• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPOSISI SUSU KAMBING PERAH YANG MENGKONSUMSI RANSUM KOMPLIT BERBASIS SAMPAH SAYURAN PASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPOSISI SUSU KAMBING PERAH YANG MENGKONSUMSI RANSUM KOMPLIT BERBASIS SAMPAH SAYURAN PASAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI SUSU KAMBING PERAH YANG MENGKONSUMSI RANSUM KOMPLIT BERBASIS SAMPAH SAYURAN PASAR

Oleh : Nur Santy Asminaya1 ABSTRACT

Effect of utilization vegetable waste of traditional market as complete feed on milk ingredient og Dairy goat was conducted. The experiment was done in Animal Production Technology in University of Institute Pertanian Bogor using nine lactation goat. A randomized block design (3x3) used to observe milk ingredient. The complete ration feed used are normal, dried complete feed and silage with vegetable waste as main ingredients. The results showed that dried feed and silage as complete feed with vegetable waste as main ingredients decreased lactose but not for protein, fat, and solid non fat. So that dried complete feed and silage of traditional market waste can’t substitute normal ration in dairy goats.

Key words : silage, dried complete feed, milk ingredient

PENDAHULUAN

Hingga saat ini, pakan masih menjadi salah satu permasalahan utama pada usaha peternakan ruminansia terutama pada daerah perkotaan. Menyempitnya areal penanaman hijauan akibat pengalihan fungsi lahan menjadi pemukiman, bangunan, dan industri menjadi penyebab utama sulitnya memperoleh hijauan makanan ternak di daerah perkotaan. Kenyataan tersebut menyebabkan beberapa peternak menggembalakan ternaknya di sembarang tempat seperti tempat pembuangan sampah dan beberapa pasar tradisional. Hal tersebut sangat membahayakan kondisi kesehatan ternak karena kemungkinan bahan tersebut telah bercampur dengan bahan lain yang berbahaya seperti logam berat, obat-obatan dan lain-lain.

Masalah kelangkaan hijauan makanan ternak ini kemudian berimplikasi terhadap produktivitas ternak. Pertumbuhan ternak menjadi terhambat akibat asupan nutrisi tidak mencukupi kebutuhannya. Pada ternak perah, kekurangan nutrisi mengakibatkan penurunan produksi dan kualitas susu yang dihasilkan.

Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif sumber pakan pengganti hijauan

makanan ternak dan teknologi yang tepat untuk mengatasi kekurangan pakan tersebut. Jika dilihat dari ketersediaan dan kualitas nutrisinya yang lebih baik dari rumput alam, sampah sayuran pasar diduga dapat digunakan sebagai pengganti hijauan makanan dan dapat meningkatkan produktivitas ternak. Namun, kadar airnya yang tinggi menyebabkan bahan tersebut tidak tahan disimpan lebih dari sehari sehingga dibutuhkan suatu teknologi pengawetan yang tepat untuk memperpanjang masa pakai sampah sayuran pasar tersebut.

METODE PENELITIAN Materi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dengan menggunakan perlakuan ransum konvensional (RK), ransum kering komplit (RKK) dan ransum silase komplit (RSK) dengan kandungan nutrisi seperti yang terlihat pada Tabel 1. Ternak yang digunakan adalah 9 ekor kambing perah dengan bobot badan berkisar antara 30-45 kg yang dibagi dalam 3 kelompok perlakuan.

(2)

Tabel 1. Kandungan zat-zat makanan yang digunakan dalam penelitian Peubah

Kandungan zat makanan (% BK) Ampas tahu BK kacang tanah* Rumput alam* RKK RSK Kadar air (%) Bahan kering (%) Protein kasar Serat kasar Abu Lemak kasar BETN Calsium Phosphor TDN** 77.19 22.81 15.52 28.01 3.55 14.32 38.60 0.61 0.31 64.79 9.80 90.20 45.10 8.95 6.33 10.70 28.90 0.52 0.58 80.9 75.60 24.40 8.20 31.70 14.50 1.44 44.20 0.37 0.23 56.2 12.89 87.11 19.61 23.95 11.56 7.14 37.75 1.40 1.54 60.45 70.76 29.24 16.18 26.85 10.05 4.07 42.85 1.40 1.29 58.41

Sumber : Hasil analisis laboratorium INMT Fakultas Peternakan IPB (2005) * Sutardi (1988); ** Dugaan

Metode Penelitian

Ransum konvensional (RK) yang diberikan terdiri dari ampas tahu (50%), bungkil kacang tanah (25%) dan rumput alam (25%). Sementara Ransum kering komplit (RKK) dan Ransum silase komplit (RSK) dibuat dari bahan dasar sampah sayuran pasar (kol, kulit kembang kol, sawi putih, kulit jagung) yang diperoleh dari pasar induk Kemang Bogor. Jumlah sampah sayuran pasar digunakan sebanyak 41% dari total ransum dan sisanya dipenuhi dari ampas tahu (27%), dedak padi (16,7%), onggok (9%), bungkil inti sawit (5,20%) dan premix (0,1%).

Pemberian RK dilakukan pada pagi dan sore hari (konsentrat dan ampas tahu diberikan pada pukul 09.00 dan 13.00 WIB sedangkan hijauan diberikan pada pukul 11.00 dan 17.00 WIB). RKK dan RSK diberikan pada pukul 09.00 WIB dan pemberiannya akan ditambahkan

setelah ransumnya dianggap berkurang. Pengambilan sampel susu sekitar 250 ml ekor-1 setiap seminggu sekali selama sebulan. Setiap minggu sampel susu di bawa ke laboratorium untuk pengujian komposisi susu. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 3 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 1 ekor kambing perah.

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi susu

Berat jenis, protein, lemak, bahan kering dan bahan kering tanpa lemak (BKTL) susu tidak dipengaruhi oleh pemberian ketiga jenis ransum tersebut namun hal ini tidak terjadi pada laktosa susu (P<0,01). Nilai rataan komposisi susu kambing perah penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi susu kambing perah penelitian (%)

Peubah RK PerlakuanRKK RSK Berat jenis Protein (%) Laktosa (%) Lemak (%) BK (%) BKTL(%) 1.0276±0.0004 3.43±0.21 6.42a±0.21 5.56±0.17 14.64±0.27 9.08±0.12 1.0272±0.0005 3.70±0.57 5.50c±0.57 6.72±0.46 16.06±0.74 9.34±0.28 1.0273±0.0003 3.78±0.18 5.89b±1.78 6.65±0.76 16.00±0.93 9.35±0.17

(3)

Berat Jenis

Berat jenis susu kambing perah penelitian tidak menunjukkan pengaruh yang nyata antar perlakuan. Berat jenis susu kambing perah penelitian yang diberi RKK dan RSK cenderung memperlihatkan nilai yang sama dengan kambing yang mengkonsumsi RK (Gambar 1A). Berat jenis susu menunjukkan imbangan komponen zat-zat pembentuk di dalamnya dan sangat dipengaruhi oleh kadar lemak dan bahan kering tanpa lemak yang tidak lepas dari pengaruh makanan dan kadar air di dalam susu (Eckles et al., 1984).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan berat jenis susu adalah faktor komposisi susu itu sendiri, yang terdiri dari protein, lemak, laktosa, gas dan mineral dalam susu (Eckles et al., 1984). Berat jenis susu yang dihasilkan dari ketiga jenis ransum yang digunakan sesuai dengan pendapat Edelsten (1988) yaitu bahwa berat jenis susu kambing bervariasi antara 1.0260 sampai 1.0420.

Protein

Kandungan protein susu kambing perah penelitian tidak memperlihatkan pengaruh nyata akibat pemberian ketiga jenis ransum. Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa kandungan protein susu kambing perah penelitian yang diberi RKK dan RSK cenderung sama dengan kambing yang mengkonsumsi RK (Gambar 1B). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya mobilisasi protein tubuh pada ternak yang mengkonsumsi RKK dan RSK sehingga mendukung tersedianya asam amino baik esensial maupun non esensial untuk sintesis protein susu. Hal ini sejalan dengan pendapat Wikantadi (1977) dan Sutardi (1988) bahwa asam amino esensial maupun non esensial dibutuhkan untuk sintesis protein susu sehingga apabila asam amino dari pakan tidak mencukupi maka akan terjadi mobilisasai protein tubuh. Laju sintesis protein akan semakin berkurang jika kertersediaan substrat di dalam kelenjar susu semakin sedikit (Bines dan Hart, 1982)

Sintesis protein susu berasal dari asam amino yang beredar dalam darah sebagai hasil penyerapan saluran pencernaan maupun hasil perombakan protein tubuh (Annison et al., 1984;

Collier, 1985; Fehr and Sauvant, 1982) dan asam amino yang disintesis oleh sel epitel kelenjar susu.

Kandungan protein susu bervariasi tergantung dari bangsa, produksi susu, tingkat laktasi, kualitas dan kuantitas makanannya (Larson, 1981), kadar protein dalam ransum (Toharmat, 2002). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Abdullah et al. (2007) yang menyatakan bahwa kandungan protein susu sapi perah yang diberi perlakuan ransum kontrol, hay dan silase berbahan dasar sampah sayuran pasar tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Kandungan protein susu silase relatif lebih rendah dari ransum kontrol dan hay.

Laktosa

Kandungan laktosa susu kambing perah penelitian menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0.05) antar perlakuan jenis ransum yang diberikan (Gambar 1C).

Kambing perah penelitian yang diberi RK nyata (P<0.05) memperlihatkan kandungan laktosa yang lebih tinggi (6.42%) dibandingkan dengan kandungan laktosa susu kambing yang diberi RKK (5.50%) dan RSK (5.89%). Kandungan laktosa susu kambing yang diberi ketiga jenis ransum penelitian mendekati hasil penelitian Adriani (2003) yaitu 5.5%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah produksi susu yang dihasilkan oleh kambing perah yang mengkonsumsi RS lebih tinggi dibandingkan dengan RKK dan RSK demikian pula dengan konsumsi bahan keringnya. Konsumsi bahan kering yang tinggi menyebabkan tersedianya substrat yang dibutuhkan untuk sintesis laktosa. Laktosa merupakan disakarida yang disusun dari glukosa dan galaktosa (Larson, 1985). Sebagian besar komponen utama susu adalah laktosa dan prekursor utamanya dalah glukosa darah. Hampir 85% laktosa dibentuk dari glukosa darah (Fehr dan Sauvant, 1982).

Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Abdulah et al. (2007) menunjukkan bahwa kandungan laktosa ransum kontrol dan hay nyata lebih tinggi dibandingkan dengan silase.

(4)

Lemak

Kandungan lemak susu kambing perah penelitian tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata akibat pemberian ketiga jenis ransum. Kambing yang diberi ketiga jenis ransum memperlihatkan nilai kandungan lemak susu yang berada pada kisaran hasil penelitian Jenes (1980) yaitu berkisar antara 3.40% dan 7.76% dan mendekati hasil penelitian Budi (2002) dan Adriani (2003) yaitu 5.95% dan 6.75%. Kadar lemak susu berfluktuasi dan banyak dipengaruhi oleh jenis pakan (Wikantadi, 1977), produksi susu, dan kuantitas makanan (Larson, 1985).

Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa kandungan lemak susu kambing perah penelitian yang diberi RKK dan RSK cenderung sama dengan kambing yang mengkonsumsi RK (Gambar 1D). Menurut Fox and McSweeney (1997), kandungan lemak susu menggambarkan kebutuhan energi setiap ternak.

Kandungan lemak susu sapi perah yang diberikan perlakuan kontrol, hay dan silase tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Komposisi lemak susu silase relatif lebih tinggi dari pada perlakuan hay dan kontrol (Abdullah et al., 2007). Tingginya konsentrasi lemak susu pada silase disebabkan oleh bahan aktif yang ada pada silase yang dapat merangsang prekursor lemak susu yaitu asam setat. Ransum kontrol menghasilkan lemak susu yang lebih rendah dari hay dan silase. Hal ini dibuktikan dengan kandungan BETN konsentrat ransum kontrol yang lebih baik dari konsentrat hay dan silase.

Bahan Kering (BK) Susu

Kandungan bahan kering susu kambing perah penelitian tidak menunjukkan pengaruh yang nyata akibat pemberian ketiga jenis ransum. Kambing perah penelitian yang diberi RKK dan RSK cenderung memperlihatkan nilai kandungan bahan kering susu yang sama dengan kambing yang mengkonsumsi RK (Gambar 1E). Kandungan BK susu akibat pemberian ketiga jenis ransum penelitian mendekati hasil penelitian Budi (2002) yaitu sekitar 14.70-15.72% dan hasil penelitian Attabani (2001) dan Adriani (2003) yaitu 16,38% dan 16,4% Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) Susu

Kandungan bahan kering tanpa lemak (BKTL) susu kambing perah penelitian tidak menunjukkan pengaruh yang nyata akibat pemberian ketiga jenis ransum (Gambar 1F).

Nilai kualitas susu yang sebenarnya terletak pada kandungan BKTL susu yaitu bahan kering yang tertinggal setelah lemak susu dihilangkan (Tilman et al., 1986). Kandungan BKTL susu sangat tergantung pada kandungan protein dan laktosa(Eckles et al., 1984; French, 1980; Resang dan Nasution 1982; Larson, 1985)

Kandungan BKTL susu kambing yang diberi ketiga jenis ransum penelitian mendekati hasil penelitian Budi (2002) yaitu sekitar 8.75-9.57% dan hasil penelitian Attabani (2001) dan Adriani (2003) yaitu 9,7% dan 9,65%.

1.0255 1.0260 1.0265 1.0270 1.0275 1.0280 BJ susu (%) 1 2 3 kelompok RK RKK RSK 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 protein (%) 1 2 3 kelompok RK RKK RSK 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 laktosa (%) 1 2 3 kelompok RK RKK RSK A B C

(5)

5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 8.00 lemak susu (%) 1 2 3 kelompok RK RKK RSK 14.00 14.50 15.00 15.50 16.00 16.50 17.00 BK susu (%) 1 2 3 Kelompok RK RKK RSK 8.80 8.90 9.00 9.10 9.20 9.30 9.40 9.50 9.60 9.70 1 2 3 Kelompok BKTL Susu (%) RK RKK RSK

Gambar 1. Rataan (A), berat jenis (B), protein (C), laktosa (D), lemak (E), Berat Kering (F) BKTL susu kambing perah penelitian

Produksi Komponen susu

Produksi susu dinyatakan sebagai produksi komponennya. Pemberian ketiga jenis ransum mempengaruhi (P<0.05) produksi

komponen susu kambing perah penelitian (protein, lemak, BK dan BKTL). Nilai rataan produksi komponen susu kambing perah penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi komponen susu kambing perah penelitian (g ekor-1 hari-1)

Peubah Perlakuan RK RKK RSK Protein Lemak BK BKTL 45.41a±7.13 73.23a±6.17 190.87a±17.16 119.66a±11.11 21.32b±10.60 36.90b±9.59 88.67b±25.18 51.76b±15.59 16.03b±2.67 27.87b±2.83 67.64b±10.36 39.76b±7.66

Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Pemberian RK memperlihatkan nilai produksi protein, lemak, BK dan BKTL susu kambing perah yang lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan pemberian RKK dan RSK. Namun pemberian RKK dan RSK tidak memperlihatkan nilai produksi protein, lemak, BK dan BKTL yang berbeda. Produksi bahan kering susu dipengaruhi oleh produksi susu (ml ekor-1 hari-1) dan lemak susu. Pemberian ketiga jenis ransum tidak mempengaruhi kadar BK susu. Hal ini disebabkan oleh produksi BK susu mengikuti pola produksi susu (ml ekor-1hari-1).

KESIMPULAN

Komposisi susu kambing perah yang diberi ransum komplit berbasis sampah sayuran pasar baik bentuk kering (RKK) maupun bentuk silase (RSK) memperlihatkan pengaruh yang sama dengan pemberian ransum konvensional

(RK). Namun pemberian RKK dan RSK belum dapat menggantikan penggunaan ransum konvensional (RK).

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah L, Nahrowi, Ridla M, Toharmat. 2007. Pengaruh Pakan Asal Limbah Pasar (Organik Primer) terhadap Produksi, Kualitas dan Keamanan Susu serta Produksi Biogas Sapi Perah. Bogor: Pusat Studi Hewan Tropika Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat.

Adriani. 2003. Optimalisasi Produksi Anak dan Susu Kambing Peranakan Ettawah dengan Superovulasi dan Suplementasi Zn [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana IPB.

(6)

Annison EF, Gooden JM, Houge GM, Mc Dowel GH. 1984. Physicology Cost of Pregnancy and Lactation in the Ewe. dalam: D.R Lindsay. Reproduction Sheep. Cambrige: D.T Pearce Ed Cambridge University Press.

Attabani A. 2001. Studi Kasus Produktivitas Kambing Peranakan Ettawah dan kambing Saanen Pada Peternakan Kambing Perah Barokah dan PT Taurus Dairy Farm [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB.

Bines JA, Hart IC. 1982. Metabolict Limits to Milk Production, Especially Role of Growth Hormone and Insulin. J Dairy Sci 65:1375-1389.

Budi U. 2002. Pengaruh Interval Pemerahan terhadap Produksi Susu dan Aktivitas Sexual Setelah Beranak pada Kambing PE [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB.

Collier RJ. 1985. Nutritional Control of Milk Synthesis. Ames: Lowa State University Press.

Eckles CH, Coms WR, Macy H. 1984. Milk and Milk Product Ed ke-4. Denvile Illinois: The Mac Graw Hill Publisher Inc. Edelsten D. 1988. Composition of Milk. Di

dalam: Cross HR dan Overby AJ (Editor), Meat Science, Milk Science and Technology. Illinois: Interstate Publishing Inc.

Fehr MP, Sauvan D. 1982. Composition and Yield of Goat Milk as Affected by

Nutritional Manipulation. J Dairy Sci 63: 1671-1680.

Fox PF and McSweeney. 1997. Dairy Chemistry and Biochemistry. London. Weinheim. New York. Tokyo. Melbourne. Madras : Blacy academic and Professional. French MH. 1980. Observation on The Goat.

Rome : FAO Agricultural Studies No.80 Jennes R. 1980. Composition And Characteristic

of Goat Milk: Review 1968-1979. J. Dairy Sci 63: 1605-1630.

Larson. BL. 1981. Biosynthesis and Cellular Secretion of Milk. Ames: Iowa State University Press.

Larson, BL. 1985. Lactation. The IOWA State University Press. Ames

Resang AA, Nasution AM. 1982. Pedoman mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner. FKH. IPB

Sutardi T. 1988. Landasan Ilmu Nutrisi. Bogor: Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas peternakan IPB.

Tilman AD, Hartadi H, Reksohadiprojo S, Prawirikusumo S, Lebdosoekojo S. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Toharmat T. 2002. Peranan Komponen Serat

Pakan dalam Nutrisi Sapi Laktasi. Bahan Kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Perah. Bogor : Fakultas Peternakan IPB

Wikantadi B. 1977. Biologi Laktasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Gambar

Gambar 1. Rataan (A), berat jenis (B), protein (C), laktosa (D), lemak (E), Berat Kering (F)  BKTL susu kambing perah penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan dengan memanfaatkan sampah sayur dan buah didapatkan hasil etanol yang lebih optimum melalui proses pretreatment , hidrolisis enzim menggunakan kapang

Pemangkasan pucuk pada ruas ke-15 memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah benih per buah, bobot kering benih per buah, dan bobot kering benih per tanaman, dibandingkan dengan

Gambar 1.3 Tampilan Instagram Online Shop The Kanza Accesories

beberapa fatwa yang dikeluarkan oleh Majlis Fatwa Kebangsaan Malaysia. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap kajian literatur yang telah dijalankan, kajian terhadap

Proses penyusunan Tugas Akhir ini tetunya tidak lepas dari bantuan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil

Berdasarkan format Pengukuran Kinerja yang telah dibuat dengan merujuk pada IKU instansi dan RPJMD maka sasaran yang akan dicapai Badan Kepegawaian Daerah DIY terdiri dari

Dari data tersebut diketahui bahwa pengetahuan masyarakat Rantau Indah yang dijadikan responden masih kurang baik tentang gejala penyakit kulit jamur.. Dari data

Saya akan membantu teman sekelompok yang kesusahan dalam mengerjakan tugas meskipun berbeda