• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proceedings. Seminar Nasional Kerjasama Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dan Asosiasi Psikologi Kristiani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proceedings. Seminar Nasional Kerjasama Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dan Asosiasi Psikologi Kristiani"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Proceedings

Seminar Nasional 2019

Kerjasama Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Satya Wacana

dan Asosiasi Psikologi Kristiani

“Merajut Keragaman

Untuk Mencapai

Kesejahteraan Psikologis

Dalam Konteks Masyarakat 5.0”

Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019

Satya Wacana University Press 2019

(2)
(3)

Proceedings

Seminar Nasional

“Merajut Keragaman

Untuk Mencapai

Kesejahteraan Psikologis

Dalam Konteks Masyarakat 5.0”

Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019

Satya Wacana University Press 2019

(4)

ii

PROCEEDINGS

SEMINAR NASIONAL

“MERAJUT KERAGAMAN UNTUK MENCAPAI

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS

DALAM KONTEKS MASYARAKAT 5.0”

Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019

Reviewer

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS.

Dr. Susana Prapunoto, Ma-Psy. Krismi Diah Ambarwati, M.Psi., Psikolog

Editor

Dr. Susana Prapunoto, MA-Psy.

Steering Committee

Prof. Dr. Marthen Pali, M.Psi Dr. Suryasatriya Trihandaru, M.Sc.nat

Committee

Pelindung : Neil Semuel Rupidara, SE., M.Sc.,Ph.D.

Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Penanggungjawab : Berta Esti Ari Praseya, S.Psi., MA.

Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Penasihat : Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

Dr. Susana Prapunoto, Ma-Psy. Ketua Panitia : Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS. Sekretaris : Yohanes Krismono, SE.

Bendahara : Krismi Diah Ambarwati, M.Psi., Psikolog.

Cover : Timotius Iwan Susanto, S.Psi. Cetakan Pertama: 2019

Isi dari masing-masing artikel proceedings merupakan tanggung jawab masing-masing penulis

All right reversed. Save exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form by any mean electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwhise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author.

Satya Wacana University Press Universitas Satya Wacana Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga

Telp. (0298) 321212 Ext. 1229, Fax. (0298) 311995 Email: satyawacanapress@adm.uksw.edu

(5)

iii

KATA SAMBUTAN PENYELENGGARA

Salam Sejahtera bagi kita sekalian, Shalom.

Seminar nasional dan call papers bertajuk “Merajut Keragaman Untuk Mencapai

Kesejahteraan Psikologis dalam Konteks Society 5.0” kita selenggarakan dengan kerjasama antara Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dengan Asosiasi Psikologi Kristiani – (APK) Indonesia, dalam rangka menyambut Dies Natalis Fakultas Psikologi ke 20th. Fakultas Psikologi UKSW pertama kali berdiri pada tanggal 23 Juni 1999;

dan hingga saat ini telah memiliki 2 program studi yaitu S1 dan S2. Usaha yang berkelanjutan dari tahun ke tahun oleh seluruh pihak di fakultas dan program studi, telah memampukan Program S1 terakreditasi dengan peringkat A. Sebagai bagian dari semangat untuk terus berkontribusi bagi kemajuan perkembangan psikologi di Indonesia, Fakultas Psikologi mengundang para ilmuan di Indonesia untuk membagikan hasil-hasil riset dan pemikiran terbaik mereka melalui seminar ini. Demi tercatatnya kajian-kajian ilmiah yang ada, proceeding ini diterbitkan agar pemikiran-pemikiran maupun hasil riset yang telah disampaikan dalam seminar dapat dinikmati oleh kalangan yang lebih luas.

Tema ini secara spesifik diangkat, dengan melihat kenyataan bahwa Indonesia memiliki kekayaan keragaman baik dari segi budaya, bahasa, agama, serta latar belakang kehidupan yang lain. Keberagaman ini bagaikan memiliki dua sisi mata uang, yang bila bisa dimanfaatkan dengan maksimal akan memperkaya kekayaan pengalaman kehidupan individu, mendorong individu untuk belajar lebih fleksibel terhadap perubahan dan perbedaan serta mengembangkan pribadi yang kuat mental dan kaya pengalaman. Namun sebaliknya, keberagaman juga dapat menjadi ancaman apabila individu gagal mensikapinya dengan positif dan tepat; menimbulkan kesalahpahaman, syak wasangka bahkan perpecahan. Sementara itu, perkembangan peradaban manusia telah sampai pada titik saat kemajuan teknologi, utamanya teknologi informasi yang berintegrasi dengan internet, memunculkan teknologi digital, wireless, bigdata yang memunculkan berbagai exponential techology seperti: a) artificial intelligence, augmented

reality 3D printing dan robotics, b) biotechnology c) nano technology, material baru, an fabrikasi digital, d) networks & computing systems (cloud, big data, IoT) (Diamandis, 2012).

(6)

iv

Semua kemajuan ini menimbulkan disrupsi baru, memaksa masyarakat harus siap dengan sistem-sistem baru, pola komunikasi dan interaksi yang baru, sistem-sistem bertransaksi yang baru yang berubah dengan pesat, yang mempengaruhi berbagai macam aspek kehidupan di masyarakat, yang saat ini dikenal dengan konteks masyarakat 5.0. Semua hal ini perlu dikaji dari berbagai sisinya, agar kita bisa mengantisipasi dan menyikapi dengan bijak sehingga dapat tercapai kesejahteraan psikologis setiap individu di Indonesia.

Seminar dan Call papers ini diikuti oleh 132 peserta, terdiri dari guru, dosen, utusan gereja, mahasiswa, peneliti, maupun praktisi, yang berasal dari berbagai daerah antara lain: Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta, Makasar, Kupang, Manado, Surabaya dan lainnya. Harapan kami apa yang kita diskusikan dalam seminar ini dapat meningkatkan pengetahuan kita, dan pada akhirnya dapat bermanfaat bagi setiap orang yang kita layani.

Secara khusus ucapan terimakasih disampaikan kepda APK dan HIMPSI yang telah menjadi mitra kami dalam menyelenggarakan kegiatan ini serta kepada UKSW yang telah mendukung sepenuhnya terhadap kegiatan ini. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya juga disampaikan kepada segenap panitia di bawah koordinasi dari Ibu Dr. Christiana Hari Soethjiningsih, MS dan Ibu Dr. Susana Prapunoto, M-Psy; didukung oleh Ibu Krismi Ambarwati M.Psi maupun Bapak Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA beserta para dosen, karyawan, maupun para mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang telah bekerjakeras mewujudkan terselenggaranya kegiatan ini.

Akhir kata, semoga Proceedings ini bermanfaat dan apabila ada kesalahan-kesalahan tertentu yang tidak kami sengaja dalam penerbitan proceeding ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Hormat kami,

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., M.A. Dekan Fakultas Psikologi UKSW

(7)

v

KATA PENGANTAR

Keragaman, Kemajemukan adalah keistimewaan yang Tuhan berikan kepada bangsa Indonesia. Sekitar 250 juta jiwa, 17.000 pulau, 714 suku dan lebih dari 1.100 bahasa lokal, Indonesia termasuk urutan ke empat Negara dengan jumlah populasi terbesar di dunia. Kondisi ini tentu membawa implikasi pada kemungkinan terjadinya pergesekan terkait persoalan budaya, suku, agama, bahasa, sosial-ekonomi, maupun persoalan lain terkait dengan persoalan hukum, dsb. Hal ini telah disadari oleh pujangga kita, Mpu Tantular yang kemudian menuliskan konsepnya dalam buku Sutasoma yaitu “Bhineka Tunggal Ika”.

Kehadiran revolusi industri 4.0 semakin meningkatkan tantangan kesatuan. Kebersamaan membangun persatuan di tengah keragaman, bukan sesuatu yang otomatis terjadi. Hal ini menuntut masyarakat 5.0 menyikapi keragaman ini dengan merajut keragaman untuk mewujudkan kasih, antara lain untuk mencapai kesejahteraan psikologis. Dengan demikian perbedaan, keragaman bukan sebagai pemisah melainkan sebagai kekayaan bangsa yang tiada nilainya. Prosiding ini merupakan sumbangan pemikiran dari 49 Penulis Artikel yang telah hadir dan berperan serta mempresentasikan gagasan terbaiknya.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA (Dekan Fakultas Psikologi – UKSW), Bapak Prof. Dr. Marthen Pali, M.Psi., (Ketua Asosiasi Psikologi Kristiani), Bapak Yusak Novanto, SPsi, MSi. (Sekretaris Asosiasi Psikologi Kristiani) yang telah memfasilitasi dan mendukung penuh penyelenggaraan Seminar & Call for Papers Jumat, 2 Agustus 2019. Ucapan terimakasih tidak terhingga kami haturkan kepada Prof. Virgo Handojo, Ph.D, CFLE. (dari California Baptist University), dan Ibu Eunike Sri Tyas Suci, PhD, Psikolog (Ketua Asosiasi Psikologi Kesehatan – HIMPSI) yang telah menghantar Seminar dan Call for

Papers Nasional “ Merajut Keragaman untuk Mencapai Kesejahteraan Psikologis dalam Konteks

Masyarakat 5.0.”.

Terimakasih atas kesediaan para Reviewers Call for Papers Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, M.Si, Bapak Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA, Ibu Krismi Ambarwati, M.Psi meluangkan waktu dan pikiran agar Proceedings ini dapat terbit. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Timotius Iwan Susanto, S.Psi. yang telah mendukung desain Cover buku Proceeding. Terimakasih juga kepada sdri. Hanny Yuliana Agnes Sesa, S.Psi., Claudya S.Soulisa, S.Pd., Indah Lestari, S.Kep. dan Joanne Marrijda Rugebregt, S.Psi. yang telah banyak

(8)

vi

mendukung proses editing teknis buku Proceedings ini. Kiranya buku ini dapat bermanfaat bagi perjalanan bangsa Indonesia mengarungi Era Digital. Tuhan memberkati.

Salam sejahtera,

Dr. Susana Prapunoto, MA-Psy Editor

(9)

vii

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN PENYELENGGARA iii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

I. KURIKULUM DAN PENDIDIKAN KARAKTER 1

Peran Kurikulum dan Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran

Nurjadid 2

Hubungan Grit dengan Subjective Well-Being pada Siswa SMA Masehi 2 PSAK Semarang

Petra Wijayanti, Christiana Hari Soetjiningsih 11

Optimalisasi Superego dalam Teori Psikoanalisis Sigmund Freud untuk Pendidikan Karakter

Hengki Wijaya, I Putu Ayub Darmawan 21

Strategi Kurikulum Tersembunyi bagi Pendidikan Karakter Generasi Milenial dalam

Society 5.0

Mariani Harmadi 30

Gerakan Sayang Anak Indonesia: Sebuah Pendekatan Pendidikan Karakter Dalam Memasuki Konteks Society 5.0

Monica Muryawati 39

Pendidikan Karakter yang Berkelanjutan

Priscilla Titis Indiarti, Anton Sukontjo 50

Konsep dan Pengukuran Work Engagement dan Student Engagement: Kajian Literatur Mengenai Engagement dalam Bidang Pendidikan

Yosika Pramangara Admadeli 61

II. Identitas Sosial dan Budaya 71

Mendedah Kebertahanan dan Peran Pendidikan serta Interaksi Sosial-Budaya Kelindan Rumah Pengasingan

(10)

viii

Mendedah Penghayatan Religiusitas dan Psychological Well-Being Perempuan dalam Kelindan Pengasingan di Pulau Seram.

Foty Isabela Otemusu, Susana Prapunoto, A. Ign. Kristijanto 84

Hubungan antara Perceived Discrimination dan Kualitas Hubungan Romantis pada Pasangan Etnis Tionghoa-Indonesia dan Indonesia Asli

Revina Dewanti, Julia Suleeman 95

Studi Fenomenologi Kepala Sekolah Perempuan Single Parents

Fony Sanjaya, Mary Philia Elizabeth 105

Perbedaan Perilaku Prososial Ditinjau dari Jenis Kelamin

Jeanetha A. E. Lomboan, Christiana Hari Soetjiningsih 116

Hubungan antara Frekuensi Menonton TayanganTelevisi yang Mengandung Unsur Kekerasan dengan Perilaku Agresif Remaja

LaelaZulfia, Christiana Hari Soetjiningsih 127

Orientasi Masa Depan Pada Narapidana dengan Kasus Kejahatan Pelecehan Perempuan yang Menjalani Masa Hukuman Penjara di Atas Lima Tahun

Mareinata Nazareth Christy Irala, Margaretta Erna Setianingrum 136

Peran Hukum dan Psikologi dalam Meminimalkan Ujaran Kebencian Perusak Demokrasi

Wisnu Sapto Nugroho 147

III. CINTA KASIH DAN SPIRITUALITAS 158

Pengaruh Religiusitas dan Parent Adolescent Relationship terhadap Psychological Well

Being Remaja di SMP Negeri 1 Kupang

Marleni Rambu Riada 159

Pertumbuhan Spiritual Keluarga yang Memiliki Anak Penyandang Autisme

Maria Laksmi Anantasari 171

Religious Coping pada Penyintas Perkosaan

Julia Suleeman 187

Spiritual Kristiani di Tengah Laju Peradaban Digital

(11)

ix Eksistensi Perempuan Kristiani (Studi pada Perguruan Tinggi di Sulawesi Utara)

Shanti Natalia C. Ruata, Merci K. Waney, Yunita Sumakul 210

IV. KESEJAHTERAAN DAN KEBERFUNGSIAN KELUARGA 222

Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Harga diri pada Atlet Renang Remaja Klub Paswind Surakarta

Rizkiana Ika Raharjo, Christiana Hari Soetjiningsih 223

Hubungan antara Kelekatan Aman Ibu-Anak dengan Kematangan Sosial pada Anak yang Ibunya Bekerja

Yudea Sabdo Anggoro, Krismi Diah Ambarwati 233

Dukungan Keluarga sebagai Prediktor Keberfungsian Sosial Pasien Skizofrenia Rawat Jalan

Glaudia Anastacia, Krismi Diah Ambarwati 245

Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Perilaku Agresif pada Remaja Tegalsari

Cynthia Sinta Dewi, Ratriana Yuliastuti Endang Kusumawati 256

Gambaran Psychological Well-Being pada Remaja yang Memiliki Anak Sebelum Menikah

Ayu Wasti Kurniawati, Krismi Diah Ambarwati 267

Studi Deskriptif Internet Parenting Style pada orang Tua dengan Anak Remaja

Enjang Wahyuningrum 278

V.

PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

292

Job Crafting dan Employee Well-Being pada Karyawan Generasi Y di Indonesia

Fandy Jusuf E. Lumentut, Krismi Diah Ambarwati 293

Sistem Pengendalian Manajemen Kontemporer Berdasar Aspek Spiritual

Anton Sukontjo, Maria Andriyani Wulandari 307

Faktor Demografis di Seputar Kepuasan Hidup Guru Sekolah X di Sidoarjo

Yusak Novanto, Maria Rayna Kartika Winata 320

Emotional Intelligence and Job Satisfaction of Teachers in Senior High School in

Kupang

(12)

x

Hubungan antara Motivasi Kerjadengan Kepuasan Kerja Karyawan di PT. Argo Manunggal Triasta

Septiana Indah Permata Surya, Sutarto Wijono 348

Budaya Organisasi dan Kinerja pada Fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan Universitas (LKU) UKSW

Siswani Inesda Batara, Sutarto Wijono 358 VI. KESEHATAN MENTAL SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN 367

Hubungan Negatif antara Sexual Self-Esteem dan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Akhir

Arina Zuhriyah, Christiana Hari Soetjiningsih 368

Membaca Dinamika Psikologis Lewat Kekuatan Narasi

Emmanuel SatyoYuwono 378

Strategi Regulasi Emosi Anggota Penyidik Kasus Pembunuhan di Wilayah Hukum Polres Salatiga

Maximianus Ambrosius Nggai, Wahyuni Kristianawati 389

Hubungan Resiliensi dan Kepuasan Hidup pada Dewasa Muda

Dewa Fajar Bintamur 402

Pelecehan Seksual pada Biduanita Orkes Dangdut

Evita Cynthia Damayanti, Christiana Hari Soetjiningsih 413

Hubungan antara Self-Esteem dengan Perilaku Seksual pada Remaja Putus Sekolah

Yosefine Permatasari, Ratriana Yuliastuti Endang Kusumawati 425

Korelasi Kontrol Diri dengan Perilaku Agresif pada Remaja Laki-Laki Peminum Miras (Studi Kontekstual pada Remaja Jemaat GPM Imanuel OSM-Ambon)

Salomina Patty, Prisca Diantra Sampe, Sutarto Wijono 436

VII. AGING 448

Successful Aging : Gaya Hidup Lansia di Era Digital

WinangPrananda, Christiana Hari Soetjiningsih, David Samiyono 449

Successful Aging : Voice-Tech Paduan Suara Religi

(13)

xi Perbedaan Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lansia Ditinjau dari Jenis Kelamin

Tri Utami Noviyanti, Ratriana Y. E. Kusumiati 478

Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Hidup di Rumah dan di Panti Wreda

M. Erna Setianingrum, Ratriana Y. E., Kusumiati 487

VIII. PERILAKU ENTREPRENEURSHIP DI ERA MILENIAL 496

Dukungan Semarang Kota Cerdas terhadap Minat Wirausaha: Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen.

Martin Flemming Panggabean 497

Adaptabilitas Karir di Era Industri 4.0

Doddy Hendro Wibowo 506

Hubungan antara Rejection Sensitivity dengan Impulsive Buying Produk Fashion (Studi pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Angkatan 2015 UKSW).

Hanggraini Puspitaningrum, Berta Esti Ari Prasetya 519

Pengaruh Karakteristik Psikologis pada Selebgram Entrepreuner.

(14)
(15)

222

SUB TEMA 4:

KESEJAHTERAAN DAN KEBERFUNGSIAN

KELUARGA

(16)

245

Dukungan Keluarga sebagai Prediktor Keberfungsian Sosial Pasien Skizofrenia Rawat Jalan

Glaudia Anastacia Krismi Diah Ambarwati

Fakultas Psikologi - Universitas Kristen Satya Wacana

Email : glauanas3849@gmail.com

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa dukungan keluarga dapat menjadi prediktor keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis kausal dengan partisipan sebanyak 48 pasien skizofrenia rawat jalan di RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Metode pengumpulan data menggunakan skala keberfungsian sosial oleh Latipun (2016) yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori keberfungsian sosial menurut Suharto (2009) dengan nilai reliabilitas sebesar 0,801 dan skala dukungan keluarga oleh Suwardiman (2011) yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori dukungan keluarga menurut Friedman (2010) dengan nilai reliabilitas sebesar 0,870. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga secara signifikan dapat menjadi prediktor keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan sebesar 27,6%. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan variabel lain dan lebih memperhatikan kriteria partisipan.

Kata kunci : Keberfungian Sosial, Dukungan Keluarga, Pasien Skizofrenia Rawat Jalan

Pendahuluan

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak dialami oleh beberapa orang

(17)

246

dan merupakan penyebab utama disabilitas kelompok usia 15-44 tahun (Davison, 2005). Maryatun (2015) mengatakan bahwa skizofrenia menduduki peringkat 4 dari 10 besar penyakit yang membebankan di seluruh dunia. Proporsi skizofrenia terbanyak adalah pria dengan kemungkinan berisiko 2,48% untuk menderita skizofrenia dibandingkan wanita (Cordosa, 2005). Keberadaan penderita skizofrenia dalam masyarakat sering dianggap berbahaya. Seringkali penderita skizofrenia disembunyikan bahkan dikucilkan, tidak dibawa untuk berobat ke dokter karena adanya rasa malu. Pasien skizofrenia kronis pada umumnya tidak mampu melaksanakan fungsi dasar secara mandiri, misalnya kebersihan diri, penampilan, dan sosialisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Hsiung (dalam Fiona & Fajrianthi, 2013) menunjukkan bahwa kualitas hidup penderita skizofrenia bisa menjadi memburuk setelah keluar dari rumah sakit jiwa yang mana hal ini dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal mereka.Amelia (2013) mengatakan bahwa penderita skizofrenia sering mendapat stigma dan diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat di sekitarnya dibandingkan individu yang menderita penyakit medis lainnya. Menurut Videbeck (2008) isolasi sosial sering dialami oleh pasien skizofrenia, pasien merasa sulit berhubungan dengan orang lain, curiga dan tidak mudah percaya. Harga diri rendah pada pasien juga merupakan salah satu efek, karena tidak memiliki keterampilan sosial atau keterampilan berkomunikasi yang dibutuhkan untuk membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain, pasien tidak percaya diri dan kemudian merasa asing (berbeda) sehingga pasien menghindari kontak sosial. Khalimah (dalam Ambari, 2010) mengatakan bahwa, gangguan keberfungsian sosial yang dialami oleh pasien skizofrenia dapat menyebabkan kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosial, termasuk bidang pekerjaan.

Keberfungsian sosial oleh Suharto (dalam Latipun, 2015) diartikan sebagai kemampuan orang (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat) dan sistem sosial (lembaga, dan jaringan sosial) dalam memenuhi/merespon kebutuhan dasar, menjalankan peranan sosial, serta menghadapi goncangan dan tekanan (shocks and stresses). Menurut Sofa (dalam Latipun, 2016) seseorang yang mengalami gangguan keberfungsian sosial disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya apabila kebutuhan tidak terpenuhi seperti kebutuhan akan dukungan yang berasal dari keluarga, frustrasi dan kekecewaan, dan mengalami gangguan kesehatan, kedukaan yang berat, penderitaan lain akibat bencana alam.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barrowclough dan Tarrier (dalam Fiona, 2013) menunjukkan bahwa untuk meningkatkan dan mengembalikan keberfungsian sosial pada pasien

(18)

247 skizofrenia pasca perawatan diperlukan sikap keluarga yang turut terlibat langsung dalam penanganan. Penelitian yang dilakukan oleh Jenkins, dkk (2006) menunjukkan bahwa family

caregivers adalah sumber yang sangat potensial untuk menunjang pemberian obat pada pasien skizofrenia. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku pelayanan yang dilakukan oleh

keluarga, yaitu dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari istri, suami, atau dukungan dari saudara kandung, dan dukungan keluarga eksternal di luar keluarga inti (Friedman, 2010). Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien skizofrenia agar dapat melaksanakan tuntutan sosial sehingga diharapkan individu dapat menerima kondisi dan dapat menghargai diri sendiri, berusaha membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain dan keluarga juga dapat membantu pasien untuk berjuang bersama menghadapi setiap masalah yang ada, mengurangi rasa harga diri rendah juga kepercayaan yang rendah sehingga mampu meningkatkan kesehatan individu secara mental (Latipun, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Latipun (2016) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan positif antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan. Penelitian yang dilakukan oleh Maghfiroh (2011) menunjukkan bahwa sebagian besar peran keluarga terhadap tingkat interaksi sosial bermasyarakat pada klien skizofrenia pasca perawatan di Rumah Sakit Jiwa Menur berkategori cukup sebanyak 12 responden (42,8%) dan sebagian besar tingkat interaksi sosial bermasyarakat pada klien skizofrenia pasca perawatan di Rumah Sakit Jiwa Menur berkategori cukup sebanyak 14 responden (50%). Seorang dengan skizofrenia tentu sangat membutuhkan dukungan dari keluarga agar tetap bisa menjalankan fungsi sosialnya serta untuk menjadi individu yang lebih kuat dan menghargai diri sendiri. Tanpa adanya dukungan dari keluarga, orang dengan skizofrenia akan mengalami kesulitan untuk sembuh, mengalami pemburukan dan sulit untuk bersosialisasi.

Berbagai penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif jenis penelitian korelasional dan memperoleh hasil bahwa ada hubungan yang positif antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan. Namun, dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti lebih lanjut apakah dukungan keluarga dapat menjadi prediktor keberfungsian sosial terhadap pasien skizofrenia rawat jalan dengan menggunakan pendekatan kuantitaitf jenis penelitian kausal. Selain itu, peneliti juga tertarik untuk meneliti apakah dukungan keluarga pada pria dan wanita dapat menjadi prediktor keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan, mengingat bahwa pria lebih mudah menderita gangguan jiwa

(19)

248

dibandingkan dengan wanita. Peneliti juga tertarik untuk meneliti apakah dukungan keluarga pada remaja, dewasa awal, dan dewasa madya dapat menjadi prediktor keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan, mengingat bahwa jumlah penderita skizofrenia yang berada di masa dewasa awal lebih banyak dibandingkan dengan penderita skizofrenia yang berada di masa remaja dan dewasa madya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dukungan keluarga dapat menjadi prediktor keberfungsian sosial terhadap pasien skizofrenia rawat jalan.Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga dapat menjadi prediktor keberfungsian sosial terhadap pasien skizofrenia rawat jalan.

Metode

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif kausal dengan teknik analisis data regresi linier. Sampel penelitian sebanyak 48 pasien skizofrenia rawat jalan di RSJD Dr. RM. Seodjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan partisipan dengan menetapkan beberapa kriteria yaitu merupakan pasien skizofrenia paranoid yang menjalani rawat jalan di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah; pasien sudah tidak mengalami gelaja-gejala positif dari skizofreniaditentukan dari hasil pemeriksaan yang dilakukan perawat psikiatri; bersikap koopertif, mampu berkomunikasi, pernah menjadi pasien rawat inap di rumah sakit tersebut dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini telah melalui proses pemeriksaan oleh tenaga medis (perawat dan dokter) instansi rawat. Peneliti ikut mendampingi partisipan saat mengisi skala. Dari 48 partisipan, jumlah partisipan pria sebanyak 32 orang (67%) sedangkan partisipan wanita sebanyak 16 orang (33%).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala keberfungsian sosial yang disusun oleh Latipun (2016) lalu dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori keberfungsian sosial menurut Suharto (dalam Latipun, 2016) yang dibagi menjadi tiga aspek yaitu memenuhi/merespon kebutuhan dasar, melaksanakan peran sosial sesuai dengan status dan tugas-tugasnya, dan menghadapi goncangan dan tekanan. Nilai reliabilitas untuk skala keberfungsian sosial 0,801. Untuk mengukur dukungan keluarga digunakan skala dukungan keluarga yang disusun oleh Suwardiman (2011) lalu dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori dukungan keluarga menurut Friedman (2010) yang dibagi menjadi empat aspek yaitu aspek dukungan emosional, dukungan intrumental, dukungan informasi, dan dukungan penilaian. Nilai reliabilitas untuk

(20)

249 skala dukungan keluarga 0,870. Berdasarkan nilai reliabilitas yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kedua skala tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.

Hasil

Peneliti melakukan uji normalitas menggunakan Chi Square Test dan diperoleh hasil untuk skala dukungan keluarga memiliki nilai signifikansi sebesar 0,080 (p>0,05). Sedangkan variabel keberfungsian sosial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,170 (p>0,05). Oleh karena nilai signifikansi p>0,05 maka kedua variabel dinyatakan berdistribusi normal. Kemudian, peneliti melakukan uji linearitas dan diperoleh nilai signifikansi 0,268 (P>0,05) maka kedua variabel dikatakan linear. Setelah itu, peneliti melakukan uji korelasi dengan menggunakan Pearson

Correlation dan diperoleh nilai r=0,525 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,005) yang berarti

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan. Selanjutnya, peneliti melakukan uji Heterokedastisitas menggunakan Uji Park dan diperoleh hasil untuk independent variable sig 0,633 (p>0,05). Maka dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.

Untuk membuktikan hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi dan diperoleh nilai F hitung sebesar 17,510 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap keberfungsian sosial. Kemudian pada perhitungan tersebut diperoleh nilai R sebesar 0,525 yang berarti bahwa terdapat pengaruh antara dukungan keluarga dan keberfungsian sosial sebesar 0,525 dan dukungan keluarga memberikan pengaruh sebesar 27,6% terhadap keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan persamaan regresi linear sederhana : Y = a + b (X) ; Y = 23,476 + 0,525 (X)

Dari keterangan diatas, dapat diartikan bahwa tanpa dukungan keluarga besarnya keberfungsian sosial adalah 23,476. Setiap peningkatan dukungan keluarga sebesar 1 poin terjadi peningkatan keberfungsian sosial sebesar 0,525. Peneliti juga melakukan uji Scatterplot untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kedua variabel dan diperoleh data sebagai berikut.

(21)

250

Gambar 1. Uji Scatterplot

Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel dukungan keluarga dengan variabel keberfungsian sosial namun pengaruh yang diberikan variabel dukungan keluarga terhadap variabel keberfungsian sosial tidak begitu besar.

Kemudian peneliti melakukan analisis regresi pada partisipan remaja, dewasa awal, dan dewasa madya. Untuk partisipan remaja, diperoleh nilai F hitung sebesar 0,530 dengan nilai signifikansi 0,519 (P>0,05) dan untuk partisipan dewasa madya diperoleh nilai F hitung sebesar 0,999 dengan nilai signifikansi sebesar 0,341 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga tidak berpengaruh terhadap keberfungsian sosial pasien skizofrenia remaja dan dewasa madya. Untuk partisipan dewasa awal, diperoleh nilai F hitung sebesar 12,702 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia dewasa awal. Nilai R yang diperoleh untuk partisipan dewasa awal sebesar 0,552 yang berarti terdapat pengaruh antara dukungan keluarga dan keberfungsian sosial sebesar 0,552 dan dukungan keluarga memberikan pengaruh sebesar 30,5% terhadap keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia dewasa awal. Kemudian peneliti melakukan analisis regresi pada partisipan pria dan wanita. Hasil untuk partisipan pria diperoleh nilai F hitung sebesar 13,411 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga berpengaruh secara signifikan terhadapat keberfungsian sosial pasien skizofrenia pria. Nilai R

(22)

251 yang diperoleh untuk partisipan pria sebesar 0,556 yang berarti terdapat pengaruh antara dukungan keluarga dan keberfungsian sosial sebesar 0,556 dan dukungan keluarga memberikan pengaruh sebesar 30,9% terhadap keberfungsian sosial. Sedangkan pada partisipan wanita diperoleh nilai F hitung sebesar 4,224 dengan nilai signifikasi sebesar 0,059 (p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keberfungsian sosial pasien skizofrenia wanita.

Diskusi

Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa dukungan keluarga dapat menjadi prediktor keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan sebesar 27,6%. Dengan demikian hipotesis penelitian dapat diterima. Hal ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Latipun (2016) bahwa ada hubungan positif antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan. Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Barrowclough dan Tarrier (dalam Fiona, 2013) menunjukkan bahwa untuk meningkatkan dan mengembalikan keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia pasca perawatan diperlukan sikap keluarga yang turut terlibat langsung dalam penanganan.

Hasil dari penelitian Ambari (2010) juga menyatakan bahwa keberfungsian sosial yang tinggi pada pasien dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan keluarga. Tanpa dukungan keluarga pasien akan sulit sembuh, mengalami perburukan dan sulit untuk bersosialisasi. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien skizofrenia agar dapat melaksanakan tuntutan sosial sehingga diharapkan individu dapat menerima kondisi dan dapat menghargai diri sendiri, berusaha membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain dan keluarga juga dapat membantu pasien untuk berjuang bersama menghadapi setiap masalah yang ada, mengurangi rasa harga diri rendah juga kepercayaan yang rendah sehingga mampu meningkatkan kesehatan individu secara mental (Latipun, 2016).

Sumbangan efektif dukungan keluarga terhadap keberfungsian sosial sebesar 27,5%. Hal ini berarti sebagian besar dukungan keluarga memberikan pengaruh terhadap keberfungian sosial pasien skizofrenia rawat jalan, sisanya sebesar 72,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan yaitu, antara lain : lingkungan, budaya, genetik, pengobatan, dan keparahan dari penyakit (Ambari, 2010).

(23)

252

Hasil penelitian menunjukkan fakta bahwa dukungan keluarga yang diterima oleh pasien

skizofrenia rawat jalan di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah kebanyakan berada

di kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata keluarga pasien di rumah sakit tersebut cukup memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang mengalami skizofrenia.Untuk keberfungsian sosial pasien skizofrenia di rumah sakit tersebut, kebanyakan berada di kategori tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa pasien skizofrenia di rumah sakit tersebut memiliki fungsi sosial yang baik.

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa 67% partisipan mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Insiden penderita skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan wanita. Hal ini dibuktikan dari penelitian Cordosa (2005) yang menyimpulkan bahwa laki-laki lebih berisiko 2,48% untuk menderita skizofrenia dibandingkan perempuan. Cordosa menjelaskan bahwa perempuan lebih sedikit berisiko menderita gangguan jiwa dibandingkan laki-laki karena perempuanlebih bisa menerima situasi kehidupan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini juga serupa dengan penelitian Zahnia (2016) yang mengatakan bahwa pria lebih mudah terkena gangguan jiwa karena kaum pria yang menjadi penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami tekanan hidup.

Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa dukungan keluarga pada pasien wanita tidak memberikan pengaruh terhadap keberfungsian sosial. Merhed (dalam Andira dan Nuralita, 2018) mengatakan bahwa wanita memiliki fungsi sosial yang lebih baik dibandingkan dengan pria, dan wanita terbukti lebih efektif dalam pengobatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andira dan Nuralita (2018), ditemukan bahwa salah satu kecenderungan pria ketika mengalami depresi yaitu membatasi relasi sosialnya, namun kenyataanya pria lebih membutuhkan dukungan keluarga yang lebih besar dibandingkan dengan wanita. Papalia (dalam Noviarini dkk, 2013) menjelaskan bahwa hal ini dapat disebabkan karena perempuan matang lebih awal dan memiliki hubungan sosial yang lebih intim dari pada laki-laki, sehingga laki-laki memerlukan perhatian atau dukungan yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan.

Fakta lain yang didapatkan dari penelitian ini adalah usia subjek lebih didominasi pada usia produktif, yaitu usia dewasa awal sebesar 65%. Davison (2005) mengatakan bahwa umumnya gangguan jiwa menyerang pada usia produktif, yaitu 15- 44 tahun. Hurlock (dalam Latipun, 2016) menjelaskan bahwa masa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri cara hidup baru dengan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya. Usia remaja dan dewasa muda

(24)

253 memang memiliki resiko tinggi mengalami gangguan jiwa melihat tahap perkembangan dengan penuh stresor. Hurlock (1986) juga mengungkapkan bahwa masa dewasa awal merupakan masa dimana individu menerima tangggungjawab yang baru sebagai orang dewasa sehingga banyak masalah-masalah baru yang juga dihadapi di masa tersebut. Masa-masa ini sangat rentan terhadap timbulnya berbagai macam gangguan yang berdampak terutama pada kesehatan psikis. Jika pada masa ini individu telah mengalami gangguan yang komplek seperti skizofrenia, jelas yang akan terlihat pertama kali adalah kemampuan fungsi sosial akan menurun drastis (Latipun, 2016). Pada masa ini juga banyak individu yang masih tergantung pada orang-orang tertentu seperti keluarga. Keluarga merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa.

Begitu banyak kesulitan yang dialami oleh pasien skizofrenia setelah keluar dari rumah sakit karena. Maka dari itu dukungan dari orang terdekat seperti keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu pasien dalam mengadapi segala masalah dan keluhan yang ada, dengan demikian pasien akan merasa bahwa keluarga senantiasa berada di sampingnya (Latipun, 2016). Taylor (1995) juga mengatakan bahwa seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan.

Penelitian ini telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun tentunya masih memiliki keterbatasan, yaitu; adanya kerbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu data yang diperoleh tidak begitu mendalam; peneliti tidak mengetahui pasti bentuk-bentuk dukungan yang diberikan keluarga dan bentuk-bentuk keberfungsian sosial yang ditunjukkan oleh partisipan; peneliti tidak menetapkan rentang usia partisipan yang akan berpartisipasi dalam penelitian ini sehingga dukungan keluarga dan keberfungsian sosial pada partisipan tidak merata karena perbedaan usia yang jauh; peneliti tidak memberikan porsi pada durasi berapa lama partispan sudah tidak mengalami gejala-gejala positif.

Simpulan dan Saran

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga secara signifikan dapat menjadi prediktor keberfungsian sosial pada pasien skizofrenia rawat jalan di RSJD Dr. RM Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah sebesar 27,6%. Setelah penelitian ini dilakukan, ada beberapa saran yang dianjurkan oleh peneliti; bagi pasien skizofrenia, perbanyak melakukan

(25)

aktivititas-254

aktivitas sederhana, mengikuti kegiatan-kegiatan sosial, dan belajar untuk hidup mandiri; bagi keluarga pasien, membantu pasien dalam membangun interaksi sosial dengan orang lain, memberikan dukungan dan dorongan emosional yang kuat, dan keluarga pasien juga bisa memperkaya pengetahuan mengenai cara merawat pasien skizofrenia dengan benar; bagi penelitian selanjutnya untuk menggunakan teknik pengumpulan data yang lain, seperti observasi dan wawancara agar data yang diperoleh lebih mendalam. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya lebih memperhatikan memperhatikan karateristik partisipan yang akan ikut berpartisipasi seperti usia partisipan dan durasi lamanya partisipan sudah tidak mengalami gejala-gejala positif. Penelitian selanjutnya juga dapat meneliti variabel lain yang erat kaitannya dengan keberfungsian sosial seperti faktor lingkungan, budaya, genetik, pengobatan, dan keparahan dari penyakit.

Daftar Pustaka

Andira, S. (2018). Pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap simtom depresi pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Kota Medan Sumatera Utara. Buletin Farmatera,

3 (2), 106.

Ambari, P.K.M.(2010). Hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian sosial pada pasien Skizofrenia pasca perawatan di rumah sakit. Tesis. Semarang:Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Amelia, M., & Nurchayati. (2013). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien diabetes melitus dalam menjalani diet. Jurnal Online

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, 1(2), 23.

Cardoso C.S., Caiaffa, W.T., Bandeira, M., Siqueira, A.L., Abreu, M.N., Fonseca, J.O (2005). Factors associated with low quality of life in Schizophrenia. Journal of National Center for

Biotechnology Information, 21(5), 38-40.

Davison, C., Neale, J., & Kring, A. (2005). Psikologi abnormal (9th ed.). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Fiona, K., & Fajrianthi. (2013). Pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup penderita Schizophrenia. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2(3).

(26)

255 Latipun, F. S. (2016). Hubungan dukungan keluarga dan keberfungsian sosial pada pasien

Skizofrenia rawat jalan. Skripsi. Malang: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Maghfiroh. (2011). Penyesuaian diri pada remaja awal dalam lingkungan pondok pesantren modern. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Maryatun, S (2015). Peningkatan kemandirian perawatan diri pasien Skizofrenia melalui

rehabilitasi terapi gerak. Journal of Sriwijaya Nursing, 2(15).

Suwardiman, Deni. (2011). Hubungan antara dukungan keluarga dengan beban keluarga untuk mengikuti regimen terapeutik pada keluarga klien halusinasi di RSUD Serang . Tesis. Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Indonesia.

Taylor, S. E. (1995). Health psychology. Singapore: Mc Graw-Hill.

Videbeck, S.L. (2008). Psychiatric mental health nursing (4th ed.). Philadhelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

Gambar

Foty Isabela Otemusu, Susana Prapunoto, A. Ign. Kristijanto  84  Hubungan antara Perceived Discrimination dan Kualitas Hubungan Romantis pada
Gambar 1. Uji Scatterplot

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan inti pada siklus II respon anak terlihat kemajuan melalui data yang diperoleh selama pengamatan.Hasil penelitian setelah pelaksanaan

Membandingkan kualitas udara gas karbon monoksida (CO) di dalam pasar Krian dengan KEPMENKES No. Membandingkan tingkat kebisingan di dalam dan di luar Pasar Krian Sidoarjo dengan

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukadana yang terdiri dari kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, dan VIII E dan sampel dalam penelitian

Karena udara yang masuk ke dalam ruangan pembakaran tidak kering dan masih mengandung air, maka terdapat panas yang hilang untuk menguapkan air yang terkandung dalam udara

Atau secara sederhana juga dapat dipahami sebagai sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses

Nilai pH akan mempengaruhi kualitas gelatin diantaranya kekuatan gel dan viskositas gel, nilai pH gelatin tidak mempengaruhi pembuatan cangkang kapsul karena pada

Jurusan dan Program Studi S1 Psikologi Universitas Brawijaya 15 belum dapat dilakukan evaluasi mengenai sejauhmana kesesuaian Renstra tersebut dengan program kerja yang

Perencanaan dinding geser sebagai elemen struktur penahan beban gempa pada gedung bertingkat bisa dilakukan dengan konsep gaya dalam (yaitu dengan hanya meninjau