• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Air Asam Tambang Terhadap Kualitas Air Tanah Di Sekitar Area An

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dampak Air Asam Tambang Terhadap Kualitas Air Tanah Di Sekitar Area An"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MAKALAH

DAMPAK AIR ASAM TAMBANG PADA

DAMPAK AIR ASAM TAMBANG PADA

LINGKUNGA

LINGKUNGAN DAN

N DAN KUALITAS AIR TANAH

KUALITAS AIR TANAH

NAMA

NAMA : JEFFRI : JEFFRI NORRISNORRIS NIM

NIM : : F1D213010F1D213010

PRODI : TEKNIK GEOLOGI PRODI : TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI UNIVERSITAS JAMBI

2016 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah Tuhan YME karena atas Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Tema dari makalah ini yaitu mengenai Dampak Air asam tambang pada lingkungan dan kualitas air tanah di Sumatera. Makalah ini berisi penjelasan tentang apa tujuan pertambangan, , dampak dari air asam tambang pada lingkungan dan kualitas air tanah di area pertambangan. Makalah ini saya susun  berdasarkan wawasan saya dan dari berbagai sumber media. Dalam penulisan Makalah ini penulis merasakan banyak manfaat yaitu menambah ilmu  pengetahuan mengenai masalah-masalah ekologis di pertambangan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan Makalah ini baik dalam penulisan maupun dalam isi makalah. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi sekalian pembaca dan khususnya bagi pribadi penulis.

Jambi, 29 Oktober 2016

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

DAFTAR ISI……….. ii

KATA PENGANTAR………  iii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Batasan Masalah……… 2

BAB II PEMBAHASAN……… 3

2.1 Pengertian ……… 3

2.1.1 Pengertian Air Tanah………. 3

2.1.2 Pengertian Air Asam ………. 3

2.2 Kandungan Air Asam Tambang……….. 3

2.3 Dampak Air Asam Tambang……… 4

2.3.1 Dampak terhadap Lingkungan……….. 4

2.3.2 Dampak terhadap Air Tanah………. 6

BAB III PENUTUP……….. 8

3.1 Kesimpulan………... 8

3.2 Saran……… 8

(4)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penambangan batubara merupakan salah satu pertambangan yang  besar di Indonesia. Banyak perusahaan pemerintah maupun perusahaan asing yang membuka lahan pertambangan batubara di Indonesia.Gangguan terhadap lahan terjadi sejak kegiatan pembukaan lahan dilakukan, baik untuk konstruksi infrastruktur maupun pada daerah yang akan ditambang sehinggahal tersebut memicu terjadinya kerusakan terhadap lingkungan sekitarpertambangan salah satu dampaknya adalah Air Asam Tambang (AAT) karena masih belum banyak perusahaan yang memahami  pentingnya untuk mengelola limbah dari pertambangan tersebut dengan  benar dan optimal. Salah satu cara untuk meminimalisir dampak Air Asam Tambang juga dapat dilakukan dengan metode PDCA(Plan, Do, Check, Act) disamping ada metode lain. Tercemarnya lingkungan sebenernya menjadi tanggung jawab penuh dari perusahaan yang melakukan  penambangan tersebut agar lingkungan dan kehidupan mahluk hidup

disekitar pertambangan tidak terganggu.

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk  berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, dengan

memperhitungkan kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus terus ditanamkan  pada segenap pengguna air. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain  berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menurunkan

(5)

 bahaya bagi makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang pencemaran air asam tambang yang menyebabkan kerusakan air tanah dan lingkungan.

(6)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian

2.1.1 Pengertian air tanah

Air tanah adalah air yang tersimpan/terperangkap di dalam lapisan  batuan yangmengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh alam. Kondisi suatu lapisan tanah membuat suatu pembagian zone air tanah menjadi dua zone besar:

1. Zone air berudara (zone of aeration)

Zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air yang masih dapat kontak dengan udara. Pada zone ini terdapat tiga lapisan tanah, yaitu lapisan air tanah permukaan, lapisan intermediate yang berisi air gravitasi dan lapisan kapiler yang berisi air kapiler.

 2. Zone air jenuh (zone of saturation)

Zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air tanah yang relatif tak terhubung dengan udara luar dan lapisan tanahnya atau aquifer bebas.

2.1.2 Pengertian air asam tambang

Air Asam Tambang merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada air asam yang timbul akibat kegiatan penambangan. Hal ini untuk membedakan dengan air asam yang timbul oleh kegiatan lain,

seperti penggalian untuk pembangunan pondasi bangunan, pembuatan tambak, dan sebagainya.

AAT adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada air asam yang timbul akibat kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan air asam yang timbul oleh kegiatan lain seperti: penggalian untuk

 pembangunan pondasi bangunan, pembuatan tambak, dan sebagainya. 2.2 Kandungan Air Asam Tambang

Air asam terbentuk sebagai hasil dari proses oksidasi mineral disertai adanya air, dengan demikian 3 (tiga komponen utama yang menyebabkan terjadinya air asam tambang), yaitu :

(7)

a. Mineral sulfide

Mineral sulfida berupa ikatan antara sulfur dan logam dijumpai tersebar di alam dalam kadar dan dimensi kecil sampai besar. Cebakan sulfida dalam jumlah besar dapat menjadi bahan galian ekonomis yang layak ditambang. Dispersi logam berat beracun berbahaya dapat terjadi secara alami, berasal dari tubuh bijih sulfida yang tersingkap atau berada dekat permukaan. Unsur logam dari bijih sulfida terbawa bersama aliran air tanah da air permukaan menyebar ke lingkungan sekitarnya membentuk rona awal dengan sebaran kandungan logam yang tinggi.

Proses penambangan dengan membongkar dan memindahkan  bahan galian mengandung sulfida menyebabkan terbukanya sulfida terhadap udara bebas. Pada kondisi terpapar pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi dan terlarutkan membentuk air asam tambang. Air asam tambang berpotensi melarutkan logam yang terlewati sehingga membentuk aliran mengandung bahan beracun berbahaya yang akan menurunkan kualitas lingkungan. Pembentukan air asam cenderung lebih intensif terjadi pada daerah penambangan. Hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan mengandung sulfida pada udara bebas. Penanganan air asam tambang dapat dilakukan dengan menetralisir menggunakan bahan penetral atau mengolahnya agar memenuhi batas  baku mutu

 b. Oksigen c. Air

Peningkatan keasaman air penyaluran ini akan meningkatkan pula kelarutan logam-logam yamg selanjutnya mencemari badan perairan.

2.3 Dampak Air Asam Tambang 2.3.1 Dampak Terhadap Lingkungan

Akibat dari kegiatan pemboran, pengolahan batuan penutup dan kegiatan penambangan yang lainnya serta pengolahan batubara yang dapat menyebabkan senyawa pyrit yang ada dalam mineral terbentuk dengan oksigen dan bereaksi dengan air tanah atau air hujan. Air asam tambang ini dicirikan dengan rendahnya pH dan tingginya senyawa logam tertentu

(8)

seperti besi, alumunium, mangan. Pyrite (FeS2) merupakan senyawa yang umum dijumpai di lokasi pertambangan. Selain Pyrite masih ada berbagai  jenis sulfida logam yang mempunyai potensi membentuk air asam

tambang seperti : marcasite, pyrrhotite, chalcocite, covellite dll.

Bila air yang bersifat asam ini melewati daerah batuan karang/ kapur akan melarutkan senyawa Ca dan Mg dari batuan tersebut. Selanjutnya senyawa Ca dan Mg yang larut terbawa air akan memberi efek terjadinya AIR SADAH, yang tidak bisa digunakan untuk mencuci karena sabun tidak bisa berbuih. Bila dipaksakan akan memboroskan sabun, karena sabun tidak akan berbuih sebelum semua ion Ca dan Mg mengendap. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik.

Beberapa dampak dari air asam tambang, yaitu :

1. Timbulnya H2SO4  yang dapat menimbulkan peningkatan derajat

keasaman pada air buangan tambang, disamping itu juga dapat terjadi  peningkatan Fe dan total metal.

2. Peningkatan konsentrasi TSS (Total Suspended Solid) akibat tingginya air limpasan yang membawa tanah tererosi akibat pembukaan lahan tambang yang dapat menganggu penetrasi matahari dalam sungai yang membawa dampak lanjutan berupa gangguan proses fotosintetis biota  perairan. Proses fotosintetis oleh komunitas pytoplakton juga akan terganggu, akibat penetrasi cahaya terhambat oleh partikel tersuspensi. 3. Akibat partikel yang mengendap akan menutupi lapisan dasar perairan

sehingga menggangu proses respirasi biota dasar.

4. Penurunan kualitas air permukaan sekaligus penurunan kualitas sanitasi lingkungan dimana tahap selanjutnya derajat kesehatan  penduduk yang memanfaatkan sumber daya air sungai akan terganggu. 5. Kebutuhan sehari-hari akan menurun dan akan berpotensi terjadi

 penyakit perut dan, juga akan menimbulkan persepsi yang buruk dari masyarakat terhadap proyek tersebut.

(9)

2.3.2 Dampak terhadap air tanah

Batubara mengandung berbagai mineral dan unsur anorganik yang  berbentuk ion terlarut dalam air rembesan dan keberadaannya melimpah  pada endapan batu bara muda. Pencemaran tambang batubara terhadap tanah bersifat tidak langsung. Perombakan mineral dan bahan anorganik serta racun akan menimbulkan pencemaran air. Dampak penambangan  batubara lainnya berupa terjadinya pemadatan tanah oleh alat  –   alat  pertambangan dan erosi akibatpembukaan lahan.

Tala’oho et al. (1996) menyatakan bahwa daerah deposit batubara  pada umumnya terdapat di bawah tanah merah yaitu diantaranya tanah  podsolik dengan vegetasi hutan belukar, alang-alang dan tanaman bekas  perladangan. Pada vegetasi hutan atau belukar, tanah mempunyai kesuburan yang memadai. Kesuburan alami akan menurun cepat apabila vegetasi tersebut dibuka bersamaan dengan hilangnya bahan organik dan rusaknya daya sangga tanah. Tanpa pengelolaan yang baik maka sebagian  besar tanah bekas tambang batubara akan menjadi kritis. Lamanya waktu

kondisi tanah membaik setelah penambangan, berhubungan erat dengan  perubahan sifat-sifat fisik dan kimia tanah pasca tambang. Tanah di daerah  penambangan batubara Unit Produksi Ombilin Sawahlunto, menjadi rusak  berat akibat eksploitasi batubara.

Cebakan mineral sulfida berupa ikatan unsur belerang dengan logam, di alam dapat menjadi sumber daya logam, yang dalam jumlah  besar dapat berpotensi ekonomi untuk diusahakan. Selain menyusun tubuh  bijih logam, mineral sulfida dijumpai sebagai bagian dari penyusun

endapan batubara.

Mineral sulfida dapat terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrotermal maupun sebagai hasil proses sedimentasi. Mineral sulfida sering dijumpai  berupa pirit, kalkopirit, spalerit dan galena. Dari karakteristiknya mineral sulfida dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri metalurgi maupun kimia, namun di alam potensial juga sebagai penghasil air asam yang dapat menurunkan kualitas lingkungan.

(10)

Air asam dapat terbentuk secara alami, sebagai akibat teroksidasi dan terlarutkannya sulfida ke dalam sistem aliran air permukaan dan air tanah menyebabkan turunnya pH air. Kegiatan penambangan, dengan membongkar endapan sulfida, berpotensi memperbesar dan mempercepat  proses pembentukan air asam. Pembentukan air asam akibat kegiatan  penambangan atau sering disebut dengan air asam tambang perlu dicegah. Air asam tambang yang tidak dapat terhindarkan terbentuk di wilayah tambang, harus dinetralkan agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan sekitarnya.

Mineral sulfida dapat dijumpai pada tiga jenis utama batuan, yaitu  pada batuan beku, sedimen maupun malihan.Mineral sulfida pada endapan sedimen terbentuk terutama pada lingkungan pembentukan batubara. Sulfida yang terbentuk tidak mempunyai potensi ekonomi, akan tetapi  potensial sebagai pembentuk air asam tambang. Pada endapan batubara

selain sulfur yang berasal dari mineral sulfida, terdapat juga sulfur dari sulfat dan sulfur organik.

Pada daerah terdapatnya cebakan bijih sulfida dan batubara, tidak selalu potensial terhadap pembentukan air asam. Hal ini sangat tergantung  pada kondisi geologi dan tipe mineralisasinya. Kondisi geologi dan tipe mineralisasi/alterasi tertentu dapat secara alami menetralkan asam yang terbentuk, yaitu apabila pada lingkungan geologinya atau alterasi dan mineralisasinya menghasilkan mineral-mineral penetral.

Permasalahan mineral sulfida terjadi apabila terpapar pada udara  bebas akan teroksidasi, terlarutkan oleh air permukaan atau air tanah membentuk air asam. Air asam akan melarutkan logam yang terlewati sehingga menghasilkan bahan beracun berbahaya yang berpotensi mencemari lingkungan, terutama air permukaan dan air tanah.

Aliran air asam apabila memasuki badan air akan menyebabkan turunnya pH, sehingga menjadi lingkungan yang tidak layak untuk dihuni oleh ikan dan sejenisnya. Sedangkan apabila mengenai tumbuhan akan menyebabkan mati atau tumbuh kerdil.

(11)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari Hasil Penulisan Makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Akibat dari kegiatan pemboran, pengolahan batuan penutup dan kegiatan penambangan yang lainnya serta pengolahan batubara yang dapat menyebabkan senyawa pyrit yang ada dalam mineral terbentuk dengan oksigen dan bereaksi dengan air tanah atau air hujan.

2) Mineral sulfida dapat terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrotermal maupun sebagai hasil proses sedimentasi. Mineral sulfida sering dijumpai berupa pirit, kalkopirit, spalerit dan galena. Dari karakteristiknya mineral sulfida dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri metalurgi maupun kimia, namun di alam potensial juga sebagai penghasil air asam yang dapat menurunkan kualitas lingkungan.

3.2 Saran

1. Lokasi bekas penambangan harus selalu dikontrol agar pembentukan air asam tambang dapat diantisipasi.

2. Segera lakukan penutupan pada lahan bekas penambangan menggunakan  batuan penutup dan top soil agar terbentuknya air asam tambang dapat

dicegah.

3. Pencegahan Air Asam Tambang agar tidak mencemari lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara: In Situ Treatment dengan menambahkan batu kapur (limestone) langsung ke AMD, dan Passive Treatment menggunakan sistem permeable reactive barrier  (PRB), open limestone channels

( OLCs ), anoxic limestone drains (ALDs) dan constructedwetland (rawa  buatan) untuk aliran AMD.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Agung Priyanto. 2010. Bahaya Air Asam Tambang

http://green.kompasiana.com/limbah/2010/07/20/bahaya-air-asam-tambang/

Alliyasa. 2009. Pencemaran Air

http://blog.unila.ac.id/aliyasa/2009/11/20/pencemaran-air/

Didik Tri Wibowo.2009. Bahaya Air Asam Tambang

http://blogofmine-dt.blogspot.com/2009/03/bahaya-air-asam-tambang-aat.html

Enny Widyati. 2006. Air asam tambang Indonesia

http://airasamtambang.wordpress.com/artikel-enny-widyati/

Mizwar, Andi. 2009.  Dampak   Pencemaran Air Asam Tambang Terhadap  Lingkungan.  Banjarbaru : Teknik Lingkungan Univesitas Lmbng

Mangkurat.

Mizwar, Andi. 2009.  Dampak   Pencemaran Air Asam Tambang Terhadap  Lingkungan.  Banjarbaru : Teknik Lingkungan Univesitas Lmbng

Mangkurat.

Sabtanto Joko Suprapto.2006. Pemanfaatan Dan Permasalahan Cebakan Mineral Sulfida Pada Kegiatan Pertambangan

http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view= article&id=491:pemanfaatan-dan-permasalahan-cebakan-mineral-sulfida&catid=32:makalah-buletin&Itemid=395

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil zeolit yang terbentuk dari sintesis zeolit menggunakan air laut dalam proses alkali hidrotermal dan untuk kristalisasi cukup baik, karena tidak terdapat

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa setelah dilakukan pengenceran kandungan logam Fe mengalami penurunan dari 0,81 mg/l menjadi 0,44 mh/l dan logam Mn dari 10,2

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, maka secara genesis dijumpai 3 jenis atau tipe endapan mangan yaitu pertama mangan primer (mangan yang terbentuk karena proses

• Proses pembentukan tanah terutama berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral, pencampuran bahan organik dan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur

Hasil pengamatan pada proses sedimentasi terdiri atas berat sampel tanah lempung, jumlah garam yang ditambahkan, volume air, lama waktu butiran tanah untuk mengendap

Proses meningkatnya aktifitas kegiatan penambangan batubara yang ditunjukkan dengan adanya konversi penggunaan lahan hutan menjadi industrti, ditambah adanya

Mineral lempung yang terbentuk di bukit Berjo bukan hanya sebagai hasil dari pelapukan semata, namun juga merupakan manifestasi dari proses alterasi hidrotermal

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa setelah dilakukan pengenceran kandungan logam Fe mengalami penurunan dari 0,81 mg/l menjadi 0,44 mh/l dan logam Mn dari 10,2