatu teknologi baru sebagai pengembangan atau pelengkap (komplemen) dari teknologi lama, sedangkan pendekatan akulturasi adalah memberikan teknologi baru sebagai pengganti (substitusi) dari teknologi lama.

Proses pengembangan inovasi dengan pendekatan inkulturasi lebih memiliki peluang yang besar untuk diterima dan diadopsi oleh petani karena prosesnya sesuai dengan keinginan dan kemampuan petani. Dengan demikian, teknologi tersebut dapat

(8)

disosialisasikan atau didiseminasikan secara lebih luas dan dapat digunakan secara terpisah maupun kompatibel dengan teknologi modern.

1. Tujuan

a) Untuk memberikan kesempatan bagi petani maupun yang lainnya untuk mengembangkan inovasi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan petani di lokasi proyek P4MI

b) Menggali teknologi lokal yang potensial untuk dikembangkan

2. Keluaran

a) Adanya inovasi teknologi yang bersifat spesifik lokasi, unggul, dan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dan nilai tambah

b) Pengembangan inovasi teknologi berdasarkan spesifik lokasi yang mudah diadopsi dan diterima oleh masyarakat pedesaan

II. METODOLOGI A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan inisiatif lokal dilaksanakan di desa yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun anggaran 2007.

B. Pendekatan

Kegiatan Inisitaif Lokal dilaksanakan di lahan petani dengan pendekatan on form research yaitu melibatkan petani secara langsung sejak perencanaan, pengamatan dan penilaian terhadap kinerja teknologi inisiatif lokal tersebut, dengan harapan inisiatif lokal yang sifatnya ramah lingkungan dapat memberikan nilai tambah dalam kegiatan sistem usaha tani.

C. Ruang Lingkup Kegiatan 1. Sosialisasi dan Koordinasi

Untuk menginformasikan dan memperlancar dalam pelaksanaan kegiatan perlu dilakukan sosialisasi program. Acara tersebut dikoordinasikan juga dengan aparat desa dan instansi terkait agar program ini mendapat dukungan dan dapat dilaksanakan bersama-sama. Kegiatan ini mencakup:

• Penyebaran informasi mengenai kegiatan ini yang dipublikasikan melalui District Coordination Committee (koordinator tingkat kabupaten) dan media lain. PCMU juga

(9)

telah mempublikasikannya melalui website P4MI dengan alamat: www.pfi3p.litbang.deptan.go.id

• Pengajuan proposal harus melalui persetujuan dari kelompok tani yang berdomisili di lokasi di mana kegiatan akan diimplementasikan. Proposal dibuat berdasarkan hasil survai PRA di wilayah studi.

• Proposal dapat diusulkan oleh kelompok tani, LSM, universitas, lembaga penelitian lokal dan nasional, teknisi lapangan/penyuluh, dan perusahaan swasta. BPTP dapat pula berkompetisi mengajukan usulan (maksimum 2 judul kegiatan).

• Proposal yang diajukan termasuk dalam kategori inovasi produksi, pengolahan hasil atau inovasi pasar pertanian, termasuk inovasi untuk agribisnis yang ditujukan untuk peningkatan pendapatan petani dilahan marjinal wilayah proyek.

• Keputusan terhadap keabsahan dari usulan pengembangan inovasi melalui inisiatif lokal akan dilakukan oleh DCC dan disetujui oleh Kepala BPTP sebagai koordinator pelaksanaan kegiatan inisiatif lokal.

• Usulan kegiatan yang telah disusun berdasarkan sistematika pengajuan proposal P4M1 serta dilengkapi dengan data dukung dan pengesahan dari kelompok tani, selanjutnya dikirimkan ke BPTP sebagai koordinator di wilayah kabupaten masing-masing lokasi kegiatan dan ditembuskan ke PCMU dan PIU.

• Pengiriman proposal untuk Kabupaten Lombok Timur dikirimkan ke BPTP NTB (JI. Raya Peninjauan Narmada, Kotak Pos 1017; TeIp.0370-671312; Fax. 0370-671620; E-mail: litram@mataram.wasantara.net.).

• Proposal yang diajukan akan dievaluasi oleh Tim Evaluator yang dibentuk oleh BPTP berkoordinasi dengan DCC. Evaluasi proposal didasarkan atas kelayakan secara teknis, sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.

2. Pelaksanaan

Pengembangan inovasi pertanian berdasarkan inisiatif lokal dilaksanakan atas dasar kebutuhan dan permintaan dari petani (pengguna) secara partisipatif. Lembaga yang mengusulkan kegiatan harus mendapatkan persetujuan dari kelompok tani di lokasi pengembangan inovasi. Kegiatan pengembangan inovasi pertanian yang akan dilaksanakan harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan pengembangannya secara lebih lanjut, dengan rambu-rambu pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Penanggung jawab sebagai perorangan bertanggung jawab penuh secara hukum terhadap implementasi pengembangan inovasi pertanian dan dibawah pengawasan dan dukungan lembaga atau pihak yang mengusulkan.

b. Pengembangan inovasi berdasarkan inisiatif lokal ini akan merupakan uji adaptasi dalam skala kelompok (pilot test) di desa pengusul.

(10)

c. Pengembangan inovasi pertanian yang memasukkan unsur rekayasa kelembagaan, sosial-budaya-ekonomi, harus memperhatikan norma-budaya setempat dengan memanfaatkan pranata yang telah ada di masyarakat tanpa membentuk pranata baru yang bertentangan dengan norma yang ada.

d. Untuk pengembangan inovasi teknologi, pendekatan yang digunakan berupa hamparan dalam satuan skala luasan/populasi. Adapun untuk inovasi yang bersifat kelembagaan melalui pranata sosial, menggunakan pendekatan dinamika kelompok, budaya dan lingkungan setempat.

e. Apabila berhasil, inovasi pertanian tersebut akan dikembangkan untuk kegiatan demonstrasi (demonstration site) pada wilayah yang lebih luas.

3. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan

Kegiatan yang akan dilaksanakan, sejak awal perlu dipantau terus menerus untuk melihat apakah kegiatan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik dan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi pada implementasi kegiatan. Secara garis besar, pelaksanaan kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan adalah sebagai berikut:

a. Di tingkat daerah, kegiatan pengembangan inovasi pertanian melalui inisiatif lokal akan dimonitor oleh fasilitator desa, BPTP dan tim monev lainnya.

b. PCMU juga akan melakukan monitoring dan evaluasi secara menyeluruh, bekerjasama dengan tim monev daerah.

c. Proses monitoring kegiatan akan dikembangkan lebih lanjut oleh masing-masing BPTP berkoordinasi dengan fasilitator desa di lokasi pelaksanaan kegiatan pengembangan inovasi pertanian.

d. Hasil kemajuan secara teknis maupun keuangan untuk tiap pelaksanaan kegiatan dilaporkan secara rutin pada setiap tahapan kegiatan ke BPTP melalui fasilitator desa, dengan tembusan ke PIU.

e. Pelaporan proposal yang dibiayai kegiatan inisiatif lokal dilakukan dua kali yaitu di pertengahan pelaksanaan kegiatan sebagai laporan perkembangan dan di akhir pelaksanaan kegiatan oleh masing-masing pelaksana.

III. HASIL KEGIATAN

Jumlah proposal yang masuk sampai bulan April 2007 adalah 9 buah. Dari proposal tersebut selanjutnya diseleksi oleh tim yang telah dibentuk dari BPTP dan dipilih sebanyak 6 proposal (peringkat 1 hingga 6). Hasil penilaian tim seleksi proposal dapat dilihat pada Tabel di bawah.

(11)

Tabel 1. Hasil seleksi proposal yang masuk

No Judul Alamat Biaya Nilai

Rata-rata Rank Ket

1. Bodox Alternatif Penyediaan Protein Hewani Sebagai Pakan Ternak Pada Itik Petelur di Desa Suralaga.

Kelompok Al Jannah desa Suralaga Kec. Suralaga

19.605.000 464,83 3 Peternakan

2. Demplot Pemanfaatan Buah Sirsak Sebagai Zat

Perangsang Tumbuh (ZPT)

376,14 7 Pertanian

3. Demplot Aplikasi Ramuan Jamu Tradisional Pada Ternak

369,24 8 Peternakan

4. Demplot Pemanfaatan Buah Maja Sebagai Ramuan Pestisida Nabati Untuk Pengendalian Walang Sangit Pada Tanaman Padi

Kelompok Tani Pade Maju desa Kesik Kec Masbagik

19.350.000 386,47 6 Pertanian

5. Pemanfaatan Limbah Batang Tembakau Virginia Sebagai Pestisida Nabati Dan Kompos Dalam Budidaya Beberapa Tanaman Sayuran Kelompok Tani Punik Desa Suralaga Kec. Suralaga 20.000.000 510,75 1 Pertanian

6. Demplot Aplikasi Ramuan Walang Sangit Pada Ayam Kampung Kelompok Peternak Ayam Kampung Satelit desa rempung Kec. Pringgasela 19.350.000 452,34 4 Peternakan 7. Penggunaan Limbah Pertanian (Daun Pisang Kering Dan Kiambang) Sebagai Campuran Substrat Dalam Budidaya Jamur Tiram Di Desa Tete – Batu,

Kec.Sikur Kab. Lombok Timur

Kelompok Tani Tunas Rede Desa Tete Batu Kec. Sikur

20.000.000 422,79 5 Pertanian

8. Pemanfaatan Daun Katuk Untuk Meningkatkan

Produktivitas Dan Mutu Ternak Unggas

Desa Aikmel Kec. Aikmel

- 330.42 9 Peternakan

9. Penerapan Sistem Rotasi Pejantan Pada Perkawinan Kelompok Dan Pemanfaatan Kardus Sebagai Mesin Tetas Untuk Meningkatkan Produktivitas Ayam Buras

Kelompok Tani Ternak Karya Mandiri Dusun Ambengan Desa Penedagandor Kec. Labuhan Haji

20.000.000 509,63 2 Peternakan

1. Demplot Sistim Rotasi Pejantan Pada Perkawinan Kelompok dan Pemanfaatan Kardus Sebagai Mesin Tetas Untuk Meningkatkan Produktivitas Ayam Arab Beberapa kegiatan yang telah dilakukan :

a) Pembuatan Kandang Kawin.

Pembuatan kandang kawin yang dilakukan yaitu dengan memanfaatkan kandang yang sudah dibangun oleh peternak tetapi dalam kondisi kosong. Pembangunan unit kandang baru tidak bisa dilakukan karena dana yang dianggarkan untuk perkandangan

(12)

tidak mencukupi untuk membuat satu unit kandang baru, tetapi dana yang dianggarkan cukup untuk melakukan perbaikan dan penyekatan ruangan kandang. Sebelum menempatkan ayam dalam kandang terlebih dahulu diadakan perbaikan pada bagian-bagian kandang seperti menambah pagar dan melakukan perbaikan pada atap kandang yang bocor, setelah itu kandang-kandang diberi sekat-sekat sehingga membentuk ruangan kandang yang berukuran panjang 1,5 dan Lebar 1 meter, sebanyak sepuluh ruangan/sekat, dan menempatkan ayam dalam setiap ruangan kandang dengan ratio jantan 1 ekor dan betina 6 ekor.

b) Pembelian Pejantan Induk Ayam

Pembelian induk ayam dilakukan setelah kandang siap untuk ditempati. Induk ayam jantan dan betina yang dibeli berasal dari tempat yang berbeda, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya umur yang sama dan kekerabatan yang dekat pada induk jantan dan betina tersebut. Kegiatan pencarian calon induk ini dilakukan selama 1 minggu, lamanya pecarian induk ini disebabkan karena sulitnya mendapat induk baik jantan maupun betina yang sesuai dengan persayaratan yang ditentukan dalam kegiatan ini. Setelah mencari selama beberapa hari induk ayam jantan diperoleh/dibeli di peternak yang berada di wilayah kota Mataram dengan umur pejantan sekitar 1 tahun sebanyak 12 ekor dengan harga Rp. 55.000/ekor.

Untuk induk ayam betina, anggota kelompok kegiatan ini telah mencari kebeberapa peternak diluar desa setempat tetapi karena tidak ada yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan untuk keamanan dari penularan penyakit, sehingga untuk induk ayam diputuskan untuk membeli induk ayam betina dari peternak yang ada dalam anggota kelompok. Induk ayam betina yang dibeli sebanyak 60 ekor dengan harga Rp. 45.000 ekor.

c) Pembuatan Mesin Tetas

Pembuatan mesin tetas dilakukan secara bersama-sama antara ketua pelaksana kegiatan bersama-sama dengan anggota kelompok tani yang terlibat dalam kegiatan ini. Kegiatan pembuatan mesin tetas dilakukan selam 5 hari. Mesin Tetas yang dibuat sebanyak 12 unit, dengan perincian 3 unit mesin tetas triplek dan 9 unit mesin tetas kardus. Mesin tetas triplek yang dibuat memiliki ukuran panjang 60 cm, lebar 60 cm dan tinggi 50 cm dengan kapasitas telur tetas 150 butir/unit, sedangkan untuk mesin tetas kardus menggunakan ukuran kardus sebesar kotak kardus air minum kemasan gelas, dimana ukuran kotak kardus ini mampu menampuang 50-60 butir /unit. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa penggunaan mesin tetas kardus memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi (daya tetas maksimal 95% dan daya tetas rata-rata

(13)

70.05%) bila dibandingkan dengan mesin tetas triplek. Penggunaan mesin tetas kardus sangat ekonomis dengan niali B/C ratio2,4

d) Perkawinan Ayam

Untuk mendapatkan telur tetas, induk-induk ayam dan pejantan dikawinkan. Metode perkawinan yang diterapkan pada kegiatan ini adalah sistem kawin alami, yaitu menempatkan ayam jantan dan betina secara bersama-sama dalam satu ruangan kandang. Pelaksanaan perkawinan ayam ini dibagi menjadi dua kelompok ayam dengan perlakuan sistem perkawinan yang berbeda. Pola perkawinan yang diterapkan yaitu pola rotasi pejantan dimana pejantan dipindahkan secara bergilir dan berselang dengan perlakuan waktu rotasi pejantan 1 minggu sekali dan 1 bulan sekali. Penerapan pola perkawinan ini dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat fertilitas telur tetas yang dihasilkan tinggi.

Berdasarkan hasil pengamatan dari kegiatan ini menunjukkan bahwa fertilitas telur tetas yang tinggi dihasilkan melalui sistem perkawinan alami dengan ratio jantan dan betina 1 : 6 dan melakukan rotasi pejantan secara berselang dan bergilir sebanyak 2 kali dalam sebulan. Rptasi pejantan sebaiknya mulai dilakukan setelah pejantan mengalami rasa bosan terhadap betina, yang ditandai dengan pejantan memilih beberapa ekor betina saja dalam kelompoknya untuk dikawini.

Untuk pemeliharaan induk ayam penghasil telur tetas melibatkan 2 peternak yang dibagi menurut perlakuan waktu rotasi pejantan.

f. Penetasan Telur

Penetasan telur-telur tetas dilakukan dengan menggunakan 2 jenis mesin tetas yang dibuat langsung oleh peternak yaitu mesin tetas yang terbuat dari triplek dan dari kardus. Petani yang terlibat dalam penetasan telur sebanyak 3 orang dimana satu orang mendapatkan 2 jenis mesin tetas yaitu mesin tetas dari bahan teriplek (1 unit) dan mesin tetas dari bahan kotak kardus (3 unit).

Pelaksanaan penetasan telur yang sudah dilakukan oleh peternak masing-masing sebanyak 3 kali periode penetasan.

Pelaksanaan kegiatan penetasan ini mengalami beberapa kendala yang sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil penetasan yang diperoleh. Kendala-kendala tersebut antara lain; (1). Peternak yang terlibat belum pernah melakukan penetasan dengan mesin tetas (pengalaman sangat kurang), yang mengakibatkan penetasan yang mereka lakukan tingkat keberhasilannya rendah sehingga masih membutuhkan bimbingan teknis secara intensif dari pembimbing kegiatan. Setelah mendapatkan bimbingan teknis secara intensif kegiatan penetasan yang mereka lakukan tingkat keberhasilannya semakin meningkat. (2). Faktor lain yang menjadi kendala dari

(14)

penetasan ini adalah seringnya terjadi pemadaman lampu oleh PLN, dalam satu minggu pemadaman listrik terjadi samapi 3 kali sehari, dengan lama waktu pemadaman antara 1 sampai 4 jam. Kendala teknis seperti ini sangat mengganggu proses penetasan yang dilakukan. Untuk menanggulanginya pada mesin tetas diberikan pemanas bantuan dari lilin, yang bertujuan untuk mempertahankan suhu dalam mesin tetas.

g. Pembuatan kandang DOC (Brooder/induk buatan)

Penampungan dan memelihara anak ayam yang dihasilkan dari kegiatan penetasan dilakukan dalam kandang DOC. Kandang DOC dapat dibuat dari bahan-bahan bambu, kardus bekas, karung semen atau dengan terpal. Kandang DOC dibuat dalam bentuk kotak dengan ukuran yang bisa diatur sesuai dengan jumlah anak ayam yang akan dipelihara. Setelah rangka kandang dibuat kemudian dialasi dengan karung, diberikan selimut kandang pada dinding kandang dengan kertas semen atau terpal, menutup rapat bagian atas kandang, alas kandang diberikan sekam padi dan terahir kandang DOC diberikan pemanas dari balon (lampu pijar) dengan besar daya lampu disesuaikan dengan luas kandangnya.

h. Temu Lapang

Kegiatan ini dilakukan dalam upaya mempercepat penyebaran diseminasi agar kegiatan yang telah dilaksanakan akan lebih banyak diadop oleh masyarakat sekitar. Temu Lapang dihadiri oleh PPL di Kabupaten Lombok Timur dan peternak maupun petani disekitar lokasi seperti desa Gelumpang Kembnag Kuning, Kelayu, Pancor, Selong, Korleko, Sakra dan Tanjung Luar.

i. Pengumpulan dan Pencatatan data

Sebagai bahan untuk melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan dilapangan dan menganalisis tingkat keberhasilan dari kegiatan yang telah dilaksanakan dibutuhkan data-data hasil kegiatan. Proses pencatatan data-data dilakukan secara langsung oleh petani yang melaksanakan kegiatan itu sendiri. Pencatatan dilakukan pada format data yang telah dibuatkan oleh pembimbing teknis lapangan.

Hasil yang dicapai

Rata-rata produksi Hen day (%) Telur Tetas

Hen day merupakan indikator untuk menghitung produksi telur yang dihasilkan dalam satu hari pada masa produksi. Hen day diperoleh dengan membandingkan produksi telur pada hari itu dengan jumlah ayam yang hidup. Dari pengamatan terlihat bahwa rata-rata produksi harian pada kelompok ayam arab yang dipelihara secara berkelompok dan diberi kandang yang lebih luas serta diberi pejantan dalam kurun waktu 5 bulan memberikan hasil yang lebih rendah (49,33% untuk rotasi setiap bulan dan 49,83% untuk rotasi setiap

(15)

2 minggu) dibandingkan pemeliharaan ayam arab secara intensif tanpa pejantan yang dipelihara dalam kandang baterai (64,65%). Hal ini disebabkan karena pada kandang yang lebih luas ayam lebih banyak beraktivitas seperti meloncat saat akan dikawini pejantan, sehingga energi tidak terfokus pada produksi telur. Sedangkan bagi ayam yang dipelihara pada kandang baterai aktivitasnya dapat terkontrol karena kandang yang lebih sempit, dengan demikian energi makanan yang diperoleh sepenuhnya dapat digunakan untuk produksi telur.

Usaha pemeliharaan ayam arab untuk menghasilkan telur tetas (bibit) dengan kapasitas 60 ekor induk betina menguntungkan bagi petani dengan B/C ratio 1,27 dengan demikian petani memperoleh pendapatan sebesar Rp. 313.400,-/bulan.

2. Pemanfaatan Limbah Batang Tembakau Sebagai Pestisida Nabati dan Kompos Dalam Budidaya Beberapa Tanaman Sayuran

Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi data selama kegiatan di lapangan serta analisis maka dapat dikemukakan beberapa hal yang akan dibahas sebagai berikut. a) Umum

Secara umum bahan baku batang tembakau sebagai pestisida nabati dan kompos cukup potensial, karena jumlahnya yang melimpah di berbagai tempat sentra penanaman tembakau di pulau Lombok. Oleh karena itu itu perlu dikembangkan dan dikaji lebih mendalam prospeknya untuk menjadi pestisida nabati dan kompos secara komersial, sehingga limbah tersebut bisa dimanfaatkan oleh berbagai kalangan terutama untuk mengembangkan pertanian organik di Pulau Lombok.

Berdasarkan ketersediaan sumberdaya alam dan prospek pasar terutama karena pulau Lombok sebagai daerah tujuan wisata serta sudah mulainya masyarakat mempertimbangkan produk organik sebagai alternatif, maka usahatani sayuran organik mempunyai prospek untuk dikembangkan di pulau Lombok karena bahan baku untuk sarana produksi (pupuk dan pestisida) cukup tersedia terutama dari limbah pertanian dan peternakan. Namun pemasaran masih menjadi kendala karena masyarakat secara umum belum memahami kelebihan produk organik.

Sebagian besar petani sayuran di lokasi percobaan megeluhkan adanya serangan hama yang disebut lintah (istilah petani) atau spesies Arthropoda (keong) yang mampu menyerang berbagai tanaman sayuran seperti cabe dan tomat. Hama ini menyerang bagian bawah tanaman dengan cara memotong, menggigit, dan hama ini hidup di bawah permukaan tanah sekitar perakaran tanaman yang agak lembab. Selama dilakukan percobaan hama tersebut tidak menyerang yang diduga karena pengaruh bahan batang tembakau virginia yang digunakan baik sebagai pestisida nabati maupun bahan kompos. Di duga hama ini sangat peka terhadap bahan nikotin dari tembakau, karena berdasarkan

(16)

keterangan petani bahwa hama tersebut tidak menyerang tanaman tembakau atau populasinya akan berkurang kalau terdapat tanaman tembakau disekitar tanaman sayuran.

b) Khusus

Jenis hama yang menyerang tanaman sayuran yang dibudidayakan secara organik maupun secara konvensional adalah sama yang berarti jenis perlakuan atau sistem budidaya tidak mempengaruhi jenis hama yang menyerang pada tanaman sayuran. Tetapi yang sering berpengaruh adalah populasi dan intensitas serangan hama yang menyerang serta keragaman musuh alami yang ada pada masing-masing ekosistem pertanian. Pengaruh berbagai dosis ekstrak batang tembakau sebagai pestisida nabati maupun sebagai kompos ditunjukkan pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 2. Jumlah populasi hama tanaman cabe pada berbagai dosis perlakuan kompos dan pestisida dari batang tembakau.

Jumlah populasi hama Hama

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Dosis 4 Konven sional Nilai LSD 0,05 Spodoptera 0,185 a 0,963 a 0,074 a 0,148 a 0,231 a 0,995 Bemisia 36,036 a 46,481 a 32,184 a 35,370 a 18,066 a 31,183 Trips 0,036 a 0 a 0 a 0 a 0 a 0,053 Aphis 5,704 a 0,925 a 1,777 a 1,185 a 2,133 a 4,238

Berdasarkan tabel dan hasil analisis keragaman yang dilakukan menunjukkan bahwa kemampuan insektisida nabati dari bahan baku limbah batang tembakau hampir sama dengan insektisida kimia yang sering digunakan oleh petani untuk menekan hama penting tanaman cabe, karena semua perlakuan dengan insektisida nabati dengan berbagai dosis tidak berbeda dengan insektisida kimia sintetis. Dari tabel tersebut juga memperlihatkan ternyata dosis tidak menunjukkan perbedaan nyata, artinya akan lebih baik menggunakan dosis yang terkecil yaitu 400 ml/10l agar lebih efisien. Dengan memanfaatkan insektisida nabati dari limbah batang tembakau berarti akan membantu petani dalam memanfaatkan limbah. Di samping itu karena kelebihan insektisida nabati antara lain tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Dengan demikian bahan nabati tersebut diharapkan mampu mengkonservasi musuh alami agar berperan sebagai agen pengendali hayati.

Kemampuan menekan intensitas serangannya juga kelihatannya sama seperti yang ditunjukkan pada kemampuan menekan populasi, karena secara teori bahwa populasi akan berbanding lurus dengan intensitas serangan, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.

(17)

Tabel 3. Intensitas serangan hama tanaman cabe pada berbagai dosis perlakuan kompos dan pestisida dari batang tembakau.

Intensitas serangan pada tanaman cabe Hama

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Dosis 4 Konven sional Nilai LSD 0,05 Spodoptera. Litura 0,002 a 0.011 a 6,667 a 0,145 a 0,016 a 0,199 Bemisia sp 0,124 a 0,054 a 0,076 a 0,035 a 36,036 a 1,903 Trips sp 0,046 a 0 a 0 a 0 a 0 a 0,068 Aphis sp 0,148 a 0,021 a 0,077 a 0,013 a 0,066 a 0,202

Catatan : Dosis 1 (pestisida 400 ml/10 l dan Kompos 25 kg/are) Dosis 2 ( pestisida 500 ml/10 l dan Kompos 50 kg/are) Dosis 3 ( pestisida 600 ml/10 l dan Kompos 75 kg/are) Dosis 4 ( pestisida 700 ml/10 l dan Kompos 100 kg/are)

Konvensional ( Perlakuan dengan cara petani menggunakan pestisida dan pupuk kimia sintetis)

Pada tanaman tomat terdapat lima jenis hama yang menyerang baik pada fase vegetatif maupun generatif. Kelompok ordo Lepidoptera yang menyerang tanaman pada fase vegetatif adalah Spodoptera sp., kelompok kutu Aphis, Liriomyza dan Thrip, sedangkan pada fase generatif yang menyerang buah tomat adalah Heliothis sp dan hama lainnya (lalat buah). Semua hama tersebut pada parameter populasi tidak menunjukkan perbedaan pengaruh baik antara dosis maupun dengan perlakuan konvensional seperti terlihat pada tabel 3. Sedangkan pengaruhnya pada intensitas serangan diperlihatkan pada tabel 4 yang menunjukkan bahwa Aphis, Liriomyza dan Thrip, Heliothis sp dan hama lainnya (lalat buah) tidak berbeda nyata. Namun yang menarik adalah bahwa hanya hama Spodoptera sp yang mempunyai pengaruh nyata dalam penekanan intensitas serangan, dimana insektisida kimia sintetis lebih mampu menekan intensitas serangan hama Spodoptera sp dibandingkan dengan insektisida nabati dari semua tingkatan dosis. Pada tabel tersebut memperlihatkan bahwa ada kecendrungan semakin tinggi dosis akan semakin mampu menekan intensitas serangan. Walaupun tidak menunjukkan pengaruh pada penekanan populasi hama Spodoptera sp., tapi mampu menekan intensitas serangan karena diduga racun insektisida kimia tersebut mempengaruhi tingkah laku makan serangga tersebut, misalnya menyebabkan larva menjadi malas makan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan intensitas serangan pada perlakuan konvensional (kimia sintetis). Demikian juga halnya dengan dosis yang semakin tinggi berarti akan semakin banyak mengandung pestisida yang menyebabkan intensitas akan menurun akibat menurunnya selera makan dari serangga tersebut.

(18)

Tabel 4. Populasi hama tanaman tomat pada berbagai dosis perlakuan kompos dan pestisida dari batang tembakau.

Jumlah populasi hama Hama

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Dosis 4 Konven sional

Nilai LSD 0,05

Thrips 4.890a 4.583a 4.046a 3.614a 3.757a 1.468

Apis 1.656a 2.072a 1.938a 0.786a 0.524a 1.170

Spodoptera sp 0.223a 0.192a 0.119a 0.094a 0.093a 0.105

Heliotis sp 0.057a 0.026a 0.083a 1.742a 0.263a 1.421

Hama buah lainnya 0.145a 0.156a 0.333a 0.130a 0.947a 0.882

Tabel 5. Intensitas serangan hama tanaman tomat pada berbagai dosis perlakuan kompos dan pestisida dari batang tembakau.

Intensitas serangan (%) Hama

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Dosis 4 Konven sional

Nilai LSD 0,05

Thrips 0.311a 0.292a 0.292a 0.277a 0.263a 0.043

Apis 0.170a 0.125a 0.117a 0.066a 0.156a 0.11196

Spodoptera sp 0.181a 0.144ab 0.121b 0.099b 0.042c 0.033

Heliothis sp 0a 0.006a 0.026a 0.073a 0.080a 0.070

Hama buah lainnya 0.123a 0.072a 0.038a 0.028a 0.088a 0.125

Liriomyza sp. 0.311a 0.292a 0.292a 0.504a 0.263a 0.301

Pada tanaman bawang merah, hama utama yang menyerang adalah Spodoptera exigua seperti terlihat pada tabel 5 dan 6. Tabel 5 menunjukkan keberadaan populasi telur dan larva yang berdasarkan analisis bahwa pada kondisi organik maupun konvensional tidak berbeda secara nyata. Demikian juga antara perlakuan dosis hasilnya sama dalam penekanan populasi hama ulat bawang merah. Hal ini diduga karena sifat dari hama tersebut dimana telur biasanya terbungkus oleh selaput yang mampu melindunginya dari pengaruh insektisida , kecuali insektisida yang bersifat sistemik. Sedangkan larva dari hama Spodoptera exigua yang biasa menyerang daun bawang merah dari dalam, terutama larva muda instar 1 dan dua, sehingga masih terlindung dari insektisida terutama yang bersifat kontak. Hal ini yang memungkinkan intensitas serangan yang ditimbulkan juga tidak berbeda antara perlakuan.

Tabel 6. Populasi hama tanaman bawang merah pada berbagai dosis perlakuan kompos dan pestisida dari batang tembakau.

Jumlah populasi hama Hama

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Dosis 4 Konven sional

Nilai LSD 0,05

Telur Spodoptera exigua 0.055a 4.583a 0.121a 0.015a 0a 0.126

(19)

Tabel 7. Intensitas serangan hama tanaman bawang merah pada berbagai dosis perlakuan kompos dan pestisida dari batang tembakau.

Intensitas serangan (%) Hama

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Dosis 4 Konven sional

Nilai LSD 0,05

Spodoptera exigua 0.49a 0.473a 0.42 a 0.44a 0.473a 0.078

Tanaman kubis pada lokasi penelitian diserang oleh hama utama pemakan daun ( Plutella xylostella) dan pemakan krop ( Croccidolomia binotalis) dan ulat grayak (Sodoptera litura). Hasil analisis pengaruh perlakuan terhadap populasi dan intensitas serangannya ditunjukkan pada tabel 7 dan 8.

Tabel 8. Populasi hama pada tanaman kubis pada berbagai dosis perlakuan kompos dan pestisida dari batang tembakau.

Populasi hama pada tanaman kubis Hama

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Dosis 4 Konven sional Nilai LSD 0,05 Plutella xylostella 9.016 a 6.108 a 6.59 a 7.96 a 2.995 b 2.007 Crocidolomia binotalis 0.15 a 0 a 0.05 a 0 a 0 a 0.230 Spodoptera litura 2.653 a 5.166 a 1.13 a 0.85 a 0.375 a 3.256

Pada Tabel 7. di atas menunjukkan bahwa populasi hama pemakan krop dan ulat grayak tidak mampu ditekan secara nyata oleh perlakuan organik maupun konvensional, sedangkan terhadap hama pemakan daun menunjukkan bawa perlakuan konvensional menggunakan insektisida kimia sintetis sangat nyata kemampuannya menekan hama pemakan daun kubis tersebut. Namun terhadap intensitas serangan ketiga jenis hama tersebut seperti ditunjukkan pada tabel 8, semua perlakuan tidak berpengaruh secara nyata yang berarti pada hama pemakan daun kubis antara populasi dan intensitas serangan tidak berbanding lurus sebagaimana dinyatakan secara teoritis.

Tabel 9. ntensitas serangan hama pada tanaman kubis pada berbagai dosis perlakuan kompos dan pestisida dari batang tembakau.

Intensitas serangan hama pada tanaman kubis (%) Hama

Dosis1 Dosis2 Dosis3 Dosis4 Konven sional Nilai LSD 0,05 Plutella xylostella 0.261 a 0.266 a 0.26 a 0.25 a 0.212 a 0.057 Crocidolomia binotalis 0.265 a 0.216 a 0.242 a 0.268 a 0,996 a 0.169 Spodoptera litura 0.074 a 0.061 a 0.092 a 0.078 a 0.029 a 0.084

Pada variable produksi yang terdiri atas jumlah siung bawang merah, berat segar bawang merah, jumlah buah tomat dan jumlah bunga tanaman cabe ditunjukkan pada tabel 9 di bawah. Berdasarkan tabel tersebut jumlah suing bawang merah sama antara tanaman yang dibudidayakan secara organik maupun konvensional, demikian juga berat umbi segar bawang merah. Tapi perlakuan dosis insektisida nabati batang tembakau virgiania terdapat perbedaan yaitu tertinggi pada perlakuan Dosis 3 (pestisida 600 ml/10 l dan Kompos 75 kg/are) yaitu seberat 439,45 gr, namun tidak berbeda dengan dosis

(20)

tertinggi yang digunakan (pestisida 700 ml/10 l dan Kompos 100 kg/). Hal ini mengungkapkan bahwa terdapat dosis optimal untuk memperoleh hasil yang tertinggi, walaupun ada kecendrungan semakin tinggi dosis yang digunakan akan semakin baik hasil bawang merah yang diperoleh. Sedangkan pada tanaman kubis terlihat bahwa bobot krop tertinggi diperoleh pada perlakuan dosis tertingi (pestisida 700 ml/10 l dan Kompos 100 kg) artinya semakin tinggi dosis akan semakin tinggi krop kubis yang diperoleh. Terlihat bahwa pada tanaman kubis budidaya organik lebih baik dibandingkan dengan budidaya konvensional, walaupun pestisida tidak berpengaruh pada penekanan berbagai hama pada kubis. Hal ini berarti perlakuan pupuk organik dari limbah batang tembakau berpengaruh nyata terhadap produksi. Sementara pada tanaman tomat dan cabe perlakuan dan perbedaan system budidaya tidak memperlihatkan perbedaan pengaruh terhadap variabel produksi.

Tabel 10. Produksi berbagai tanaman sayuran yang diperlakukan limbah batang tembakau

Produksi Jenis

tanaman Variabel Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Dosis 4 Konven sional Nilai LSD 0,05 Bw. merah 1. Siung 2. Berat (gr) 7,93 b 167,84 b 8,13 b 159,88 b 9,70 a 439,45 a 8,07 b 324,21 ab 7,88 b 325,73 ab 0,785 160,16 Kubis Bobot krop(gr) 911,1 a 294,43 b 133,33 b 630 ab 386,57 ab 374.66

Tomat Jumlah buah 440 b 526,67 b 366,67 b 540 b 660 a 385,76

Cabe Jumlah bunga 6,33 a 1,25 a 0,25 a 14,67 a 3,67 a 21,66

Catatan . Dosis 1 (pestisida 400 ml/10 l dan Kompos 25 kg/are) Dosis 2 ( pestisida 500 ml/10 l dan Kompos 50 kg/are) Dosis 3 ( pestisida 600 ml/10 l dan Kompos 75 kg/are) Dosis 4 ( pestisida 700 ml/10 l dan Kompos 100 kg/are)

Konvensional ( Perlakuan dengan cara petani menggunakan pestisida dan pupuk kimia sintetis)

Berdasarkan hasil tersebut dosis pestisida maupun kompos akan berpengaruh sampai batas optimal, sehingga perlu dikaji ulang tentang penggunaan dosis optimal limbah batang tembakau baik sebagai pestisida nabati maupun sebagai bahan kompos.

3. Demonstrasi Penggunaan Limbah Pertanian (Daun Pisangkering dan Kiambang) Sebagai Campuran Substrat dalam Budidaya Jamur Tiram (Pleurotas ostreatus) a. Keragaan Paket Teknologi Produksi Jamur Tiram

Keragaan hasil yang meliputi waktu munculnya tunas pertama, jumlah badan buah, lebar tudung maksimal, panjang tangkai maksimal dan berat badan buah serta frekuensi panen selama tujuh pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan subtrat yang terdiri dari serbuk kayu, limbah daun pisang dan kiambang (Teknologi introduksi = T2) jauh lebih baik dibanding substrat dari bahan utama serbuk gergaji (Teknologi petani =T1) seperti yang terlihat pada Tabel 11.

(21)

Tabel. 11. Keragaan Hasil dari Demonstrasi Pemanfaatan Limbah Pertanian (Daun Pisang dan Kiambang) Sebagai Substrat Dalam Usahatani Jamur Tiram Selama Tujuh Bulan di Desa Tete Batu, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur Tahun 2007

Komponen produksi dan poduksi jamur tiram per Bag-Log Teknologi Waktu munculnya tunas pertama (hari) Jumlah badan buah (buah) Lebar tudung maksimal (cm) Panjang tangkai maksimal (cm) Berat badan (g) Frekuens i panen (kali) Produksi/ Bag-Log (g) Teknologi petani (substrat serbuk kayu)= T1) 18,20 4,82 9,87 3,12 18,40 6,24 553,43 Teknologi introduksi (substrat serbuk kayu + kiambang +daun pisang = T2) 13,30 7,24 12,24 4,55 28,90 10,05 2102,78

Tabel 11 terlihat bahwa rata-rata produksi perbag-log pada T2 dapat menghasilkan 2102,78 g jauh lebih besar dibanding T1 yang menghasilkan 553,43 g. Tingginya produksi pada T2 diprediksi bahwa campuran limbah tanaman khususnya kiambang sangat kaya nutrisi dan bahan organik lainnya sehingga dapat memacu tumbuhnya jamur dengan baik

Tahapan pelaksanaan pembuatan substrat pada T2 adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Bahan-bahan substrat

Bahan 1 : “ NPK dan Kiambang” Bahan 2: “ Daun pisang”

(22)

Bahan 5: ”Tepung jagung” Bahan 6: ”Serbuk kayu”

Tahap 2 : Mencampur ke enam bahan tersebut dengan terlebih dahulu NPK dilarutkan dalam air dan disiramkan pada campuran bahan sampai campuran bisa menggumpal.

Tahap 3: Substrat media ditempatkan dalam Bag-Log dan ditutup dengan kapas kemudian di sterilkan dengan cara memanaskan dalam dandang selama 7-9 jam. Bag-Log yang sudah steril didinginkan 1 hari kemudian diinokulasi denngan bibit jamur tiram

(23)

Tahap 4. Setelah Bag-Log diinokulasi segera ditutup kembali lubang dengan kapas, Bag-log ditempatkan pada para-para/rak-rak, setelah miselium terlihat penuh kapas segera dibuka untuk tempat tumbuhnya jamur.

b. Analisis Usahatani Jamur Tiram

Berdasarkan analisa usahatani jamur tiram dalam satu siklus usaha (7 bulan) pada skala 1000 bag-log maka teknologi introduksi (T2) nampaknya memberikan hasil yang lebih tinggi. Hal itu terlihat dari hasil rata-rata jumlah badan buah yang terbentuk, volume produksi setiap panen, interval panen dan umur produksi yang lebih tinggi (hasil kegiatan super imposed). Sehingga dari analisa usahatani nampak pada T2 Pendapatan petani dapat ditingkatkan sebesar 248 %, yaitu dari Rp.1.971.875,-/bulan menjadi Rp 4.891.071,-/bulan pada skala 1000 bag-log.

(24)

Tabel 12. Analisis Usahatani Jamur Tiram pada Paket Teknologi Petani (T1) dan Paket Teknologi Introduksi (T2) Skala 1000 Bag-log di Desa Tete Batu, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur. Tahun 2007.

Paket teknologi petani (T1) Paket teknologi introduksi (T2) Uraian Fisik Rp Fisik Rp 1. Rumah kumbung , ukuran 3 m x 3 m Rp. 900.000 (umur pakai 3 th) 75.000 (satu siklus usaha)

Rp. 900.000 (umur pakai 3 th)

75.000 (satu siklus usaha)

2. Alat semprot (knap

sack-sprayer)

300.000 (umur pakai 3

th)

25.000 (satu siklus usaha)

300.000 (umur pakai 3 th)

25.000 (satu siklus usaha) 3. Timbangan 150.000

(umur pakai 3 th)

12.500 (satu siklus usaha)

150.000 (umur pakai 3 th)

12.500 (satu siklus usaha)

4. Biaya Saprodi

a. Bibit jamur tiram 40 botol 1.000.000 40 botol 1.000.000 b. Substrat (Media dan

nutrisi) 1000 Bag-log 400.000 1000 Bag-log 600.000 c. Kantong plastic/PE/ Baglog 1000 lembar 150.000 1000 lembar 150.000 5. Tenaga kerja 90 OH 1350.000 180 OH 2.700.000

6. Total biaya produksi 2.012.500 3.562.500 7. Nilai Produksi (90% dari

bibit yang diusahakan)

495 kg selama 4 bulan (Rp. 20.000/kg) 9.900.000 1890 kg selama 7 bulan (Rp.20.000/kg) 37.800.000 8. Pendapatan selama 1 siklus produksi 7.887.500 34.237.500 9. Pendapatan(Rp bulan-1) 1.971.975 4.891.071 10. B/C Ratio 3,91 7,61

c. Respon Petani Terhadap Paket Teknologi Produksi Jamur Tiram

Hasil wawancara dengan responden (petani jamur, konsumen jamur, petani lain yang tertarik untuk usahatani jamur) terhadap paket teknologi yang dikaji yaitu T1 = paket teknologi petani dan T2 = paket teknologi introduksi, maka terdapat perbedaan respon terhadap kedua paket teknologi yang digelar (Tabel 4). Responden dimaksud adalah orang yang sama saat menyaksikan demonstrasi awal yaitu demonstrasi persiapan bahan, pembuatan bag-log dan pelaksanaan budidaya jamur tiram dan juga mengikuti demonstrasi akhir yaitu menyaksikan pertumbuhan jamur dan panen jamur serta ikut berdiskusi aktif dalam pelaksanaan demonstrasi.

Tabel 13. Respon Petani Terhadap Paket Teknologi Produksi Jamur Tiram (%) di Desa Tete Batu, Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur, Tahun 2007

Paket Teknologi Petani (T1) Paket Teknologi Introduksi (T2)

No. Responden

B TPT PJ P B TPT PJ P

1 Petani jamur tiram 80 90 80 75 90 90 85 90

2 Petani/masyarakat yang berminat mengusahakan jamur tiram

70 75 90 80 75 80 90 90

3 Konsumen jamur 80 65 90 80 80 60 90 80

Ket : B = Bahan yang dipergunakan; TPT= Tingkat penerapan teknologi; PJ = Keragaan jamur tiram dan P= Produksi Jamur Tiram. Skor penilaian pada masing-masing parameter antara 1 – 100.

Tabel 13 menunjukkan bahwa paket teknologi introduksi (T2) pada semua parameter yang ditanyakan tampaknya semua responden memberikan penilaian yang

(25)

lebih tinggi dibanding pada teknologi petani (T1). Terhadap pertanyaan tingkat penerapan teknologi yang biasanya sangat berperan pada adopsi teknologi menunjukkan bahwa petani jamur tiram menyatakan tidak ada perbedaan dan memberikan skor nilai 90. Kemudian terhadap parameter produksi jamur yang dihasilkan yaitu produksi total dari satu siklus usahatani jamur tiram (7 bulan) maka T2 memberikan hasil yang lebih tinggi dan hal itu diekspresikan terhadap skor nilai yang cukup tinggi, yaitu 90. Sedangkan terhadap pertanyaan terhadap bahan yang dipergunakan rata-rata para responden memberikan penilian terhadap T2 lebih sulit karena dikawatirkan bahan kiambang sulit diketemukan pada saat tidak ada pertanaman padi atau pada saat musim kemarau mengingat sifat tumbuhnya yang berada di genangan air.

4. Bodox Alternatif Penyediaan Protein Hewani Sebagai Pakan Ternak Itik Petelur Beberapa kegiatan yang telah dilakukan meliputi :

a. Pembuatan Bodox

Cara membuat bodox adalah dengan memfermentasikan ampas kelapa sampai berulat dan ulat inilah yang akan digunakan sebagai campuran pakan itik. Perlakuan dibuat dalam 2 perlakuan. Perlakuan pertama menggunakan dosis 1 kg konsentrat + 6 kg dedak + 1 kg bodox. Perlakuan kedua dengan menggunakan ransum pakan yang biasa dilakukan peternak itik pada umumnya, Setiap perlakuan diulang 2 kali.

b. Pembuatan Kandang Itik

Berdasarkan perlakuan yang ada dibuat 4 kandang. c. Hasil Yang Dicapai

Hingga bulan Desember itik belum menunjukkan perbedaaan yang nyata dalam jumlah telur yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian bodox dapat diterapkan sebagai subtitusi pakan bagi peternak itik petelur dalam upaya menekan biaya input dengan menggunakan bahan lokal yang tersedia di lokasi kegiatan.

5. Demplot Penggunaan Ramuan Walang Sangit Pada Ayam Kampung

Demplot ini menggunakan 30 ekor induk dan 3 ekor pejantan. Semua ayam yang ada dibagi dalam 3 perlakuan. Perlakuan pertama menggunakan ramuan walang sangit, perlakuan kedua menggunakan vaksin kimia yang beredar di pasaran dan perlakuan ketiga menggunakan pemeliharaan tradisional.

(26)

Tabel 14. Bahan dan Komposisi Ramuan Walang Sangit

Bahan-bahan Komposisi

Walang Sangit 0.1 kg

Kunyit 0,1 kg

Lengkuas 0,1 kg

Buah Mengkudu 3 buah

Nira 0,5 liter

Cara Pembuatan

• Bahan-bahan ditimbang sesuai takaran

• Kunyit, lengkuas, dan buah mengkudu di parut

• Walang sangit digiling/ditumbuk hingga halus lalu disatukan dengan kunyit, lengkuas dan buah mengkudu yang sudah diparut

• Masukkan bahan-bahan ke dalam air nira yang sudah disiapkan • Aduk sampai rata dan didiamkan selama 12 jam.

• Setelah 12 jam adonan diperas dengan kain kasa/ kain saring.

• Larutan diendapkan hingga terjadi fermentasi pada larutan dan dibiarkan selama 36 jam dan dibuka setiap 6 jam.

• Setelah terjadi pengendapan cairan dipindahkan dengan menggunakan spet dan ditempatkan pada suatu wadah

Cara Pemakaian

• Untuk mencegah serangan penyakit pada unggas, dimulai dari pemberian tetes kekebalan cairan jernih kepada anak unggas dengan menggunakan kapas yang sudah dicelupkan pada cairan lalu diperas pada mulut unggas yang paruhnya telah dibuka.

• Untuk merangsang pertumbuhan unggas campurkan cairan pekat pada umpan dengan takaran setiap 15 ml diaduk pada umpan 0,5 kg

• Untuk merangsang birahi induk dan pejantan campurkan cairan pekat 5 ml dengan 1 genggam beras dengan air minum diberikan tetes cairan jernih 20 ml pada 0,2 liter air bersih,

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi ramuan walang sangit dan perlakuan penggunaan vaksin yang beredar di pasaran menunjukkan jumlah mortalitas yang tidak berbeda nyata yaitu pada kisaran 45 ekor anak ayam dari bulan Mei hingga November. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa penggunanan ramuan walang sangit dapat digunakan sebagai pengganti vaksin kimia, mengingat peternak sulit membeli vaksin atau lokasi yang berada jauh dari perkotaan, sehingga ramuan walang sangit dapat dijadikan alternatif pengganti vaksin kimia. Perlakuan pemeliharaan secara tradisional menghasilkan jumlah mortalitas yang lebih besar dari

(27)

kedua perlakuan sebelumnya yaitu sebesar 60 ekor anak ayam dari bulan Mei hingga November.

6. Demplot Pemanfaatan Buah Maja Sebagai Bahan Ramuan Pestisida Nabati Untuk Pengendalian Walang Sangit Pada Tanaman Padi

Seiring semakin meningkatnya harga pestisida mendorong dibuatnya pestisida nabati sebagai upaya penekanan biaya input dalam budidaya tanaman padi.

Prosedur Pembuatan Ramuan Pestisida Nabati dari Buah Maja a) Persiapan Bahan-bahan untuk Ramuan

b) Buah maja 3 kg, daun jelanga 2 kg, batang berotowali 0,5 kg, lengkuas 0,5 kg, jeringo 0,2 kg dan daun tembakau 5 kg serta air 4 liter.

c) Persiapan Pembuatan Ramuan

• Bahan-bahan ditimbang sesuai kebutuhan • Bahan-bahan ditumbuk sampai halus Cara Pembuatan Ramuan Pestisida Nabati

a) Pestisida yang telah ditumbuk halus direndam dalam ember selama 36 jam

b) Setelah terjadi fermentasi ditandai dengan tidak adanya gelembung dalam rendaman pestisida, selanjutnya adonan diperas dengan kain saring atau kain kasa

c) Hasil saringan diendapkan lagi selama 2-4 jam lalu disaring kembali sampai cairan bersih dari ampas sehingga tidak menutup lubang nozzle ketika penyemprotan

Proses Aplikasi pestisida

a) Campurkan 500 ml pestisida nabati dengan 14 liter air ke dalam tangki, lalu disemprotkan merata pada padi

b) Upayakan penyemprotan dilaksanakan pada sore hari

c) Penyemprotan sebaiknya dilakukan setiap 6 hari (disesuaikan dengan keadaan) sampai panen

Pencapaian Produksi Padi

Hasil padi pada masing-masing petak adalah sebagai berikut :

Tabel 15. Hasil Pencapaian Padi Sesuai Perlakuan Pada Masing-Masing Petak

Petak Luas Perlakuan Hasil (GKP) kg

A 0.1 Menggunakan pestisida nabati 674

B 0.1 Menggunakan pestisida kimia 622

C 0.1 Tanpa aplikasi 491

Berdasarkan hasil produksi tersebut terlihat bahwa penggunaan pestisida nabati memiliki hasil yang lebih tinggi namun secara statistik tidak berbeda nyata. Penggunaan

(28)

bahan lokal buah maja sebagai pengganti pestisida kimia menguntungkan karena dapat menurunkan input usaha dan meningkatkan keuntungan yang diperoleh petani.

IV. KESIMPULAN

1. Sistim pemeliharaan intensif pada ayam arab secara berkelompok yang ditempatkan dalam satu ruang kandang produksi telurnya lebih rendah bila dibandingkan dengan pemeliharaan secara intensif dalam kandang baterai

2. Usaha pemeliharaan ayam arab untuk menghasilkan telur tetas (bibit) dengan kapasitas 60 ekor induk betina menguntungkan bagi petani dengan B/C ratio 1,27, dengan demikian petani memperoleh pendapatan sebesar Rp. 313.400,-/bulan

3. Fertilitas telur tetas yang tinggi dihasikan melalui sistem perkawinan alami dengan rasio jantan dan betina 1: 6 dan melakukan rotasi pejantan secara berselang dan bergilir sebanyak 2 kali dalam sebulan.

4. Rotasi pejantan sebaiknya mulai dilakukan setelah pejantan mengalami rasa bosan terhadap betina, yang ditandai dengan pejantan memilih beberapa ekor betina saja dalam kelompoknya untuk dikawini.

5. Secara umum bahan baku batang tembakau sebagai pestisida nabati dan kompos cukup potensial karena jumlahnya yang melimpah di berbagai tempat sentra penanaman tembakau virginia di pulau Lombok, terutama Lombok Timur

6. Usahatani sayuran organik mempunyai prospek untuk dikembangkan di pulau Lombok karena bahan baku untuk sarana produksi (pupuk dan pestisida) cukup tersedia terutama dari limbah pertanian dan peternakan. Namun pemasaran masih menjadi kendala karena masyarakat secara umum belum memahami kelebihan produk organik 7. Pestisida nabati berbahan baku limbah batang tembakau yang digunakan selama percobaan menunjukkan hasil yang hampir sama dengan insektisida kimia sintetis untuk menekan hama penting tanaman bawang merah, tomat dan cabe, dan diharapkan mampu mengkonservasi musuh alami agar berperan sebagai agen pengendali hayati.

8. Kelompok tani yang terlibat dalam kegiatan ini cukup antusias untuk mengembangkan pestisida dan kompos berbahan baku batang tembakau dan akan menyebarkan informasi hasil yang dicapai pada kegiatan ini kehalayak untuk memperkenalkan sistem pertanian organik.

9. Kelompok Tani Punik mitra dalam kegiatan ini bahkan akan mengembangkan pestisida dan kompos berbahan baku batang tembakau secara komersial mengingat berlimpahnya limbah tersebut di lokasi mereka.

(29)

10. Limbah tanaman berupa kiambang (azola) dan daun pisang sangat baik sebagai campuran substrat dalam meramu media tumbuh dalam budidaya jamur tiram. Paket teknologi tersebut memberikan hasil rata-rata 2102,78 g per bag-log sedangkan teknologi petani atau pada umumnya hanya sebesar 553,43 g per bag-log.

11. Budidaya jamur tiram menggunakan limbah tanaman kiambang dan pisang juga dapat memperpanjang dari siklus produksi jamur tiram.

12. Dengan hasil yang dicapai pada kegiatan demonnstrasi penggunaan limbah tanaman sebagai substrat dalam budidaya jamur tiram tersebut maka dapat dipergunakan sebagai rekomendasi dalam perbaikan usahatani jamur tiram di wilayah Nusa Tenggara Barat khususnya di Kabupaten Lombok Timur

13. Bodox dapat digunakan sebagai alternatif campuran pakan itik sebagai pendukung nutrisi proteinnya.

14. Bahan baku bodox mudah didapat hanya diperlukan kesabaran dan keuletan dalam membuatnya.

15. Ramuan walang sangit dapat digunakan sebagai pengganti vaksin kimia yang beredar di pasar, mengingat lokasi peternak di Lombok Timur jauh dari toko yang menjual vaksin ayam sehingga dapat menekan biaya input pemeliharaan ayam.

16. Penggunaan bahan lokal buah maja sebagai pengganti pestisida kimia menguntungkan karena dapat menurunkan input usaha dan meningkatkan keuntungan yang diperoleh petani.

V. PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK

1. Masyarakat atau penemu pengetahuan tradisional asli melalui kegiatan inisiatif lokal bisa mengekspresikan hasil temuannya.

2. Masyarakat atau kelompok tani dapat belajar dari petani melalui kegiatan demplot pengetahuan tradisional asli yang difasilitasi oleh BPTP.

3. Kegiatan inisiatif lokal disesuaikan dengan keperluan penduduk setempat, sifatnya ramah lingkungan atau tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan karena dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat

(30)

Lampiran 1. Kegiatan Demplot Sistim Rotasi Pejantan pada Perkawinan Kelompok dan Pemanfaatan Kardus Sebagai Mesin Tetas Untuk Meningkatkan Produktivitas Ayam Arab

Gambar 1. Bangunan Kandang

Gambar 2. Pembuatan Mesin Tetas

(31)

Gambar. 4. Mesin tetas Triplek Gambar. 5 Bagian dalam Mesin Tetas Triplek

Gambar. 6 Mesin Tetas Kardus Gambar. 7. Bagian Dalam Mesin Tetas Kardus

Gambar. 8. Ayam Sedang Menetas Gambar. 9. Ayam Sedang Menetas pada mesin tetas kardus ada mesin tetas Triplek

(32)

Gambar.10 DOC Hasil Penetasan Gambar.11 DOC Hasil Penetasan

Gambar.12. Kandang DOC Gambar.13. Kandang DOC

(33)

Gambar Bagian-Bagian alat Mesin Tetas Kardus

Kotak Bagian Dalam

(Kotak Tempat Telur)

Kotak Bagian Luar

(Kotak Lapisan Luar)

Rak Telur

Tempat air

(Bagian Dalam Kotak)

Termometer

Dimer Kontrol

Tumpuan nyala lilin Lampu/sumber panas

(34)

(Penutup Mesin Tetas, tampak dalam)

Penutup

Dimer kontrol

(Penutup Mesin Tetas, tampak luar)

Gambar: Tehnis Perakitan Mesin Tetas Kardus

(35)

Gambar

Tabel 1. Hasil seleksi proposal yang masuk
Tabel 2. Jumlah populasi hama tanaman cabe pada berbagai dosis perlakuan kompos  dan pestisida dari batang tembakau
Tabel 3. Intensitas serangan hama tanaman cabe pada berbagai dosis perlakuan   kompos dan pestisida dari batang tembakau
Tabel 4. Populasi hama tanaman tomat pada berbagai dosis perlakuan kompos dan  pestisida dari batang tembakau
+7

Referensi

Dokumen terkait

0,001 0,508 Ada hubungan Berdasarkan uji yang telah dilakukan menggunakan SPSS, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara postur

(1) Harapan terhadap terhadap layanan di PGPAUD UNJ adalah kualitas SDM yang menunjang (dosen dan karyawan) sehingga mampu memberikan layanan pendidikan dan administrasi yang

Kepatuhan ini dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh ( total compliance ) dimana pada kondisi ini penarik becak patuh secara sungguh-sungguh terhadap

يى ميلعتلا ذيفنت ططلس في بوتكلدا نًوقتلا عون ثم ،لمعلا رابتخا .ةباتكلا رابتخاب ساقي نأ عيطتسي لا ناسنلإا ملاك ةراهم نلأ 2 ) لحرم ة

Paprika juga memiliki kandungan vitamin A sehingga sangat baik untuk kesehatan mata karena dapat menghalangi paparan sinar ultraviolet yang akan mengenai lensa

Seperti yang diungkapkan dalam hasil wawancara mengenai cara berkomunikasi yang dirasa efektive, bahwa kedua sales lebih memilih saluran komunikasi semi formal

bahwa sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) huruf b Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi

Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuan aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi