• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan dilakukan oleh para pihak. Pada Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan dilakukan oleh para pihak. Pada Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Notaris

1. Pengertian Tentang Notaris

Notaris merupakan Profesi yang sangat penting dalam dunia perbankan dimana dalam hal ini melakukan legalisasi setiap perjanjian yang akan dilakukan oleh para pihak. Pada Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris Pasal 1 Angka 1 menjelaskan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang-undang-undang lainnya. Para pihak yang ada dalam dunia perbankan dengan istilah Debitur dan Kreditur. Debitur adalah pihak tang berhutang ke pihak lain, yang biasanya dengan menerima sesuatu dari kreditur yang dijanjikan debitur untuk dibayar kembali pada masa yang akan datang, pemberian pinjaman ini memerlukan jaminan atau agunan dari pihak debitur.6 Sedangkan kreditur adalah pihak ( perorangan, organisasi, perusahaan atau pemerintah) yang memiliki tagihan kepada pihak lain (pihak kedua) atas properti atau layanan jasa yang diberikannya (biasanya dalam bentuk kontrak atau perjanjiandi mana diperjanjikan bahwa pihak kedua tersebut akan mengembalikan properti yang nilainya sama atau jasa. Pihak kedua ini disebut sebagai peminjam atau yang berhutang.7Penjelasan

6https://id.wikipedia.org/wiki/Debitur, diakses pada tanggal 15 Februari 2019, Pukul 14.13 WIB 7Ibid

(2)

13

undang Jabatan Notaris (UUJN) yaitu Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang kewenangan Notaris sebagai pejabat umum. Notaris merupakan pejabat yang diangkat oleh negara untuk melaksanakan perbuatan hukum privat dan membuat akta otentik yang digunakan untuk pembuktian secara sempurna dihadapan hukum (pengadilan). Dalam profesi notaris terdapat organisasi yang memiliki peranan penting untuk menghimpun profesi notaris dan sebagai tempat bantuan hukum apabila notaris tersebut memiliki masalah hukum dikemudian hari.

2. Organisasi Notaris

Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris menjelaskan bahwa organisasi notaris adalah organisasi profesi jabatan Notaris yang berbentuk perkumpulan berbadan hukum. Dalam organisasi notaris memiliki struktur yang bertujuan untuk mengawasi tingkah laku notaris dalam melakukan jabatan sebagai notaris, serta melaksanakan standar operasional sesuai dengan kode etik notaris baik dalam kode etik notaris maupun yang ada dalam UUJN. Pada organisasi notaris terdapat beberapa kelengkapan yang terdiri dari Majelis Kehormatan Notaris (MKN), Dewan Kehormatan Notaris (DKN) dan Majelis Pengawas Notaris (MPN). Dewan Kehormatan Notaris mempunyai kewenangan sebagaimana untuk melukan penegakan hukum secara internal ditubuh perkumpulan notaris yang dalam hal ini pelaksanaan kode etik notaris. Majelis Pengawas Notaris memiliki kewenangan dalam memberikan keputusan untuk memutus sidang terhadap suatu perkara terkait profesi notaris yang melanggar kode etik dalam menjalankan tugas jabatan

(3)

14

notaris dengan sanksi yang dijatuhkan oleh Majelis Pengawas Notaris. Sedangkan Majelis Kehormatan Notaris berwenanga dalam melaksanakan pembinaan Notaris dan kewajiban untuk memberikan persetujuan atau melakukan penolakan dalam proses peradilan yang dijalani oleh notaris tersebut.

3. Kewenangan Notaris

Profesi Notaris memiliki tugas dan kewenangan dalam membuat akta autentik serta kewenangan lainnya yang diatur oleh UUJN.8 Pada Pasal 15

ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris menjelaskan bahwa Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Selain itu terdapat kewenangan Notaris selain membuat akta autentik yaitu menurut Pasal 15 ayat (2) UUJN, Notaris juga memiliki wewenang untuk:

a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

8Abdul GhofurAnshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum Dan Etika (Yogyakarta:UII Press 2009) halaman 89

(4)

15

b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

c. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawag tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;

d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya; e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta; f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau

g. Membuat akta risalah lelang.

Dalam melaksanakan jabatannya notaris juga memiliki tugas secara moral dan etika untuk melaksanakan jabatan nya sesuai dengan kode etik dan sesuai Undang-Undang Jabatan Notaris. Maka dari itu untuk melaksanakan kewenangan notaris memiliki kewajiban dalam menjalankan tugasnya sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Jabatan Notaris yaitu :

a. Bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga

kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;

b. Membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai bagian dari protocol notaris;

c. Melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada minuta akta;

d. Mengeluarkan grosse akta, salinan akta, atau kutipan akta berdasarkan minuta akta;

(5)

16

e. Memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam undangundang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;

f. Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain;

g. Menjilid akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) akta, dan jika jumlah akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah minuta akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku;

h. Membuat daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat berharga;

i. Membuat daftar akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan akta setiap bulan;

j. Mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud dalam huruf i atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar wasiat pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya;

k. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir bulan;

(6)

17

l. Mempunyai cap atau stempel yang memuat lambang negara republik indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan;

m. Membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk pembuatan akta wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan notaris; dan

n. Menerima magang calon notaris.

Untuk itu dalam melaksanakan jabatan notaris harus mematuhi aturan kode etik dan sesuai dengan Undang-Undang Jabatan Notaris. Profesi notaris haruslah dibekali dengan moral dan kejujuran dalam melaksanakan jabatan profesi notaris. Dalam menjalankan profesi notaris notaris wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya. Pada penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris bahwa Notaris sebagai pejabat umum yang menjalankan profesi dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat, perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum. Akta autentik yang dibuat oleh Notaris bertujuan untuk melindungi para pihak dari sengketa hukum dikemudian hari dan demi tercapainya kepastian hukum terhadap para pihak. Sifat autentik ini berupa perbuatan, perjanjian, penetapan, dan peristiwa hukum atas apa yang dicantumkan dalam akta notaris. Akta yang dibuat oleh notaris dalam Undang-Undang Jabatan Notaris menjelaskan Akta in originali yang meliputi :

(7)

18

a. Akta Pembayaran uang sewa, bunga, dan pensiun; b. Akta penawaran pembayaran tunai;

c. Akta protes terhadap tidak dibayarnya atau tidak diterimanya surat berharga;

d. Akta kuasa;

e. Akta keterangan kepemilikan;

f. Akta lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Tinjauan Tentang Hak Tanggungan 1. Pengertian Hak Tanggungan

Hak Tanggungan adalah Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.9Berdasarkan ketentuan

dalam Pasal 51 Undang-Undang Pokok Agraria menjelaskan bahwa disediakan nya lembaga jaminan yang kuat yang dapat dibebankan hak atas tanah, yaitu Hak Tanggungansebagai pengganti lembaga Hypoteekdan creditverband. Dalam Hak Tanggungan itu sendiri memiliki ciri-ciri yaitu :

1. Membuat kedudukan sebagai kreditur menjadi diutamakan dibandingkan krediturnya (Preferensi Droit De);

9https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_Tanggungan, diakses pada tanggal 15 Februari 2019, Pukul 16.25 WIB.

(8)

19

2. Mengikuti objek yang dibayar ditangan sambil menunggu objek yang ada (Droit De Suit);

3. Dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum pada pihak-pihak yang berkepentingan dengan kompas sesuai asas Spesialitas dan asas publisitas;

4. Menyelesaikan eksekusinya eksekusi.10

Hak Tanggungan ini sendiri memiliki ciri sendiri dari pada hak lainnya, yang mana Hak Tanggungan memiliki sifat, yaitu : tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaar) dan Hak Tanggungan hanya merupakan partisipan (Aksesoir) dari perjanjian pokok. Pada Undang-Undang Pokok Agraria menjelaskan tentang Hak Tanggungan tersebut sebagaimana Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Hak Tanggungan yang dapat menjadi objek hak antara lain

1. Hak Milik. 2. Hak Guna Usaha. 3. Hak Guna Bangunan.

4. Hak Tanggunganatas Hak Pakai Atas Tanah Negara yang sesuai ketentuan yang diperlukan wajib didaftar dan sifatnya dapat dipindah tangankan.

5. Hak Tanggunganatas Hak Milik, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atasan Satuan Rumah Susun.

10https://www.academia.edu/7538338/HAK_TANGGUNGAN, diakses pada tanggal 16 Februari 2019 , Pukul 13.08

(9)

20 2. Asas-Asas Hak Tanggungan

Dalam Undang-Undang Hak Tanggunan itu sendiri terdapat beberapa asas-asas yang mengatur Hak Tanggunganantara lain :

1) Hak Tanggungan memberikan kedudukan hak yang diutamakan.

Hak Tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu dengan kreditor-kreditor lainnya ( Pasal 1 UU No. 4 Tahun 1996). Karena bisa dibebankan lebih dari satu orang, penentuan peringkat Hak Tanggungan hanya dapat ditentukan berdasarkan pada saat pendaftarannya. Dan apabila pendaftarannya dilakukan pada saat yang bersamaan, barulah peringkat Hak Tanggungan ditentukan berdasarkan pada saat pembuatan Akta Pembebanan Hak Tanggungan. Hal ini termuat dalam Pasal 5 UU No. 4 Tahun 1996.

2) Hak Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi.

Berdasarkan Pasal 2 UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan penjelasannya menyatakan bahwa Hak Tanggungan membebani secara utuh obyek Hak Tanggungan. Ini berarti bahwa, dengan dilunasinya sebagian hutang tidak berarti bahwa benda dapat dikembalikan sebagian. 3) Hak Tanggungan hanya dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada.

Asas ini diatur dalam Pasal 8 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1996. Asas ini sebelumnya juga sudah ada dalam hipotek.Menurut Pasal 1175 KUHPer, hipotek hanya dapat dibebankan pada benda-benda yang sudah ada. Hipotek atas benda-benda yang baru akan ada dikemudian hari adalah batal, begitupun juga dengan hak tanggungan.

(10)

21

4) Hak Tanggungan dapat dibebankan selain atas tanahnya juga benda-benda yang berkaitan dengan tanah.

Berdasarkan Pasal 4 ayat (4) UU No. 4 Tahun 1996, “Hak Tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas dinyatakan di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan”. Sehingga dapat pula disimpulkan, yang bisa dijadikan jaminan bukan hanya yang berkaitan dengan tanah saja melainkan juga benda-benda yang merupakan milik pemegang hak atas tanah tersebut.

5) Hak Tanggungan dapat dibebankan juga atas benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang baru akan ada dikemudian hari.

Meskipun Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan tanah yang sudah ada, Hak Tanggungan juga dapat dibebankan pula benda-benda yang berkaitan dengan tanah sekalipun benda-benda tersebut belum ada dan baru akan ada dikemudian hari. Contohnya: Tahun 2000 Tn. A berhutang pada Tn. B, yakni perjanjian pokok hutang piutang sebesar 200jt dan perjanjian accesoir hak tanggungan. Kemudian Tahun 2001 Tn.A membangun sebuah bangunan di tanah yang sudah dibebani Hak Tanggungan. Secara otomatis bangunan baru tersebut ikut terbebani Hak Tanggungantanpa perlu diperjanjikan dulu.

(11)

22

Hak Tanggungan lahir dari sebuah perjanjian yang bersifat accesoir, yang mengikuti perjanjian pokoknya yakni hutang piutang.

7) Hak Tanggungan dapat dijadikan jaminan untuk utang yang akan ada. Hak Tanggungan memperbolehkan menjaminkan hutang yang akan ada, sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) UU No. 4 tahun 1996. Utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan dapat berupa utang yang sudah ada maupun yang belum ada tetapi sudah diperjanjikan, misalnya utang yang timbul dari pembayaran yang dilakukan oleh kreditor untuk kepentingan debitor dalam rangka pelaksanaan bank garansi. Jumlahnya pun dapat ditentukan secara tetap di dalam perjanjian yang bersangkutan dan dapat pula ditentukan kemudian berdasarkan cara perhitungan yang ditentukan dalam perjanjian yang menimbulkan hubungan utang-piutang yang bersangkutan, misalnya utang bunga atas pinjaman pokok dan ongkos-ongkos lain yang jumlahnya baru dapat ditentukan kemudian. Perjanjian yang dapat menimbulkan hubungan utang-piutang dapat berupa perjanjian pinjam meminjam maupun perjanjian lain, misalnya perjanjian pengelolaan harta kekayaan orang yang belum dewasa atau yang berada dibawah pengampuan, yang diikuti dengan pemberian Hak Tanggungan oleh pihak pengelola (Penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU No. 4 tahun 1996). 8) Hak Tanggungan dapat menjamin lebih dari satu hutang.

Hak Tanggungan dapat menjamin lebih dari satu hutang, hal ini didasarkan pada ketentuan yang tercantum dalam Pasal 3 ayat (2), “Hak Tanggungan dapat diberikan untuk suatu hutang yang berasal dari satu

(12)

23

hubungan hukum atau untuk satu hutang atau lebih yang berasal dari beberapa hubungan hukum”.

9) Hak Tanggungan mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun obyek Hak Tanggungan itu berada.

Hak Tanggungan tidak akan berakhir sekalipun objek Hak Tanggungan itu beralih kepada pihak lain. Asas ini termuat dalam Pasal 7 UU No. 4 Tahun 1996 yang berisi, “Hak Tanggungan tetap mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut berada”. Asas ini disebut juga sebagai DROIT DE SUITE.

10) Diatas Hak Tanggungan tidak dapat diletakkan sita oleh pengadilan. Tujuan dari Hak Tanggungan adalah untuk memberikan jaminan yang kuat bagi kreditor yang menjadi pemegang Hak Tanggungan untuk didahulukan dari kreditor-kreditor lain. Bila dimungkinkan sita, berarti pengadilan mengabaikan bahkan meniadakan kedudukan yang diutamakan dari kreditor pemegang Hak Tanggungan.

11) Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan atas tanah tertentu.

Asas ini merupakan asas spesialiteit dari Hak Tanggungan, baik subyek, obyek maupun utang yang dijamin. Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) huruf e,”uraian yang jelas mengenai obyek Hak Tanggungan”. Maksudnya meliputi rincian mengenai sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan atau bagi tanah yang belum terdaftar sekurang-kurangnya memuat uraian mengenai kepemilikan, letak, batas-batas, dan luas tanahnya. Hal ini juga

(13)

24

menghindari salah eksekusi karena tanah yang dijadikan obyek Hak Tanggungan sudah jelas disebutkan.

12) Hak Tanggungan wajib didaftarkan.

Dari ketentuan yang ada dalam Pasal 13 UU No. 4 Tahun 1996 secara tegas telah dijelaskan bahwa saat pendaftaran pembebanan Hak Tanggungan adalah saat lahirnya Hak Tanggungan tersebut. Sebelum pendaftaran dilakukan, maka Hak Tanggung andianggap tidak pernah ada. Selain itu hanya dengan pencatatan pendaftaran yang terbuka bagi umum memungkinkan pihak ketiga dapat mengetahui tentang adanya pembebanan Hak Tanggungan atas suatu tanah.

13) Hak Tanggungandapat diberikan dengan disertai dengan disertai janji-janji tertentu.

Asas Hak Tanggungan ini termuat dalam Pasal 11 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1996. Janji-janji yang disebutkan dalam pasal ini bersifat fakultatif (boleh dicantumkan atau tidak, baik seuruhnya maupunsebagian) dan tidak limitatif (dapat diperjanjikan lain selain yang disebutkan dalam Pasal 11 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1996).

14) Hak Tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki sendiri oleh pemegang Hak Tanggungan apabila cidera janji.

Pengaturan mengenai asas ini termuat dalam Pasal 12 UU No. 4 Tahun 1996, “janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk memiliki obyek Hak Tanggungan apabila debitor cidera janji, batal demi hukum”. Ketentuan ini diadakan dalam rangka

(14)

25

melindungi kepentingan debitor dan pemberi Hak Tanggungan lainnya, terutama jika nilai obyek Hak Tanggungan melebihi besar-nya utang yang dijamin. Pemegang Hak Tanggungan dilarang untuk secara serta merta menjadi pemilik obyek Hak Tanggungan karena debitor cidera janji. Walaupun demikian tidaklah dilarang bagi pemegang Hak Tanggungan untuk menjadi pembeli obyek Hak Tanggungan asalkan melalui prosedur yang diatur dalam Pasal 20 UU No. 4 Tahun 1996.

15) Pelaksaan eksekusi Hak Tanggungan mudah dan pasti.

Prioritas pertama pemegang Hak Tanggungan adalah untuk menjual obyek Hak Tanggungan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 UU No. 4 Tahun 1996 apabila terjadi cidera janji. Titel eksekutorial yang terdapat dalam Sertifikat Hak Tanggungan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1996, obyek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahukui dari pada kreditor-kreditor lainnya. Dengan disebutkannya 2 dasar eksekusi diatas dalam Pasal 20 UU No. 4 Tahun 1996, terpenuhi maksud Pembentukan Undang-Undang akan cara pelaksanaan eksekusi yang mudah dan pasti.11

11https://meelzha.wordpress.com/2012/12/05/asas-asas-hak-tanggungan/, diakses pada tanggal 16 Februari 2019, pukul 14.02

(15)

26 3. Proses Prosedur Hak Tanggungan

(a) Tata Cara Pemberian dan Pendaftaran Hak Tanggungan

Pada Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Hak Tanggungan dijelaskan tata cara pemberian Hak Tanggungan yaitu Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut. Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila objek Hak Tanggungan berupa hak atas tanah yang berasal dari konversi hak lama yang telah memenuhi syarat untuk didaftarkan akan tetapi pendaftarannya belum dilakukan, pemberian Hak Tanggungan dilakukan bersamaan dengan permohonan pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan (ayat 1,2,3)12 (b) Tata Cara Pendaftaran Hak Tanggungan

Dalam Pasal 13 ayat (1) diatur mengenai pemberian Hak Tanggungan, yaitu wajib didaftarkan pada kantor pertanahan. Menurut St. Remy Sjahdeini, tata cara pelaksanaan pendaftaran Hak Tanggungan adalah sebagai berikut :13

12 Supriadi, Hukum Agraria, (Sinar Grafika , Jakarta,2012), Halaman 193. 13

(16)

27

a. Pada saat setelah penandatanganan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang dibuat oleh PPAT dilakukan oleh para pihak, PPAT mengirimkan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan dan warkah lain yang diperlukan oleh kantor pertanahan. Pengiriman tersebut wajib dilakukan oleh PPAT yang bersangkutan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penandatanganan Akta Pemberian Hak Tangggungan.

b. Pemberian Hak Tanggungan dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan membuatkan buku tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan.

c. Tanggal buku tanah Hak Tanggungan adalah tanggal hari ketujuh setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftarannya dan jika hari ketujuh itu jatuh pada hari libur, buku tanah yang bersangkutan diberi bertanggal hari kerja berikutnya.

(c) Tata Cara Pencoretan Hak Tanggungan

Hak Tanggungan yang sudah didaftarkan dan apabila telah selesai dalam utang-piutang dibank maka akan dilakukan pencoretan Hak Tanggungan di kantor pertanahan. Suatu Hak Tanggungan dapat dilakukan pencoretan apabila tanah yang dijadikan objek Hak Tanggungan telah dihapus. Dalam Pasal 22 Undang-Undang Hak Tanggungan menyatakan bahwa setelah Hak Tanggunganhapus sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 18, Kantor

(17)

28

Pertanahan mencoret catatan Hak Tanggungan tersebut pada buku tanah hak atas tanah dan sertifikatnya. Dengan hapusnya hak tanggungan, sertifikat Hak Tanggungan yang bersangkutan ditarik bersama-sama buku tanah Hak Tanggungan dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Kantor Pertanahan.

4. Hapusnya Hak Tanggungan

Hak Tanggungan yang sudah selesai atau akan mengalami proses akhir sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 18 Undang-Undang Hak Tanggungan yaitu :

1. Hak Tanggungan hapus karena hal-hal sebagai berikut :

a. Hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan;

b. Dilepaskannya Hak Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan;

c. Pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri;

d. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan.

2. Hapusnya Hak Tanggungan karena dilepaskan oleh pemegangnya dilakukan dengan pemberian pernyataan tertulis mengenai dilepaskannya Hak Tanggungan tersebut oleh pemegang Hak Tanggungan kepada pemberi Hak Tanggungan.

3. Hapusnya Hak Tanggungan karena pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri terjadi karena permohonan pembeli hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan tersebut agar hak atas tanah yang dibelinya itu

(18)

29

dibersihkan dari beban Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam Pasal 19.

4. Hapusnya Hak Tanggungan karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan tidak menyebabkan hapusnya utang yang dijamin.

Dalam Hak Tanggungan mengenal sifat accesoir yang merupakan bahwa adnya Hak Tanggungan tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Apabila piutang itu hapus karena adanya pelunasan atau sebab-sebab lain, dengan sendirinya Hak Tanggungan yang bersangkutan akan ikut hapus juga. Dalam pemberian Hak Tanggungan yang apabila dipasang objek Hak Tanggungan dibebani lebih dari satu Hak Tanggungan dana tidak terdapat kesepakatan diantara para pemegang Hak Tanggungan tersebut mengenai pembersihan objek Hak Tanggungan dari beban melebihi harga pembeliannya dan objek tersebut dapat dibersihkan dengan mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang sesuai daerah hukumnya. Sertifikat Hak Tanggungan yang didaftar mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse atau hypotek. Pada Hak Tanggungan tentunya mengenal istilah Roya, yang berarti Pencatatan hapusnya Hak Tanggungan yang dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan. Proses mencoret catatan adanya Hak Tanggungan yang bersangkutan inilah dalam jangka waktu tujuh hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan roya dari pihak yang berkepentingan. Dalam pelaksanaan Hak Tanggungan ini peran Pejabat

(19)

30

Pembuat Akta Tanah dalam membuat akta juga memiliki beberapa kewenangan secara khusu sesuai dengan perbuatan hukum yang ditunjuk. Akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah adalah :

a. Pelaksanaan program-program pelayanan masyarakat.

Pelaksanaan program-program pelayanan masyarakat ini misalnya program pensertifikatan yang memerlukan adanya akta PPAT terlebih dahulu karena tanah yang bersangkutan belum atas tanah pihak yang menguasainya.Pekerjaan yang dilakukan PPAT khusus ini adalah pekerjaan pelayanan dan karena itu pembuatan akta dimaksud tidak dipungut biaya.

b. Pembuatan akta tertentu bagi negara sahabat berdasarkan asas resiprositas sesuai pertimbangan dari Departemen Luar Negeri. Dalam praktik hubungan internasional sering kali suatu negara memberikan kemudahan kepada negara lain di berbagai bidang termasuk bidang pertanahan. Atas dasar tersebut dipandang perlu ada ketentuan untuk memberi kemungkinan Indonesia memberikan kemudahan yang sama di bidang perubahan data pendaftaran hak atas tanah kepunyaan negara asing.14

14

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH STRES KERJA, KELELAHAN, STRES FISIOLOGIS TERHADAP KINERJA MANAJER PROYEK, Natalia Puteri Rembulan Mayang Betari, NPM 09.02.13401, tahun 2014, Bidang Keahlian

Naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga pada bulan November 2015 dibandingkan Oktober 2015 juga menunjukkan terjadinya Inflasi perdesaan pada bulan November 2015,

Ruang lingkup penelitian ini adalah peneliti menganalisa suatu perusahaan dalam menetapkan strategi integrasi komunikasi pemasaran dengan berorientasi pada pasar dan merek produk

Penagihan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa merupakan tindakan Penagihan yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan cara menyampaikan langsung kepada Wajib

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian skala in vivo mengenai seleksi pada varietas tanaman tembakau yang tahan terhadap cekaman genangan untuk

kemudian diumpankan ke separator untuk meisahkan cairan dengan uapnya. Umpan kedua yaitu oksigen yang didapat dari udara lingkungan sekitar. Meskipun yang digunakan

Ada hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Desa Kali Bening Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka