• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOP IGD Puskesmas Sedong 3007.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SOP IGD Puskesmas Sedong 3007.docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Triase Instalasi Gawat Darurat

SOP No. Dokumen No. Revisi TanggalTerbit Halaman 2

Pemerintahan

Kabupaten

Carbon

Dr.Rexy oktavianus NIP.19771210201101 1001

UPT

PUSKESMAS

DTP SEDONG

Pengertian Pengelompokan atau proses memilah-milah keadaan pasien berdasarkan kegawatdaruratan dan berat – ringannya trauma atau penyakit pasien

Tujuan Setiap pasien yang datang dapat ditangani dengan cepat dan tepat sesuai dengan jenis kasus dan tingkat kegawatan.

Kebijakan

Proses triase, dilakukan langsung oleh perawat Instalasi Gawat Darurat. 1. Pertolongan pada pelayanan Gawat Darurat sehari-hari dahulukan korban

yang kondisinya berat sekali.

2. Prioritas Pertolongan dengan labelisasi warna  Merah : Gawat Darurat

 Kuning : Gawat Tidak Darurat atau Darurat Tidak Gawat  Hijau : Tidak Gawat Tidak Darurat

 Hitam : Meninggal Referensi

Prosedur a. Petugas menerima pasien yang datang dan membawanya ke ruang triase.

b. Perawat IGD melakukan anamnesa dengan cepat nama, umur dan alamat pasien serta keluhan utama pasien, pada pasien untuk menilai tingkat kesadaran, pasien, bila perlu menyetuh atau menggovanng bahu pasien dengan tetap menjaga prosesionalitas. c. Perawat IGD memeriksa gangguan jalan nafas (lihat, raba dan

dengar).

d. Perawat IGD Memeriksa gangguan sirkulasi pada pasien dengan memeriksa nadi pasien (nadi radialis/carotis)

e. Perawat IGD Memeriksa adanya luka, patah tulang maupun perdarahan dengan cara melihat dan meraba tubuh korban secara detail mulai dari kepala sampai ujung kaki sesuai dengan kondisi korban.

f. Dari hasil pemeriksaan, Perawat IGD menentukan kategori pasien berdasarkan label pelayanan :

1. Label merah : Emergensi. Pasien Gawat dan darurat, pasien ini harus mendapat pertolongan dengan prioritas penangan pertama P1 Contoh : Pasien dengan keluhan AMI (Acute Myocardiac Infarct), pasien dengan distress pernafasan, sumbatan jalan nafas, gangguan sirkulasi, luka bakar luas, akut abdomen, shok.

2. Label Kuning : Urgent.Pasien tidak gawat tapi darurat atau gawat tidak darurat,pasien ini harus mendapat pertolongan dengan prioritas penanganan kedua P2. Contoh : Pasien dengan luka bakar ringan, patah tulang tanpa shock, pasien luka sobek tanpa shock,

3. Label Hijau : Non Urgent. Pasien tidak gawat dan tidak darurat, pasien ini akan mendapat prioritas penanganan ketiga P3 4. Label Hitam : Expentant. Pasien mengalami cedera

(2)

mematikan dan akan meninggal meski mendapat pertolongan. g. Perawat IGD menginformasikan hasil triase kepada dokter jaga IGD.

Dokter jaga memeriksa keadaan umum pasin untuk melihat kondisi pasien.

(3)

Sarana dan prasarana IGD berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009

1. Toilet

2. Ruang rekam medic

3. Ruang Triase : bisa digabung dengan ruangan lain 4. Ruang resusitasi

5. Ruang non-bedah

6. Ruang anak : bisa digabung dengan ruangan lain Alur Pelayanan IGD 24 jam

Pasien Datang

Tatakelola IGD

Bed yang dibutuhkan : 4. Dua diantaranya digunakan untuk pasien dengan label MERAH dan HITAM. Bed untuk Triase menggunakan 2 bed lain yang dapat digunakan untuk pasien dengan label KUNING dan HIJAU. Bed untuk pasien berlabel MERAH dan HITAM bisa digunakan jika terpaksa

Tirai atau sekat pemisah

BED untuk pasien label MERAH BED untuk pasien label Hijau / TRIASE BED untuk pasien label HITAM

Tentukan skala Triase : merah, Kunin, Hijau , Hitam

BED untuk pasien label

KUNING / TRIASE

PINTU MASUK IGD

Rawat Inap Tindakan Rujuk Rawat Jalan Sudah melewat Fase krits Stabilisasi (airway, breathing, circulaton)

Gawat Darurat Tidak gawatdarurat IGD

(4)

Rujukan Pasien

SOP No. Dokumen No. Revisi TanggalTerbit Halaman 2

Pemerintahan

Kabupaten

Carbon

Dr.Rexy oktavianus NIP.19771210201101 1001

UPT

PUSKESMAS

DTP SEDONG

Pengertian

 Pasien dirujuk adalah pasien yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau fasilitas khusus yang tidak tersedia di Puskesmas. Indikasi :

 Pengobatan dan atau tindakan tertentu yang diperlukan tidak bisa dilakukan di Puskesmas

 Fasilitas, baik Peralatan maupun tenaga profesional (ahli) yang tidak dimiliki atau peralatan yang dimiliki sedang dalam keadaan rusak  Atas permintaan pasien dan atau keluarga untuk di rujuk Rumah

Sakit yang dituju Tujuan

 Mengirim pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain secara cepat, cermat dan aman bagi pasien

 Menjalin kerjasama yang baik dan efisien dengan rumah sakit yang di tuju

Kebijakan Pelayanan pasien rujukan ke Rumah Sakit dilakukan dalam kerjasama tim sesuai standar

Referensi Permenkes No.75 tahun 2014 Bab 1, pasal 1, ayat 9

Prosedur A. Pasien yang akan drujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari :

1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi 2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis

ternyata tidak mampu diatasi

3. Memerluka pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.

4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu B. Prosedur Standar merujuk pasien

Prosedur Klinis:

A. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding.

B. Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus. C. Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan

D. Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis/Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.

E. Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan (serah terima dengan perawat UGD)

(5)

Prosedur Administratif:

A. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.

B. Membuat catatan rekam medis pasien dan lembar observasi (Jika perlu)

C. Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan). D. Membuat surat rujukan

E. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.

F. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan tempat tujuan rujukan.

G. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang bersangkutan dan sudah dipastikan kesiapan fasilitas rujukan (telepon UGD yang akan dituju)

(6)

Persiapan Pasien Rujukan

SOP No. Dokumen No. Revisi TanggalTerbit Halaman 1

Pemerintahan

Kabupaten

Carbon

Dr.Rexy oktavianus NIP.19771210201101 1001

UPT

PUSKESMAS

DTP SEDONG

Pengertian Persiapan pasien rujukan adalah langkah – langkah yang harus dilakukan sebelum pasien dikirim ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi Tujuan Agar pasien dirujuk dalam kondisi stabil dan aman selama perjalanan

menuju fasilitas pelayanan yang lebih tinggi Kebijakan

 UU Kesehatan 36 tahun 2009

 UU praktek kedokteran 2004

Permenkes 128 tahun 2004

Referensi Peraturan Menteri Kesehatan No.1 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan

Prosedur

a. Petugas menjelaskan alasan pasien dirujuk, b. Petugas menyiapkan lembar inform consent,

c. Petugas menjelaskan isi inform consent kepada pasien dan keluarga, d. Petugas meyakinkan pasien dan keluarga bahwa setuju untuk

dirujuk,

e. Petugas meminta pasien atau keluarga untukmenandatangani inform consent,

f. Petugas menandatangani inform consent yang telah ditandatangani pasien dan keluarga,

g. Petugas menyiapkan surat rujukan,

h. Petugas melengkapi surat rujukan berupa nomor, identitas pasien, diagnose, tanda tangan petugas dan stempel Puskesmas,

i. Petugas memastikan pasien dalam kondisi stabil,

j. Petugas memastikan alat - alat kesehatan yang terpasang pada pasien dalam keadaan baik,

k. Petugas menyiapkan alat kesehatan dan obat – obat yang diperlukan dalam proses rujukan

l. Petugas menyiapkan ambulance, m. Petugas mengantarkan pasien. Unit terkait UGD, Perawat IGD, Petugas Ambulance

(7)

Pemasangan Infus

SOP No. Dokumen No. Revisi TanggalTerbit Halaman 2

Pemerintahan

Kabupaten

Carbon

Dr.Rexy oktavianus NIP.19771210201101 1001

UPT

PUSKESMAS

DTP SEDONG

Pengertian Memasukkan cairan obat ke dalam tubuh, langsung melalui pembuluh darah vena dengan menggunakan infus set.

Tujuan

Untuk pengobatan tertentu

Memenuhi kekurangan cairan/elektrolit

Memenuhi nutrisi bagi pasien yang tidakl boleh makan per oral Kebijakan

Referensi Permenkes No 5 tahun 2014 Prosedur 1. Persiapan Alat

 Infus set steril

 Jarum infus steril (misal : Abbocath, Veinflon, Surflow,dsb)  Kasa steril pada tempatnya

 Kapas alkohol 70%

 Cairan infus yang diperlukan  Cairan Betadine

 Perlak dan alasnya

 Karet pembendung (Torniquet)  Korentang steril pada tempatnya  Plester, gunting verband, verband  Gantungan.standar infus

 Bidai/spalk yang sudah dibalur  Bengkok

 Jam tangan

 Alat tulis dan lembaran observasi cairan 2. Persiapan Penderita

 Petugas memperkenalkan diri

 Menjelaskan tujuan/serta sebab dan akibat pemasangan infus baik terhadap penderita maupun keluarganya

 Menjelaskan langkah perasat yang akan dilakukan  Menyiapkan posisi penderita

 Menyiapkan suasana lingkungan penderita yang aman dan nyaman 3. Pelaksanaan Tindakan :

a. Alat – alat didekatkan pada penderita b. Petugas mencuci tangan

c. Pasang alas dan bantal pada lokasi yang akan dipasang infus d. Cairan yang diperlukan digantung pada standar infus

e. Tutup botol cairan dilepas kemudian didesinfeksi kapas alkohol 70 % f. Infus set dibuka dan kran selang infus ditutup, kemudian tusukkan

pipa saluran infus pada botol cairan yang sudah didesinfeksi

g. Isi Recervoir/tabung selang infus dengan cairan sampai batas yang sudah ditentukan

h. Tutup jarum selang infus dibuka, cairan infus dialirkan sampai keluar dengan cara membuka kran selang infus secara pelan-pelan agar tidak ada udara yang tersisa di dalam selang infus, setelah cairan infus sudah keluar kran selang infus ditutup kembali

i. Tourniquet dipasang pada daerah yang akan dipasang infus

j. Cuci tangan dengan sedikit alkohol, kemudian lokasi yang akan ditusuk jarum (abbocath,Veinflon0 didesinfeksi dengan kapas alkohol

(8)

70% atau betadine, tunggu sampai kering

k. Pastikan dengan tepat bahwa vena tersebut dapat dipasang infus l. Jarum infus (abbocath,venflon) ditusukkan ke dalam vena yang

sudah disiapkam dengan posisi lubang jarum infus menghadap ke atas (bila pembuluh darah vena tersebut baik dan tidak kolap) dan apabila pembuluh darah vena dalam keadaan kolap maka lubang jarum infus dihadapkan ke bawah.

m. Mandrin jarum infus ditarik sedikit untuk mengontrol apakah kanula jarum infus sudah masuk vena dengan tepat

n. Tourniquet dilepas

o. Kanula jarum infus disambung dengan selang infus

p. Cairan infus dikeluarkan secara menetes dan observasi reaksi penderita

q. Observasi reaksi penderita baik verbal maupun non verbal

r. Bila tetesan cairan lancar pangkal jarum infus difiksasi dengan tepat s. Pangkal jarum infus ditutup dengan kasa betadine

t. Tetesan cairan infus diatur sesuai dengan kebutuhan/program

u. Pasien diatur pada posisi yang nyaman, bila perlu pasang spalk/bidai v. Bereskan alat-alat

w. Cuci tangan 4. Perhatikan:

 Bila infus dipasang terus menerus, maka setiap tiga hari infus tersebut harus diganti atau sewaktu-waktu bila ada tanda plebitis  Tutup kasa betadine tiap hari harus diganti

 Lakukan observasi tanda-tanda plebitis setiap saat  Tulis tanggal pemasangan pada plester penahn

 Perhatikan jangan sampai botol infus kosong yang menimbulkan emboli

(9)

Tindakan Melepas Infus

SOP No. Dokumen No. Revisi TanggalTerbit Halaman 2

Pemerintahan

Kabupaten

Carbon

Dr.Rexy oktavianus NIP.19771210201101 1001

UPT

PUSKESMAS

DTP SEDONG

Pengertian Tindakan melepas infus adalah suatu langkah tindakan melepas intravena fluid drip

Tujuan Untuk menghentikan pemberian terapi injeksi atau cairan infus Kebijakan

Referensi Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : Salemba Medika

Prosedur 1. Perisiapan alat : a. Baki beserta alas b. Gunting verban c. Plester/hansaplast d. Kapas e. Betadine zalf f. Betadine cair g. Alcohol 70% h. Bengkok i. Hanscoen j. Perlak/alas

2. Persiapan pasien dan lingkungan a. Tahap Pra Interaksi

Cek catatan medis dan perawatan b. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien

2. Menayakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

3. Menjelaskan prosedur tentang tindakan yang akan dilakukan dan tujuan melepas infus

c. Tahap kerja

1. Menjaga privasi 2. Mencuci tangan

3. Membawa alat-alat ke dekat pasien 4. Memakai hanscoen

5. Mengajak keluarga untuk bekerjasama dengan perawat saat dilakukan tindakan seperti : membantu memegangi anaknya (bila pasien anak)

6. Menggunting tepat dibelakang spalk satu persatu untuk mencegak kecelakaan/lepas plester satu persatu bila pasien anak

7. Melepaskan plester dengan menggunakan kapas alcohol 8. Menyiapkan kapas yang sudah diberi betadine untuk

disinfektan pada saat mencabut vena kateter

9. Bekas tusukan ditekan dengan kapas betadine bberapa menit untuk mencegah perdarahan dan kapas betadine bekas pakai dibuang ke bengkok

10. Jika darah tidak keluar lagi, sekitar luka dibersihkan sekali lagi dengan kapas betadine untuk mencegah infeksi silang.

11. Bekas luka sebelum ditutup diolesi betadine zalf 12. Luka ditutup dengan plester

(10)

d. Tahap terminasi

1. Mengevaluasi hasil tindakan 2. Berpamitan dengan pasien

3. Mebereskan dan mengembalikan alat ke tempat semula 4. Mencuci tangan

Perhatian :

1. Sebelum melepas infus perawat harus memberikan informed consent kepada keluarga pasien.

2. Perawat menggunakan gunting perban untuk membuka spalk pada pasien anak

(11)

Anestesi Lokal

SOP No. Dokumen No. Revisi TanggalTerbit Halaman 1

Pemerintahan

Kabupaten

Carbon

Dr.Rexy oktavianus NIP.19771210201101 1001

UPT

PUSKESMAS

DTP SEDONG

Pengertian Tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi sensasi dibagian tubuh tertentu

Tujuan

Sebagai acuan prosedur anastesi untuk mengurangi rasa tidak nyaman atau rasa sakit pada saat tindakan tertentu dilakukan, misalnya penjahitan atau pembedahan minor.

Kebijakan

Referensi 1. UU RI NO 29 TAHUN 2004 tentang Praktek Kedokteran 2. Permenkes No 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas

Prosedur

Persiapan Bahan dan Alat :Kapas DTT,Chloretil, Lidokain 1 %, Spuit3/5 cc Langkah – Langkah Prosedur :

1. Setelah pasien mengisi dan menanda tangani lembar informed consent petugas menyiapkan alat, diantaranya : spruit 3/5cc, lidokain 1 %, kapas DTT, sarung tangan.

2. Dokter atau petugas menyiapkan pasien.

3. Dokter atau petugas memberi tahu pasien akan dilakukan penyuntikan untuk mengurangi rasa sakit saat tindakan penjahitan atau pembedahan minor lainnya.

4. Dokter atau petugas menggunakan sarung tangan .

5. Bersihkan area yang akan dilakukan tindakan dengan kapas DTT 6. Pasang duk atau kain steril untuk memperkecil ruang tindakan

7. Masukan jarum pada ujung laserasi atau luka dan dorong masuk ke arah bawah antara mukosa dan kulit sepanjang luka mengikuti garis dimana jarum jahitnya akan masuk atau keluar.

8. Aspirasi dan kemudian injeksinya anestesi tersebut sambil menarik jarum ke titik dimana jarum masuk atau jika tidak dilakukan aspirasi maka setelah spuit dimasukan sampai dalam kemudian ditarik sambil disemprotkan perlahan-lahan.

9. Hentikan penginjeksian anestesi atau jangan jarum dicabut tapi dibelokan kembali jarum sepanjang garis lain dimana direncanakan akan dibuat jahitan.

10. Ulangi proses penusukan jarum pada ujung luka disebelahnya, sehingga seluruh daerah kemungkinan akan dijahit sudah dianestesi. 11. Tunggu bberapa lama dan sambil melakukan penekanan pada luka 12. Lakukan tindakan bedah jika pasien sudah terlihat baal.

Unit terkait 13. IGD, Poned, KIA, Poli Gigi

Penjahitan Luka

SOP No. Dokumen No. Revisi TanggalTerbit Halaman 2

(12)

Pemerintahan

Kabupaten

Carbon

Dr.Rexy oktavianus NIP.19771210201101 1001

UPT

PUSKESMAS

DTP SEDONG

Pengertian Melakukan penjahitan luka pada penderita yang mengalami luka Tujuan Mencegah terjadinya infeksi

Membantu proses penyembuhan luka Kebijakan

Referensi Permenkes 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Permenkes no.75 tahun 2014 tentang Puskesmas

Prosedur

A. Persiapan penderita

Penderita dan keluarga diberitahu tentang maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan

B. Persiapan alat

 Anti septic : betadin,alcohol

 Obat untuk anestesi sesuai ketentuan misal lidokain 2%  Benang jahit,sesuai kebutuhan

 Bengkok

 Gunting,plester

 Tromol kasa,korentang steril  Sarung tangan

 Cairan pembersih luka : Cairan isotonic (NaCl 0.9%, Ringer Lactat),  Spuit sesuai kebutuhan anestesi

 Set jahit :

 Pembawa jarum

 Arteri klem lurus/bengkok  Pincet cirurgies

 Gunting luka stetil  Penjepit kain  Jarum jahit

 Doek steril/kain penutup luka  Sarung tangan

 Pembalut luka sesuai dengan kebutuhan C. Langkah-langkah :

1. Mencuci tangan

2. Membersihkan luka dengan cairan isotonic atau antiseptik 3. Memberikan obat anestesi dengan injeksi disekitar luka 4. Membersihkan luka dengan cairan isotonik

5. Mendesinfeksi luka dan sekitarnya dengan betadine 6. Menggunakan sarung tangan steril

7. Memasang doek lubang

8. Menjahit luka, dan pastikan hal berikut :  Lokasi menjahit benar

 Jenis benang benar

 Ukuran jarum benang benar

9. Memberikan betadin dan sufratul sesuai instruksi dokter 10. Melakukan teknik aseptic selama bekerja

11. Membalut luka sesuai kebutuhan 12. Membereskan alat-alat

13. Mencuci tangan

14. Menuliskan pada status pasien : jenis benang,jumlah jahitan luar dan dalam

15. Menjelaskan pada penderita tentang perawatan luka dirumah Unit terkait IGD, Perawat IGD,Dokter

(13)

Pengangkatan Jahitan

SOP No. Dokumen No. Revisi TanggalTerbit Halaman 2

Pemerintahan

Kabupaten

Carbon

Dr.Rexy oktavianus NIP.19771210201101 1001

UPT

PUSKESMAS

DTP SEDONG

Pengertian Merupakan proses pengangkatan material jahitan pada suatu luka. Tujuan Mencegah terjadinya infeksi silang

Membantu proses penyembuhan luka Kebijakan

Referensi

Modul 3 Keterampilan dasar kebidanan II. Pusat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan badan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia. Jakarta. 2015

Prosedur A. Lama pengangkatan jahitan sebagai berikut :  Muka atau leher hari ke-5

 Perut pada hari ke-7 sampai 10 T  Telapak tangan pada hari ke-10  Jari tangan pada hari ke-10  Tungkai atas hari ke-10

 Tungkai bawah hari ke-10 sampai 14  Dada hari ke-7

 Punggung hari ke 10-14 B. Alat :

1. Set perawatan luka dan angkat jahitan dalam bak instrument steril: • Sarung tangan steril

• Pinset 4 (2 anatomis, 2 sirurgis) • Gunting hecting up • Lidi waten • Kom 2 buah • Kasa steril 2. Plester 3. Gunting perban 4. Bengkok 2 buah 5. Larutan NaCl 6. Perlak alas 7. Betadin 8. Korentang 9. Alkohol 70%

10. Kapas bulat dan sarung tangan bersih C. Pelaksanaan :

1. Jelaskan prosedur pada pasien dengan menggambarkan langkah-langkah perawatan luka

2. Dekatkan semua peralatan yang diperlukan 3. Dekatkan bengkok didekat pasien

4. Tutup ruangan dengan tirai disekitar tempat tidur 5. Bantu pasien pada posisi nyaman

6. Cuci tangan secara menyeluruh 7. Pasang perlak dan alas

8. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, angkat balutan dengan pinset

9. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar dengan kulit yang mengarah pada balutan 10. Dengan sarung tangan/pinset, angkat balutan

(14)

NaCl

12. Observasi karakter dan jumlah drainase

13. Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dan buang pada bengkok yang berisi clorin 5%

14. Buka bak instrument, siapkan betadin dan larutan NaCl pada kom, siapkan plester,

15. Kenakan sarung tangan steril

16. Inspeksi luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan dan karakter drainase serta palpasi luka (kalau perlu)

17. Bersihkan luka dengan NaCl dan betadin dengan memggunakan pinset. Gunakan satu kasa untuk sekali usapan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi. Gunakan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi/ tepi luka

18. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka, usap dengan cara seperti pada langkah 17

19. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling dengan cara: menjepit simpul jahitan dengan pinset sirurgis dan ditarik sedikit ke atas kemudian menggunting benang tepat dibawah simpul yang berdekatan dengan kulit/ pada sisi lain yang tidak ada simpulnya. 20. Olesi luka dengan betadin

21. Menutup luka dengan kasa steril dan di plester 22. Merapikan pasien

23. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan ke tempatnya 24. Melepaskan sarung tangan

25. Cuci tangan

(15)

Shok Anafilaktik

SOP No. Dokumen No. Revisi TanggalTerbit Halaman 1

Pemerintahan

Kabupaten

Carbon

Dr.Rexy oktavianus NIP.19771210201101 1001

UPT

PUSKESMAS

DTP SEDONG

Pengertian

sindrom klinis akibat reaksi imunologis (reaksi alergi) yang bersifat sistemik, cepat dan hebat yang dapat menyebabkan gangguan respirasi, sirkulasi, pencernaan dan kulit

Tujuan Untuk menjadi pedoman penanggulangan kondisi gawat darurat Kebijakan

Referensi Permenkes No.5 tahun 2014 tentang Panduan Praktis Klinis Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

Prosedur

ALGORITMA SHOK ANAFILAKTIK

Referensi

Dokumen terkait

Standar Rujukan Pasien BPJS di Fasilitas Kesehatan Tingat Pertama Klinik Sat Brimbob Polda Riau dari jumlah kunjungan yang dapat dirujuk sebanyak 7,5 % dari jumlah

Pengertian Suatu tindakan pelayanan kesehatan bagi pasien peserta Asuransi Kesehatan Sosial baik yang menerima perawatan di IGD maupun pelayanan di Ruang Rawat

Standar Rujukan Pasien BPJS di Fasilitas Kesehatan Tingat Pertama Klinik Sat Brimbob Polda Riau dari jumlah kunjungan yang dapat dirujuk sebanyak 7,5 % dari jumlah

Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan dalam rangka pendampingan rujukan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) berat pasung ke fasilitas pelayanan kesehatan 2.. Tujuan Sebagai acuan

Instalasi gawat darurat (IGD) adalah bagian dari fasilitas pelayanan kesehatan yang dikhususkan untuk penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera yang dapat

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penyampaian informasi mengenai pendaftaran ke unit terkait sesuai prosedur dan tepat sasaran sehingga dapat memberikan

Pelayanan Kesehatan Masyarakat merupakan bagian dari pelayanan kesehatan dengan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit

Departemen Kesehatan RI (2009) pun mengungkapkan pendapatnya seputar pengertian pelayanan kesehatan, yaitu setiap (2009) pun mengungkapkan pendapatnya seputar pengertian