• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN ISPS CODE DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG. by : Ade Chandra Kusuma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN ISPS CODE DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG. by : Ade Chandra Kusuma"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN ISPS CODE DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

by : Ade Chandra Kusuma

Abstract

This thesis the author examines the implementation of the ISPS Code in Semarang Tajung Emas Harbour is described by the Port Authority and the Ministry of Semarang Harbor in the work environment at the end of 2012. Guaranteeing security in the port can be proved with the Port Facility Security Compliance Statement or SoCPF.

As for the agencies as a source of data that the Port Authority, Best CPO, PT. Bogasari, PT.Pertamina, PT. Pelni, Academician carried out from Desember 2011 until March 2012, the authors examine the implementation of the ISPS Code in Semarang Tajung Emas Harbour using interviews and observations. Examine whether the Port Authority and related agencies shipping in the port of Semarang implement the ISPS Code which is mandatory the International Maritime Organisation.

As the subject of implementation of the ISPS Code is where the Port Authority which is a legal entity which has authority in the port of Semarang, while the implementation of the ISPS Code rule is an object which is used as the theme of writing a thesis.

The result shower the maximum implementation of the ISPS Code have not been at the Semarang Tajung Emas Harbour. Lack of effective human resource and the cost led to the implementation of the ISPS Code in the port of Semarang is not maximal.

Key word : ISPS Code

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

International Maritime Organization (IMO) atau Organisasi Maritim Internasional

didirikan pada tahun 1948 melalui PBB untuk mengkoordinasikan keselamatan maritim internasional. IMO memiliki kantor pusat di London Inggris mempromosikan kerja-sama antar pemerintah dan antar industri pelayaran untuk meningkatkan keselamatan maritim serta mencegah polusi air laut.

Konsep IMO muncul setelah bencana kapal Titanic dengan dasar standar modern dengan rancangan yang rapuh. Sekat-sekat kedap airnya tidak dipasang hingga atas lambung kapal karena para insinyur perancangnya menghitung bahwa air laut tidak akan mampu masuk ke atas kapal apabila kapal bermuatan wajar. Ketika Titanic menabrak gunung es, perhitungan ini terbukti salah, ketika para penumpang mulai meninggalkan kapal, terlihat jelas bahwa sekoci-sekocinpenyelamatntidakncukupntersediansehingganbanyakmnyawandannmaterinhilangndalamn tragediiinii(http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Maritim_Internasional).

Sebagai salah satu negara anggota PBB, Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani amandemen terhadap Konvensi Organisasi Maritim Internasional berupa pelembagaan komite fasilitasi dan amandemen terhadap Konvensi Organisasi Maritim Internasional pada sidang assembly dari IMO ke-17 dan ke-18 di London, Inggris,

Hasil dari komite IMO yang bernama Marine Safety Committee (MSC) menghasilkan aturan International Ship and Port Facility Security Code (ISPS Code) yang tercantum pada Bab XI – 2 tentang sistem keamanan kapal dan perlengkapan kapal (Suyono, 2005).

(2)

Implementasi ISPS Code di pelabuhan merupakan keharusan dari IMO, maka dalam perumusan masalah adalah : (1) Penilaian apakah yang dilakukan oleh manajemen? (2) Bagaimanakah persiapan sumber daya manusia pelabuhan?

II. TINJAUAN TEORI

ISPS Code merupakan peraturan internasional tentang keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan, terdiri atas dua bagian, bagian A dan bagian B. Bagian A berisi tentang persyaratan wajib untuk pemerintah, kapal/perusahaan, dan fasilitas pelabuhan, sedangkan bagian B berisi pedoman (http://infokapal.wordpress.com/2010/12/30/552).

Pemberlakuan ISPS Code mulai 1 Juli 2004 sesuai ketetapan diplomatic conference yang diselenggarakan IMO, mencakup jenis kapal yang melakukan kegiatan pelayaran internasional, kapal penumpang yang meliputi kapal penumpang berkecepatan tinggi, kapal barang meliputi kapal berkecepatan tinggi berukuran 500 gross tonnage (GT) ke atas dan unit kapal pengeboran lepas pantai bergerak (mobile offshore drilling unites), dan fasilitas pelabuhan yang melayani kapal yang melakukan kegiatan pelayaran internasional.

Dalam mensosialisasikan implementasi amandemen konvensi SOLAS 1974 itu, Direktorat Perhubungan Laut Kementrian Perhubungan telah melakukan berbagai kegiatan baik berbentuk pendalaman materi peraturan maupun berbentuk penyuluhan secara teknis di lapangan, serta persiapan personil terlatih yang diterjunkan di kawasan pelabuhan seluruh Indonesia. Karena scope-nya adalah internasional, maka otoritas pemerintah selaku pemegang dan penanggungjawab ISPS Code secara mandatori, akan terus secara konsisten melaksanakan amandemen konvensi SOLAS 1974 bagi seluruh perusahaan pelayaran dan penyelenggara kepelabuhanan tanpa keculai (http://www.pelita.or.id/baca.php?id=19438)

Pendalaman ISPS Code dilaksanakan oleh Maritime and Authority Port of Singapore

(MPA) bekerja sama dengan Ditjen Perhubungan Laut. Materi kegiatan meliputi Port Facility Security Officer (PFSO), Company Security Officer (CSO) serta Ship Security Officer (SSO).

Kegiatan tersebut memberikan bimbingan mengenai pengetahuan tentang metoda untuk melaksanakan penilaian keamanan fasilitas pelabuhan (Port Facility Security Assessment) dan penilaian keamanan kapal (Ship Security Assessment). Sebelumnya juga telah diselanggarakan

Workshop on Maritime Security di Jakarta pada 11-15 Agustus 2003 dan di Surabaya 18-22

Agustus 2003 yang dihadiri oleh observer dari instansi lain, yaitu TNI AL, Polri, Imigrasi, dan Bea Cukai. Kegiatan ini untuk mensosialisasikan amandemen Bab V dan Bab XI Konvensi SOLAS 1974 dan ISPS Code kepada Administrator Pelabuhan/kantor pelabuhan, perusahaan pelayaran, penyelenggara pelabuhan, operator terminal, galangan kapal yard, INSA, Asosiasi Penyelenggara Dermaga Industri Indonesia (APDII) dan instansi pemerintah lainnya.

Sosialisasi penerapan ISPS Code juga dijadikan kesempatan menyampaikan rancangan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Pemberlakuan Amandemen SOLAS 1974 dan ISPS-Code di wilayah Indonesia, yang selanjutnya menjadi Keputusan Menteri Perhubungan No.KM 33 Tahun 2003 tentang Pemberlakuan Amandemen SOLAS 1974 serta Keputusan Dirjen Perhubungan Laut No.UM 48/18/19.03 tentang Pembentukan Tim Penkajian Awal Impemementasi ISPS Code di Indonesia

II. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan menggunakan metode kualitatif, dengan melibatkan diri dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan terhadap

(3)

kinerja Otoritas Pelabuhan dalam penerapan ISPS Code. Ide penting penelitian lapangan adalah untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara kepada Otoritas Pelabuhan dan pengguna jasa yang memiliki kepentingan dengan Otoritas Pelabuhan. Tujuan dari observasi adalah dengan mendeskripsikan setting yang diamati, tempat kegiatan orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dan makna apa yang diamati. Menurut Patton (1990) dalam achsan.staff.gunadarma.ac.id (2011), wawancara menggunakan pedoman umum serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak berbentuk pertanyaan yang eksplisit.

Menurut Guba dan Lincoln (1981) dalam tithagalz.wordpress.com (2011) ada beberapa alasan mengapa penelitian kualitatif memanfaatkan pengamtan secara optimal karena : (1) Didasarkan atas pengalaman secara langsung, (2) Sangat dimungkinkan pengamat melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian seperti keadaan yang sebenarnya, (3) Memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang langsung diperoleh dari data lapangan, (4) Merupakan jalan terbaik untuk mengecek kepercayaan data, (5) Memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi yang rumit dan perilaku yang kompleks, (6) Dapat dijadikan alat yang sangat bermanfaat ketika teknik komunikasi lain tidak dimungkinkan.

3. Instrumen Pengumpul Data

Penelitian kualitatif berasumsi dalam memandang realitas, bahwa realitas bersifat menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel, seperti pada pandangan penelitian kuantitatif. Penelitian mengutamakan pengamatan kejadian apa adanya, sehingga dalam metode penelitian ini tidak ada pilihan lain selain manusia sebagai instrument utama, “the

researcher is key instrument”

4.Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan metode kualitatif. Menurut Moleong (2000), proses analisis kualitatif meliputi : reduksi data, berupa proses pemilihan dan penyederhanaan data, kemudian penyajian data, sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan lalu menarik kesimpulan yang merupakan kegiatan konfigurasi utuh.

II. PEMBAHASAN

A. Penilaian terhadap Keadaan yang Dihadapi oleh Manajemen Pelabuhan Semarang Dalam usaha mensukseskan ISPS Code di Pelabuhan Semarang butuh pemikiran yang mendalam, terutama adanya pedagang asongan yang sudah lama mencari nafkah di situ. Menurut keterangan salah satu pejabat Pelabuhan Semarang, Evanda, bahwa perlu meningkatkan akses keteraturan pedagang asongan yang ada di pelabuhan apalagi ketika kapal penumpang tiba melakukan aktivitas naik turun penumpang (wawancara tanggal 6 Januari 2012). Walaupun sudah disediakan tempat khusus, namun masih harus ekstra pengawasan dan sosialisasi ketertiban kegiatan perdagangan di pelabuhan. Pelabuhan menyediaan kartu kunjungan yang disiapkan oleh Otoritas Pelabuhan di pintu masuk pelabuhan dengan membedakan berdasarkan kepentingan kunjungan ke kapal, ke pelabuhan dengan mengecek surat identitas atau surat kepentingan yang dibawa oleh pengunjung, tanpa kecuali termasuk buruh pelabuhan atau personil pelabuhan.

Tingkat keamanan 1 yang dilakukan PFSP melakukan tindakan pengamanan dengan menerapkan area terlarang yang harus dibatasi dengan pagar antara daerah embarkasi/debarkasi

(4)

penumpang dengan kegiatan bongkar muat kapal barang. Memisahkan antara penumpang dan pengantar dengan harapan lebih mudah pengawasan akses keamanan. Memeriksa identitas semua orang yang ingin masuk ke fasilitas pelabuhan dalam kaitan dengan kapal, termasuk penumpang, personil kapal dan pengunjung dan menegaskan alasannya untuk masuk pelabuhan dengan memeriksa seperti memeriksa karcis penumpang, surat kerja dan lain-lain. Memeriksa kendaraan yang akan masuk ke fasilitas pelabuhan dalam kaitan dengan kapal.

Membatasi akses bagi mereka yang tidak dipekerjakan oleh fasiltas pelabuhan atau bekerja di dalamnya, jika mereka tidak dapat menunjukkan identitasnya. Melakukan penggeledahan orang, barang-barang pribadi dan kendaraannya. Identifikasi setiap titik akses yang tidak biasa digunakan, yang selamanya harus ditutup dan dikunci.

Pada tingkat keamanan 2, PFSP melakukan pengamanan tambahan untuk diterapkan berupa tugas tambahan untuk menjaga titik akses dan patroli keliling yang dilakukan secara

per-shift dengan waktu pengawasan 12 jam/per-shift. Pembatasan banyaknya akses menuju fasilitas

pelabuhan, dan mengidentifikasi yang akan ditutup dan sarana pengamanan. Melengkapi sarana gerakan penghalang melalui titik–titik akses yang ada misalnya penghalang keamanan berupa tulisan larangan dengan tulisan dilarang masuk dapat dilengkapi dengan penghalang berupa besi atau sekat. Meningkatkan frekuensi pemeriksaan orang, barang-barang pribadi dan kendaraan. Menolak akses pengunjung yang tidak dapat memberikan bukti alasan untuk akses masuk ke pelabuhan.

Penggunaan kapal patroli untuk meningkatkan keamanan sepanjang pelabuhan. PFSP mengidentifikasi wilayah terlarang yang dibangun di dalam fasilitas pelabuhan yang dilakukan untuk mengendalikan akses kepadanya dan hal-hal yang harus dilakukan untuk mengendalikan aktifitas didalamnya. Hal ini harus meliputi didalam keadaan sesuai pedoman untuk memastikan bahwa area terbatas dilakukan keamanan baik sebelum maupun setelah area itu ditetapkan.

PFSP menetapkan setiap tingkat keamanan alat identifikasi yang diperlukan berupa CCTV (Closed Circuit Television) untuk memberikan akses ke fasilitas pelabuhan dan bagi

individu untuk tinggal di dalam fasilitas pelabuhan tanpa rintangan. Ini adalah pengembangan suatu suatu sistem identifikasi yang tetap yang membolehkan identifkasi permanen bagi masing-masing personil fasilitas pelabuhan dan pengunjung. Pemasangan CCTV di pelabuhan guna mendukung pelaksanaan pemantauan keamanan dalam mensukseskan implementasi ISPS Code.

Penumpang harus membuktikan identitas mereka dengan kartu untuk naik ke kapal berupa karcis serta tidak diijinkan keluar masuk ke wilayah terbatas kecuali diawasi. Tamu yang tidak dapat menunjukkan identitas dan menyampaikan kepentingan harus ditolak masuk ke fasilitas pelabuhan.

PFSP semestinya mengenali lokasi di mana orang, barang bawaan dan kendaraan

digeledah di pintu masuk atau keluar pelabuhan yang dilengkapi CCTV, dan menggeledah orang, barang bawaan yang menuju area terbatas naiknya penumpang atau areal pemuatan. PFSP dalam menangani barang barang yang ditinggalkan oleh pemiliknya atau memastikan bahwa barang tersebut di-screening atau digeledah 100 persennya dengan sinar X.

Menurut penilaian keamanan, fasilitas pelabuhan merupakan bagian dari kesatuan proses pengembangan dan pembaruan rancangan keamanan fasilitas pelabuhan. Penilaian keamanan fasilitas pelabuhan dilakukan secara periodik, ditinjau ulang kurun waktu lima tahun dan diperbaharui. Hal itu dilakukan dengan memperhitungkan perubahan ancaman dan atau perubahan kecil dalam fasilitas pelabuhan. Cara pengenalan dan evaluasi ini penting karena menyediakan suatu dasar strategi memusatkan perhatian secara luas terhadap aset dan bangunan yang dilindungi berada di lingkungan pelabuhan, yaitu:

(5)

1. Fasilitas TPKS (Terminal Peti Kemas Semarang). 2. Fasilitas LPG (Liquid Petrolium Gas).

3. Fasilitas PT. (Persero) Pelindo. 4. Fasilitas Pertamina.

5. Fasilitas Saribogaratu Raya. 6. Fasilitas Indonesia Power

Penataan komunikasi terkait informasi keamanan pelabuhan berupa penetapan nomor telepon yang dapat dihubungi 24 jam dapat digunakan setiap orang yang menemukan tindakan mengancam keamanan dapat menghubungi (024) 3583300.

B. Persiapan Sumber Daya Manusia

Program kerja yang dilakukan oleh Otoritas Pelabuhan secara baik dengan mengetahui bahwa dengan diimplementasikan ISPS Code sesuai dengan aturan yang diharapkan akan berdampak positif bagi negara Indonesia. Kepercayaan dari negara asing terhadap Indonesia terkait dengan sistem keamanan pelabuhan yang menjamin kapal-kapal yang singgah dan melakukan aktifitas bongkar muat barang maupun naik turun penumpang dapat berjalan dengan sebaik-baiknya serta menunjang kegiatan ekspor impor yang berdampak pada pemasukan devisa negara.

Aturan ISPS Code terkait dengan sumber daya manusia, organisasi maupun sistem nilai. Dalam hal ini perlunya dilakukan pelatihan (training), praktek latihan (drill) dan atau pelaksanaan latihan (exercise) secara baik dengan mengikuti program yang dilakukan oleh Biro Klasifikasi Indonesia sebagai Biro yang diberi tugas dalam usaha melatih insani yang akan menerapkan ISPS Code. Diklat yang diselenggarakan oleh BKI (Biro Klasifikasi Indonesia) dalam melatih personil PFSO dalam memahami ISPS Code yaitu 5.500.000 perorang.

Disain pelatihan merupakan proses dari rencana kurikulum dan senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan pendidikan. Pola atau kerangka yang dipakai dalam merencanakan dan memajukan pengalaman pendidikan serta menentukan hasil pendidikan yang hendak dicapai. Evaluasi program pelatihan dapat didasarkan pada kriteriandan rancangan percobaan. Kriteria tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dari ukuran kesuksesan pelatihan berupamkriteria pendapat,mkriteria pendapat,kkriteria perilaku dankkriteria hasil.

Simulasi latihan, sebuah kapal barang Ever Apex dari Panama diancam akan diledakkan teroris saat melakukan bongkar muat barang di dermaga TPKS. Namun upaya teroris berhasil digagalkan oleh kesigapan semua unsur pengamanan pelabuhan. Dua teroris yang menggunakan tutup muka berhasil diringkus saat beaksi di atas perahu nelayan. Belum sempat meledakkan bom penjahat itu terlebih dahulu diringkus setelah terjadi aksi kejar-kejaran. Tiga anggota Tim Gegana Direktorat Polisi Air Polda Jateng yang menangkap pelaku teroris yang menggunakan perahu karet berkecepatan tinggi dan dilengkapi senjata otomatis (Harian Suara Merdeka Semarang tanggal 29 September 2011)

Peristiwa itu bermula dari ancaman dari peneror pukul 08.30. Peneror mengatakan kepada petugas akan meledakkan kapal barang sekitar 10 menit lagi. hal itu langsung diteruskan ke kantor Adpel Tanjung Emas. Kepala Bidang Kesatuan Pengaman Laut dan Pantai Captain Karolus langsung memerintahkan seluruh unsur keamanan siaga dan kegiatan di pelabuhan segera dihentikan. Teroris yang memasuki kolam perairan pelabuhan pelabuhan menggunakan perahu nelayan berhasil dipantau menggunakan AIS base station vessel trafic system (VTIS) atau lazim disebut sistem pengatur lalu lintas laut otomatis, yang ditempatkan di terminal penumpang setelah menangkap teroris, Tim Gegana bersama KPLP dan KP3 melakukan penyisiran disejumlah objek vital untuk memeriksa kemungkinan adanya bom, seperti di Sriboga Ratu Raya

(6)

dan Pertamina. Di PT Sriboga ditemukan sebuah bungkusan yang diduga bom sedangkan di Pertamina dilaporkan ada seorang jatuh ke laut.

Untuk mengantisipasi munculnya korban jiwa dalam evakuasi petugas mengevakuasi sejumlah karyawan. Setelah dipastikan bahwa kondisi aman, tim kembali ke markasnya. Salah satu skenario latihan penerapan ISPS Code di Pelabuhan Tanjung Emas di mana kegiatan tersebut di bawah kendali Bidang KPLP.

Adpel Tanjung Emas, Drs. Sukardi, M.Si mengatakan, bahwa kegiatan tersebut dilakukan sebagai salah satu syarat dalam pemberlakukan ISPS Code di pelabuhan. Hal itu membuktikan bahwa pelabuhan Tanjung Emas mampu mengamankan lingkungan dari ancaman teroris ataupun ancaman lainnya.

Dengan ditetapkan Otoritas Pelabuhan dengan memberi ketetapan secara hukum dalam koordinasi dalam pelaksanaan ISPS Code. maka dibuatlah jaring komunikasi dan koordinasi keamanan seperti diagram di bawah ini:

Sumber: Administrator Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

Sumber daya manusia memerlukan kemauan dan kemampuan yang lebih dalam menjalankan tugas implementasi ISPS yang merupakan keharusan diterapkan oleh negara anggota IMO. Pekerjaan tambahan yang dilakukan selain tugas rutin yang biasa dilakukan serta keterbatasan personil sangat mempengaruhi hasil kerja team implementasi ISPS Code.

Pembagian tugas penjagaan yang dilakukan KPLP dengan membagi piket petugas secara bergantian. Oleh karena keterbatasan personil maka dibuatlah jadwal operasi keliling yang dilakukan periode jaga 12 jam/shift. Dengan dilakukan operasi keliling oleh tim KPLP secara bergantian diharapkan mampu menjaga keamanan di lingkungan pelabuhan guna mensukseskan implementasi ISPS Code.

General Manager PT Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Emas menyatakan

bahwa pengelola pelabuhan maupun pengguna jasa pelabuhan diharuskan mentaati peraturan dan instansi terkait menyesuaikan. Dalam pemantauan di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas terlihat adanya perubahan yang mengarah lebih tertib dari sebelumnya, lalu lalang angkutan truk

(7)

kontainer (trailer) juga berkurang sebagian besar yang beroperasi hanya armada kontainer kelas A dan truk modikasi kelas B.

Penjagaan kemananan terlihat ketat, meski tanda (ID card) untuk masuk ke pelabuhan belum seluruhnya dimiliki karyawan, baik perusahaan yang berada di lingkungan pelabuhan maupun industri yang keluar masuk pelabuhan, serta pengguna jasa pelabuhan lainnya. Jalur-jalur masuk ke pelabuhan juga terlihat bersih tidak terdapat kendaraan yang parkir tidak beraturan termasuk truk angkutan barang, hampir semua jalan di lingkungan pelabuhan kini tertib, walaupun kebersihan belum sesuai harapan akses ke fasilitas pelabuhan.

Gladi dan latihan yang dilakukan Petugas Keamanan Pelabuhan memiliki sasaran gladi dan latihan adalah untuk memastikan bahwa personil fasilitas pelabuhan trampil dalam semua tugas–tugas keamanan pada setiap tingkat kondisi keamanan dan untuk mengidentifikasi kekurangan–kekurangan dalam keamanan yang perlu untuk diperbaiki. Untuk memastikan implementasi yang efektif mengenai ketentuan rancangan keamanan fasilitas pelabuhan, latihan harus diselenggarakan sedikitnya tiap tiga bulan kecuali jika keadaan khusus menentukan lain.

Bahwa berbagai uji coba yang meliputi keikutsertaan para petugas keamanan fasilitas pelabuhan dilakukan sedikitnya sekali setahun dan tidak lebih dari 18 bulan setelah uji coba. Uji coba harus menguji komunikasi, koordinasi ketersediaan sumber daya dan respon. Uji coba dilakukan dengan cara sebagai berikut : total atau langsung, simulasi di atas meja atau seminar, kombinasi dengan uji coba lain seperti respon terhadap keadaan darurat.

Semua yang terlibat dalam suatu PFSA mampu untuk menarik bantuan tenaga ahli yang berhubungan dengan:

1. Pengetahuan ancaman keamanan

2. Pengenalan tentang senjata dan deteksinya, bahan kimia berbahaya dan peralatannya 3. Pengenalan sifat dasar dan pola sifat orang yang sepertinya mengancam keamanan. 4. Cara yang digunakan untuk mengelak langkah keamanan

5. Metoda yang digunakan untuk menyebabkan peristiwa keamanan pengaruh dari ledakan terhadap bangunan dan peralatan kapal

6. Keamanan fasilitas pelabuhan

7. Pelabuhan dalam praktek perdagangan

8. Rancangan kesiapan bila sesuatu terjadi, persiapan darurat dan cara menanggapinya 9. Langkah keamanan fisik contoh pagar pelabuhan

10. Sistem radio dan telekomunikasi termasuk sistem komputer dan jaringan kerjanya 11. Transportasi dan sistem permesinan

12. Operasional kapal dan pelabuhan

Tindakan khusus pengamanan yang diambil pada setiap tingkatan mencakup : 1. Akses ke fasilitas pelabuhan

2. Area terbatas di dalam fasilitas pelabuhan 3. Penanganan muatan

4. Penyerahan perbekalan kapal 5. Menangani bagasi tanpa pemilik

6. Monitoring keamanan fasilitas pelabuhan

Bahwa pelabuhan yang telah memenuhi ketentuan ISPS Code yaitu: Fasilitas Dermaga Pelabuhan Terminal Peti Kemas, Dermaga Khusus SBM atau CBM Pertamina, Dermaga Khusus Sri Boga Ratu Raya, Dermaga Samudera Tanjung.Emas dan Dermaga Khusus Kayu Lapis Indonesia. Sertifikat sementara pemenuhan keamanan fasilitas pelabuhan dari Dirjen Perhubungan Laut meliputi :

(8)

1. Assesment terhadap fasilitas pelabuhan yang comply oleh RSO PT. Sucofindo

2. Pembuatan Port Facility Security Plan (PFSP) oleh para Port Facility Security Officer

(PFSO), dibantu oleh RSO PT. Sucofindo

3. Pengukuhan atau approval dari Dirjen Perhubungan Laut cq. Direktorat Penjagaan dan Penyelamatan

Kegiatan-kegiatan pelabuhan yang telah memenuhi ketentuan ISPS Code di wilayah Pelabuhan Semarang yaitu sebagai berikut:

1. Pelabuhan terminal petikemas dalam hal:

a. Melayani kapal-kapal asing pelayaran internasional yang telah memenuhi ketentuan ISPS Code.

b. Kegiatan bongkar atau muat container 2. Dermaga khusus Pertamina

a. Melayani kapal-kapal Pertamina dan kapal asing pelayaran internasional yang telah

memenuhi ketentuan ISPS Code. b. Kegiatan bongkar BBM Cair. 3. Dermaga khusus Sriboga Ratu Raya

a. Melayani kapal-kapal asing dan lokal pelayaran internasional yang telah memenuhi ketentuan ISPS Code.

b. Kegiatan bongkar bahan baku tepung terigu. 4. Dermaga Samudera Tanjung Emas.

a. Melayani kapal-kapal asing pelayaran internasional yang telah memenuhi ketentuan ISPS Code.

b. Kegiatan bongkar / muat general cargo.

5. Dermaga khusus PT Kayu Lapis.

a. Melayani kapal-kapal asing pelayaran internasional yang telah memenuhi ketentuan

ISPS Code dan kapal – kapal lokal.

b. Kegiatan bongkar / muat kayu atau plywood. 6. Terminal Penumpang Tanjung Emas.

a. Melayani kapal-kapal penumpang lokal atau antar pulau yang tidak termasuk

dalam ketentuan ISPS Code.

b. Kegiatan embarkasi atau debarkasi penumpang (wawancara tanggal 7 Januari 2012).

Langkah-langkah Administrator Pelabuhan atau Otoritas Pelabuhan Tanjung Emas yaitu sebagai berikut:

1. Langkah-langkah ADPEL Tanjung Emas dalam rangka implementasi ISPS Code 2 unsur keamanan yaitu:

a. TNI AL.

b. KPPP Tanjung Emas.

c. DIT POLAIRUD Tanjung Emas.

2. Langkah-langkah ADPEL Tanjung Emas dalam rangka implementasi ISPS Code 3 yaitu di unsurepemerintahan yaitu:

a. Bidang-Bidang di lingkungan Adpel. b. Distrik Navigasi / Radio pantai semarang. c. Bea dan Cukai.

d. Karantina Hewan dan Tumbuhan Tanjung Emas. e. Imigrasi.

(9)

f. Kantor Kesehatan Pelabuhan

3. Langkah-langkah ADPEL Tanjung Emas dalam rangka implementasi ISPS Code 4 yaitu berupa pengelola penyelenggara pelabuhan yaitu:

a. PT Peti Kemas. b. PT Pertamina.

c. PT Sri Boga Ratu Raya. d. PT Pelindo Tanjung Emas. e. PT Kayu Lapis Indonesia.

4. Langkah-langkah ADPEL Tanjung Emas dalam rangka implementasi ISPS Code 5 yaitu berupa asosiasi-asosiasi sebagai berikut:

a. DPC INSA f. G P E I b. APBNI g. ADEPI c. GAFEKSI h. IPERINDO d. ORGANDA i. GALPENAS e. GINSI j. T K B M

5. Langkah-langkah ADPEL Tanjung Emas dalam rangka implementasi ISPS Code 7 yaitu: a. Pengetahuan tentang ancaman keamanan sekarang dan pola-polanya.

b. Pengenalan dan pendeteksian senjata, alat dan unsur berbahaya.

c. Pengenalan karakteristik dan pola perilaku orang-orang yang mungkin mengancam keamanan.

d. Teknik yang digunakan untuk mengelakkan tindakan keamanan. e. Manajemen dan teknik pengendalian kerusuhan.

f. Komunikasi yang terkait dengan keamanan. g. Operasi peralatan dan sistem keamanan.

h. Pengujian, kalibrasi dan pemeliharaan peralatan dan sistem keamanan. i. Teknik pemeriksaan, pengawasan dan monitoring.

j. Metoda penggeledahan phisik orang-orang, barang-barang pribadi, bagasi muatan dan perbekalan kapal.

k. Personil fasilitas pelabuhan yang mempunyai tugas-tugas keamanan khusus harus memiliki pengetahuan dan menerima pelatihan sesuai dengan deputy-deputy PSO

yaitu :

1) Seksi Kesyahbandaran Bidang Gamat. 2) Seksi Pamtib Bidang Gamat.

3) Seksi Penyelamatan Bidang Gamat. 4) Bidang Kelaiklautan.

5) Bidang Lala dan Kepelabuhanan Adapun tugas PSC 1 yaitu :

1. Memberikan informasi tentang situasi, gangguan dan ancaman keamanan sesuai dengan Tupoksi untuk menentukan tingkat keamanan (Security Level) pada fasilitas pelabuhan dan kapal.

2. Memberikan informasi tentang kapal-kapal yang sedang sandar atau berlabuh maupun dalam melaksanakan kegiatan di wilayah pelabuhan yang dicurigai dapat mengakibatkan atau menimbulkan ancaman, gangguan keamanan bagi kapal-kapal maupun fasilitas pelabuhan

(10)

1. Melaksanakan pengamanan secara langsung terhadap Tingkat Keamanan III (Security

Level III) dari gangguan atau ancaman bom, teroris dan lainnya.

2. Pelaksanaan pengamanan dilakukan oleh unsur-unsur keamanan.

Tugas dan fungsi Port Security Officer (PSO) yaitu menindak lanjuti rekomendasi yang dihasilkan oleh Port Security Committee (PSC) dengan kerjasama dan koordinasi dengan Port

Security Facity Security Officer (PFSO), Company Security Officer (CSO) dan Ship Security Officer (SSO) yaitu:

1. Mengkoordinir dan memberikan pengarahan teknis pada pelaksa pengamanan pelabuhan. 2. Menyebarluaskan atau menginformasikan tingkat keamanan (Security Level) pelabuhan

dan kapal.

Melaksanakan tugas jaga di Posko PSC atau PSO selama 24 jam secara bergantian yang dilaksanakan oleh 1 Deputy, 1 Asisten, 2 Staf dengan kegiatan memantau kegiatan kapal keluar atau/ masuk, berlabuh, sandar, bongkar atau muat di wilayah kerja pelabuhan. Mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan atau tindakan PFSO dan SSO dalam rangka pengamanan kapal dan pelabuhan. Mengendalikan, menginstruksikan pelaksanaan pengamanan di wilayah perairan. Pendeteksian kunjungan atau kedatangan kapal-kapal asing yang sandar di pelabuhan

comply dan di pelabuhan non comply dengan menginstruksikan untuk mengisi blanko

Pemberitahuan Awal Kedatangan Keamanan Kapal (Pre-Arrival Notification of Ship.

Sistem pengamanan dalam rangka implementasi ISPS Code di pelabuhan Tanjung Emas Semarang yaitu di wilayah Perairan DLKR / DLKP, wilayah daratan DLKR dan tindakan pengamanan khusus atau tambahan. Sistem pengamanan dalam rangka implementasi ISPS Code di pelabuhan Tanjung Emas Semarang di wilayah perairan DLKR/DLKP berupa pelaksanaan pengaman wilayah perairan dilakukan oleh kapal-kapal patroli Bidang Gamat (KPLP) Kantor Adpel dan kapal-kapal navigasi, berdasarkan pada :

1. Keputusan Menhub No. 62 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Administrator Pelabuhan.

2. PP No.81 thn 2000 tentang Kenavigasian.

3. Port Facility Security Plan (PFSP) yang dibuat oleh masing-masing PFSO Pelabuhan

comply, bahwa pelaksanaan pengamanan perairan diserahkan / dilaksanakan oleh Bidang

KPLP atau Gamat.

Pelaksanaanmpengamananmdi perairan yaitu Zona I pelabuhan Semarang yaitu melaksanakan penjagaan, pengawasan, pemantauan terhadap kapal-kapal masuk atau keluar, melintas di alur pelayaran. Melaksanakan pengawasan dan pengamanan di SBM atau CBM serta menghalau nelayan yang mengganggu alur pelayaran dan sarana bantu navigasi. Melaksanakan patroli secara rutin, pengejaran dan penangkapan terhadap adanya laporan atau informasi gangguan keamanan atau ancaman di wilayah perairan. Melaksanakan komunikasi, koordinasi dengan instansi terkait, petugas pandu, PFSO, PSO. Pelaksanaan pengamanan dan penerbitan DLKP/DLKR di Zona pengamanan II di mana perairan sekitar pelabuhan Sri Boga Ratu Raya, Dermaga Samudera, Dermaga TPKS, hingga break water. Pengamanan SBN, fasilitas pelabuhan dan pengamanan nelayan, dari kemungkinan infiltrasi.

WilayahmdaratanmDLKRmpelabuhan Tanjung Emas Semarang di pelabuhan yang memenuhi ketentuan ISPS Code (Comply) yaitu pelaksanaan pengamanan dan penertiban di wilayah daratan pelabuhan yang comply dilaksanakan oleh PFSO beserta Deputy PFSO dan personil-personil sesuai dengan PSFP masing masing fasilitas di bawah koordinasi PPSO. Pelaksanaan pengamanan dan penertiban di back up oleh aparat keamanan KPLP, Kesatuan Polisi Pengaman Pelabuhan sebagai unsur pemerintahan dan fungsi penegak hukum.

(11)

Pelaksanaan pengamanan dan penertiban di fasilitas pelabuhan non comply dilaksanakan oleh aparat keamanan KPLP, KPPP dan Satpam-Satpam perusahaan. Tindakan pengamanan khusus tambahan dilaksanakan oleh bidang Gamat KPLP atau unsur pengamanan lainnya terhadap hal-hal:

1. Adanya permintaan Declaration of Security (DOS) dari fihak kapal atau fasilitas pelabuhan.

2. Pelabuhan yang memenuhi ketentuan ISPS Code (comply) di singgahi/sandar kapal-kapal yang tidak memenuhi atau tidak termasuk dalam ketentuan ISPS Code (non comply) dalam aturan ISPS Code bagian 16

Tindakan / pengamanan khusus yang dilakukan yaitu berupa pedoman pelaksanaan pengamanan memperhatikan rincian prosedur yang ada pada PSFP dengan menggunakan format atau blanko pernyataan keamanan (statement of security) yang ditanda tangani oleh PFSO, agen pelayaran dan nakhoda, PSO membuat catatan pada format statement of security.

Semua personil fasilitas pelabuhan telah memiliki pengetahuan dan menjadi terbiasa dengan ketentuan PFSP yang relevan dalam beberapa atau semua hal sesuai dengan:

1. Maksud dan prasyarat sebagai akibat tingkat keamanan yang berbeda. 2. Pengenalan dan pendeteksian senjata, alat dan unsur berbahaya.

3. Pengenalan karakteristik dan pola perilaku orang-orang yang mungkin mengancam keamanan.

4. Teknik yang digunakan untuk mengelakkan tindakan keamanan V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam pelaksanaan ISPS Code di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang masih ditemui kendala-kendala sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman dari semua pihak dalam implementasi ISPS Code di pelabuhan di mana sumber daya manusia baik penyedia jasa (swasta) dan pihak pemerintah dalam hal ini di bawah naungan Kementrian Perhubungan yang belum memahami ISPS Code secara benar.

2. Masalah komunikasi terkait alat yang merupakan aspek terpenting yang harus segera

dibenahi karena ISPS Code pada dasarnya adalah suatu sistem komunikasi keamanan.

3. PPFSP menetapkan untuk setiap tingkat keamanan sarana/alat pengenalan yang

dipersyaratkan untuk mendapatkan ijin masuk ke fasilitas pelabuhan.

4. Pengenalan kemungkinan ancaman terhadap aset dan infrastruktur agar selalu

ditingkatkan dalam pengawasan Otorita Pelabuhan. B. Saran

Dalam penulisan ini saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang agar memaksimalkan penggunaan peralatan yang menunjang pengawasan pelabuhan berupa pemasangan CCTV di tempat yang strategi. 2. Mengintruksikan kepada pedagang asongan untuk tertib terutama sewaktu kapal

penumpang tiba di pelabuhan.

3. Meningkatkan penjagaan dan pengawasan satuan petugas KPLP agar lebih insentif dalam pemeriksaan orang dan barang yang masuk pelabuhan serta pemasangan CCTV sebagai alat monitoring orang yang keluar masuk pelabuhan.

(12)

4. Melaksanakan dengan tertib pemberian tanda kepada orang dan barang yang masuk berkepentingan di pelabuhan dan kapal dengan membawa tanda khusus masuk pelabuhan.

5. Membuat jadwal latihan rutin tindakan pencegahan ancaman keamanan di pelabuhan ditujukan terutama kepada pegawai baru dalam bertugas mengimlementasikan ISPS

Code.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Anwar P.M, A.A, 2003, Perencanaan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia, PT. Refika, Bandung

Moleong, L.J., 2000, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rusdakarya

Suyono. (2007), Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui

Laut, Edisi Keempat, PPM, Jakarta Regulasi :

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2008, Tentang Pelayaran,

Jakarta

Keputusan Menteri Perhubungan No.KM 33 Tahun 2003 tentang Pemberlakuan Amandemen SOLAS 1974

Keputusan Dirjen Perhubungan Laut No.UM 48/18/19.03 tentang Pembentukan Tim Penkajian Awal Impemementasi ISPS Code di Indonesia

Keputusan Menhub No. 62 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Administrator Pelabuhan.

Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian.

Koran :

Harian Suara Merdeka, 29 September 2011, Semarang

Internet : achsan.staff.gunadarma.ac.id, http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Maritim_Internasional http://infokapal.wordpress.com/2010/12/30/552 http://www.pelita.or.id/baca.php?id=19438 tithagalz.wordpress.com 64

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi ekspor di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang meliputi: proses ekspor, penerapan metode ekspor dengan SOP, kendala teknis pihak Bea Cukai, kendala teknis

Pelabuhan Tanjung Emas Semarang melayani bongkar muat barang dengan petikemas, bongkar muat Terminal Petikemas Semarang selalu mengalami peningkatan dalam setiap

Layanan VTS di wilayah Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sangat berperan penting dalam kelancaran dan keselamatan lalu lintas di alur pelayaran wilayah Pelabuhan Tanjung

Masyarakat di area buffer Pelabuhan Tanjung Emas menggunakan insektisida rumah tangga sebagian besar yaitu ≤ 15 tahun dengan persentase 58,18% dengan frekuensi penggunaan

Penerapan ISPS Code di Indonesia memiliki dasar hukum melalui ratifikasi amandemen pemberlakuan Solas tahun 1974, kemudian diterbitkan peraturan menteri perhubungan

Untuk ancaman dan gangguan berupa bencana alam adalah KPLP., (d)KPPP menjadi lembaga yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelatihan, gladi, dan berlatih. Administrator

Hasil analisis indeks kualitas lingkungan di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang masih termasuk dalam kategori tercemar ringan dengan nilai indeks total sebesar

Keputusan untuk melakukan investasi alat berat pada pelabuhan peti kemas tanjung emas semarang, memerlukan analisis dan kajian-kajianyang mendalam, karena banyak