• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Askep Pada Ny. S dengan apendisitis akut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Askep Pada Ny. S dengan apendisitis akut"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN APENDISITIS AKUT

DI RUANG NUSA INDAH 2 RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik

Kebutuhan Dasar Manusia II

Disusun Oleh :

1. Utita Agustina P07120112079

2. Vinda Astri Permatasari P07120112080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN 2013

(2)

LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN APENDISITIS AKUT

DI RUANG NUSA INDAH 2 RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Diajukan untuk disetujui pada : Hari :

Tanggal : Tempat :

Pembimbing Lapangan

Sukwan Sumono, S.Kep

Pembimbing Pendidikan

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007). Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu atau apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007).

B. Penyebab

Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga,

(4)

2007)

C. Tanda dan Gejala

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)

D. Dampak Apendisitis terhadap Kebutuhan Dasar Manusia

Apendisits dapat memberi gangguan pada Kebutuhan Dasar. Di antaranya : 1. Kebutuhan Dasar cairan

Pemenuhan cairan berkurang karena klien mengalami demam yang tinggi. Pada kasus pasca bedah klien diminta berpuasa sampai etrjadi ising usus atau ditandai dengan klien melakukan flatus. Muntah juga dapat mengurangi kebutuhan cairan klien.

2. Kebutuhan Dasar Nutrisi

Pemenuhan nutrisi berkurang karena pada tanda dan gejala klien mengalami mual, muntah, dan tidak nafsu makan.

3. Kebutuhan Rasa nyaman

Klien mengalami nyeri pada abomen karena peradangan yang dialami. Personal hygiene pun terganggu karena klien mengalami kelemahan sehingga perlu diupayakan pemenuhan personal hygiene untuk mempertahankan intgritas kulit.

(5)

4. Kebutuhan Rasa Aman

Klien mengalami kecemasan karena panyakit yang dideritanya cemas bila tidak bisa disembuhkan.

(6)

BAB II

PROSES KEPERAWATAN A. Pengkajian

Hari / tanggal pengkajian : Senin / 24 Juni 2013 Waktu : 10.00 WIB

Tempat : Bangsal Nusa Indah 2 RSUD Panembahan Senopati Oleh : 1. Utita Agustina

2. Vinda Astri Permatasari

Sumber Data : Klien, keluarga klien, catatan medis dan keperawatan, tim kesehatan lain

Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumen

I. Pengkajian A. Identitas

1. Pasien

Nama : Ny. S

Tempat/ Tanggal Lahir : Demak, 12 Januari 1964 jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta Suku / Kebangsaan : Jawa / Indonesia Alamat : Candes, Jetis, Bantul Diagnosa Medis : Apendisitis Akut

Nomor CM : 333216

Tanggal masuk RS : 21 Juni 2013

(7)

Nama : Bp. H

Umur : 45

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Supir Bus Pariwisata Alamat : Candes, Jetis, Bantul Hubungan dengan pasien : Suami

B. Riwayat Kesehatan 1. Kesehatan pasien

a. Riwayat kesehatan sekarang :

Pasien mengeluh sakit pada perut bagian kanan bawah sejak seminggu yang lalu, sakit menjalar ke punggung bagian belakang sebelah kanan. Mengetahui hal tersebut, keluarga pasien lantas membawa pasien menuju RSUD Panembahan Senopati untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut. Pasien menyatakan belum menjalani perawatan maupun pengobatan sebelumnya untuk penyakitnya.

b. Riwayat kesehatan lalu :

Saat umur 17 tahun, pasien menyatakan pernah mengalami penyakit yang serupa, yaitu appendicitis, kemudian dilarikan ke rumah sakit Telogorejo Semarang dan menjalani operasi di bagian perutnya bagian bawah sebelah kanan dan bekas jahitannya sudah hilang sampai saat ini. Namun sekarang penyakitnya pun kambuh. Tahun 2011, pasien menyatakan pernah mengalami kecelakaan dan luka di bagian kepalanya, sehingga kepalanya dilakukan tindakan jahit. Pasien menyatakan tidak ada riwayat penyakit asma, DM, hipertensi maupun alergi. Pasien menyatakan ini adalah pengalaman ketiganya masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawatan dan pengobatan.

(8)

2. Kesehatan keluarga a. Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: klien yang sakit

: Garis perkawinan

: Garis keturunan

: Tinggal serumah

b. Riwayat kesehatan : Diantara keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama, tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma maupun alergi.

(9)

C. Pola Kebiasaan

1. Aspek Fisik Biologis a. Pola Nutrisi

1) Sebelum sakit :

Pasien makan sehari 1-2 kali, setiap pagi dan sore hari. Pasien suka makan nasi dan makanan berkuah, tidak suka makan yang asin dan ada makanan pantangan, yaitu labu karena pasti akan merasa mual. Pasien biasanya minum 1 liter sehari. Pasien mengaku sudah pernah muntah di rumah. Dulu, klien mangaku suka makanan yang pedas- pedas, tapi semenjak dia mengetahui bahwa dia menderita penyakit appendicitis, pasien mulai menghentikan kebiasaanya tersebut.

2) Selama sakit :

Pasien makan 3x sehari sesuai yang diberikan oleh rumah sakit. Dalam makan, pasien tidak mengalami masalah. Selama sakit, pasien minum 1200 mL sehari. b. Pola Eliminasi

1) Sebelum sakit :

Pasien biasa BAK 6x sehari. Untuk BAB, pasien menyatakan biasanya 1 hari sekali teratur setiap pagi. Klien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat- obatan pencahar.

2) Selama sakit :

Pasien menyatakan BAK sehari 10x, tidak ada gangguan dalam BAK. Pasien menyatakan sejak masuk rumah sakit, BAB nya 6 hari sekali dengan konsistensi keras. Pasien juga mengatakan bahwa dia mengejan dan nyeri pada rectum dan abdomen juga dirasakan saat defekasi. c. Pola aktivitas istirahat – tidur

(10)

1) Sebelum sakit :

Klien menyatakan tidak suka olahraga. Klien tidur dalam satu hari biasanya 7 jam sehari, yaitu dari jam 9 malam sampai jam 4 pagi. Klien menyatakan tidak pernah tidur siang. Dalam tidur, pasien menyatakan tidak ada gangguan. Klien bekerja sebagai wiraswasta, dalam bekerja klien mengeluh cepat capek dan dadanya berdebar-debar.

2) Sesudah sakit :

Klien melakukan aktifitas sehari-hari dengan dibantu oleh keluarga. Tidak ada keluhan gangguan pernapasan. Di rumah sakit, pasien tidak ada keluhan dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya. Klien mengungkapkan perasaanya capek juga merasa bosan dan jenuh, karena kegiatannya di rumah sakit hanyalah tiduran saja.

d. Pola kebersihan diri

1) Kebersihan diri : Pasien mandi 2 kali sehari pagi dan sore sesuai jadwal dari rumah sakit, dan hanya diusap dengan waslap, tidak menggunakan sabun.

2) Rambut : Sejak masuk rumah sakit, pasien mengaku belum keramas. Tidak ada masalah pada kulit rambut dan rambut pasien.

3) Telinga : Kedua telinga tampak simetris. Bersih, tidak ada serumen, tidak mengalami gangguan pendengaran.

4) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan.

5) Mulut : Pasien menyatakan gosok gigi sehari dua kali, baik itu di rumah maupun selama dirawat di rumah sakit.

(11)

6) Kuku/ kaki : Kuku kaki dan tangan klien tampak panjang-panjang.

e. Aspek Mental - Intelektual – Sosial – Spiritual 1) Konsep diri

Peran klien untuk menjadi sosok ibu bagi anak-anaknya terganggu.

2) Intelektual

Klien mengetahui bahwa di dirinya menderita appendicitis, tetapi tidak tahu persis penyebabnya. Dulunya klien suka mengkonsumsi makanan yang pedas, tetapi semenjak dia di diagnosa mengalami appendicitis pada umur 17 tahun, dia kemudian menghentikan kebiasaanya tersebut.

3) Hubungan interpersonal

Hubungan klien dengan keluarga baik, ditandai dengan suami dan anak anaknya yang datang untuk menemaninya di rumah sakit.

4) Mekanisme koping

Pasien tenang dalam menghadapi penyakitnya. Pasien sempat bercanda dengan perawat.

5) Aspek mental - emosional

Ketika dilakukan pengkajian, pasien menerimanya dengan baik. Pasien tetap mempertahankan kontak mata dengan pengkaji. Kesesuaian afek terhadap situasi tidak ada masalah.

6) Aspek intelegensi

Memori pasien masih baik ditandai dengan apabila ditanya tentang riwayat pengobatan dan perawatan yang pernah dijalani, pasien masih mengingatnya.

(12)

Selama dirawat di rumah sakit pasien belum sempat menjalankan ibadah sholat.

II. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum

1. Kesadaran : Compos Mentis 2. Status Gizi

a. TB : 158 cm b. BB : 67 kg c. Antropometri : 26,83 3. Tanda – tanda vital

a. Tekanan darah : 120/70 mmhg b. Suhu tubuh : 35,7 °C

c. Nadi : 120 x/menit d. Pernapasan : 24 x/menit B. Pemeriksaan secara sistemik (cepalo – kaudal)

1. Kepala : Rambut warna hitam dan tidak bercabang, tidak ada kutu, ada ketombe, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, fungsi pendengaran masih baik, tidak ada secret yang keluar dari hidung. Terdapat bekas jahitan pada kepala bagian kiri

2. Leher : Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

3. Dada :

a. Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan, massa, maupun bekas operasi, tidak ada kelainan pada saat bernafas.

b. Palpasi : Tidak ada benjolan, massa, maupun nyeri tekan

(13)

d. Auskultasi : Bunyi jantung normal, pernapasan teratur

4. Abdomen :

a. Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan ataupun massa, tidak ada luka operasi, tidak ascites

b. Palpasi : Nyeri tekan pada abdomen

c. Perkusi : Normal, tidak ada gangguan. Suara timpani

d. Auskultasi : Tidak terdengar bunyi bising usus 5. Ekstrimitas :

a. Ekstrimitas atas : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada penyakit kulit, kuku panjang-panjang, tidak ada cacat

b. Ekstrimitas bawah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada penyakit kulit, kuku panjang-panjang, tidak ada cacat

III. Pengobatan yang didapat saat ini: A. Injeksi Ciproflaxacin 2x500 mg B. Injeksi Zibac 2x100mg

C. Injeksi Teranol 2x30mg

D. Infus RL 16 tpm terpasang ditangan kanan sejak tanggal 21 Juni 2013 di tangan kanan

IV. Pemeriksaan yang pernah dilakukan: A. EKG 20 Juni 2013

B. APP foto rontgen 28 Mei 2013

C. Thorax PA 18 Juni 2013 dari RS Rahma Husada

D. Pemeriksaan laboratorium 24 Juni 2013 dan 22 Juni 2013

KOMPONEN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

(14)

Kalium 4,37 Mmol/l 3,5-5,3

Klorida 107,8 Mmol/l 98-107

Glukosa sewaktu 192 Mg/dl <200 URINE LENGKAP OTOMATIS

Warna Kuning Kuning

Kekeruhan Jernih Jernih

Reduksi Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif

PH 5,5 Ery/uL 4,8-7,4

Protein Negatif Negatif

Urobilinogen 3,2 Umol/L 3,2-16

Nitrit Negatif Negatif

Leukosit Esterase Negatif Negatif KRISTAL

- Ca Oksalat Negatif Negatif

- Asam Urat Negatif Negatif

- Amorf Negatif Negatif

SILINDER

- Eritrosit Negatif Negatif

- Leukosit Negatif Negatif

- Granula Negatif Negatif

Bakteri Negatif Negatif

Tes Kehamilan Negatif

Hemoglobin 11,9 g/dL 12-16

Leukosit 119000 Mm kubik 4000-9000

Hematokrit 38 % 35-45

Trombosit 236000 Mm kubik 150000-350000

ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI

DS :

1. Pasien menyatakan nyeri pada bagian abdomen, terutama pada bagian kanan bawah

DO :

1. Pasien tampak meringis

(15)

menahan sakit 2. Tanda-tanda vital :

a. TD : 120/70 mmHg b. HR : 120 x/menit c. RR : 24x/menit

3. Pasien sering mengubah posisi untuk menghindari nyeri

DS :

1. Pasien menyatakan sudah pernah operasi

appendiktomi sejak umur 17 tahun

DO :

1. Pasien terpasang IV line RL 16 tpm sejak tanggal 21 Juni 2013 di tangan kanan

2. Hemoglobin : 11,9 g/dL 3. Leukosit : 119000 mm kubik

Resiko infeksi Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

DS :

1. Pasien menyatakan pola defekasi 6 hari sekali selama sakit

2. Pasien menyatakan nyeri pada abdomen

3. Pasien menyatakan nyeri di rectum dan abdomen pada saat defekasi

4. Pasien menyatakan konsistensi feses keras

Konstipasi Kurang aktivitas fisik

(16)

5. Pasien menyatakan

mengejan pada saat defekasi 6. Pasien menyatakan tidak

suka berolahraga

7. Pasien menyatakan sudah pernah operasi

appendiktomi DO :

1. Perubahan pada pola defekasi

2. Nyeri tekan pada abdomen 3. Bising usus tidak terdengar

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi) ditandai dengan pasien menyatakan nyeri pada bagian abdomen, terutama pada bagian kanan bawah, pasien tampak meringis menahan sakit, tanda-tanda vital : TD : 120/70 mmHg, HR : 120 x/menit, RR : 24x/menit, pasien sering mengubah posisi untuk menghindari nyeri

2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat ditandai dengan pasien menyatakan sudah pernah operasi

appendiktomi saat umur 17 tahun, pasien terpasang IV line RL 16 tpm di tangan kanan, hemoglobin : 11,9g/dL, leukosit : 119000 mm kubik 3. Konstipasi berhubungan dengan kurang aktivitas fisik, kelemahan otot

dinding perut ditandai dengan pasien menyatakan pola defekasi 6 hari sekali selama sakit, pasien menyatakan nyeri pada abdomen, pasien menyatakan nyeri di rectum dan abdomen pada saat defekasi, pasien menyatakan konsistensi feses keras, pasien menyatakan mengejan pada saat defekasi, pasien menyatakan tidak suka berolahraga, pasien

(17)

defekasi, nyeri tekan pada abdomen, bising usus tidak terdengar

PERENCANAAN KEPERAWATAN DIAGNOSA

KEPERAWATAN PERENCANAAN

TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi) ditandai dengan : DS : 1. Pasien menyatakan nyeri pada bagian abdomen, terutama pada bagian kanan bawah DO : 1. Pasien tampak meringis menahan sakit 2. Tanda-tanda vital : a. TD : 120/70 mmHg b. HR : 120 x/menit c. RR : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: 1. Mampu mengontrol nyeri (mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 4. Tanda vital

1.Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.

2.Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.

3.Beri posisi yang aman dan nyaman

4.Ukur tanda-tanda vital

5.Kelola pemberian obat analgetik injeksi Teranol

1. Untuk mengetahui sejauhmana

perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.

2. Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan. 3. Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri 4. Peningkatan

tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri. 5. Analgetik dapat

(18)

24x/menit 3. Pasien sering mengubah posisi untuk menghindari nyeri dalam rentang normal

2x30mg perhari nyeri sehingga nyeri tidak dipersepsikan.

Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat ditandai dengan DS : 1. Pasien menyatakan sudah pernah operasi appendiktomi saat umur 17 tahun DO : 1. Pasien terpasang IV line RL 16 tpm sejak tanggal 21 Juni 2013 di tangan kanan 2. Hemoglobin : 11,9 g/dL 3. Leukosit : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam resiko infeksi pasien menurun dengan kriteria hasil : 1. Tidak ada tanda-tanda infeksi

1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi 2. Lakukan dressing infuse 1x sehari 3. Kelola pemberian antibiotik injeksi Ciproflaxacin 2x500 mg dan Zibac 2x100mg 1. Untuk mengetahui secara dini adanya tanda-tanda infeksi sehingga dapat dengan segera dilakukan tindakan yang tepat 2. Dressing infuse meminimalkan masuknya kuman bakteri 3. Menghambat dan membunuh perkembangan bakteri sehingga tidak terjadi proses infeksi

(19)

119000 mm kubik Konstipasi berhubungan dengan kurang aktivitas fisik, kelemahan otot dinding perut ditandai dengan : DS : 1. Pasien menyatakan pola defekasi 6 hari sekali selama sakit 2. Pasien menyatakan nyeri pada abdomen 3. Pasien menyatakan nyeri di rectum dan abdomen pada saat defekasi 4. Pasien menyatakan konsistensi feses keras 5. Pasien menyatakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam konstipasi pasien teratasi dengan kriteria hasil: 1. Pola BAB teratur 1x sehari dengan konsistensi lunak 3. Saat defekasi tidak terasa nyeri 3. Cairan dan serat adekuat

4. Aktivitas adekuat

1. Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk

menjalankannya

2. Atur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan

3. Bantu klien untuk aktifitas Pasif & aktif

4. Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi, hindari makanan mengandung gas

5. Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari

6. Berikan pendidikan kesehatan tentang a. Personal Hygiene b. Kebiasaan diet

c. Cairan & makanan yang mengandung gas d. Aktifitas 1. Untuk mengembalikan keteraturan pola defekasi klien 2. Untuk memfasilitasi refleks defekasi 3. meningkatkan pergerakan usus

4. Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan eliminasi fekal

5. Untuk melunakkan eliminasi feses

6. Pasien mengetahui cara mencegah dan

(20)

mengejan pada saat defekasi 6. Pasien menyatakan tidak suka berolahraga 7. Pasien menyatakan sudah pernah operasi appendiktomi DO : 1. Perubahan pada pola defekasi 2. Nyeri tekan pada

abdomen 3. Bising usus

tidak terdengar

e. Kebiasaan BAB

7. Kolaborasi:

Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi

Referensi

Dokumen terkait

Otoritas atas transaksi dan aktivitas dilakukan dengan pembubuhan tanda tangan oleh orang yang berwenang pada.. dokumen untuk transaksi tersebut, misalnya dalam hal

Penerapan program kebijakan optimalisasi inseminasi buatan ini dilakukan dengan cara inseminator mengunjungi petani peternak yang memiliki ternak sapi sebagai akseptor.. Ternak

yang tidak mempunyai hubungan istimewa (arms length transaction). g) Estimated Economic Life of Leased Property: Taksiran umur ekonomis dari barang yang dapat

Pada realisasi Pendistribusian BBM Tahun 2017 dari H-16 s.d H+2, terdapat kenaikan yang signifikan terjadi pada hari ke-7 (H-9) dengan kenaikan sebesar 64% apabila dibandingkan

Analisis yang digunakan dalam meng- hitung debit banjir pada Daerah Aliran Sungai Ranoyapo menggunakan 3 (tiga) metode yaitu Hidrograf Satuan Sintetik Gamma

pengаmbilаn sаmpel yаng digunаkаn dаlаm penelitiаn ini аdаlаh non probаbility sаmpling dengаn cаrа purposive sаmpling.. Jurnal Administrasi Bisnis

Pengimplementasian UNCLOS 1982 di Provinsi Riau dikatakan dapat berjalan dengan baik namun masih banyak hal yang perlu diatur kembali misalnya dalam hal hak berdaulat atas

Retak Memanjang : arah sejajar dengan sumbu jalan, biasanya pada jalur roda kendaraan atau sepanjang tepi perkerasan atau pelebaranb. Retak Melintang :